Tanggung Jawab Perseroan Terbatas Dalam Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di Kota Medan

(1)

TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS DALAM

MENDAFTARKAN KARYAWANNYA SEBAGAI PESERTA

JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DI KOTA MEDAN

T E S I S

Oleh

SONDANG ANNA SITOHANG

077011085/MKn

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 0 9

Sondang Anna Sitohang : Tan ggung Jawab Perseroan Terbatas Dalam Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di Kota Medan, 2009


(2)

TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS DALAM

MENDAFTARKAN KARYAWANNYA SEBAGAI PESERTA

JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DI KOTA MEDAN

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister

Kenotariatan dalam Program Studi Kenotariatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SONDANG ANNA SITOHANG

077011085/MKn

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 0 9


(3)

Telah diuji pada

Tanggal : 28 Agustus 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum

Anggota : 1. Prof.Dr.Muhammad Yamin Lubis, SH, MS, CN

2. Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum 3. Prof.Dr.Runtung Sitepu, SH, M.Hum


(4)

Judul Tesis : TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS DALAM MENDAFTARKAN KARYAWANNYA SEBAGAI PESERTA JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DI KOTA MEDAN

Nama Mahasiswa : Sondang Anna Sitohang

Nomor Pokok : 077011085

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum) Ketua

(Prof. Dr. Muhammad Yamin,SH,MS,CN) Anggota

(Dr.T.Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum) Anggota

Ketua Program Direktur

Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH,MS,CN Prof.Dr.Ir.T. Chairun Nisa B, M.Sc


(5)

ABSTRAK

Jaminan Sosial Tenaga Kerja sebagai salah satu bentuk jaminan sosial yang memberikan perlindungan dan kesejahteraan bagi manusia tenaga kerja ikut menyumbang kegiatan pembangunan dengan mengurangi ketidakpastian masa depan, menciptakan ketenangan kerja dan ketentraman berusaha, sehingga dapat meningkatkan produksi dan produktifitas. Manfaat diselenggarakannya jaminan sosial bagi tenaga kerja sangat dirasakan terutama bagi tenaga kerja yang berpenghasilan rendah bahkan masih di bawah upah minimum, apabila mereka atau anggota keluarga sakit ada biaya untuk pengobatan tanpa mengurangi jumlah upah yang diterimanya.

Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh, lengkap dan sistematis mengenai Tanggung Jawab Perseroan Terbatas Dalam Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Kota Medan. Bersifat analisis karena gejala dan fakta yang dinyatakan oleh responden kemudian akan dianalisa terhadap berbagai aspek hukum baik dari segi hukum perseroan terbatas maupun hukum perdata dan hukum ketenagakerjaan. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan yuridis empiris yaitu suatu penelitian yang meneliti peraturan-peraturan hukum yang kemudian dihubungkan dengan data dan perilaku para pelaku yang berkaitan dengan judul penelitian.

Tanggung Jawab Perseroan Terbatas Dalam Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 13 tahun 2003, Tentang Ketenagakerjaan dan Undang Undang Nomor 3, Tahun 1992, Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, secara jelas mengamanatkan pengusaha yang membayar upah seluruh tenaga kerja diatas Rp 1.000.000. (satu Juta Rupiah) atau mempekerjakan 10 orang karyawan, wajib hukum masuk Jamsostek. Faktor-faktor yang menyebabkan Perseroan Terbatas Tidak Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Perserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah, banyaknya karyawan yang sistem kontrak dan terdapat Perusahaan Wajib belum Daftar ( PWBD ), Tenaga Kerja yang masih rendah dan di bawah Upah Minimum Regional serta banyaknya perusahaan yang menganggap masuk program Jamsostek bukan kewajibannya. Dalam Mengatasi Perseroan Terbatas yang tidak mendaftarkan karyawannya sebagai peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah dengan melakukan sosialisasi kepada perusahaan perusahaan yang belum mendaftarkan karyawannya serta melakukan kerja sama dengan pihak Kejaksaan untuk menindak secara hukum perusahaan yang tidak daftarkan karyawannya sebagai peserta Jamsostek.


(6)

ABSTRACT

The Social Guarantee of Labor as on kind of social guarantee which gives both protection and welfare for labor human is participates in development activities by reducing unconvinced future, creating work serenity and tranquility efforts ; therefore, it can improve both production and productivity. The benefits in performing the social guarantee are very enjoyed by the labor, especially for low income workers even minimum levelof income,in which it do not cut their wagws for treatment costs if they or their family member are sick.

This research is analytic-deskriptive feature, it is the research aimed to obtain entire, complete and systematic description about the responsibility of the Limited Company (PT) in registering their workers as the Social Guarantee Participant of Labor in Medan City. It is analytic fuature, because both symptoms abd facts stated by respondent, then, will analyzed for various law aspects either from limited company’ regulation or civil law and labor law. The implemented approach is juridical-empirical, that is a research which analyzes the regulations of law then related with data and behavioral of the doers concerned with the title of research.

The responsibility of Limited Company in registering their workers as the Social Guarantee Participant of Labor is accordance with mandate of Act Number 13 Year 2003 about Labor, Act Number 3 Year 1992 about the Social Guarantee of Labor, that authorizes all entrepreneurs exactly to pay the wages of their workers above Rp. 1.000.000,- (one million rupiah) or employing 10 workers, it is a must to register them for social guarantee of labor. Some factors caused Limited Companies do not register their workers as the Social Guarantee of Labor are many of them are in contract system and there is Unregistered Company (PWBD), low-income workers, and under regional wages, also there are many companies state that the Social Guarantee of Labor Program is not their responsibility. In solving the case of the Limited Companies which do not register their workers as the guarantee social participant is by performing the socialization to all companies and also creating a collaborative with Justice Party to take action againts the companies that do not register their workers as the Social Guarantee Participant formally.

Keywords : The Responsibility of Company, The Social Guarantee Participant of Labor.


(7)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Kuasa, karena berkat dan hidayah-Nya, maka tesis ini telah dapat diselesaikan dengan judul; Tanggung Jawab Perseroan Terbatas Dalam Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Kota Medan

Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan Program Studi Magister Kenotariatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan tesis ini telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Terima kasih yang mendalam dan tulus saya ucapkan secara khusus kepada yang terhormat dan amat terpelajar Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum selaku Ketua Komisi Pembimbing serta Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin Lubis, SH, MS, CN dan Ibu Dr. T. Kei Zerina Devi Azwar, SH,CN, M.Hum masing-masing selaku anggota Komisi Pembimbing, yang telah memberikan pengarahan, nasehat serta bimbingan kepada saya, dalam penulisan tesis ini.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih secara khusus kepada Dosen tamu Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum dan Prof. Dr. Syarifuddin Kalo, SH, MS yang selama ini telah membimbing dan membina penulis dan pada kesempatan ini dipercayakan menjadi dosen penguji sekaligus sebagai panitia penguji tesis.


(8)

Selanjutnya ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM & H, Sp.A (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Kenotariatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof.Dr.Ir.T. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof.Dr.Muhammad Yamin, SH, MS, CN, dan Ibu Dr. T. Keizerina Devi

Azwar, SH, CN, M.Hum selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Guru Besar dan Staf Pengajar diantaranya Bapak

Prof.Dr M.Solly Lubis,SH, Prof.Dr. Tan Kamello, Prof.Dr.Syafruddin Kalo,SH,M.Hum, Ibu Hj. Chairani Bustami, SH, M.Kn, Dr.Pendastaren Tarigan,SH,MS, Dr.Budiman Ginting, SH, M.Hum, dan lain lain serta para karyawan pada Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara diantaranya Ibu Fatimah, SH, Mbak Sari, Mbak Lisa, Mbak Afni, Mas Adi, Mas Rizal dan lain-lain yang telah banyak membantu dalam penulisan ini dari awal hingga selesai.

5. Rekan-rekan serta teman-temanku tercinta di Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara di Program Magister Kenotariatan yang selalu memberikan semangat, memberikan dorongan, bantuan pikiran serta mengingatkan dikala lupa


(9)

Secara khusus, penulis menghaturkan sembah dan sujud dan ucapan terima kasih yang tak terhingga, kepada yang tercinta Ayahanda Turman Fufinus Sitohang dan Ibunda Christina Sitanggang yang telah bersusah payah melahirkan, membesarkan dengan penuh pengorbanan, kesabaran, ketulusan dan kasih sayang, serta memberikan doa restu, sehingga penulis dapat melanjutkan dan menyelesaikan pendidikan di Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara serta tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada Suamiku dan anak anakku yang selama ini memberikan dukungan dan perhatiannya.

Penulis berharap semoga semua bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, mendapat rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa, agar selalu dilimpahkan kebaikan, kesehatan, kesejahteraan dan rejeki yang melimpah kepada kita semua.

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama kepada penulis dan kalangan yang mengembangkan ilmu hukum, khususnya dalam bidang ilmu Kenotariatan.

Medan, 1 Juli 2009 Penulis,


(10)

RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Sondang Anna Sitohang

Tempat Tanggal Lahir : Lubuk Pakam, 8 April 1974

II. ORANG TUA

Nama Ayah : Turman Rufinus Sitohang

Nama Ibu : Christine Sitanggang

III. PEKERJAAN

Wiraswasta

IV. PENDIDIKAN

1. SD : SD Khatolik Lubuk Pakam, Lulus 1986

2. SMP : SMP Nasional Lubuk Pakam, Lulus 1989

3. SMA : SMA Khatolik Lubuk Pakam, Lulus 1992

4. S – 1 : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Lulus 2004


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... x

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Manfaat Penelitian... 8

E. Keaslian Penelitian ... 9

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 10

1. Kerangka Teori ... 10

2. Konsepsi ... 15

G. Metode Penelitian……… 18

BAB II : TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS DALAM MENDAFTARKAN KARYAWANNYA SEBAGAI PESERTA JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

...

23

A. Pengertian Perseroan Terbatas... 23

B. Pememerintah Provinsi Sumut Minta Pengusaha Patuhi Peraturan Jamsostek... 29


(12)

C. Pengusaha Sumut Lalai dan 60 Persen Pekerja Di

Sumut Belum Diikutkan Jamsostek ... 35

D. Penguasaha Lalai Daftarkan Karyawannya Sebagai

Peserta Jamsostek ... 36

E. Tanggung Jawab Perseroan Terbatas Dalam

Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Peserta Jaminan

Sosial Tenaga Kerja ... 38

F. Kepesertaan Tenaga Kerja Sebagai Peserta Program

Jamsostek Minim ... 44

BAB III : FAKTOR-FAKTOR PERSEROAN TERBATAS

TIDAK MENDAFTARKAN KARYAWANNYA SEBAGAI PERSERTA JAMINAN SOSIAL TENAGA

KERJA ... 45

A. Perlindungan Hukum Tenaga Kerja... 45

B. Pemerintah Tindak Tegas Perusahaan yang Tidak

Daftarkan Karyawan Sebagai Peserta Jamsostek... 50

C. DPRD Sumatera Utara Dukung Dibentuknya Perda

Jamsostek ... 52

D. PT. Jamsostek Himbau Perusaaan Agar Daftarkan

Karyawannya Sebagai Peserta Jamsostek... 53

E. Kejaksaan Sumut Akan Tindak Perusahaan yang Tidak

Daftarkan Karyawannya Sebagai Peserta Jamsostek... 60

BAB IV : UPAYA PT. JAMSOSTEK DALAM MENGATASI PERSEROAN TERBATAS YANG TIDAK MENDAFTARKAN KARYAWANNYA SEBAGAI

PESERTA JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA ... 66

A. Sejarah PT Jamsostek... 66 B. Visi, Misi dan Manajemen PT. Jamsostek ... 68


(13)

C. Program PT Jamsostek Sebagai Pengelola Jaminan

Sosial Tenaga Kerja di Indonesia... 74

D. Upaya PT Jamsostek Dalam Mengatasi Perseroan yang Tidak Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Peserta Jamsostek ... 93

E. Penunggak Iuran Jamsostek akan Segera Dipanggil Jaksa ... 95

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN... 100

A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

“Konsepsi Pembangunan Nasional dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara mencakup semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan tujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata baik material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.”1

“Sektor ketenagakerjaan sebagai sumber daya manusia merupakan faktor

yang penting bagi terselenggarakannya pembangunan nasional sehingga perlu ditingkatkan kualitasnya dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya, diarahkan pada peningkatan harkat, martabat dan kemampuan manusia serta kepercayaan diri sendiri dalam mewujudkan satu masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, dan merata, baik materiil maupun spiritual.”2

“Pasal 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa pembangunan ketenagakerjaan juga bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan. Sehingga merupakan hal penting yang harus diperhatikan, maka perlu adanya suatu perangkat bagi sarana perlindungan dan kepastian hukum bagi tenaga kerja" 3

Pemerintah juga menerbitkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai salah satu pelaksanaan kebijakan

1

Markus Wauran, Memandang Tenaga Kerja Sebagai Aset Perusahaan, (Jakarta, Pustaka Utama, 2006), halaman 5.

2

Marwan Sulaiman, Melihat Hukum Ketenaga Kerjaan Kita, (Jakarta, Info Pekerja, 2006), halaman 7.

3


(15)

pembangunan nasional dalam meningkatkan kesejahteraan secara berkelanjutan, adil dan merata menjangkau seluruh rakyat.

Jaminan sosial bagi seluruh rakyat diantaranya diamanatkan dalam Pasal 120 ayat (3) mengenai hak terhadap jaminan sosial dan pasal 34 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jaminan sosial juga dijamin dalam Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hak Asasi Manusia Tahun 1948 dan ditegaskan dalam Konvensi ILO Nomor 102 Tahun 1952 yang menganjurkan semua negara untuk memberikan perlindungan minimum kepada setiap tenaga kerja.4

“Program jaminan sosial tenaga kerja merupakan bentuk perlindungan ekonomi dan perlindungan sosial. Dikatakan demikian karena program ini memberikan perlindungan dalam bentuk santunan berupa uang atas berkurangnya penghasilan dan perlindungan dalam bentuk pelayanan perawatan atau pengobatan pada saat seorang pekerja tertimpa resiko-resiko tertentu”.5

Umumnya karyawan dan perusahaan beranggapan kompensasi merupakan bidang terpenting. Kompensasi merupakan istilah luas yang berkaitan dengan imbalan-imbalan finansial yang diterima oleh orang-orang melalui hubungan kepegawaian mereka dengan sebuah organisasi. Kompensasi merupakan salah satu bentuk pengembalian yang terkait dengan imbalan-imbalan misalnya gaji, tunjangan-tunjangan, status, promosi, benefit, dan bonus. 6

Menurut perspektif Sumber Daya Manusia setiap organisasi hendaknya mampu memikat karyawan-karyawan potensial, memelihara, kontinuitas operasi-operasinya dengan memiliki karyawan yang dapat mendukung program perusahaan dengan baik. Oleh karena itu sudah semestinya memiliki sistem kompensasi yang efektif.

4

Ibid, halaman 8.

5

Ibid, halaman 7.

6


(16)

Ada dua pertimbangan kunci dalam sistem kompensasi yang efektif. Pertama, sistem kompensasi harus tanggap terhadap situasi. Sistem harus sesuai dengan lingkungan dan mempertimbangkan tujuan-tujuan, sumber daya dan struktur organisasi. Kedua, sistem kompensasi harus dapat memotivasi karyawan-karyawan. Sistem sebaiknya memuaskan kebutuhan mereka, memastikan perlakuan adil terhadap karyawan, dan memberikan imbalan terhadap kinerja. Pemberian kompensasi yang baik dan adil akan berpengaruh pada peningkatan motivasi dan loyalitas anggota organisasi untuk bekerja dengan baik sesuai yang ditargetkan. 7

Di Indonesia, kepesertaan dalam program Jaminan Sosial Tenaga Kerja juga telah diwajibkan melalui Undang-Undang Nomor 3/1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Sedangkan pelaksanaannya tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14/1993, Keputusan Presiden Nomor 22/ 1993 dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per.05/MEN/1993. Dalam perspektif universal, hal-hal tersebut merupakan bagian dari komponen Hak-hak Asasi Manusia atau HAM yang ditetapkan PBB pada Tahun 1948, dan konvensi International Labour Organization Nomor 102/1992.

“Hingga saat ini masih ada 19.000 perusahaan yang belum mengikutsertakan sembilan juta tenaga kerja mereka dalam program Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Jumlah pekerja tersebut merupakan 29 persen dari angkatan kerja yang ada di Indonesia, yang saat ini mencapai 31 juta orang, dan mereka menjadi sasaran pencapaian Jaminan Sosial Tenaga Kerja.”8

“Banyaknya perusahaan-perusahaan di Kota Medan yang tidak memasukkan karyawannya menjadi peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja

7

Ibid, halaman 2.

8


(17)

(Jamsostek) menjadi perhatian dan pertanyaan bagi anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah atau DPRD Medan”.9

Banyak perusahaan yang tidak memasukkan karyawannya menjadi peserta Jamsostek. Kalaupun ada tidak sesuai dengan daftar gaji yang sebenarnya dan tidak semua program Jamsostek dimasukkan. Akan merugikan para karyawan atau pekerja. Hampir seribuan perusahaan yang dikategorikan wajib menjadi peserta Jamsostek tetapi belum didaftarkan sampai saat ini. Beberapa perusahaan yang menjalankan program Jamsostek hanya sedikit sekali yang murni. Diantaranya ada yang hanya menyertakan karyawannya hanya sebatas program Jaminan Kesehatan, ada yang hanya mengikuti Jaminan untuk hari tua dan ada pula sebatas program jaminan keselamatan kerja. 10

Terhadap permasalahan semacam ini yang berhubungan dengan resiko sosial yang menimpa kaum tenaga kerja tersebut, perhatian pemerintah besar sekali, bahkan ikut terpanggil mendirikan suatu pertanggungan sosial yang direalisasikan dengan menyelenggarakan program Jamsostek yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 yang mulai berlaku tanggal 27 Pebruari 1993 sebagai Pelaksanaan Undang-undang Jamsostek Nomor 3 Tahun 1992 yang mengatur pemberian Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Kematian, Jaminan Pemeliharan Kesehatan sebagai perlindungan dasar bagi tenaga kerja dan keluarganya dalam mengahadapi resiko-resiko sosial-ekonomi, dan mengurangi ketidakpastian masa depan.11

”Jaminan Sosial Tenaga Kerja sebagai salah satu bentuk jaminan sosial yang memberikan perlindungan dan kesejahteraan bagi manusia tenaga kerja ikut menyumbang kegiatan pembangunan dengan mengurangi ketidakpastian masa depan, menciptakan ketenangan kerja dan ketentraman berusaha, sehingga dapat meningkatkan produksi dan produktifitas”.12

9

Jamhur Abdullah, DPRD Medan Prihatin Kondisi Karyawan, Suara Medan edisi 6 Mei 2007, halaman 2.

10

Ibid, halaman 12.

11

Ibid, halaman 2.

12

Wigoyo Puspoyo, Pentingnya Jamsostek Bagi Karyawan, (Jakarta, Laporan Jurnal, Pelita, 2000), halaman 5.


(18)

Manfaat diselenggarakannya jaminan sosial bagi tenaga kerja sangat dirasakan terutama bagi tenaga kerja yang berpenghasilan rendah bahkan masih di bawah upah minimum, apabila mereka atau anggota keluarga sakit ada biaya untuk pengobatan tanpa mengurangi jumlah upah yang diterimanya.

Namun di balik pentingnya Jaminan Sosial Tenaga Kerja ini, sejumlah kasus penyimpangan terhadap, pelanggaran hak karyawan ini, sering pula di langgar oleh perseroan terbatas, di berbagai kota di Indonesia terjadi beragam pelanggaran atas tindakan perseroan terbatas yang tidak mendaftarkan karyawannya sebagai peserta Jamsostek, akibatnya puluhan perusahaan diseret ke pengadilan karena tidak mengikut-sertakan pekerjanya dalam program Jamsostek.

Masih banyak pengusaha yang sengaja tidak mengikuti aturan Undang Undang Nomor 3 Tahun 1992, Tentang program Jamsostek dengan tidak mendaftarkan para karyawannya. Oleh karenanya pemerintah kabupaten/kota diminta mendesak pengusaha segera mendaftarkan seluruh tenaga kerja diwilayahnya yang belum masuk program Jamsostek. Kakanwil I PT Jamsostek Wilayah Sumatera Bagian Utara di Medan, Masud Muhammad mengatakan, masih ada 64,70 persen lagi tenaga kerja yang tidak terdaftar sebagai peserta Jamsostek di Medan. Masud menghimbau kiranya pengusaha di Medan, yang belum mendaftarkan karyawannya ke Jamsostek agar dilakukan karena hal tersebut telah tertuang di Undang Undang Nomor 3 Tahun 1992. 13

Dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi E DPRDSU di ruang rapat gedung Jamsostek, wakil rakyat DPRD Sumatera Utara merasa prihatin akibat minimnya pengusaha kota Medan mendaftarkan karyawannya sebagai peserta Jamsostek, dimana hal itu tentunya, sangat merugikan karyawan. Hal tersebut tidak bisa ditolerir apalagi dengan dalih pertimbangan ekonomi biaya tinggi.

13

Keterangan Kakanwil I PT Jamsostek Wilayah Sumatera Bagian Utara di Medan, Masud Muhammad, dalam temu pers dengan media cetak di Medan pada tanggal 12 Mei 2009 yang di terbitkan oleh Jurnal Jamsostek edisi Mei 2007, halaman 7.


(19)

Sementara itu, Anggota Komisi E DPRDSU dari Fraksi PDS Burhanuddin Rajagukguk berpendapat, bahwa perlu penanganan serius tentang masalah Jamsostek khususnya perseorangan dan Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TK-LHK). Pelaksanaan otonomi daerah berada di Kabupaten/Kota, maka sasaran pelaksanaan Jamsostek ada didaerah. Oleh karenanya, perlu dipikirkan bersama, agar masing-masing kepala daerah dapat terlibat langsung untuk mendukung program jamsostek. Dengan melihat kepesertaan Jamsostek yang masih minim dan luasnya potensi yang belum tergali, saatnya dibuat Peraturan Gubernur atau Peraturan Daerah/Bupati/Walikota. Dan, peran Disnakertrans sangat strategis dalam menyukseskannya.14

Perusahaan tidak perlu ragu untuk mendaftarkan karyawannya masuk Jamsostek, karena klinik dan rumah sakit yang bekerja sama dengan jamsostek terus menerus kualitasnya ditingkatkan. Apalagi tenaga kerja yang di pekerjakan oleh perusahaan dengan sistem tenaga kerja outsorcing (OS). Kami sudah kunjungi langsung perusahaan dimaksud dan minta agar mereka segera mendaftar, ujar

Kakanwil PT Jamsostek Wilayah I di Medan.Menurut dia, Tahun ini pihaknya akan

bekerja secara all out mengajak perusahaan untuk segera mendaftar. Pokoknya Tahun ini sesuai dengan perintah menteri harus turun gunung, kita akan jemput bola. Lebih baik perusahaan dengan kesadaran sendiri masuk menjadi peserta Jamsostek. Sebab kalau tidak, mereka juga akan berurusan dengan yang berwajib, sebab melanggar Undang Undang Nomor 3 Tahun 1992. Jadi lebih baik mendaftar secara bersamaan dengan kesadaran sendiri. 15

“Dalam hal perusahaan mendaftarkan karyawannya menjadi anggota Jamsostek hendaknya jangan di di lihat dari ketentuan Undang Undang saja, Kepesertaan pekerja dalam program Jamsostek, menurut Mudji, bukan sekadar penegakan hukum positif yang diatur dalam peraturan perundangan, tetapi lebih dari itu, yakni pemenuhan hak-hak normatif yang memang sudah seharusnya diterima pekerja.”16

14

Wigoyo Puspoyo, Op. Cit, halaman 5.

15

Keterangan Kakanwil I PT Jamsostek Wilayah Sumatera Bagian Utara di Medan, Masud Muhammad, dalam temu pers dengan media cetak di Medan pada tanggal 12 Mei 2009 yang di terbitkan oleh Jurnal Jamsostek edisi Mei 2007, halaman 7.

16


(20)

Berkaitan dengan telah di syahkannya Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, sebagai pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995, serta mengingat besarnya peranan Jamsostek bagi negara pada umumnya dan tenaga kerja khususnya, maka penulis sangat tertarik untuk mengadakan penelitian di bidang Jaminan Sosial Tenaga Kerja atau Jamsostek, yang berkaitan dengan peranan perseroan terbatas untuk mendaftarkan karyawannya.

Penelitian ini di lakukan dengan judul, Tanggung Jawab Perseroan Terbatas Dalam Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Kota Medan, untuk mengkaji keabsahannya secara hukum, sehingga dengan demikian, akan terjawab kesimpulan yang sesuai dengan permasalahan yang terdapat di dalam penelitian ini.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Tanggung Jawab Perseroan Terbatas Dalam Mendaftarkan

Karyawannya Sebagai Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja ?

2. Faktor-faktor Apakah yang menyebabkan Perseroan Terbatas Tidak

Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Perserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja ?

3. Upaya Apakah yang di lakukan PT Jamsostek Dalam Mengatasi

Perseroan Terbatas yang tidak mendaftarkan karyawannya sebagai peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja ?


(21)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Tanggung Jawab Perseroan Terbatas Dalam

Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

2. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang menyebabkan Perseroan Terbatas

Tidak Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Perserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

3. Untuk mengetahui upaya yang di lakukan PT Jamsostek Dalam

Mengatasi Perseroan Terbatas yang tidak mendaftarkan karyawannya sebagai peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat antara lain : 1. Secara teoritis

a. Sebagai bahan informasi bagi akademisi maupun sebagai bahan

perbandingan bagi para peneliti yang hendak melaksanakan penelitian lanjutan tentang Tanggung Jawab Perseroan Terbatas Dalam Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

b. Sebagai bahan bagi pemerintah Republik Indonesia dalam

penyempurnaan peraturan Perundang-undangan tentang aturan perseroan terbatas, khususnya dalam hal tanggung jawabnya terhadap karyawan sebagai peserta jaminan sosial tenaga kerja.


(22)

c. Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum, terutama hukum perseroan terbatas dan hukum tenaga kerja serta jaminan sosial.

2. Secara praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi para penegak hukum terutama dalam hal pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi Perusahaan atau Badan Hukum lainnya yang tidak mendaftarkan karyawannya sebagai peserta Jamsostek serta Hak-hak Pekerja lainnya yang telah diatur oleh Undang-Undang dan peraturan hukum lainnya.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini difokuskan untuk meneliti tentang Tanggung Jawab Perseroan Terbatas Dalam Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Kota Medan. Berdasarkan penelurusan kepustakaan dari hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan, khususnya di Universitas Sumatera Utara, penelitian mengenai Tanggung Jawab Perseroan Terbatas Dalam Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Kota Medan, penelitian ini, baik dari segi judul, permasalahan dan lokasi serta daerah penelitian, belum pernah di lakukan oleh peneliti lain, maka dengan demikian, penelitian ini adalah asli, serta dapat dipertanggung-jawabkan keasliannya secara ilmiah.


(23)

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

”Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di dalam masyarakat” 17, artinya bahwa hukum itu harus mencerminkan nilai-nilai yang

hidup di dalam masyarakat, hal ini sesuai dengan pendapat Roscoe Pound, Eugen Ehrlich, Benyamin Cardozo, Kantorowics, Gurvitch dan lain-lain, dimana aliran pemikiran ini berkembang di Amerika.

Menurut Kelsen, hukum adalah sebuah sistem Norma. Norma adalah pernyataan yang menekankan aspek “seharusnya” atau das solen, dengan menyertakan beberapa peraturan tentang apa yang harus dilakukan. Norma-norma adalah produk dari aksi manusia yang deliberatif. Kelsen meyakini David Hume yang membedakan antara apa yang ada (das sein) dan apa yang “seharusnya”, juga keyakinan Hume bahwa ada ketidak-mungkinan pemunculan kesimpulan dari kejadian faktual bagi das solen. Sehingga, Kelsen percaya bahwa hukum, yang merupakan pernyataan-pernyataan “seharusnya” tidak bisa direduksi ke dalam aksi-aksi alamiah.18

Pembangunan yang ditandai dengan perkembangan mekanisasi dan otomatisasi industri, peningkatan penggunaan sarana moneter serta perubahan keseimbangan penduduk dari pedesaan keperkotaan telah membawa perombakan struktural dalam cara dan sumber kehidupan yang berakibat membawa perubahan-perubahan sosial dan kemudian perubahan-perubahan sosial itu akan mengakibatkan pula terjadinya pergeseran nilai-nilai sosial di dalam kehidupan masyarakat.

Pergeseran nilai-nilai sosial tersebut dapat pula mengakibatkan terjadinya kepincangan-kepincangan sosial di dalam tatanan kehidupan masyarakat yang

17

Lili Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum, Bandung, Penerbit: PT. Citra Aditya Bakti, 2004, halaman 66.

18

Hans Kelsen meninggal dunia pada 19 April 1973 di Berkeley. Kelsen meninggalkan hampir 400 karya, dan beberapa dari bukunya telah diterjemahkan dalam 24 bahasa. Pengaruh Kelsen tidak hanya dalam bidang hukum melalui Pure Theory of Law, tetapi juga dalam positivisme hukum kritis, filsafat hukum, sosiologi, teori politik dan kritik ideology.


(24)

mungkin bisa berwujud perasaan cemas, prasangka, dan sikap masa bodoh yang nantinya akan menimbulkan suatu keadaan yang tidak stabil di dalam masyarakat.

Untuk menetralisasi kemungkinan timbulnya ketidakstabilan tersebut, maka pembangunan dibidang kesejahteraan harus diarahkan kepada berkembangnya tingkat kesadaran tanggung jawab sosial, juga harus diupayakan untuk meningkatkan kemampuan golongan masyarakat tertentu sebagai subyek yang dapat menentukan masalah-masalah sosial yang dihadapi di dalam kehidupan masyarakat.

Salah satu golongan tertentu ialah masyarakat tenaga kerja atau karyawan pada perusahaan swasta maupun karyawan dalam lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Tenaga kerja merupakan bagian dari masyarakat yang ikut dalam proses pembangunan, khususnya di lapangan pangan produksi. Kesejahteraan tenaga kerja berupa jaminan perlindungan sosial menjadi faktor penentu bagi maju mundurnya perusahaan dalam mencapai produktivitas yang maksimal. Apabila fasilitas yang diterima tenaga kerja sebagai kontra prestasi penunaian kerja pada perusahaan jelek, maka akan mempengaruhi pula kesejahteraan keluarganya. Ini berarti semangat tenaga kerja dalam melakukan pengabdian berupa penunaian kerja di perusahaan tempat ia bekerja juga terpengaruh.19

Terhadap permasalahan semacam ini yang berhubungan dengan resiko sosial yang menimpa kaum tenaga kerja tersebut, perhatian pemerintah besar sekali, bahkan ikut terpanggil mendirikan suatu pertanggungan sosial yang direalisasikan dengan menyelenggarakan program Jamsostek yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 yang mulai berlaku tanggal 27 Pebruari 1993 sebagai Pelaksanaan Undang-undang Jamsostek Nomor 3 Tahun 1992 yang mengatur pemberian Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Kematian, Jaminan Pemeliharan Kesehatan sebagai perlindungan dasar bagi tenaga kerja dan keluarganya dalam mengahadapi resiko-resiko sosial-ekonomi, dan mengurangi ketidakpastian masa depan.

19


(25)

Jaminan Sosial Tenaga Kerja sebagai salah satu bentuk jaminan sosial yang memberikan perlindungan dan kesejahteraan bagi manusia tenaga kerja ikut menyumbang kegiatan pembangunan dengan mengurangi ketidakpastian masa depan, menciptakan ketenangan kerja dan ketentraman berusaha, sehingga dapat meningkatkan produksi dan produktifitas. Manfaat diselenggarakannya jaminan sosial bagi tenaga kerja sangat dirasakan terutama bagi tenaga kerja yang berpenghasilan rendah bahkan masih di bawah upah minimum, apabila mereka atau anggota keluarga sakit ada biaya untuk pengobatan tanpa mengurangi jumlah upah yang diterimanya.20

Dalam Teori Keadilan (equity theory) dikatakan bahwa individu akan membuat perbandingan sosial dalam menilai imbalan dan status mereka sendiri. Untuk itu persepsi karyawan merupakan faktor yang paling relevan dalam menentukan keadilan sistem kompensasi di mana perbandingan kompensasi aktual dengan yang diharapkan menentukan tingkat kepuasan dan ketidakpuasan karyawan.

Pasal 18 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jamsostek, menjelaskan jenis-jenis program jaminan sosial yaitu meliputi jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian. Secara yuridis program jaminan sosial tersebut merupakan usaha dari pemerintah untuk menumbuhkan kepuasan pekerja dalam bekerja.

Produktivitas kerja ditentukan oleh sejauhmana pekerja dapat bekerja secara maksimal, sedangkan kinerja dapat maksimal jika kebutuhan-kebutuhan pekerja dapat terpenuhi dengan baik sehingga akan menciptakan kepuasan dalam bekerja. Salah satu penentu dari kepuasan kerja tersebut yaitu terpenuhinya tunjangan-tunjangan kerja. Sebagaimana di tetapkan dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992, Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, adalah suatu aturan yang memberikan kepada pekerja di Indonesia mendapatkan hak-hak yang harus dipenuhi yaitu jaminan sosial dalam bekerja. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992, merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan produktivitas kerja nasional.21

20

Ibid, halaman 8.

21


(26)

Kasus-kasus kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi terhadap tenaga kerja dalam berbagai bentuk masih terus terjadi dan seolah-olah menjadi sesuatu yang biasa dihadapi mereka yang bekerja sebagai pekerja, terlebih-lebih perlindungan hukumnya.

Sejak Tahun 2004, di masa pemerintahan Megawati, Undang Undang Nomor 39 Tahun 2004 telah disahkan, berdekatan dengan disahkannya Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RAN-HAM) 2004-2009 dimana salah satu rencananya adalah Ratifikasi Konvensi Internasional tentang Hak-hak Pekerja dan Keluarganya. Pemerintah periode saat ini telah pula mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2006 tentang Kebijakan Reformasi Sistem Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. Lebih lanjut, Peraturan Presiden Nomor. 81 Tahun 2006 tentang Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) telah dikeluarkan untuk melaksanakan Undang Undang Nomor 39 Tahun 2004.22

Sistem Jaminan Sosial Nasional pada dasarnya merupakan program negara yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui program ini, setiap penduduk diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak apabila terjadi hal-hal yang dapat mengakibatkan hilang atau berkurangnya pendapatan, karena menderita sakit, mengalami kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut, atau pensiun. 23

Salah satu usaha pemerintah untuk menyejahterakan rakyat yaitu diterbitkannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK), kemudian Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Dengan adanya jaminan bagi pekerja akan memberikan ketenangan dalam bekerja sehingga diharapkan akan meningkatkan produktivitas kerja. Permasalahan muncul yaitu sejauhmana Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2004 tersebut dapat meningkatkan produktifitas kerja nasional. Faktor ketenagakerjaan sebagai sumber daya manusia merupakan faktor yang penting bagi terselenggarakannya pembangunan nasional sehingga perlu ditingkatkan kualitasnya.24 22 Ibid. 23 Ibid. 24


(27)

Hal ini dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya, diarahkan pada peningkatan harkat, martabat dan kemampuan manusia serta kepercayaan diri sendiri dalam mewujudkan satu masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, dan merata, baik materiil maupun spiritual.

Pembangunan di bidang ketenagakerjaan dalam rangka menciptakan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran serta pengembangan sumber daya manusia diarahkan pada pembentukan tenaga profesional yang mandiri, beretos kerja tinggi dan produktif. Pembangunan ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh dan ditujukan pada peningkatan, pembentukan dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas, produktif, efisien, dan berjiwa wirausaha sehingga mampu mengisi, menciptakan dan memperluas lapangan kerja serta kesempatan kerja. 25

”Terwujudnya sumber daya manusia yang tinggi tersebut dibutuhkan suatu kondisi yang kondusif untuk dapat menunjang percepatan cita-cita pembangunan nasional secara menyeluruh. Hukum nasional disusun berdasarkan konsepsi-konsepsi dan asas-asas hukum yang berasal dari hukum masyarakat Indonesia di masa kini dan

masa yang akan datang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.”26

Persaingan yang ketat dalam dunia bisnis membuat perusahaan harus mampu meningkatkan efesiensi dan produktifitas karyawannya. Hal ini berarti perusahaan harus memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, tangguh, siap dan tidak takut menghadapi perubahan lingkungan bisnis sebagai suatu tantangan yang harus dihadapi.

25

Herman Hakim, Sistem Pengupahan Tenaga Kerja, (Jakarta, Penerbit : LP3IS, 2007), hal. 6.

26


(28)

Pengelolaan sumber daya manusia bertujuan meningkatkan efektifitas sumber daya dalam organisasi, sehingga membentuk satuan kerja yang efektif. Manajemen sumber daya manusia yang efektif dapat meningkatkan efektifitas organisasional. Oleh karena itu perusahaan harus merencanakan, mendapatkan, menggunakan, melatih, mengembangkan, mengevaluasi dan memelihara jumlah serta kualitas karyawan dengan tepat. Pendayagunaan sumber daya manusia yang tepat menyangkut pemahaman terhadap kebutuhan individual maupun organisasional agar potensi sumber daya manusia dapat digali sepenuhnya. Salah satu variabel penting terhadap kebutuhan tersebut adalah kompensasi atau jaminan sosial. 27

2. Konsepsi

Konsep adalah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari asbtrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut dengan operational definition28. Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai29.

Untuk dapat menjawab permasalahan dalam penelitian tesis ini perlu didefinisikan beberapa konsep dasar dalam rangka menyamakan persepsi untuk dapat menjawab permasalahan penelitian.

”Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.”30

27

Ibid, halaman 7.

28

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi

Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta, Penerbit : Institut Bankir Indonesia,

1993), hal. 10

29

Tan Kamelo, Perkembangan Lembaga Jaminan Fiducia : Suatu Tinjauan Putusan

Pengadilan dan Perjanjian di Sumatera Utara, (Medan : PPs – USU, 2002), h. 35

30


(29)

Organ Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi, dan Dewan Komisaris.

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.

Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar.

Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi.

Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.31

31

Lihat Penjelasan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, dimana di uraikan Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. Asuransi sosial adalah suatu mekanisme pengumpulan dana yang bersifat wajib yang berasal dari iuran guna memberikan perlindungan atas risiko sosial ekonomi yang menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya. Tabungan wajib adalah simpanan yang bersifat wajib bagi peserta program jaminan sosial. Bantuan


(30)

Dana Jaminan Sosial adalah dana amanat milik seluruh peserta yang merupakan himpunan iuran beserta hasil pengembangannya yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial untuk pembayaran manfaat kepada peserta dan pembiayaan operasional penyelenggaraan program jaminan sosial.

“Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain”.32

Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya.

Gaji atau upah adalah hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pemberi kerja kepada pekerja yang ditetapkan dan dibayar menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya, dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.

iuran adalah iuran yang dibayar oleh Pemerintah bagi fakir miskin dan orang tidak mampu sebagai peserta program jaminan sosial. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran. Manfaat adalah faedah jaminan sosial yang menjadi hak peserta dan/atau anggota keluarganya. Iuran adalah sejumlah uang yang dibayar secara teratur oleh peserta, pemberi kerja, dan/atau Pemerintah.

32


(31)

Cacat adalah keadaan berkurang atau hilangnya fungsi tubuh atau hilangnya anggota badan yang secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan berkurang atau hilangnya kemampuan pekerja untuk menjalankan pekerjaannya.

Cacat total tetap adalah cacat yang mengakibatkan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan.

G. Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh, lengkap dan sistematis mengenai Tanggung Jawab Perseroan Terbatas Dalam Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Kota Medan. Bersifat analisis karena gejala dan fakta yang dinyatakan oleh responden kemudian akan dianalisa terhadap berbagai aspek hukum baik dari segi hukum perseroan terbatas maupun hukum perdata dan hukum ketenagakerjaan.

Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan yuridis empiris yaitu suatu penelitian yang meneliti peraturan-peraturan hukum yang kemudian dihubungkan dengan data dan perilaku para pelaku yang berkaitan dengan judul penelitian.

Data atau materi pokok dalam penelitian ini diperoleh langsung dari para responden melalui penelitian lapangan (field research) yaitu para pekerja atau karyawan perusahaan sebagai peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Direksi maupun staf Perseroan Terbatas serta pejabat dan staf PT Jamsostek Medan dan Depnaker Pemko Medan.


(32)

Data sekunder diperoleh melalui bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder serta bahan hukum tertier yaitu melalui penelitian kepustakaan (library research) berupa peraturan Perundang-undangan, buku-buku, laporan hasil penelitian terdahulu, dokumen resmi dan bahan-bahan kepustakaan lainnya berbentuk tertulis yang ada kaitannya dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

2. Sumber Data

Sumber-sumber penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber-sumber penelitian yang berupa bahan-bahan hukum primer dan bahan-bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, cacatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim.

Sedangkan bahan-bahan sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan.

Bahan utama dari penelitian ini adalah data sekunder yang dilakukan dengan menghimpun bahan-bahan berupa :

a. Bahan Hukum Primer yaitu bahan hukum yang mengikat, dalam penelitian ini

yaitu, Undang-undang Nomor 3 Tahun1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per.05/MEN/1993


(33)

b. Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer antara lain : tulisan atau pendapat para pakar hukum dibidang Tenaga Kerja, Perseroan Terbatas dan Hukum Perdata

c. Bahan hukum tertier yaitu yang memberikan informasi lebih lanjut mengenai

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti majalah, surat kabar, dan internet juga menjadi tambahan bagi penulisan tesis ini sepanjang memuat informasi relevan dengan penelitian yang dilakukan.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kota Medan, dimana Medan merupakan Ibukota Provinsi Sumatera Utara, sekaligus sebagai pusat perekonomian dan terdapat ribuan industri yang di miliki oleh perseroan terbatas, yang memperkerjakan ratusan ribu karyawan yang menurut Undang Undang wajib di daftarkan sebagai peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

4. Wawancara dan Nara Sumber

Dalam melakukan penelitian ini, maka penulis melakukan tehnik wawancara dengan beberapa sumber, yaitu dengan wawancara langsung dengan karyawan perusahaan yang terdaftar dan tidak terdaftar sebagai peserta asuransi Jamsostek, staf bagian penerimaan pendaftaran kepersertaan Jamsostek di Kantor Cabang PT Jamsostestek Medan dan Staf personalia beberapa perusahaan di kota Medan.


(34)

5. Alat Pengumpul Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan alat : a. Studi Dokumen.

Untuk memperoleh data sekunder perlu dilakukan studi dokumentasi yaitu dengan cara mempelajari peraturan-peraturan, teori dan dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti.

b. Pedoman Wawancara

Untuk memperoleh data primer, dilakukan wawancara dengan 10 (sepuluh) orang karyawan karyawati perusahaan di kota Medan dengan perincian 5 orang yang terdaftar sebagai peserta Jamsostek dan 5 orang yang tidak terdaftar, dengan mempergunakan pedoman wawancara dan daftar pertanyaan.

5. Analisis Data

Semua data yang diperoleh dari bahan pustaka serta data yang diperoleh di lapangan dianalisa secara kualitatif. Metode analisa yang dipakai adalah metode deduktif. Melalui metode deduktif, data sekunder yang telah diuraikan dalam tinjauan pustaka secara komparatif akan dijadikan pedoman dan dilihat pelaksanaannya di dalam hal Tanggung Jawab Perseroan Terbatas Dalam Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Kota Medan.


(35)

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisa dengan cara ”kwalitatif, selanjutnya dilakukan proses pengolahan data. Setelah selesai pengolahan data baru ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif.”33

Kegiatan analisis dimulai dengan dilakukan pemeriksaan terhadap data yang terkumpul baik melalui wawancara yang dilakukan, inventarisasi karya ilmiah, peraturan Perundang-undangan, yang berkaitan dengan judul penelitian baik media cetak dan laporan-laporan hasil penelitian lainnya untuk mendukung studi kepustakaan. Kemudian baik data primer maupun data sekunder dilakukan analisis penelitian secara kuantitatif dan untuk membahas lebih mendalam dilakukan secara kualitatif. Sehingga dengan demikian diharapkan dapat menjawab segala permasalahan hukum yang ada dalam tesis ini.

33

Sutandyo Wigjosoebroto, Apakah Sesungguhnya Penelitian Itu, Kertas Kerja, Universitas Erlangga, Surabaya, halaman 2. Prosedur Deduktif yaitu Bertolak dari Suatu Proposisi Umum yang Kebenarannya telah Diketahui dan Diyakini dan Berakhir pada Suatu Kesimpulan yang Bersifat Lebih Khusus. Pada Prosedur ini Kebenaran Pangkal Merupakan Kebenaran Ideal yang Bersifat Aksiomatik (Self Efident) yang Esensi Kebenarannya Sudah Tidak Perlu Dipermasalahkan Lagi.


(36)

BAB II

TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS DALAM

MENDAFTARKAN KARYAWANNYA SEBAGAI PESERTA JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

A. Pengertian Perseroan Terbatas

Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang.

Perseroan Terbatas telah berdiri sejak ditandatanganinya akta pendirian

perseroan dihadapan Notaris oleh para pendirinya, sedangkan status badan hukum perseroan diperoleh setelah akta pendiriannya disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Perseroan Terbatas merupakan Badan hukum yang paling diminati pada saat ini. Hampir rata-rata setiap orang yang memiliki modal menengah ke atas memilih berinvestasi atau melakukan bisnis dengan bentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT). Tanggung jawab pemegang saham pada Perseroan Terbatas hanya sebatas besarnya saham yang dimiliki, sehingga apabila terjadi sesuatu pada Perseroan Terbatas tersebut, maka harta kekayaan pribadi si pemegang saham aman34.

Perseroan terbatas menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 1 ayat (1) adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang serta peraturan pelaksanaannya.

34


(37)

Selain itu, perseroan terbatas sebagai badan hukum mempunyai elemen yuridis, elemen-elemen tersebut adalah sebagai berikut :

Dasarnya adalah perjanjian, Perjanjian sebagai dasar pendirian Perseroan Terbatas adalah perjanjian yang dibuat di antara para pendiri Perseroan Terbatas tersebut, sehingga menimbulkan teori perjanjian yang menyatakan bahwa para pendiri Perseroan Terbatas, minimal harus 2 atau dua orang/badan hukum.

Menurut Subekti, perjanjian ialah suatu peristiwa hukum dimana seorang berjanji kepada seorang yang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian ini menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.

Dalam hukum perjanjian berlaku suatu asas yang dinamakan asas konsensualisme, yang berarti sepakat. Arti konsensualisme ialah pada dasarnya perjanjian dan perikatan sudah dilahirkan sejak detik tercapainya kesepakatan. Dengan perkataan lain, perjanjian itu sudah sah apabila sudah sepakat mengenai hal-hal yang pokok dan tidaklah diperlukan suatu formalitas. Hukum perjanjian menganut sifat terbuka, artinya hukum perjanjian memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja, asalkan tidak melanggar undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan, hal ini diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata.35

Dua syarat yang pertama dalam pasal 1338 KUHper, dinamakan syarat-syarat subjektif, karena mengenai orang-orangnya atau subjeknya yang mengadakan perjanjian, sedangkan dua syarat yang terakhir dinamakan syarat-syarat objektif

35


(38)

karena mengenai perjanjiannya sendiri atau objek dari perbuatan hukum yang dilakukan itu. Apabila syarat objektif tidak terpenuhi, maka perjanjian itu batal demi hukum, artinya dari semula tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan. Tujuan para pihak yang mengadakan perjanjian tersebut untuk melahirkan suatu perikatan hukum adalah gagal. Dengan demikian, maka tiada dasar untuk saling menuntut di depan hakim.

Dalam hal suatu syarat subjektif tidak terpenuhi, perjanjiannya bukan batal demi hukum, tetapi salah satu pihak yang mempunyai hak untuk meminta supaya perjanjian itu dibatalkan. Pihak yang dapat meminta pembatalan itu adalah pihak yang tidak cakap atau pihak yang memberikan sepakatnya secara tidak bebas. Jadi, perjanjian yang telah dibuat itu mengikat juga, selama tidak dibatalkan oleh hakim atas permintaan pihak yang berhak meminta pembatalan tadi.36

Adanya para pendiri, Para pendiri Perseroan Terbatas dalam literatur hukum sering juga disebut dengan perintis yang terdiri dari minimal 2 atau dua orang. Ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa pendiri wajib menjadi Pemegang Saham tetapi tetap mempunyai kebebasan untuk mengalihkan sahamnya kepada pihak lain. Undang-Undang Perseroan Terbatas memberikan kewenangan agar para pendiri dapat berbisnis untuk dan atas nama perusahaan, walaupun pendirian Perseroan Terbatas belum sempurna dalam arti belum mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia atau selanjutnya disebut dengan "Menhum dan HAM, belum didaftarkan dan diumumkan. Meskipun demikian perbuatan tersebut menjadi tanggung jawab para pendiri secara pribadi apabila tidak segera diratifikasi ketika perseroan sudah menjadi badan hukum

36


(39)

secara sempurna sebagaimana diatur dalam Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007.

Pendiri atau Pemegang Saham bernaung di bawah satu nama bersama, Perseroan Terbatas harus mempunyai nama bersama atau tertentu terlepas dari nama para pendirinya sebagaimana tercantum dalam anggaran dasar. oleh karena itu pengesahan nama Perseroan Terbatas tersebut dilakukan bersama-sama dengan pengesahan anggaran dasarnya dilakukan oleh Menhum dan HAM.

Merupakan Badan Asosiasi dari Pemegang Saham atau hanya seorang Pemegang Saham. Berdasarkan prinsip teori klasik yaitu teori perjanjian yang dianut oleh negara Indonesia tersebut maka Perseroan Terbatas harus mempunyai minimal 2 (dua) orang Pemegang Saham oleh sebab itu Perseroan Terbatas disebut sebagai asosiasi Pemegang Saham atau asosiasi modal.

Merupakan hukum atau manusia semu atau badan intelektual, Berdasarkan pengertian yuridis maka Perseroan Terbatas adalah suatu Badan Hukum atau rechtpersoon, legal entity manusia semu atau artificial person, Badan Intelektual atau Intelektual body). Sebagai suatu badan hukum, Perseroan Terbatas mempunyai wewenang bertindak atas dan untuk nama sendiri baik di luar maupun di dalam pengadilan, bertanggung jawab sendiri secara hukum, mempunyai harta kekayaan sendiri dan mempunyai pengurus, sehingga dengan demikian Perseroan Terbatas bertanggung jawab secara penuh, sebab dengan beberapa pengecualian maka Direksi, Komisaris atau pun Pemegang Saham tidak bertanggung jawab secara pribadi terhadap tindakan hukum Perseroan Terbatas.37

Diciptakan oleh hukum, Pengertian Perseroan Terbatas diciptakan oleh hukum adalah dalam proses pendirian Perseroan Terbatas menurut pasal 7 ayat (6) Undang-Undang Nomr 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas disebutkan bahwa

37


(40)

Perseroan Terbatas memperoleh status badan hukumnya setelah akta pendiriannya telah disahkan oleh Menhum dan HAM.

Mempunyai kegiatan usaha, Sesuai pengertian Perseroan Terbatas yang tercantum dalam pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Perseroan Terbatas dan anggaran dasarnya maka terlihat bahwa tujuan pendirian Perseroan Terbatas adalah melaksanakan satu atau beberapa bisnis untuk mendapatkan keuntungan yang akan diberikan kepada Pemegang Saham dalam bentuk deviden sesuai kebijaksanaan Perseroan Terbatas yang telah diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham. 38

Berwenang melakukan kegiatan usaha, Perseroan Terbatas sebagai suatu badan hukum adalah merupakan subjek hukum, sehingga dapat melakukan kegiatannya sendiri seperti manusia yang dilaksanakan oleh Direksi sebagai organ Perseroan Terbatas.

Kegiatannya termasuk dalam ruang lingkup yang ditentukan oleh perundang-undangan yang berlaku, Kegiatan Perseroan Terbatas harus sesuai dengan ruang lingkupnya sebagaimana tercantum dalam anggaran dasarnya, sebab apabila Perseroan Terbatas melakukan kegiatan di luar ruang lingkupnya maka berarti Perseroan Terbatas telah melakukan ultra vires dan bertanggung jawab terhadap tindakannya tersebut.

Adanya modal dasar dan juga modal ditempatkan dan modal setor, Pengaturan tentang modal dasar atau authorized capital, modal ditempatkan atau issued capital dan modal disetor atau paid up capital terdapat dalam pasal 26 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa Perseroan Terbatas harus mempunyai modal-modal tersebut setelah Perseroan Terbatas

38


(41)

memperolah status badan hukum dan jumlah antara modal yang ditempatkan dan modal yang disetor.

Modal perseroan dibagi kedalam saham-saham, Prinsip hukum dalam suatu Perseroan Terbatas adalah bahwa tidak ada modal yang tidak dapat dibagi ke dalam saham-saham dan tidak mungkin ada saham yang tidak diambil dari modal perseroan. Eksistensinya terus berlangsung. Meskipun Pemegang Sahamnya silih berganti Perseroan Terbatas mempunyai prinsip keterpisahan, sehingga akibatnya mempunyai eksistensi yang terpisah diantara perseroan sebagai badan hukum dengan Pemegang Sahamnya. Dengan demikian Perseroan Terbatas dapat berlangsung terus, walaupun terjadi pergantian Pemegang Saham, peralihan saham atau adanya jaminan hutang.39

Berwenang menerima, mengalihkan, dan memegang aset-asetnya. Dalam melaksanakan kegiatan usahanya Perseroan Terbatas mempunyai kewenangan secara hukum untuk menerima, mengalihkan dan memegang aset-asetnya menurut peraturan yang berlaku. Pembatasan terhadap kewenangan tersebut salah satunya di bidang hukum agraria yang melarang Perseroan Terbatas memiliki hak milik atas tanah, sehingga hanya diperbolehkan mempunyai hak guna usaha atau HGU, hak guna bangunan atau HGB, Hak pakai dan Hak sewa.

Dapat menggugat dan digugat di pengadilan, Perseroan Terbatas dalam melakukan kegiatannya tentu mempunyai hubungan hukum dengan pihak lainnya. Dalam hubungan hukum tersebut seringkali terdapat tindakan-tindakan yang melanggar perjanjian yang sudah disepakati, sehingga untuk mempertahankan haknya masing-masing, maka baik Perseroan Terbatas maupun pihak lain tersebut dapat menggugat atau digugat di pengadilan. Apabila Perseroan Terbatas digugat maka sesuai prinsip perseroan yang menyatakan Perseroan Terbatas sebagai suatu badan hukum mandiri dan terpisah yang dapat disita oleh pengadilan hanya aset perseroan tersebut.40

39

Mahmud Rifai, Eksistensi Perseroan Terbatas, (Jakarta, Pustaka Loka, 2004), halaman 5.

40


(42)

Perseroan Terbatas mempunyai 3 atau tiga organ perusahaan yang berfungsi untuk melakukan kegiatannya sehari-hari yaitu Direksi, Komisaris, RUPS yang mempunyai tugas berbeda.

B. Pememerintah Provinsi Sumut Minta Pengusaha Patuhi Peraturan Jamsostek

Dalam rangka memberikan perlindungan tenaga kerja yang melakukan pekerjaan baik dalam hubungan kerja maupun di luar hubungan kerja guna memberikan ketenangan dalam bekerja yang pada akhirnya memberikan dampak positif terhadap peningkatan produktivitas dan peningkatan disiplin tenaga kerja, maka Pemerintah Provinsi Sumatera Utara kembali menghimbau seluruh pengusaha BUMN, BUMD dan Swasta di wilayah Sumatera Utara, untuk segera dilindungi Jamsostek dalam upaya mematuhi dan melaksanakan Peraturan Jamsostek, hal ini

dikatakan Kakanwil I PT Jamsostek (Persero) Mas’ud Muhammad.41

Demikian juga pengusaha yang bekerja di sektor jasa konstruksi, dimana Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang program jamsostek dalam lingkungan Jasa konstruksi sendiri, sudah diatur dalam peraturan Gubernur Sumatera Utara antara lain SK Gubernur Nomor : 560/1046.K/Tahun 2004 tentang pelaksanaan program jaminan sosial tenaga kerja bagi kerja harian lepas, borongan, perjanjian kerja waktu tertentu pada sektor jasa konstruksi dan tenaga kerja informal

41

Humas Keterangan Bagian Humas PT. Jamsostek Kanwil I Sumbagut. Sanco Manullang, saat audensi dengan Asisten II Ekonomi dan Pembangunan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Djaili Azwar, didampingi Kepala Biro Alwin dan Zainuddin, di Kantor Gubsu di Medan, yang dimuat di Harian Medan Pos Edisi 3 Juli 2009, halaman 2.


(43)

di Provinsi Sumatera Utara. Kemudian, Nomor. 560/293.K/Tahun 2005 tentang penyempurnaan tim koordinasi fungsional (KF) pelaksanaan program jamsostek di Provinsi Sumatera Utara dan Nomor. 560/1840.K/Tahun 2005 tentang pelaksanaan program jamsostek di Sumatera Utara.

Kedua pejabat tersebut memberi perhatian terhadap SK Gubernur tentang program Jamsostek, karena ternyata di lapangan belum berfungsi optimal. “Kita melihat banyak karyawan swasta, karyawan tetap maupun honorer serta harian lepas sepertinya tidak diperhatikan haknya oleh perusahaan jasa konstruksi,” tandas dia lagi. Dalam pertemuan tersebut dibicarakan sejumlah rencana kerja, termasuk kedua instansi akan segera turun ke lapangan seperti ke daerah Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Pematang Siantar, Nias sebagai prioritas pertama, guna dilakukan pengecekan terhadap sejumlah perusahaan yang belum tunduk terhadap aturan ketenagakerjaan bersifat wajib itu.

Untuk itu, kepada para pengusaha di Sumut dan sekitarnya yang belum sempat mendaftarkan karyawannya sebagai peserta Jamsostek agar secepatnya mendaftar. Sebab dengan demikian pihak perusahaan telah membantu para karyawannya dengan jaminan sosial tenaga kerja, kata Djaili Azwar.

Kepala Kantor Wilayah I PT Jamsostek (Persero) H. Mas’ud Muhammad, mengatakan sektor Jasa Konstruksi adalah Program Jaminan Sosial bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu pada Sektor Jasa Konstruksi yang diatur melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-196/MEN/1999 Tanggal 29 September 1999. Tahap Kepesertaannya menurut dia, adalah setiap Kontraktor Induk maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan proyek Jasa Konstruksi dan pekerjaan borongan lainnya wajib mempertanggungkan semua tenaga kerja (borongan/harian lepas dan musiman) yang bekerja pada


(44)

proyek tersebut kedalam Program Jaminan Kecelakaan Kerja atau JKK dan Jaminan Kematian (JKM).

Adapun proyek-proyek tersebut meliputi proyek APBD, Proyek-proyek atas Dana Internasional, Proyek-Proyek-proyek APBN, Proyek-Proyek-proyek swasta, dan lain-lain. Sementara untuk menjadi peserta, pemborong bangunan (kontraktor) mengisi Formulir pendaftaran kepesertaan Jasa Konstruksi yang bisa diambil pada kantor Jamsostek setempat sekurang-kurangnya 1 (satu) minggu sebelum memulai pekerjaan. Kemudian, formulir-formulir tersebut harus dilampiri dengan Surat Perintah Kerja atau SPK atau Surat Perjanjian Pemborong atau SPP.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor. KEP-150/MEN/1999 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, mengatur kepesertaan maupun upah sebagai dasar penetapan iuran, antara lain, Bagi tenaga kerja harian lepas, borongan dan perjanjian kerja waktu tertentu yang bekerja kurang dari 3 (tiga) bulan wajib diikutsertakan dalam program jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian, lebih dari 3 (tiga) bulan wajib diikutsertakan untuk seluruh program jaminan sosial tenaga kerja.

Untuk tenaga kerja harian lepas dalam menetapkan upah sebulan adalah upah sehari dikalikan jumlah hari kerja dalam 1 (satu) bulan kalender. Apabila upah dibayar secara bulanan untuk menghitung upah sehari bagi yang bekerja 6 (enam) hari dalam 1 (satu) minggu adalah upah sebulan dibagi 25 (dua puluh lima) , sedangkan yang bekerja 5 (lima) hari dalam 1 (satu) minggu adalah upah sebulan dibagi 21 (dua puluh satu).

Kemudian, Untuk tenaga kerja borongan yang bekerja kurang dari 3 (tiga)

bulan penetapan upah sebulan adalah 1 (satu) hari dikalikan jumlah hari kerja dalam 1 (satu) bulan kalender. Bagi yang bekerja lebih dari 3 (tiga) bulan, upah sebulan


(45)

dihitung dari upah rata - rata 3 (tiga) bulan terakhir. Jika pekerjaan tergantung cuaca upah sebulan dihitung dari upah rata - rata 12 (dua) belas bulan terakhir. Untuk tenaga kerja yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu, penetapan upah sebulan adalah sebesar upah sebulan yang tercantum dalam perjanjian kerja.

Menurut Kepala Kantor Wilayah PT Jamsostek (Persero) , H. Mas’ud Muhammad, dukungan Pemprov Sumut terhadap program Jaminan Sosial Tenaga Kerja atau Jamsostek sangat tinggi. Dukungan tersebut dibuktikan telah terbitnya Surat Keputusan Gubernur jauh sebelumnya. ”Makanya kedepan, karena program jamsostek adalah program pemerintah, PT Jamsostek dan Pemprovsu akan bersinergi lebih intenstif lagi untuk menggalang gerakan bersama, sehingga seluruh proyek di Sumut dapat masuk jamsostek,” tandasnya. 42

Sebagaimana diketahui, SK Gubernur Sumut itu memerintahkan kepada Pemerintah Daerah Kota dan Kab di Sumut untuk melindungi tenaga kerja sekaligus memberikan sanksi kepada pengusaha yang tidak melakukan kewajiban perlindungan jaminan sosial kepada karyawannya. Sedangkan kepada bupati dan Walikota diperintahkan menindak tegas para pengusaha yang tidak mematuhi SK tersebut. Terutama terhadap para kontraktor yang memperoleh proyek yang dananya bersumber dari APBD, maka mereka wajib mendaftarkan tenaga kerjanya kepada PT Jamsostek.

Berbagai persoalan tenaga kerja yang tidak masuk program kepesertaan Jamsostek tidak saja melanda perusahaan swasta, namun tenaga kerja yang berkerja di perusahaan Badan Usaha Milik Daerah disingkat BUMD juga sering hak hak pekerja tersebut di abaikan oleh manajemen perusaan seperti BUMD di Binjai yang masih masuk dalam wilayah pembinaan PT Jamsostek Cabang Medan.

42


(46)

Terdaftar di Jamsostek Setelah 4 Tahun Diabaikan MESKI belum sepenuhnya, paling tidak untuk saat ini ratusan karyawan Perusahaan Daerah disingkat PD Pembangunan Binjai sudah bisa sedikit bernapas lega. Betapa tidak, setelah menempuh perjuangan panjang, akhirnya hak jaminan sosial mereka yang sempat diabaikan 4 Tahun labih itu, akhirnya dipenuhi perusahaan. Hal itu diketahui setelah sedikitnya 131 karyawan PD Pembangunan Binjai tersebut didaftarkan menjadi peserta Jamsostek.

Kurang lebih 4 Tahun kami bekerja di sini, tapi baru kali ini kami terdaftar

sebagai mengetahui manfaat Jamsostek yang menjamin ketenagakerjaan itu. Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak,

termasuk media yang telah membantu kami keluar dari penindasan. Bantuan media telah menggugah hati pimpinan PD Pembangunan untuk lebih memperhatikan kesejahteraan kami selaku karyawan yang dipimpinnya, ujar puluhan karyawan BUMD itu.

Memang gaji kami belum dibayarkan sampai sekarang, tapi pihak perusahaan berjanji nanti bulan Juni depan gaji itu sekalian dibayar. Pokoknya saat ini kami sudah sedikit lega dengan adanya Jamsostek ini, kami menjadi lebih nyata sebagai seorang karyawan. Baru sekarang kami tahu manfaat Jamsostek ini, tambah mereka.

Bukan itu saja, puluhan karyawan PD Pembangunan yang ditemui di tempat terpisah juga mengaku puas dengan jaminan sosial yang mereka miliki saat ini walaupun gaji belum mereka terima, “Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih kepada media yang telah memberitakan permasalahan kami dan yang selama ini


(47)

membela kami dengan pemberitaan. Sehingga kini kami sudah menjadi peserta Jamsostek yang berarti kehidupan kami lebih terjamin. Kini kami bisa merasa aman bekerja karena bila kami sakit tidak sulit lagi berobat dan kalaupun terjadi kecelakaan dalam bekerja kami sudah ada jaminan, jadi kini kami merasa senang,” ungkap mereka.

Masih kata karyawan, selama ini mereka hanya bisa pasrah dengan nasib. Mulai gaji yang kecil dan sering tersendat senda pembayarannya, hingga tidak terdaftarnya mereka jadi peserta Jamsostek. “Kini kami merasa sedikit lega dengan sudah menjadi peserta Jamsostek walau gaji kami masih di bawah UMR dan pembayarannya sering tersendat sendat.

Kami berharap pihak pihak terkait di Pemko Binjai untuk dapat melakukan upaya agar gaji yang kami terima bisa lebih baik paling tidak sesuai dengan Keputusan Pemerintah tentang Upah Minimum Regional atau UMR sehingga kehidupan kami menjadi lebih baik,” harap mereka yang mengaku selama dua Tahun sudah bekerja hanya di beri gaji sebesar Rp 500.000,- / bulan.

Kalau PD Pembangunan sudah mendaftarkan karyawannya menjadi peserta Jamsostek itu merupakan kewajiban mereka selaku perusahaan yang telah diatur oleh Undang-Undang, begitu juga tentunya dengan pembayaran upah yang mana sesuai dengan Undang Undang Nomor 25 Tahun 1997 Tentang Ketenagakerjaan pada Pasal 186 Jo Pasal 111 ayat (4) Barang siapa membayar upah lebih rendah dari upah minimum sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 111 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 Tahun dan denda paling banyak Rp.200 Juta,43

43

Seketaris LSM Perjuangan Hukum dan Politik Kota Binjai, Sidharta Surbakti, Siaran Pers, yang diterbitkan Harian Bersama, edisi 5 Maret 2009, halaman 2.


(48)

Sementara itu Kepala PT Jamsostek Kota Binjai Mustafa Zainal menyatakan bahwa pihak Managemen PD Pembangunan Binjai sudah mendaftarkan karyawan menjadi peserta Jamsostek. “Ya benar pihak managemen PD Pembangunan telah mendaftarkan 131 karyawan untuk menjadi peserta Jamsostek.

C. Pengusaha Sumut Lalai dan 60 Persen Pekerja Di Sumut Belum Diikutkan

Jamsostek

Sekitar 60 persen pekerja yang mengabdikan diri di berbagai perusahaan di Sumut belum diikutkan dalam program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek). Bagi pihak perusahaan yang sengaja tidak mendaftarkan karyawan atau pekerjanya sebagai peserta Jamsostek bisa diancam dengan denda Rp 50 juta, atau menjalankan

hukuman enam bulan kurungan,” kata Kakanwil-I PT Jamsostek Sumbagut

Mas’ud Muhammad. 44

Menurut Mas’ud, sampai akhir 2007 pekerja yang terdaftar sebagai peserta Jamsostek di Sumut masih sekitar 383.000 pekerja atau sekitar 60 persen masih belum terlindungi oleh pengusahanya, padahal jumlah pekerja di daerah ini lebih 5 juta orang. Minimnya jumlah peserta Jamsostek itu diyakini karena kelalaian pihak pengusaha, padahal sesuai Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 setiap perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 10 orang wajib mendaftarkan pekerjanya mengikuti program Jamsostek, atau sama dengan gaji yang diperoleh Rp 1 juta – Rp 1,5 juta.

Dikarenakan saat ini upah UMR sudah hampir Rp 1 juta, dua orang saja pekerja di suatu perusahaan sudah boleh mendaftar sebagai peserta Jamsostek. Sanksi bagi pengusaha yang tidak mematuhi Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 1992 itu denda Rp 50 juta atau 6 bulan kurungan. Jika diulangi lagi bisa hukuman 8 bulan

44

Siaran Pers PT. Jamsostek Kanwil Sumbagut yang disampaikan oleh Sanco Manullang selaku Humas yang diterbitkan oleh Warta Kita, edisi 5 April 2009, Ibid, halaman 2.


(49)

penjara dan bisa dicabut izin perusahaannya oleh pihak berwajib”, dari sekitar 11 perusahaan yang ada di Sumut masih 4.700 perusahaan yang mendaftarkan pekerjanya.

Penegakan hukum bagi pelanggar itu masih lemah untuk itulah perlu komitmen pemerintah dan instansi terkait dalam melindungi masyarakatnya. Sementara pihak PT Jamsostek sendiri tidak memiliki kewenangan dalam bertindak.

Kedepan dia PT Jamsostek Wilayah Sumbagut akan melakukan sosialisasi secara allout, khususnya kepada pemerintah daerah, baik pemerintah kabupaten/kota maupun provinsi agar semua tahu bahwa Jamsostek adalah milik rakyat mereka. Jika Pemerintah Daerah sudah komit dan Disnaker melakukan penegakan hukum, maka instansi lain akan mendukung dan para pekerjapun akan mendapatkan haknya.

Menyinggung alasan pengusaha atau pekerja enggan mengikuti program Jamsostek karena pelayanan rumah sakit yang kurang memuaskan kepada pasien peserta Jamsostek, Mas’ud menepis hal itu.

Sebab, katanya, beberapa hari belakangan ini, sudah dilakukan inspeksi mendadak (sidak), rata-rata pasien puas atas pelayanan rumah sakit dan klinik. Namun, tak dapat dipungkiri, bila ada pelayanan yang kurang baik ditemukan pasien, bisa melapor ke PT Jamsostek.

D. Penguasaha Lalai Daftarkan Karyawannya Sebagai Peserta Jamsostek

Disnaker Binjai saja yang geram, hingga mengancam melaporkan managemen RSU Al Fuadi ke Polresta Binjai dengan tudingan melanggar Undang-Undang Ketenagakerjaan, karena tak mendaftarkan pegawainya jadi peserta Jamsostek.


(50)

Namun, pengangkangan hak sosial karyawan rumah sakit yang berdiri kokoh di Jalan A Yani Nomor. 29, Kelurahan Kartini, Kecamatan Binjai Kota itu juga mendapat kecaman dari LSM Forum Rakyat Anti Korupsi (Fraksi), yang menuding pemilik rumah sakit terkesan hanya mencari keuntungan dan tidak memikirkan nasib karyawannya.45

Pemilik RS Al Fuadi sudah jelas melanggar Undang-Undang dan dinilai hanya mencari keuntungan saja. Karena dengan tidak mendaftarkan para pekerjanya jadi peserta Jamsostek, perusahaan bebas dari iuran pada PT Jamsostek. Otomatis, hal itu mengurangi pengeluaran dan menambah keuntungan bagi perusahaan

Meski begitu, jika ditinjau dari segi bisnis, tindakan rumah sakit itu dinilai salah kaprah. Alasannya, keuntungan yang diperoleh perusahaan itu akan berubah jadi kerugian. Karena rumah sakit itu akan dicap sebagai perusahaan yang tidak taat pada Undang-Undang dan tidak memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Apalagi pemilik RS AL Fuadi adalah salah seorang fungsionaris di Pemko Binjai yang berstatus sebagai oknum Kadis Kesehatan Kota Binjai. Pejabat sendiri tak taat peraturan, bagaimana dengan orang bisa. Harusnya, pejabat itu memberi contoh yang baik pada masyarakat, bukan sebaliknya,”

Sebagai pemimpin, sudah sepantasnya pemilik rumah sakit itu memperjuangkan hak dan kepentingan pegawainya. Memberinya kesejahteraan dengan apa yang menjadi haknya sebagai pegawai. Dengan kata lain, bagaimana

45

Pernyataan Aji dan Chaniago, Sekretaris Jenderal LSM Forum Rakyat Anti Korupsi (Fraksi) di Harian Warta Kita Edisi 2 Juni 2009, halaman 4.


(51)

mau menjadi pemimpin yang didukung kalau hak-hak para pekerjanya saja sudah diabaikan, dan bagaimana mungkin menjadi seorang pemimpin yang baik kalau tidak mau menaati Undang-undang.

Seharusnya sebagai pimpinan dr Fuad selaku pemilik RS Al Fuadi lebih mengedepankan Undang-Undang Ketenagakerjaan. Bahwa setiap perusahaan wajib mendaftarkan karyawan atau pekerjanya menjadi peserta Jamsostek sebagi bentuk jaminan yang menjamin karyawan selama terikat dalam peraturan internal yang ditetapkan perusahaan46

tindakan RS Al Fuadi itu jelas melanggar Undang-Undang. Karena tidak ada alasan apapun untuk tidak memberikan hak jaminan sosial karyawan. “Terkait permasalahan ini, kita berharap agar Disnaker Binjai dapat mengambil

tindakan tegas tentang pelanggaran ini. Serta menjadikan masalah ini jadi pelajaran untuk menegakkan dan memperjuangkan hak tenaga kerja agar mendapat jaminan sosial, agar seluruh tenaga kerja yang di wilayah kerja Pemko Binjai terdata sebagai peserta Jamsostek. Dengan begitu mereka nyaman bekerja dan dapat lebih memberikan loyalitasnya pada perusahaan tempat mereka bekerja.

E. Tanggung Jawab Perseroan Terbatas Dalam Mendaftarkan Karyawannya

Sebagai Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor. 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah tiap orang

46

Ketua Kelompok Studi dan Edukasi Masyarakat Marginal (K-Semar) Sumut, Togar Lubis, mengaku kecewa dengan sikap pimpinan RS Al Fuadi yang tak memperjuangkan hak karyawannya.


(52)

laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan/atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Sedangkan perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja dan pengusaha secara lisan dan/atau tertulis, baik untuk waktu tertentu maupun untuk waktu tidak tertentu yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.

Perjanjian kerja ini dibuat atas dasar :

a. kemauan bebas kedua belah pihak;

b. kemampuan atau kecakapan kedua belah pihak;

c. adanya pekerjaan yang diperjanjikan;

d. pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Perjanjian kerja dibuat bisa untuk :

a. waktu tertentu, bagi hubungan kerja yang dibatasi oleh jangka waktu

berlakunya perjanjian atau selesainya pekerjaan tertentu; Perjanjian ini dibuat secara tertulis dan tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja. Dibuat atas kemauan kedua belah pihak.

b. waktu tidak tertentu, bagi hubungan kerja yang tidak dibatasi oleh

jangka waktu berlakunya perjanjian atau selesainya pekerjaan tertentu. Dapat mensyaratkan masa percobaan kerja selama-lamanya 3 bulan. Selama masa percobaan , pengusaha dilarang membayar upah pekerjanya dibawah upah minimum yang ditetapkan oleh Menteri.


(53)

Perjanjian kerja yang sedang berlaku dapat diubah atau ditarik kembali asal ada persetujuan dari kedua belah pihak. Perubahan perjanjian kerja bukanlah membuat perjanjian kerja yang baru, melainkan isi dari perjanjian kerja diadakan perubahan.

Jika suatu perjanjian mengandung unsur-unsur dari beberapa perjanjian, perjanjian itu disebut perjanjian campuran. Jika ada perjanjian campuran, dimana dalam perjanjian itu mengandung beberapa unsur perjanjian yang salah satu unsurnya adalah perjanjian kerja, maka menurut pasal 1601 c ayat (1) KUHPerdata ditentukan:

Jika suatu perjanjian memiliki unsur perjanjian kerja dan unsur perjanjian macam lain, maka yang berlaku adalah baik ketentuan mengenai perjanjian kerja, maupun ketentuan mengenai perjanjian macam lainnya itu yang unsurnya terkandung di dalamnya; jika ada pertentangan di antara ketentuan-ketentuan tersebut, maka yang berlaku ketentuan mengenai perjanjian-kerja.

Dengan terjadinya perjanjian kerja akan menimbulkan hubungan kerja antara pekerja dengan pengusaha yang berisi hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi masing-masing pihak. Hak dari pihak yang satu merupakan kewajiban bagi pihak lainnya, demikian juga sebaliknya kewajiban pihak yang satu merupakan hak bagi pihak lainnya.

Namun demikian walaupun ada berbagai peraturan Undang-undang yang mengatur mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan tenaga kerja biasanya setiap perusahaan mempunyai peraturan sendiri terhadap tenaga kerjanya mengenai syarat-syarat kerja yang ditetapkan oleh pengusaha tersebut. Dalam pembuatan


(1)

telah diberikan PT Jamsostek dengan sebaik-baiknya demi terpenuhinya hak-hak pekerja dan kesejahteraan pekerja.

“Saya mengucapkan terima kasih, atas kepercayaan PT Jamsostek (Persero) kepada Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara. Ini merupakan kepercayaan yang luar biasa oleh jajaran Direksi. Kami sebagai Kepala Kejaksaan Tinggi, akan mengemban dengan sebaik baiknya kepercayaan ini,” tandasnya.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Tanggung Jawab Perseroan Terbatas Dalam Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003, Tentang Ketenagakerjaan dan Undang-Undang Nomor 3, Tahun 1992, Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, secara jelas mengamanatkan pengusaha yang membayar upah seluruh tenaga kerja di atas Rp 1.000.000 (Satu Juta Rupiah) atau mempekerjakan 10 orang karyawan, wajib hukum masuk Jamsostek. Bagi para pengusaha yang tidak mendaftarkan karyawan perusahaannya masuk menjadi peserta Jamsostek akan berhadapan dengan hukum, dimana dalam amanat Undang-Undang tersebut, akan diancam dengan 6 bulan kurungan atau denda Rp 50 Juta.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan Perseroan Terbatas Tidak Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah, banyaknya karyawan yang sistem kontrak dan terdapat Perusahaan Wajib belum Daftar (PWBD) sebanyak 2.085, Perusahaan Daftar Sebagian (PDS) Upah, Tenaga Kerja yang masih rendah dan di bawah Upah Minimum Regional serta banyaknya perusahaan yang menganggap masuk program


(3)

3. Upaya yang dilakukan PT Jamsostek Dalam Mengatasi Perseroan Terbatas yang tidak mendaftarkan karyawannya sebagai peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah dengan melakukan sosialisasi kepada perusahaan perusahaan yang belum mendaftarkan karyawannya serta melakukan kerjasama dengan pihak Kejaksaan untuk menindak secara hukum perusahaan yang tetap tidak mau untuk mendaftarkan karyawannya sebagai peserta Jamsostek.

B. Saran

1. Pemerintah hendaknya Lebih meningkatkan perlindungan hukum terhadap tenaga kerja dengan membuat peraturan yang lebih keras dan mempunyai sanksi yang keras dalam membuat efek jera bagi perusahaan-perusahaan yang tidak mendaftarkan karyawannya sebagai peserta Jamsostek.

2. Pemerintah hendaknya membuat aturan yang tegas agar serikat tenaga kerja atau organisasi tenaga kerja di berikan sebuah kewenangan sebagai alat kontrol dan pengawas dalam mengawasi hak hak pekerja khususnya dalam kepesertaan Jamsostek.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku

Ais, Chatamarrasjid, Menyingkapi Tabir Perseroan (Piercing The Corporate Veil)

Kapita Selekta Hukum Perusahaan, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000).

Arifin P. Soeria Atmadja, Transformasi Status Hukum Uang Negara Sebagai Teori

Keuangan Publik Yang Berdimensi Penghormatan Terhadap Badan Hukum,

(Jakarta : Bidang Studi Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum UI, 2007).

Badrulzaman, Mariam Darus, KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan dan

Penjelasannya, (Bandung : Alumni, 1993).

Budiarto, Agus, Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan

Terbatas, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002).

Djaidir, Undang-Undang Perseroan Terbatas, Disajikan dalam Seminar Sehari Mengenai Undang-Undang Tentang Hak Tanggungan dan Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas Kantor Wilayah BRI Sumatera Utara, Medan, 21 Juni 1997.

Ditjen Postel, Dephub, RUU tentang Pemanfaatan Teknologi Informasi, versi Nopember 2001;

Friedman, Jack, P., Dictionary of Business Terms, (New York, USA : Barons Educational Services, Inc., 1987).

Fuady, Munir, Hukum Perusahaan dalam Paradigma Hukum Bisnis, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1999).

Gautama, Sudargo, Komentar Atas Undang-Undang Perseroan Terbatas (Baru)

Tahun 1995 No. 1 Perbandingan Dengan Peraturan Lama, (Bandung : Citra

Aditya Bakti, 1995).

Hadhikusuma, RT. Sutantya R, Pengertian Pokok Hukum Perusahaan, Sumantora, Hartono, Sri Rejeki, Beberapa Aspek Permodalan pada Perseroan Terbatas,


(5)

Ikhsan, Achmad, Hukum Perdata IA, (Jakarta : Pembimbing Masa, 1967).

Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, Penetapan Good Corporate Governance, (Jakarta : Kencana dan Lembaga Kajian Pasar Modal dan Keuangan (LKPMK) Fakultas Hukum UI, 2006).

Mertokusumo, Sudikno, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), (Yogyakarta : Liberty, 1986.

Muhammad, Abdulkadir, Hukum Perseroan Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1995).

Nasution Bismar, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2007 dalam Perspektif

Hukum Binis, Makalah disampaikan pada seminar bisnis 46 tahun FE USU,

Pengaruh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

Terhadap Iklim Usaha di Sumatera Utara, Aula Fakultas Ekonomi USU, 24 November 2007.

Pramono, Nindyo, Sertifikat Saham PT go Publik dan Hukum Pasar Modal

di Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1997).

Pedoman Penggunaan Sistem Administrasi Badan Hukum (SISMINBAKUM),

Yayasan Kesejahteraan Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.

Prodjodikoro, R. Wirjono, Azas-Azas Hukum Perjanjian, (Bandung : Sumur, 1981). Rusli, Hardijan, Perseroan Terbatas dan Aspek Hukumnya, (Jakarta : Pustaka Sinar

Harapan, 1996).

Suryodiningrat, R.M. Perikatan-perikatan Bersumber Perjanjian, (Bandung : Tarsito, 1978).

Tan Kamelo, Perkembangan Lembaga Jaminan Fiducia : Suatu Tinjauan Putusan

Pengadilan dan Perjanjian di Sumatera Utara, (Medan : PPs-USU, Disertasi, ,

2002).

Tirtodiningrat, Mr. KRMTD, Ichtiar Hukum Perdata dan Hukum Dagang, (Jakarta : PT. Pembangunan, 1960).

Usman, Rachmadi, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas,


(6)

Utrecht, E., Pengantar dalam Hukum Indonesia, Ichtiar, 1961.

Widjaja, I.G. Rai, Hukum Perusahaan Indonesia, (Jakarta : Prenada Media, 2004).

___________, Hukum Perusahaan, Megapoin, Divisi dari Kesaint Blanc, Bekasi Indonesia, 2005.

Yani, Ahmad & Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, (Jakarta : Rajawali Pers, 1999).

Kie, Tan Thong, Studi Notariat, Buku I, Penerbit Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 2000;

Mulyadi, Lilik, Hukum Acara Perdata, Menurut Teori dan Praktek Peradilan

Indonesia, Penerbit Djambatan, 1999;

Sutanto, Retnowulan dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata dalam

Teori dan Praktek, Penerbit Mandar Madju, Bandung, 1997;

B. Peraturan Perundang-Undangan : Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 Tentang Pelaksanaan Jaminan Sosial