ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor M.01.PK.04-10 Tahun 2007 tentang Asimilasi,
Pembebasan Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat serta Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor E.06.PK.04-10 Tahun 1992 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas. Pasal 49 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata
Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan menegaskan bahwa : 1. Cuti Menjelang Bebas dapat diberikan kepada :
a. Narapidana dan Anak Pidana yang telah menjalani dua pertiga masa
pidana sekurang-kurangnya 9 sembilan bulan berkelakuan baik dengan lama cuti sama dengan remisi terakhir yang diterimanya paling lama 6 enam
bulan.
b. Anak Negara yang pada saat mencapai usia 17 tujuh belas tahun 6 enam bulan, dan telah dinilai cukup baik.
2. Cuti Menjelang Bebas sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 berakhir : a. bagi Narapidana dan Anak Pidana, tepat pada saat bersamaan dengan hari
bebas yang sesungguhnya; b. bagi Anak Negara, pada usia 18 delapan belas tahun.
3. Izin Cuti Menjelang Bebas sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diberikan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman setempat atas usul dari Kepala
Lembaga Pemasyarakatan.
2. Kerangka Konsep
Berdasarkan judul yang merupakan suatu syarat dalam penelitian dan agar tidak terjadinya kesalahpahaman dalam materi dalam penulisan tesis ini, maka judul
harus ditegaskan dan diartikan. Judul yang penulis kemukakan adalah: Pelaksanaan Cuti Menjelang Bebas CMB Bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan.
Dalam penulisan tesis ini diperlukan kerangka konsep yang merupakan definisi operasional dari istilah-istilah yang dipergunakan untuk menghindari
perbedaan penafsiran. Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Cuti Menjelang Bebas CMB adalah proses pembinaan narapidana dan anak pidana di luar Lembaga Pemasyarakatan setelah menjalani
dua pertiga masa pidana, sekurang-kurangnya 9 sembilan bulan berkelakuan baik.
20
2. Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaannya di
LAPAS.
21
Menurut Romli Atmasasmita dan Sumadipraja narapidana yang berada di Lembaga Pemasyarakatan adalah bagian dari masyarakat. Setiap narapidana
adalah seorang manusia yang tetap mempunyai hak-hak dasar yang harus dihormati. Narapidana sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri, selalu
membutuhkan orang lain untuk membantu dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya serta dapat hidup layak seiring dengan hak-hak asasi
manusianya bersama-sama anggota masyarakat yang berada di sekitarnya.
22
3. Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat untuk
melaksanakan pemidanaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan.
23
20
Pasal 1 angka 3 Permen Hukum dan HAM RI Nomor M.01.PK.04-10 Tahun 2007 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti
Bersyarat
21
Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
22
Romli Atmasasmita dan Soemadipraja, Sistem Pemasyarakatan di Indonesia, Bandung : Bina Cipta, 1979, hlm. 12
23
Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
4. Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan warga binaan
pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana.
24
G. Metode Penelitian
Untuk memperoleh suatu kebenaran yang benar-benar dapat dipercaya keabsahannya, suatu penelitian harus menggunakan metode yang tepat dan sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai. Penulis harus cermat dalam memilih dan menentukan metode yang akan digunakan agar metode yang dipilih tersebut efektif
dalam pencapaian sasaran penelitian, sehingga hasilnya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam penulisan tesis ini, metode yang digunakan adalah :
1. SpesifikasiTipe Penelitian