PENGERTIAN KRIMINALITAS JENIS KEJAHATAN

BAB II LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN KRIMINALITAS

Istilah kriminal telah dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Beberapa menyamakannya dengan dosa atau dusta; dan defenisi lainnya sebagai perilaku yang membahayakan sosial atau perilaku yang menyimpang dari norma sosial. Para ahli bidang sosiologi menganggap kejahatan tersebut sebagai tindakan yang melanggar hukum. Bagaimanapun juga, ”jika kejahatan itu didefenisikan sebagai pelanggaran hukum, pegawai negeri dan ahli politik diizinkan untuk menilainya dari dasar-dasar sosial dan konsep ilmiah Stark 1996. Gottfredson dan Hirschi 1990 mendefenisikan kejahatan itu sebagai hal yang terpisah dari defenisi dari undang-undang dimana kejahatan menunjuk kepada ”tindakan yang berbahaya atau usaha penipuan dalam pencarian dari self-interest” Dalam undang-undang, kejahatan merupakan tindakan yang melanggar hukum. Gagasan dari larangan kejahatan berarti bahwa pelanggaran hukum itu suatu pengakuan dalam hukum itu. Tetapi ahli sosiologi berpendapat bahwa peraturan yang sah mendefenisikan suatu kejahatan juga harus menggambarkan dukungan pada perizinan masyarakat dan kehadiran dari hal yang mendasari adat- istiadat yang mengingat pentingnya kesejahteraan dan kelangsungan hidup mereka. Reckless dalam Levin 2000 berpendapat bahwa sesuai peraturan undang-undang modern yang mendefenisikan bahwa pelanggaran baru harus berdasarkan pada opini publik pada peraturan-peraturan dan apa yang mendasari peraturan itu. Ari Widiyanta : Telaah Pustaka Tentang Kriminalitas Di Amerika Serikat Sebuah Usulan Intervensi, 2009 USU Repository © 2008

B. JENIS KEJAHATAN

Reiman 1998 menyatakan bahwa kita menggunakan label kejahatan yang tidak konsisten. Membunuh seorang istri atau tetangga disebut membunuh, tetapi ketika ada kekuatan hukum yang menyebabkan kematian, orang terhindar, hal ini umumnya tidak dapat disebut dengan pembunuhan. Menurut Sutherland dalam Levin 2000 terdapat beberapa jenis kejahatan. 1. white-collar crime adalah kejahatan yang dilakukan oleh orang terhormat dan berstatus sosial tinggi selama ia bekerja. Conklin menyatakan bahwa kerugian dari white-collar crime tiga kali lebih tinggi dari kejahatan jalanan. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa white-collar crime meliputi menentang hukum, penggelapan uang, price-fixing, pelanggaran keselamatan industri, dan kesalahan representasi dari iklan. 2. Organized Crime adalah aktifitas dari suatu grup dengan hirarki organisasi, dimana anggotanya menjalankan bisnis ilegal atau bisnis sah dengan kekuatan yang tidak sah. Organized Crime dilaksanakan oleh organisasi awalnya didesain dengan melibatkan aktifitas kriminal untuk keuntungan pribadi. Prevalensi dari organized crime membuat kekerasan kejahatan menjadi karakteristik spesial. Di kota-kota di Amerika, pembunuhan menjadi teknik rutin untuk membuat kesepakatan dengan bisnis lawan dengan penyelundup. Organized crime menyediakan servis ilegal seperti obat-obatan dan perjudian. Tindakan dari deviasi elit secara tipikal dilakukan dengan resiko kecil karena pengizinan legal biasanya tidak tegas dalam kekerasan kejahatan. Deviasi elit meningkatkan pertumbuhan dan memelihara organized crime. 3. Kejahatan Remaja Ari Widiyanta : Telaah Pustaka Tentang Kriminalitas Di Amerika Serikat Sebuah Usulan Intervensi, 2009 USU Repository © 2008 Konsekuensi dari kejahatan remaja menjadi kekhawatiran yang luar biasa dalam masyarakat modern. Beberapa negara bereaksi dengan frustasi terhadap remaja dan kaum muda mengenai kejahatan. Contohnya terjadi peningkatan kekerasan kejahatan remaja. Misalnya: berdasarkan voting di Massachusetts menyatakan bahwa pembunuh sama mudanya dengan usia 14 tahun, di Oregon usia termuda pelaku kejahatan adalah 14 – 12 tahun dan di Wisconsin pada usia 10 tahun. Siegel dan Senna 1997, menyatakan bahwa kriminal remaja berpengaruh penting dalam statistik kriminal di suatu negara. Misalnya, selama periode sepuluh tahun jumlah tahanan remaja meningkat 28 dan tahanan remaja dengan kasus kriminal yang kejam meningkat 75 . Namun, peningkatan remaja kriminal tidak dapat dijelaskan melalui peningkatan jumlah populasi remaja. Banyak aksi agresi remaja terlihat sebagai tindakan yang tidak memiliki motivasi random street violence. Levin dan McDevitt 1993 mengargumentasikan bahwa beberapa insiden ini disebabkan oleh rasa benci atau terpengaruh. Dalam analisis mereka mengenai hate-inspire crime mereka mengklasifikasikanya ke dalam tiga tipe, yaitu: 1. thrill-seeking hate crime, meliputi remaja yang suka menampar golongan kecil atau merusak milik orang lain. 2. reactive hate crimes, yaitu tingkah laku kriminal dimana individu melawan orang yang menghalangi jalan hidupnya. 3. mission hate crime, tindakan kriminal yang dimotivasi oleh keinginan untuk membunuh orang yang mengancam kepercayaan agamanya dan mencari ras yang murni. Ari Widiyanta : Telaah Pustaka Tentang Kriminalitas Di Amerika Serikat Sebuah Usulan Intervensi, 2009 USU Repository © 2008 Gank usia belasan harus menjadi perhatian. Hal yang berhubungan dengan gank remaja ini adalah substance abuser usia remaja dan drug traffikers. Gank yang menggunakan obat-obatan terlarang ini merekrut remaja karena remaja bekerja dengan mudahnya, kebal akan hukuman kriminal yang berat, nekat dan mau mengambil resiko Siegel and Senna, 1997. Di kebanyakan negara, institusi lokal telah mensponsori sejumlah program yang efektif untuk menyediakan alternatif kesehatan dalam bentuk harapan, bimbingan, dan pengawasan untuk anak muda, misalnya: program gun-buy back dan midnight basketball di gereja-gereja, konflik resolution dan program mentoring di sekolah-sekolah umum, beasiswa di kampus, summer jobs dan aktivitas setelah sekolah yang disponsori oleh perusahaan-perusahaan lokal Levin dkk, 2000.

C. PENYEBAB KEJAHATAN