1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tindak kekerasan di dalam rumah tangga domestic violence merupakan jenis kejahatan yang kurang mendapatkan perhatian dan jangkauan hukum.
Tindak kekerasan dalam rumah tangga umumnya melibatkan pelaku dan korban diantara anggota keluarga didalamnya. Saat ini kekerasan terhadap
perempuan merupakan masalah yang global yang banyak dibicarakan. Diperkiraan paling sedikit satu di antara lima perempuan di dunia pernah
mengalami kekerasan yang di lakukan oleh pria Sofyan, 2006. Komnas Perempuan 2008 menyatakan bahwa bentuk kekerasan yang paling sering
terjadi adalah Kekerasan dalam Rumah Tangga KDRT. Pada tahun 2006, angka kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia mencapai 16.709 kasus
Komnas Perempuan, 2008. Hasil penelitian Nurmalawanty 2005 menunjukkan adanya peningkatan jumlah kekerasan pada perempuan tiap
tahun. Praktek kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi tidak hanya
merupakan bentuk pelanggaran normasosial dan kemanusiaan, namun juga merupakan wujud pengingkaran kewajiban untuk mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang tinggi. Segala bentuk tindak kekerasan dalam
rumah tangga yang dilakukan oleh suami dapat berdampak serius terhadap kesehatan seorang wanita Depkes, 2005.
Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga UU PKDRT No. 23, 2004.
Kekerasan dalam rumah tangga dapat terjadi pada semua wanita, termasuk ketika wanita sedang hamil. Meskipun kehamilan sering dianggap
penting bagi seorang wanita, dimana seorang wanita harus dilindungi, tetapi kebanyakan studi menunjukkan antara 4-12 wanita yang hamil
melaporkan bahwa mereka tetap mendapat perilaku kekerasan selama kehamilannya. Lebih dari 90 wanita hamil mendapatkan kekerasan dari
pasangannya. Dan sebagian dari wanita tesebut mendapatkan perilaku kekerasan fisik berupa tendangan dan pukulan di bagian perut Depkes,
2005. Wanita yang menjadi korban kekerasan memiliki masalah kesehatan fisik
dan mental. Dampak dari kekerasan dalam rumah tangga berupa keinginan dan perilaku bunuh diri, tekanan mental, dan ganguan fisik seperti pusing,
nyeri, lemas, dan gangguan fungsi vagina. Pada wanita hamil, kekerasan mengakibatkan gangguan dalam kehamilan, pertumbuhan janin terlambat,
peningkatan kebiasaan merokok, penyakit menular seksual, keguguran, kelahiran prematur, gawat janin, dan pendarahan dalam kehamilan yang
sering berujung pada kematian ibu dan bayi Dharmono, 2008. Resiko traumacidera yang dialami bayi jauh lebih besar karena kondisi bayi yang
masih rentan terhadap trauma Curry, 1998 dalam Lowdermilk, 2000. Menurut Pudjiati 2003 bayi dilahirkan dari rahim seorang ibu setelah
dikandung kurang lebih 40 minggu dan pada waktu lahir mempunyai berat badan sekitar 3000 gr dan panjang badan 5 cm . Secara umum berat bayi lahir
adalah berat badan bayi setelah kelahiran kurang dari 24 jam yang diukur dengan timbangan tidur dan dinyatakan dalam gram. Berat badan bayi yang
normal adalah antara 3000 gr sampai 4000 gr dan bila dibawah atau kurang dari 2500 gr dikatakan berat badan lahir rendah BBLR Jumiarni, 2006.
Banyak hal yang mempengaruhi berat badan bayi baru lahir diantaranya status gizi ibu yang kurang, usia ibu yang terlalu muda dan terlalu tua, paritas atau
urutan anak dalam keluarga, kebiasaan ibu merokok, pendidikan ibu,dan penyakit yang diderita ibu Jones, 2002.
Bayi berat lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram I.G.B Manuaba, 2007. Berat badan pada
kehamilan apapun sangat berfariasi dan harus digambarkan pada grafik presentil. Bayi yang berat badannya diatas presentil 90 dinamakan besar untuk
umur kehamilan dan yang di bawah presentil 10 dinamakan ringan untuk umur kehamilan. Bayi yang berat badannya kurang dari 2500 gram pada saat
lahir di namakan berat badan lahir rendah. Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat badan lahir rendah di bedakan menjadi bayi
berat lahir rendah 1500 –2500 gram, bayi berat lahir sangat rendah 1500
gram dan bayi berat lahir eksterem 1000 gram.
Masalah yang sering dihadapi bayi BBLR adalah imaturitas organ-organ tubuh karena lahir kurang bulan. Seperti kurangnya kemampuan untuk
mencerna makanan, pada bayi preterm mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak
dibandingkan dengan bayi aterm. Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun.
Begitu pula kadar laktose enzim yang diperlukan untuk mencerna susu juga sampai sekitar kehamilan 34 minggu. Selain itu paru yang belum matang
dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan secara oral. Potensial
untuk kehilangan panas akibat permukaan tubuh dibanding dengan BB dan sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan
meningkatkan kebutuhan akan kalori. http:yayannerz.blogspot.com201205bayi-berat-lahir-rendah-bblr-dan-
bayi.html di peroleh tanggal 02 Mei 2012. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Rosmala Nur 2010 tentang
pengaruh kekerasan masa hamil-nifas, faktor penyebab dan dampaknya terhadap gangguan kesehatan reproduksi di Kelurahan Tanjung Batu,
Donggala Sulawesi Tengah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kekerasan suami terhadap istri terjadi pada masa hamil-nifas, dan persentase
terbanyak dialami istri di kota sebesar 43,28 persen daripada di desa sebanyak 42,8 persen berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Filendra 2008 tentang perbedaan kekerasan selama kehamilan dengan kepatuhan frekuensi ANC
terhadap kelahiran premature di Kabupaten Organ Komeling Ulu. Menunjukkan Kelompok BBLR mengalami lebih banyak kekerasan selama
kehamilan dibandingkan kelompok BBLC. Frekuensi ANC secara independen mempunyai hubungan yang signifikan dengan kelahiran BBLR
disamping kekerasan selama kehamilan. Di Propinsi Jawa Timur, BBLR masih menjadi penyebab kematian
neonatal tertinggi pada tahun 2004 sebesar 36,23 dan 2005 sebesar 34,72. Sedangkan di rumah sakit Dr. Soetomo pada tahun 2004 dari 232 kasus
kematian neonatal sebesar 78,88 merupakan bayi BBLR dan pada tahun 2005, 62,86 dari 306 kasus kematian neonatal merupakan BBLR, dengan
infeksi sebagai penyebab kematian BBLR tertinggi sebesar 25,68 di tahun 2006 dan 37,31 di tahun 2007 disusul afiksia, prematuritas, gangguan nafas
dan kelainan kongenietal. Sedangakan di wilayah kabupaten Malang jumlah kasus BBLR pada tahun 2008 sebanyak 585 kasus dan sebanyak 434 kasus
yang dapat ditangani. Resiko kematian BBLR 10 kali lipat dibanding bayi normal. Resiko semakin bertambah jika bayi semakin kecil dan immature.
http:www.scribd.comdoc75898126Tabel-Profil-Provinsi-Jawa-Timur- 2010 di peoleh tanggal 02 Mei 2012.
Kejadian BBLR ini secara umum disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor dari ibu maupun dari janin. Faktor dari ibu yang dapat menyebabkan
BBLR diantaranya adalah status gizi, umur ibu yang 20 tahun atau 35 tahun serta paritas. Status gizi sangat diperlukan pada saat kehamilan untuk
pertumbuhan janin dalam kandungan. Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang
sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Pada faktor umur ibu, umur yang aman bagi seorang wanita untuk hamil adalah 20-35 tahun, hal ini
berhubungan dengan kematangan organ reproduksi seorang wanita. Kehamilan yang kurang dari 20 tahun secara biologi optimal,emosinya
cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan
zat-zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan kehamilan yang terjadi pada usia diatas 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh
serta berbagai penyakit Wibowo dan Basuki, 2006. Pada paritas umunya ibu yang melahirkan dengan bayi berat lahir
rendah BBLR adalah multipara. Karena dilihat dari pengalaman dalam melahirkan, ibu multipara lebih memiliki pengalaman dalam persalinan,
kelahiran dan menjadi seorang ibu. Selain itu fungsi organ yang di miliki oleh ibu multipara lebih siap dalam menjaga kahamilan dan menerima kehadiran
janin dalam kandungannya dibanding dengan ibu primipara Handayani, 2006.
Berdasarkan data studi pendahuluan di Ruang Perinatal Cut Nya’ Dien RSUD kepanjen pada tanggal 28 Mei 2012, didapatkan data jumlah kelahiran
bayi sebeasar 106 kelahiran. Sedangkan untuk bayi dengan kejadian BBLR sebesar 53 bayi. Pada umumnya BBLR disebabkan oleh malnutrisi tetapi
untuk kasus BBLR dengan penyebab KDRT sendiri belum teridentifikasi oleh para perawat di ruang perinatal Cut Nya’ Dien. Hal ini bisa disebabkan
karena kurangnya pendekatan antara perawat dengan pasien sehingga pasien
tidak bisa mengungkapakan kejadian yang sebenarnya selain itu pasien juga masih menggap bahwa hal ini sulit untuk diungkapkan.
Dari data Dinas Informasi dan Komunikasi Pemprov Jatim tercatat beberapa kasus KDRT selama beberapa tahun. Pada tahun 2006 tercatat 97
kasus, di tahun 2007 sebanyak 151 kasus, sedangkan pada tahun 2008 tercatat 155 kasus dan pada tahun 2009 tercatat sekitar 245 kasus KDRT. Tetapi data
ini belum akurat karena banyak kasus-kasus KDRT yang belum terungkap. http:litbangkemdiknas.netjapatiindexx.php?module=detaildataid=741
di peroleh tanggal 11 Mei 2012. Peran perawat disini adalah sebagai educator yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan dalam upaya mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga dimasyarakat, karena keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat
yang harus dilindungi dari tindak kekerasan dalam rumah tangga. Selain itu peran perawat disini juga untuk melakukan pendampingan, memulihkan dan
melakukan perawatan fisik, serta mesupport kondisi psikis korban. Tujuan pendidikan perawat adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang termasuk keluarga, karena keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang dapat mempengaruhi suatu komunitas.
Selain fenomena diatas, banyak teori yang menyatakan bahwa kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi selama kehamilan dapat membahayakan ibu
dan janin, salah satu bahaya terhadap janin adalah terjadinya BBLR, tetapi penelitian tentang BBLR ini masih harus diteliti lebih lanjut, untuk itu peneliti
ingin melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kekerasan dalam
Rumah Tangga selama Kehamilan terhadap Berat Badan Lahir Bayi di Ruang Cut Nya’ Dien RSUD “Kanjuruan” Kepanjen”.
1.2. Rumusan Masalah