ligitasi di luar pengadilan. Ketiga, di Indonesia, nilai harmoni, tenggang rasa, dan komunalisme atau kebersamaan lebih diutamakan daripada individualisme yaitu teori
yang menekankan individu yang bebas, atau kekuatan pengarahan sendiri bagi setiap individu. Pengutamaan yang demikian itu dapat digunakan untuk menjelaskan
mengapa tipe manajemen yang menonjolkan konsensus dengan hasil win-win solution sebagai pemenang lebih cocok daripada penyelesaian sengketa melalui jalur ligitasi,
yang menghasilkan win-lose solution cara pandang kalah menang. Di Indonesia akibat modernisasi sedikit banyak dapat mempengaruhi kultur
dan struktur kehidupan masyarakat. Berdasarkan penelitian beberapa pakar, pada dasarnya budaya untuk konsiliasi atau musyawarah
30
merupakan nilai masyarakat yang meluas di Indonesia.
2. Konsepsional
Dalam penulisan yang berjudul potensi penyelesaian sengketa pertanahan melalui APS ini akan digunakan istilah dalam bidang hukum. Untuk menghindari
kesimpangsiuran pengertian mengenai istilah yang dipakai dalam penulisan ini, berikut dijelaskan definisi operasional dari istilah tersebut :
a. Alternatif Penyelesaian Sengketa APS adalah lembaga penyelesaian sengketa
atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni
30
Kata musyawarah dalam terminology ketatanegaraan Indonesia biasanya disandingkan dengan kata mufakat yang berasal dari bahasa Arab. Istilah ini berasal dari asal kata itifaq-muwafawah
yang berarti memberikan persetujuan atau kesepakatan. Persetujuan di sini dapat berupa suara yang terbanyak dan secara teknis dilakukan lewat pemungutan suara atau consensus bulat. Akan tetapi,
dalam pengertian teknis di Indonesia dewasa ini, istilah musyawarah mufakat mengandung pengertian consensus bulat. Adi Sulistyono, Mengembangkan Paradigma Non-Ligitasi di Indonesia Surakarta :
Sebelas Maret University Press, 2006, hlm. 31.
Delina Siregar : Potensi Penyelesaian Sengketa Pertanahan Melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa APS, 2009
penyelesaian di luar Pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.
31
b. Litigasi adalah penyelesaian sengketa secara hukum di pengadilan.
32
c. Non litigasi adalah penyelesaian sengketa alternatif yang dilakukan di luar
pengadilan.
33
d. Mediasi adalah penyelesaian sengketa melalui seorang penengah atau yang biasa
disebut mediator, yang ditunjuk oleh para pihak.
34
e. Negosiator adalah sarana bagi pihak-pihak yang bersengketa untuk
mendiskusikan penyelesaiannya tanpa keterlibatan pihak ketiga penengah, baik yang tidak berwenang mengambil keputusan mediasi maupun yang berwenang
atau arbitrase dan litigasi.
35
f. Konsiliasi adalah upaya penyelesaian sengketa dengan cara mempertemukan
keinginan para pihak dengan menyerahkannya kepada suatu komisi atau pihak ketiga yang ditunjuk atas kesepakatan para pihak yang bertindak sebagai
konsiliator.
36
31
Indonesia, Undang-Undang Tentang Arbitrase dan Pilihan Penyelesaian Sengketa, Op. Cit., Pasal 1 butir 10.
32
Abu Rohmad, Paradigma Resolusi Konflik Agraria Semarang : Walisongo Press, Cetakan I, 2008, hlm. 107.
33
Ibid., hlm. 116.
34
H. Nazarkhan Yasin, Mengenal Klaim Konstruksi dan Penyelesaian Sengketa Konstruksi Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004, hlm. 137.
35
Ibid., hlm. 145.
36
Ibid., hlm. 171.
Delina Siregar : Potensi Penyelesaian Sengketa Pertanahan Melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa APS, 2009
G. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan tesis ini yaitu :
1. Sifat Penelitian