Alat Pengumpul Data Analisis Data

5. Alat Pengumpul Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan alat : a. Studi Dokumen. Untuk memperoleh data sekunder perlu dilakukan studi dokumentasi yaitu dengan cara mempelajari peraturan-peraturan, teori dan dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti. b. Pedoman Wawancara Untuk memperoleh data primer, dilakukan wawancara dengan 10 sepuluh orang karyawan karyawati perusahaan di kota Medan dengan perincian 5 orang yang terdaftar sebagai peserta Jamsostek dan 5 orang yang tidak terdaftar, dengan mempergunakan pedoman wawancara dan daftar pertanyaan.

5. Analisis Data

Semua data yang diperoleh dari bahan pustaka serta data yang diperoleh di lapangan dianalisa secara kualitatif. Metode analisa yang dipakai adalah metode deduktif. Melalui metode deduktif, data sekunder yang telah diuraikan dalam tinjauan pustaka secara komparatif akan dijadikan pedoman dan dilihat pelaksanaannya di dalam hal Tanggung Jawab Perseroan Terbatas Dalam Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Kota Medan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisa dengan cara ”kwalitatif, selanjutnya dilakukan proses pengolahan data. Setelah selesai pengolahan data baru ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif.” 33 Kegiatan analisis dimulai dengan dilakukan pemeriksaan terhadap data yang terkumpul baik melalui wawancara yang dilakukan, inventarisasi karya ilmiah, peraturan Perundang-undangan, yang berkaitan dengan judul penelitian baik media cetak dan laporan-laporan hasil penelitian lainnya untuk mendukung studi kepustakaan. Kemudian baik data primer maupun data sekunder dilakukan analisis penelitian secara kuantitatif dan untuk membahas lebih mendalam dilakukan secara kualitatif. Sehingga dengan demikian diharapkan dapat menjawab segala permasalahan hukum yang ada dalam tesis ini. 33 Sutandyo Wigjosoebroto, Apakah Sesungguhnya Penelitian Itu, Kertas Kerja, Universitas Erlangga, Surabaya, halaman 2. Prosedur Deduktif yaitu Bertolak dari Suatu Proposisi Umum yang Kebenarannya telah Diketahui dan Diyakini dan Berakhir pada Suatu Kesimpulan yang Bersifat Lebih Khusus. Pada Prosedur ini Kebenaran Pangkal Merupakan Kebenaran Ideal yang Bersifat Aksiomatik Self Efident yang Esensi Kebenarannya Sudah Tidak Perlu Dipermasalahkan Lagi.

BAB II TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS DALAM

MENDAFTARKAN KARYAWANNYA SEBAGAI PESERTA JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

A. Pengertian Perseroan Terbatas

Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang. Perseroan Terbatas telah berdiri sejak ditandatanganinya akta pendirian perseroan dihadapan Notaris oleh para pendirinya, sedangkan status badan hukum perseroan diperoleh setelah akta pendiriannya disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Perseroan Terbatas merupakan Badan hukum yang paling diminati pada saat ini. Hampir rata-rata setiap orang yang memiliki modal menengah ke atas memilih berinvestasi atau melakukan bisnis dengan bentuk badan hukum Perseroan Terbatas PT. Tanggung jawab pemegang saham pada Perseroan Terbatas hanya sebatas besarnya saham yang dimiliki, sehingga apabila terjadi sesuatu pada Perseroan Terbatas tersebut, maka harta kekayaan pribadi si pemegang saham aman 34 . Perseroan terbatas menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1 adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang serta peraturan pelaksanaannya. 34 Wilman Nugroho, Barinvestasi Dengan Aman, Jakarta, LP3S, 2004, halaman 2. Selain itu, perseroan terbatas sebagai badan hukum mempunyai elemen yuridis, elemen-elemen tersebut adalah sebagai berikut : Dasarnya adalah perjanjian, Perjanjian sebagai dasar pendirian Perseroan Terbatas adalah perjanjian yang dibuat di antara para pendiri Perseroan Terbatas tersebut, sehingga menimbulkan teori perjanjian yang menyatakan bahwa para pendiri Perseroan Terbatas, minimal harus 2 atau dua orangbadan hukum. Menurut Subekti, perjanjian ialah suatu peristiwa hukum dimana seorang berjanji kepada seorang yang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian ini menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. Dalam hukum perjanjian berlaku suatu asas yang dinamakan asas konsensualisme, yang berarti sepakat. Arti konsensualisme ialah pada dasarnya perjanjian dan perikatan sudah dilahirkan sejak detik tercapainya kesepakatan. Dengan perkataan lain, perjanjian itu sudah sah apabila sudah sepakat mengenai hal- hal yang pokok dan tidaklah diperlukan suatu formalitas. Hukum perjanjian menganut sifat terbuka, artinya hukum perjanjian memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja, asalkan tidak melanggar undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan, hal ini diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata. 35 Dua syarat yang pertama dalam pasal 1338 KUHper, dinamakan syarat-syarat subjektif, karena mengenai orang-orangnya atau subjeknya yang mengadakan perjanjian, sedangkan dua syarat yang terakhir dinamakan syarat-syarat objektif 35 Ibid, halaman 3. karena mengenai perjanjiannya sendiri atau objek dari perbuatan hukum yang dilakukan itu. Apabila syarat objektif tidak terpenuhi, maka perjanjian itu batal demi hukum, artinya dari semula tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan. Tujuan para pihak yang mengadakan perjanjian tersebut untuk melahirkan suatu perikatan hukum adalah gagal. Dengan demikian, maka tiada dasar untuk saling menuntut di depan hakim. Dalam hal suatu syarat subjektif tidak terpenuhi, perjanjiannya bukan batal demi hukum, tetapi salah satu pihak yang mempunyai hak untuk meminta supaya perjanjian itu dibatalkan. Pihak yang dapat meminta pembatalan itu adalah pihak yang tidak cakap atau pihak yang memberikan sepakatnya secara tidak bebas. Jadi, perjanjian yang telah dibuat itu mengikat juga, selama tidak dibatalkan oleh hakim atas permintaan pihak yang berhak meminta pembatalan tadi. 36 Adanya para pendiri, Para pendiri Perseroan Terbatas dalam literatur hukum sering juga disebut dengan perintis yang terdiri dari minimal 2 atau dua orang. Ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa pendiri wajib menjadi Pemegang Saham tetapi tetap mempunyai kebebasan untuk mengalihkan sahamnya kepada pihak lain. Undang-Undang Perseroan Terbatas memberikan kewenangan agar para pendiri dapat berbisnis untuk dan atas nama perusahaan, walaupun pendirian Perseroan Terbatas belum sempurna dalam arti belum mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia atau selanjutnya disebut dengan Menhum dan HAM, belum didaftarkan dan diumumkan. Meskipun demikian perbuatan tersebut menjadi tanggung jawab para pendiri secara pribadi apabila tidak segera diratifikasi ketika perseroan sudah menjadi badan hukum 36 Ibid, halaman 4. secara sempurna sebagaimana diatur dalam Pasal 11 ayat 1 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007. Pendiri atau Pemegang Saham bernaung di bawah satu nama bersama, Perseroan Terbatas harus mempunyai nama bersama atau tertentu terlepas dari nama para pendirinya sebagaimana tercantum dalam anggaran dasar. oleh karena itu pengesahan nama Perseroan Terbatas tersebut dilakukan bersama-sama dengan pengesahan anggaran dasarnya dilakukan oleh Menhum dan HAM. Merupakan Badan Asosiasi dari Pemegang Saham atau hanya seorang Pemegang Saham. Berdasarkan prinsip teori klasik yaitu teori perjanjian yang dianut oleh negara Indonesia tersebut maka Perseroan Terbatas harus mempunyai minimal 2 dua orang Pemegang Saham oleh sebab itu Perseroan Terbatas disebut sebagai asosiasi Pemegang Saham atau asosiasi modal. Merupakan hukum atau manusia semu atau badan intelektual, Berdasarkan pengertian yuridis maka Perseroan Terbatas adalah suatu Badan Hukum atau rechtpersoon, legal entity manusia semu atau artificial person, Badan Intelektual atau Intelektual body. Sebagai suatu badan hukum, Perseroan Terbatas mempunyai wewenang bertindak atas dan untuk nama sendiri baik di luar maupun di dalam pengadilan, bertanggung jawab sendiri secara hukum, mempunyai harta kekayaan sendiri dan mempunyai pengurus, sehingga dengan demikian Perseroan Terbatas bertanggung jawab secara penuh, sebab dengan beberapa pengecualian maka Direksi, Komisaris atau pun Pemegang Saham tidak bertanggung jawab secara pribadi terhadap tindakan hukum Perseroan Terbatas. 37 Diciptakan oleh hukum, Pengertian Perseroan Terbatas diciptakan oleh hukum adalah dalam proses pendirian Perseroan Terbatas menurut pasal 7 ayat 6 Undang- Undang Nomr 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas disebutkan bahwa 37 Ibid, halaman 4. Perseroan Terbatas memperoleh status badan hukumnya setelah akta pendiriannya telah disahkan oleh Menhum dan HAM. Mempunyai kegiatan usaha, Sesuai pengertian Perseroan Terbatas yang tercantum dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Perseroan Terbatas dan anggaran dasarnya maka terlihat bahwa tujuan pendirian Perseroan Terbatas adalah melaksanakan satu atau beberapa bisnis untuk mendapatkan keuntungan yang akan diberikan kepada Pemegang Saham dalam bentuk deviden sesuai kebijaksanaan Perseroan Terbatas yang telah diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham. 38 Berwenang melakukan kegiatan usaha, Perseroan Terbatas sebagai suatu badan hukum adalah merupakan subjek hukum, sehingga dapat melakukan kegiatannya sendiri seperti manusia yang dilaksanakan oleh Direksi sebagai organ Perseroan Terbatas. Kegiatannya termasuk dalam ruang lingkup yang ditentukan oleh perundang- undangan yang berlaku, Kegiatan Perseroan Terbatas harus sesuai dengan ruang lingkupnya sebagaimana tercantum dalam anggaran dasarnya, sebab apabila Perseroan Terbatas melakukan kegiatan di luar ruang lingkupnya maka berarti Perseroan Terbatas telah melakukan ultra vires dan bertanggung jawab terhadap tindakannya tersebut. Adanya modal dasar dan juga modal ditempatkan dan modal setor, Pengaturan tentang modal dasar atau authorized capital, modal ditempatkan atau issued capital dan modal disetor atau paid up capital terdapat dalam pasal 26 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa Perseroan Terbatas harus mempunyai modal-modal tersebut setelah Perseroan Terbatas 38 Ibid, halaman 5. memperolah status badan hukum dan jumlah antara modal yang ditempatkan dan modal yang disetor. Modal perseroan dibagi kedalam saham-saham, Prinsip hukum dalam suatu Perseroan Terbatas adalah bahwa tidak ada modal yang tidak dapat dibagi ke dalam saham-saham dan tidak mungkin ada saham yang tidak diambil dari modal perseroan. Eksistensinya terus berlangsung. Meskipun Pemegang Sahamnya silih berganti Perseroan Terbatas mempunyai prinsip keterpisahan, sehingga akibatnya mempunyai eksistensi yang terpisah diantara perseroan sebagai badan hukum dengan Pemegang Sahamnya. Dengan demikian Perseroan Terbatas dapat berlangsung terus, walaupun terjadi pergantian Pemegang Saham, peralihan saham atau adanya jaminan hutang. 39 Berwenang menerima, mengalihkan, dan memegang aset-asetnya. Dalam melaksanakan kegiatan usahanya Perseroan Terbatas mempunyai kewenangan secara hukum untuk menerima, mengalihkan dan memegang aset-asetnya menurut peraturan yang berlaku. Pembatasan terhadap kewenangan tersebut salah satunya di bidang hukum agraria yang melarang Perseroan Terbatas memiliki hak milik atas tanah, sehingga hanya diperbolehkan mempunyai hak guna usaha atau HGU, hak guna bangunan atau HGB, Hak pakai dan Hak sewa. Dapat menggugat dan digugat di pengadilan, Perseroan Terbatas dalam melakukan kegiatannya tentu mempunyai hubungan hukum dengan pihak lainnya. Dalam hubungan hukum tersebut seringkali terdapat tindakan-tindakan yang melanggar perjanjian yang sudah disepakati, sehingga untuk mempertahankan haknya masing-masing, maka baik Perseroan Terbatas maupun pihak lain tersebut dapat menggugat atau digugat di pengadilan. Apabila Perseroan Terbatas digugat maka sesuai prinsip perseroan yang menyatakan Perseroan Terbatas sebagai suatu badan hukum mandiri dan terpisah yang dapat disita oleh pengadilan hanya aset perseroan tersebut. 40 39 Mahmud Rifai, Eksistensi Perseroan Terbatas, Jakarta, Pustaka Loka, 2004, halaman 5. 40 Ibid, halaman 7. Perseroan Terbatas mempunyai 3 atau tiga organ perusahaan yang berfungsi untuk melakukan kegiatannya sehari-hari yaitu Direksi, Komisaris, RUPS yang mempunyai tugas berbeda.

B. Pememerintah Provinsi Sumut Minta Pengusaha Patuhi Peraturan Jamsostek

Dalam rangka memberikan perlindungan tenaga kerja yang melakukan pekerjaan baik dalam hubungan kerja maupun di luar hubungan kerja guna memberikan ketenangan dalam bekerja yang pada akhirnya memberikan dampak positif terhadap peningkatan produktivitas dan peningkatan disiplin tenaga kerja, maka Pemerintah Provinsi Sumatera Utara kembali menghimbau seluruh pengusaha BUMN, BUMD dan Swasta di wilayah Sumatera Utara, untuk segera dilindungi Jamsostek dalam upaya mematuhi dan melaksanakan Peraturan Jamsostek, hal ini dikatakan Kakanwil I PT Jamsostek Persero Mas’ud Muhammad. 41 Demikian juga pengusaha yang bekerja di sektor jasa konstruksi, dimana Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang program jamsostek dalam lingkungan Jasa konstruksi sendiri, sudah diatur dalam peraturan Gubernur Sumatera Utara antara lain SK Gubernur Nomor : 5601046.KTahun 2004 tentang pelaksanaan program jaminan sosial tenaga kerja bagi kerja harian lepas, borongan, perjanjian kerja waktu tertentu pada sektor jasa konstruksi dan tenaga kerja informal 41 Humas Keterangan Bagian Humas PT. Jamsostek Kanwil I Sumbagut. Sanco Manullang, saat audensi dengan Asisten II Ekonomi dan Pembangunan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Djaili Azwar, didampingi Kepala Biro Alwin dan Zainuddin, di Kantor Gubsu di Medan, yang dimuat di Harian Medan Pos Edisi 3 Juli 2009, halaman 2. di Provinsi Sumatera Utara. Kemudian, Nomor. 560293.KTahun 2005 tentang penyempurnaan tim koordinasi fungsional KF pelaksanaan program jamsostek di Provinsi Sumatera Utara dan Nomor. 5601840.KTahun 2005 tentang pelaksanaan program jamsostek di Sumatera Utara. Kedua pejabat tersebut memberi perhatian terhadap SK Gubernur tentang program Jamsostek, karena ternyata di lapangan belum berfungsi optimal. “Kita melihat banyak karyawan swasta, karyawan tetap maupun honorer serta harian lepas sepertinya tidak diperhatikan haknya oleh perusahaan jasa konstruksi,” tandas dia lagi. Dalam pertemuan tersebut dibicarakan sejumlah rencana kerja, termasuk kedua instansi akan segera turun ke lapangan seperti ke daerah Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Pematang Siantar, Nias sebagai prioritas pertama, guna dilakukan pengecekan terhadap sejumlah perusahaan yang belum tunduk terhadap aturan ketenagakerjaan bersifat wajib itu. Untuk itu, kepada para pengusaha di Sumut dan sekitarnya yang belum sempat mendaftarkan karyawannya sebagai peserta Jamsostek agar secepatnya mendaftar. Sebab dengan demikian pihak perusahaan telah membantu para karyawannya dengan jaminan sosial tenaga kerja, kata Djaili Azwar. Kepala Kantor Wilayah I PT Jamsostek Persero H. Mas’ud Muhammad, mengatakan sektor Jasa Konstruksi adalah Program Jaminan Sosial bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu pada Sektor Jasa Konstruksi yang diatur melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-196MEN1999 Tanggal 29 September 1999. Tahap Kepesertaannya menurut dia, adalah setiap Kontraktor Induk maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan proyek Jasa Konstruksi dan pekerjaan borongan lainnya wajib mempertanggungkan semua tenaga kerja boronganharian lepas dan musiman yang bekerja pada proyek tersebut kedalam Program Jaminan Kecelakaan Kerja atau JKK dan Jaminan Kematian JKM. Adapun proyek-proyek tersebut meliputi Proyek-proyek APBD, Proyek- proyek atas Dana Internasional, Proyek-proyek APBN, Proyek-proyek swasta, dan lain-lain. Sementara untuk menjadi peserta, pemborong bangunan kontraktor mengisi Formulir pendaftaran kepesertaan Jasa Konstruksi yang bisa diambil pada kantor Jamsostek setempat sekurang-kurangnya 1 satu minggu sebelum memulai pekerjaan. Kemudian, formulir-formulir tersebut harus dilampiri dengan Surat Perintah Kerja atau SPK atau Surat Perjanjian Pemborong atau SPP. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor. KEP-150MEN1999 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, mengatur kepesertaan maupun upah sebagai dasar penetapan iuran, antara lain, Bagi tenaga kerja harian lepas, borongan dan perjanjian kerja waktu tertentu yang bekerja kurang dari 3 tiga bulan wajib diikutsertakan dalam program jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian, lebih dari 3 tiga bulan wajib diikutsertakan untuk seluruh program jaminan sosial tenaga kerja. Untuk tenaga kerja harian lepas dalam menetapkan upah sebulan adalah upah sehari dikalikan jumlah hari kerja dalam 1 satu bulan kalender. Apabila upah dibayar secara bulanan untuk menghitung upah sehari bagi yang bekerja 6 enam hari dalam 1 satu minggu adalah upah sebulan dibagi 25 dua puluh lima , sedangkan yang bekerja 5 lima hari dalam 1 satu minggu adalah upah sebulan dibagi 21 dua puluh satu. Kemudian, Untuk tenaga kerja borongan yang bekerja kurang dari 3 tiga bulan penetapan upah sebulan adalah 1 satu hari dikalikan jumlah hari kerja dalam 1 satu bulan kalender. Bagi yang bekerja lebih dari 3 tiga bulan, upah sebulan dihitung dari upah rata - rata 3 tiga bulan terakhir. Jika pekerjaan tergantung cuaca upah sebulan dihitung dari upah rata - rata 12 dua belas bulan terakhir. Untuk tenaga kerja yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu, penetapan upah sebulan adalah sebesar upah sebulan yang tercantum dalam perjanjian kerja. Menurut Kepala Kantor Wilayah PT Jamsostek Persero , H. Mas’ud Muhammad, dukungan Pemprov Sumut terhadap program Jaminan Sosial Tenaga Kerja atau Jamsostek sangat tinggi. Dukungan tersebut dibuktikan telah terbitnya Surat Keputusan Gubernur jauh sebelumnya. ”Makanya kedepan, karena program jamsostek adalah program pemerintah, PT Jamsostek dan Pemprovsu akan bersinergi lebih intenstif lagi untuk menggalang gerakan bersama, sehingga seluruh proyek di Sumut dapat masuk jamsostek,” tandasnya. 42 Sebagaimana diketahui, SK Gubernur Sumut itu memerintahkan kepada Pemerintah Daerah Kota dan Kab di Sumut untuk melindungi tenaga kerja sekaligus memberikan sanksi kepada pengusaha yang tidak melakukan kewajiban perlindungan jaminan sosial kepada karyawannya. Sedangkan kepada bupati dan Walikota diperintahkan menindak tegas para pengusaha yang tidak mematuhi SK tersebut. Terutama terhadap para kontraktor yang memperoleh proyek yang dananya bersumber dari APBD, maka mereka wajib mendaftarkan tenaga kerjanya kepada PT Jamsostek. Berbagai persoalan tenaga kerja yang tidak masuk program kepesertaan Jamsostek tidak saja melanda perusahaan swasta, namun tenaga kerja yang berkerja di perusahaan Badan Usaha Milik Daerah disingkat BUMD juga sering hak hak pekerja tersebut di abaikan oleh manajemen perusaan seperti BUMD di Binjai yang masih masuk dalam wilayah pembinaan PT Jamsostek Cabang Medan. 42 Ibid, halaman 2. Terdaftar di Jamsostek Setelah 4 Tahun Diabaikan MESKI belum sepenuhnya, paling tidak untuk saat ini ratusan karyawan Perusahaan Daerah disingkat PD Pembangunan Binjai sudah bisa sedikit bernapas lega. Betapa tidak, setelah menempuh perjuangan panjang, akhirnya hak jaminan sosial mereka yang sempat diabaikan 4 Tahun labih itu, akhirnya dipenuhi perusahaan. Hal itu diketahui setelah sedikitnya 131 karyawan PD Pembangunan Binjai tersebut didaftarkan menjadi peserta Jamsostek. Kurang lebih 4 Tahun kami bekerja di sini, tapi baru kali ini kami terdaftar sebagai mengetahui manfaat Jamsostek yang menjamin ketenagakerjaan itu. Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak, termasuk media yang telah membantu kami keluar dari penindasan. Bantuan media telah menggugah hati pimpinan PD Pembangunan untuk lebih memperhatikan kesejahteraan kami selaku karyawan yang dipimpinnya, ujar puluhan karyawan BUMD itu. Memang gaji kami belum dibayarkan sampai sekarang, tapi pihak perusahaan berjanji nanti bulan Juni depan gaji itu sekalian dibayar. Pokoknya saat ini kami sudah sedikit lega dengan adanya Jamsostek ini, kami menjadi lebih nyata sebagai seorang karyawan. Baru sekarang kami tahu manfaat Jamsostek ini, tambah mereka. Bukan itu saja, puluhan karyawan PD Pembangunan yang ditemui di tempat terpisah juga mengaku puas dengan jaminan sosial yang mereka miliki saat ini walaupun gaji belum mereka terima, “Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih kepada media yang telah memberitakan permasalahan kami dan yang selama ini membela kami dengan pemberitaan. Sehingga kini kami sudah menjadi peserta Jamsostek yang berarti kehidupan kami lebih terjamin. Kini kami bisa merasa aman bekerja karena bila kami sakit tidak sulit lagi berobat dan kalaupun terjadi kecelakaan dalam bekerja kami sudah ada jaminan, jadi kini kami merasa senang,” ungkap mereka. Masih kata karyawan, selama ini mereka hanya bisa pasrah dengan nasib. Mulai gaji yang kecil dan sering tersendat senda pembayarannya, hingga tidak terdaftarnya mereka jadi peserta Jamsostek. “Kini kami merasa sedikit lega dengan sudah menjadi peserta Jamsostek walau gaji kami masih di bawah UMR dan pembayarannya sering tersendat sendat. Kami berharap pihak pihak terkait di Pemko Binjai untuk dapat melakukan upaya agar gaji yang kami terima bisa lebih baik paling tidak sesuai dengan Keputusan Pemerintah tentang Upah Minimum Regional atau UMR sehingga kehidupan kami menjadi lebih baik,” harap mereka yang mengaku selama dua Tahun sudah bekerja hanya di beri gaji sebesar Rp 500.000,- bulan. Kalau PD Pembangunan sudah mendaftarkan karyawannya menjadi peserta Jamsostek itu merupakan kewajiban mereka selaku perusahaan yang telah diatur oleh Undang-Undang, begitu juga tentunya dengan pembayaran upah yang mana sesuai dengan Undang Undang Nomor 25 Tahun 1997 Tentang Ketenagakerjaan pada Pasal 186 Jo Pasal 111 ayat 4 Barang siapa membayar upah lebih rendah dari upah minimum sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 111 ayat 4 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 Tahun dan denda paling banyak Rp.200 Juta, 43 43 Seketaris LSM Perjuangan Hukum dan Politik Kota Binjai, Sidharta Surbakti, Siaran Pers, yang diterbitkan Harian Bersama, edisi 5 Maret 2009, halaman 2. Sementara itu Kepala PT Jamsostek Kota Binjai Mustafa Zainal menyatakan bahwa pihak Managemen PD Pembangunan Binjai sudah mendaftarkan karyawan menjadi peserta Jamsostek. “Ya benar pihak managemen PD Pembangunan telah mendaftarkan 131 karyawan untuk menjadi peserta Jamsostek. C. Pengusaha Sumut Lalai dan 60 Persen Pekerja Di Sumut Belum Diikutkan Jamsostek Sekitar 60 persen pekerja yang mengabdikan diri di berbagai perusahaan di Sumut belum diikutkan dalam program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Jamsostek. Bagi pihak perusahaan yang sengaja tidak mendaftarkan karyawan atau pekerjanya sebagai peserta Jamsostek bisa diancam dengan denda Rp 50 juta, atau menjalankan hukuman enam bulan kurungan,” kata Kakanwil-I PT Jamsostek Sumbagut Mas’ud Muhammad. 44 Menurut Mas’ud, sampai akhir 2007 pekerja yang terdaftar sebagai peserta Jamsostek di Sumut masih sekitar 383.000 pekerja atau sekitar 60 persen masih belum terlindungi oleh pengusahanya, padahal jumlah pekerja di daerah ini lebih 5 juta orang. Minimnya jumlah peserta Jamsostek itu diyakini karena kelalaian pihak pengusaha, padahal sesuai Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 setiap perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 10 orang wajib mendaftarkan pekerjanya mengikuti program Jamsostek, atau sama dengan gaji yang diperoleh Rp 1 juta – Rp 1,5 juta. Dikarenakan saat ini upah UMR sudah hampir Rp 1 juta, dua orang saja pekerja di suatu perusahaan sudah boleh mendaftar sebagai peserta Jamsostek. Sanksi bagi pengusaha yang tidak mematuhi Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 1992 itu denda Rp 50 juta atau 6 bulan kurungan. Jika diulangi lagi bisa hukuman 8 bulan 44 Siaran Pers PT. Jamsostek Kanwil Sumbagut yang disampaikan oleh Sanco Manullang selaku Humas yang diterbitkan oleh Warta Kita, edisi 5 April 2009, Ibid, halaman 2. penjara dan bisa dicabut izin perusahaannya oleh pihak berwajib”, dari sekitar 11 perusahaan yang ada di Sumut masih 4.700 perusahaan yang mendaftarkan pekerjanya. Penegakan hukum bagi pelanggar itu masih lemah untuk itulah perlu komitmen pemerintah dan instansi terkait dalam melindungi masyarakatnya. Sementara pihak PT Jamsostek sendiri tidak memiliki kewenangan dalam bertindak. Kedepan dia PT Jamsostek Wilayah Sumbagut akan melakukan sosialisasi secara allout, khususnya kepada pemerintah daerah, baik pemerintah kabupatenkota maupun provinsi agar semua tahu bahwa Jamsostek adalah milik rakyat mereka. Jika Pemerintah Daerah sudah komit dan Disnaker melakukan penegakan hukum, maka instansi lain akan mendukung dan para pekerjapun akan mendapatkan haknya. Menyinggung alasan pengusaha atau pekerja enggan mengikuti program Jamsostek karena pelayanan rumah sakit yang kurang memuaskan kepada pasien peserta Jamsostek, Mas’ud menepis hal itu. Sebab, katanya, beberapa hari belakangan ini, sudah dilakukan inspeksi mendadak sidak, rata-rata pasien puas atas pelayanan rumah sakit dan klinik. Namun, tak dapat dipungkiri, bila ada pelayanan yang kurang baik ditemukan pasien, bisa melapor ke PT Jamsostek.

D. Penguasaha Lalai Daftarkan Karyawannya Sebagai Peserta Jamsostek

Disnaker Binjai saja yang geram, hingga mengancam melaporkan managemen RSU Al Fuadi ke Polresta Binjai dengan tudingan melanggar Undang-Undang Ketenagakerjaan, karena tak mendaftarkan pegawainya jadi peserta Jamsostek. Namun, pengangkangan hak sosial karyawan rumah sakit yang berdiri kokoh di Jalan A Yani Nomor. 29, Kelurahan Kartini, Kecamatan Binjai Kota itu juga mendapat kecaman dari LSM Forum Rakyat Anti Korupsi Fraksi, yang menuding pemilik rumah sakit terkesan hanya mencari keuntungan dan tidak memikirkan nasib karyawannya. 45 Pemilik RS Al Fuadi sudah jelas melanggar Undang-Undang dan dinilai hanya mencari keuntungan saja. Karena dengan tidak mendaftarkan para pekerjanya jadi peserta Jamsostek, perusahaan bebas dari iuran pada PT Jamsostek. Otomatis, hal itu mengurangi pengeluaran dan menambah keuntungan bagi perusahaan Meski begitu, jika ditinjau dari segi bisnis, tindakan rumah sakit itu dinilai salah kaprah. Alasannya, keuntungan yang diperoleh perusahaan itu akan berubah jadi kerugian. Karena rumah sakit itu akan dicap sebagai perusahaan yang tidak taat pada Undang-Undang dan tidak memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Apalagi pemilik RS AL Fuadi adalah salah seorang fungsionaris di Pemko Binjai yang berstatus sebagai oknum Kadis Kesehatan Kota Binjai. Pejabat sendiri tak taat peraturan, bagaimana dengan orang bisa. Harusnya, pejabat itu memberi contoh yang baik pada masyarakat, bukan sebaliknya,” Sebagai pemimpin, sudah sepantasnya pemilik rumah sakit itu memperjuangkan hak dan kepentingan pegawainya. Memberinya kesejahteraan dengan apa yang menjadi haknya sebagai pegawai. Dengan kata lain, bagaimana 45 Pernyataan Aji dan Chaniago, Sekretaris Jenderal LSM Forum Rakyat Anti Korupsi Fraksi di Harian Warta Kita Edisi 2 Juni 2009, halaman 4. mau menjadi pemimpin yang didukung kalau hak-hak para pekerjanya saja sudah diabaikan, dan bagaimana mungkin menjadi seorang pemimpin yang baik kalau tidak mau menaati Undang-undang. Seharusnya sebagai pimpinan dr Fuad selaku pemilik RS Al Fuadi lebih mengedepankan Undang-Undang Ketenagakerjaan. Bahwa setiap perusahaan wajib mendaftarkan karyawan atau pekerjanya menjadi peserta Jamsostek sebagi bentuk jaminan yang menjamin karyawan selama terikat dalam peraturan internal yang ditetapkan perusahaan 46 tindakan RS Al Fuadi itu jelas melanggar Undang-Undang. Karena tidak ada alasan apapun untuk tidak memberikan hak jaminan sosial karyawan. “Terkait permasalahan ini, kita berharap agar Disnaker Binjai dapat mengambil tindakan tegas tentang pelanggaran ini. Serta menjadikan masalah ini jadi pelajaran untuk menegakkan dan memperjuangkan hak tenaga kerja agar mendapat jaminan sosial, agar seluruh tenaga kerja yang di wilayah kerja Pemko Binjai terdata sebagai peserta Jamsostek. Dengan begitu mereka nyaman bekerja dan dapat lebih memberikan loyalitasnya pada perusahaan tempat mereka bekerja. E. Tanggung Jawab Perseroan Terbatas Dalam Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor. 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah tiap orang 46 Ketua Kelompok Studi dan Edukasi Masyarakat Marginal K-Semar Sumut, Togar Lubis, mengaku kecewa dengan sikap pimpinan RS Al Fuadi yang tak memperjuangkan hak karyawannya. laki-laki atau wanita yang sedang dalam danatau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja dan pengusaha secara lisan danatau tertulis, baik untuk waktu tertentu maupun untuk waktu tidak tertentu yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak. Perjanjian kerja ini dibuat atas dasar : a. kemauan bebas kedua belah pihak; b. kemampuan atau kecakapan kedua belah pihak; c. adanya pekerjaan yang diperjanjikan; d. pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Perjanjian kerja dibuat bisa untuk : a. waktu tertentu, bagi hubungan kerja yang dibatasi oleh jangka waktu berlakunya perjanjian atau selesainya pekerjaan tertentu; Perjanjian ini dibuat secara tertulis dan tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja. Dibuat atas kemauan kedua belah pihak. b. waktu tidak tertentu, bagi hubungan kerja yang tidak dibatasi oleh jangka waktu berlakunya perjanjian atau selesainya pekerjaan tertentu. Dapat mensyaratkan masa percobaan kerja selama-lamanya 3 bulan. Selama masa percobaan , pengusaha dilarang membayar upah pekerjanya dibawah upah minimum yang ditetapkan oleh Menteri. Perjanjian kerja yang sedang berlaku dapat diubah atau ditarik kembali asal ada persetujuan dari kedua belah pihak. Perubahan perjanjian kerja bukanlah membuat perjanjian kerja yang baru, melainkan isi dari perjanjian kerja diadakan perubahan. Jika suatu perjanjian mengandung unsur-unsur dari beberapa perjanjian, perjanjian itu disebut perjanjian campuran. Jika ada perjanjian campuran, dimana dalam perjanjian itu mengandung beberapa unsur perjanjian yang salah satu unsurnya adalah perjanjian kerja, maka menurut pasal 1601 c ayat 1 KUHPerdata ditentukan: Jika suatu perjanjian memiliki unsur perjanjian kerja dan unsur perjanjian macam lain, maka yang berlaku adalah baik ketentuan mengenai perjanjian kerja, maupun ketentuan mengenai perjanjian macam lainnya itu yang unsurnya terkandung di dalamnya; jika ada pertentangan di antara ketentuan-ketentuan tersebut, maka yang berlaku ketentuan mengenai perjanjian-kerja. Dengan terjadinya perjanjian kerja akan menimbulkan hubungan kerja antara pekerja dengan pengusaha yang berisi hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi masing-masing pihak. Hak dari pihak yang satu merupakan kewajiban bagi pihak lainnya, demikian juga sebaliknya kewajiban pihak yang satu merupakan hak bagi pihak lainnya. Namun demikian walaupun ada berbagai peraturan Undang-undang yang mengatur mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan tenaga kerja biasanya setiap perusahaan mempunyai peraturan sendiri terhadap tenaga kerjanya mengenai syarat-syarat kerja yang ditetapkan oleh pengusaha tersebut. Dalam pembuatan peraturan perusahaan pekerja tidak ikut serta menentukan isinya, karena itu ada yang menyatakan bahwa peraturan perusahaan adalah peraturan yang berdiri sendiri yang terpisah dari perjanjian kerja. Menurut Undang-undang, jika perusahaan mengadakan peraturan perusahaan, tenaga kerja diperusahaan tersebut harus menyetujui secara tertulis pada waktu membuat perjanjian kerja baik secara lisan maupun secara tertulis. Oleh karena itu peraturan perusahaan lainnya dipandang sebagai tambahanpelengkap daripada perjanjian kerja. Begitu juga masalah tenaga kerja freelance, sebelum menyatakan setuju untuk bekerja diperusahaan tersebut sebaiknya memperhatikan isi perjanjian kerja yang ditawarkan diperusahaan tersebut sehingga tidak ada penyesalan dikemudian hari atau tidak dirugikan hak-haknya oleh perusahaan tersebut. Terhadap isi perjanjian yang belum jelas atau tidak dimengerti oleh pekerja sebaiknya ditanyakan kejelasannya. Jika dalam hubungan kerja berlangsung ditetapkan suatu peraturan perusahaan yang baru atau diadakan perubahan pada peraturan perusahaan pada peraturan perusahaan yang sudah ada, maka dalam hal ini pekerja mandapat perlindungan dari pasal 1601 k KUHPerdata yaitu : pekerja harus diberi waktu yang cukup untuk mempertimbangkan peraturan perusahaan yang baru atau perubahan dari peraturan perusahaan yang sudah ada. Dengan adanya Undang-Undang Nomor.14 Tahun 1969 tentang Ketentuan- ketentuan pokok tenaga kerja dalam pasal 10 disebutkan sebagai berikut: Pemerintah membina perlindungan kerja yang mencakup antara lain norma kerja. Atas dasar tersebut Pemerintah Indonesia membuat ketentuan tentang Peraturan Perusahaan yang sifatnya memaksa artinya bahwa setiap perusahaan harus membuat peraturan perusahaan. Dasar pertimbangan dikeluarkannya peraturan perusahaan adalah untuk mengusahakan agar pekerja mengetahui dengan pasti apa yang menjadi haknya, sehingga tercipta dan terpelihara keserasiaan yang lebih menjamin keseimbangan antara kesejahteraan tenaga kerja dan peningkatan produksi. Peraturan perusahaan selain dimaksud untuk memberikan kepastian bagi tenaga kerja atas hak-hak dan kewajiban-kewajibannya, juga untuk mempermudah dan mendorong pembuatan perjanjian kerja. Walaupun kepesertaan Jamsostek ini telah menjadi kewajiban yang ditetapkan Undang undang, ternyata belum semua perusahaan mendaftarkan karyawannya dalam program Jamsostek. PT Jamsostek Cabang Pangkalpinang mencatat 100 perusahaan di Bangka Belitung yang belum ikut Jamsostek, sementara ikut secara aktif sebanyak 640 perusahaan dengan 35.650 karyawan, dan ikut secara pasif 775 perusahaan dengan 110.175 karyawan. Kepala Cabang PT Jamsostek Persero Pangkalpinang Muhammad Akip menyatakan, sebelumnya telah dilakukan penandatanganan kesepakatan MoU antara Disnakertrans Babel dengan Kejati Babel, dan antara Kejati dengan Kantor Wilayah II PT Jamsostek Persero Sumbagsel. Namun entah mengapa masih ada perusahaan yang belum mendaftarkan karyawannya dalam Jamsostek. Sekarang yang terdaftar menjadi anggota PT Jamsostek sekitar 1.415 perusahaan, masih ada yang belum masuk sekitar 100 perusahaan, ungkap Akip. 47 47 Muhammad AKIP, Minimnya Perhatian Pengusaha Akan Hak Pekerja, Pangkal Pinang Batam Post, Edisi 21 Maret 2009, halaman 1. Bulan Januari sampai Mei sebanyak 39 perusahaan masuk menjadi peserta Jamsostek dengan jumlah karyawan sekitar 500 orang. Mengenai perusahaan yang tidak masuk dalam Jamsostek, sebagai tindak pelanggaran Undang-Undang serta hak asasi manusia HAM. Sesuai Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 mengenai Jaminan Sosial Tenaga Kerja menyatakan bahwa setiap tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja. Perusahaan yang tidak masuk dalam Jamsostek sedang ditindaklanjuti oleh Disnakertrans Babel dan Kejaksaan Tinggi Babel, kedua instansi itu yang berhak melakukan upaya penegakkan hukumnya. Pengusaha yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana diatur dalam ketentuan perundangundangan program Jamsostek diancam hukuman kurungan selama-lamanya enam bulan atau denda setinggitingginya Rp 50 juta. Jika ada pengulangan tindak pidana untuk kedua kalinya atau lebih dipidana kurungan selama-lamanya delapan bulan. Apabila telah diberikan peringatan tetap tidak memenuhi kewajibannya dikenakan sanksi administrasi berupa pencabutan izin usaha. 48 Hal yang sama, juga terjadi di Propinsi Banten, berkisar 20 ribu karyawan berasal dari 217 perusahaan yang berada di Kabupaten Serang, Banten, tidak terdaftar sebagai peserta Jaminan Sossial Tenaga Kerja Jamsostek. Karena tidak terdaftar para karyawan ini tidak bisa menikmati fasilitas Jamsostek, seperti resiko kerja, jaminan hari tua, jaminan kesehatan dan sebagainya. 48 Ibid, halaman 12. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek, perusahaan yang dengan sengaja tidak mendaftarkan perusahannya sebagai peserta terancam sanksi pidana berupa kurungan selama 6 bulan, dan denda paling banyak sebesar Rp. 50 juta. Sebelum dijatuhkan sanksi, kami akan mengirimkan surat peringatan SP sebanyak tiga kali. Bila perusahaan belum juga mendaftarkan pekerjanya, maka PT Jamsostek akan melapor kepada Disnaker,” didampingi Kabid Pengawasa Dinas Tenaga Kerja Disnaker Kabupaten Serang, S Nasution, dan Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Serang, E. Hafadzah, pada acara konferensi buruh kontrak yang dihelat Forum Solidaritas Buruh Serang atau FSBS di Gedung Korpri, Kota Serang. 49 PT. Jamsostek tidak mengenal istilah buruh kontrak atau pekerja yang masuk lewat sistem outshorcing. Semua perusahaan wajib mendaftarkan pekerjanya. perusahaan yang tidak mendaftarkan karyawannya ke PT. Jamsostek adalah sebagain besar perusahaan yang mempekerjakan buruh kontrak. “Ada perusahaan yang hanya mendaftarkan 12 karyawan dari total karyawannya sebanyak 126 orang,” katanya.

F. Kepesertaan Tenaga Kerja Sebagai Peserta Program Jamsostek Minim

Jumlah tenaga kerja yang terdaftar sebagai peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja atau Jamsostek masih sangat rendah. Rata-rata hanya 35-40 persen di setiap wilayah. Di kantor Cabang Surakarta, yang meliputi Solo, Sragen, Sukoharjo, Karanganyar dan Wonogiri tercatat hanya 120.570 orang dari 1.246 perusahaan yang terdaftar sebagai peserta Jamsostek. Angka itu sangat kecil jika dibanding jumlah perusahaan di sektor informal di wilayah Surakarta. Menurut Kepala Kantor Wilayah Kanwil V Jateng - DIY, PT Jamsostek Persero, Sarjan Lubis, sebenarnya masih banyak perusahaan yang belum mendaftarkan pegawainya sebagai peserta Jamsostek. Sarjan mencontohkan, dari total 8 juta tenaga kerja di Jateng, hanya 1,7 juta yang telah terdaftar sebagai peserta Jamsostek. Padahal setiap perusahaan yang mengeluarkan gaji Rp 1 juta, seharusnya sudah mendaftarkan karyawannya ke Jamsostek, 50 49 Pernyataan Kepada PT. Jamsostek Cabang Serang H.M. Achyad Munas. 50 Penjelasan Sarjan Lubis, Kepala Kantor PT. Jamsostek Kanwil V Seusai Pelantikan Kepala Kantor Cabang PT Jamsostek Persero Surakarta, Kusumo di Bale Tawangarum Balaikota Solo. Hal itu juga diakui oleh Direktur Renbang dan Informasi PT Jamsostek, HD Suyono. Dari total sekitar 30 juta tenaga kerja di Indonesia, hanya 35-40 persen yang tercatat sebagai peserta Jamsostek. Persentase itu terjadi hampir di setiap wilayah di Indonesia. masih minimnya peserta Jamsostek, karena banyak perusahaan yang enggan mendaftarkan pegawainya sebagai peserta Jamsostek. Ditambah perusahaan-perusahaan baru. 51 Kecelakaan kerja hingga saat ini masih sangat tinggi dan mendominasi klaim asuransi Jamsotek. Rasio angka kecelakaan kerja mencapai 30-40 persen di Indonesia. Di Indonesia timur masih lebih tinggi lagi. 51 Pernyataan HD Suyono, Diektur Renbang dan Informasi PT. Jamsostek yang dimuat Harian Kompas edisi 23 Maret 2009, halaman 2.

BAB III FAKTOR-FAKTOR PERSEROAN TERBATAS TIDAK MENDAFTARKAN

KARYAWANNYA SEBAGAI PERSERTA JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

A. Perlindungan Hukum Tenaga Kerja

Upaya untuk mengatasi krisis ekonomi yang dilakukan melalui program reformasi di bidang ekonomi, belum memberi hasil yang memadai. Lambatnya proses pemulihan ekonomi ini terutama disebabkan dua faktor. Pertama penyelenggaraan negara di bidang ekonomi yang selama ini dilakukan atas dasar kekuasaan yang terpusat dengan campur tangan pemerintah yang terlalu besar telah mengakibatkan kedaulatan ekonomi tidak berada di tangan rakyat dan meknisme pasar tidak berfungsi secara efektif. Kedua, kesenjangan ekonomi yang meliputi kesenjangan antara pusat dan daerah, antar daerah, antar pelaku, dan antar golongan pendapatan, telah meluas ke seluruh aspek kehidupan, sehingga struktur ekonomi tidak mampu menopangnya. 52 Hal ini ditandai dengan masih berkembangnya monopoli serta pemusatan kekuatan ekonomi di tangan sekelompok kecil masyarakat atau daerah tertentu. Lambatnya pemulihan ekonomi mengakibatkan pengangguran meningkat, jumlah penduduk miskin makin bertambah, lapangan kerja menjadi hal yang langka. Akibat lainnya, hak dan perlindungan tenaga kerja tidak terjamin dan kesehatan masyarakat menurun. Pemulihan ekonomi bertujuan untuk mengembalikan tingkat pertumbuhan dan pemerataan yang memadai, serta tercapainya pembangunan berkelanjutan. 52 Markus Wauran, Op. Cit, halaman 11. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. Sesuai dengan peranan dan kedudukan tenaga kerja, diperlukan pembangunan ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja dan peran sertanya dalam pembangunan serta peningkatan perlindungan tenaga kerja dan keluarganya sesuai harkat dan martabat kemanusiaan. 53 Perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerjaburuh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerjaburuh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha.Dalam hubungan ini, maka suatu perekonomian yang digerakkan oleh rakyat untuk kepentingan rakyat banyak, merupakan cita-cita yang perlu diwujudkan. Perekonomian rakyat semacam ini akan lebih tahan atas gejolak yang terjadi, karenapada dasarnya kuat berakar ke bawah. Sejalan dengan upaya untuk menggerakkan perekonomian rakyat dan sekaligus memberikan peran yang lebih besar terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan nasional, proses otonomi daerah mulai dilakukan pada akhir pembangunan jangka panjang 25 tahun kedua ini. Dengan demikian demokratisasi ekonomi dan sekaligus politik akan menampakkan wujudnya secara lebih nyata. Proses demokratisasi semacam ini pada gilirannya akan mampu menumbuhkan nilai tambah kemartabatan yang akan mengarah pada terciptanya kemandirian dan keswadayaan dalam melakukan kegiatan-kegiatan pembangunan. Dalam kaitannya dengan pekerjaburuh, Garis-Garis Besar Haluan Negara atau GBHN 1999 – 2004 mengamanatkan bahwa pengembangan ketenagakerjaan 53 Ibid, halaman 12. secara menyeluruh dan terpadu diarahkan pada peningkatan kompetensi dan kemandirian tenaga kerja, peningkatan pengupahan, penjaminan kesejahteraan, perlindungan tenaga kerja dan kebebasan berserikat. Oleh karena itu, hal-hal seperti diuraikan di atas tentu harus menjadi prioritas kebijakan pemerintah untuk dapat lebih peka dan dengan demikian maka perlu diadakan suatu analisa dan evaluasi perlindungan Hak Asasi Manusia bagi Tenaga Kerja berdasarkan Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Tujuan dari analisa dan evaluasi adalah untuk mengetahui implementasi Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dalam rangka pemenuhan, perlindungan dan penegakan HAM bagi pekerja di perusahaan. 54 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan sudah dilaksanakan di berbagai daerah, meskipun sosialisasinya masih terus berlanjut sehubungan dengan peraturan pelaksanaan dari ketentuan yang dimaksud. Khusus mengenai hak-hak asasi pekerja yang berkaitan dengan perlindungan hak asasimanusia bagi pekerja dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 telah sesuai dengan ketentuan yang besifat internasional, hanya dalam pengawasan pelaksanaannya, perlu dilakukan oleh pihak pemerintah secara baik. Meskipun di Dinas tenaga kerja, Propinsi, KabupatenKota atau pusat sudah ada pegawai pengawas, namun masih kurang memadai. Dilihat dari lokasi perusahaan berkaitan dengan luasjangkauan wilayah, atau dari sudut banyaknya perusahaan dan pekerja yang diawasi. Di beberapa daerah, dimana hubungan kerjanya masih kental berdasarkan hubungan kekeluargaan, tugas dari pegawai pengawas kurang berpengaruh. Seperti yang telah disampaikan bahwa di perusahaan yang sifatnya keluarga, ketentuan mengenai jamkerja, upah dan jaminan sosial, walaupun mereka mengetahui, tapi nampaknya sulit untuk diterapkan. karena dianggap tidak terlalu penting. 55 Dengan demikian, kembali pada pemerintah pusat atau daerah, apakah lebih mengutamakan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 atau kelangsungan hubungan kerja seperti yang ada sekarang, bagi pihak perusahaan 54 Ibid, halaman 13. 55 Ibid, halaman 14. berupaya untuk kelangsungan usaha dan di pihak lain, pekerjanya juga merasa tidak ada masalah, sepanjang kebutuhan hidupnya terpenuhi secara layak. Di kota-kota besar seperti di Jawa Timur, pekerja menggunakan hak mogoknya dalam menuntut pemenuhan haknya, namun dari jawaban yang disampaikan oleh pihak pekerja, ternyata bahwa walaupun mogok merupakan hak mereka, namun sedapat mungkin tidak digunakan karena akan membawa dampak yang tidak diharapkan, seperti terganggunya kelancaran pekerjaan dan proses produksi. Pekerja di sektor formal pada umumnya sudah memahami hak-hak asasinya, bahkan di beberapa daerah ketentuan Tentang hak asasi pekerja sudah dapat terlaksana, dalam arti pihak pekerja dapat merasakan hak-hak dasarnya sebagai pekerja, yaitu kesempatan dan perlakuan yang sama dalam hubungan kerja, tidak ada diskriminasi antara buruh laki-laki dan buruh perempuan. Kalaupun ada perbedaan perlakuan, mereka dapat merasakan bahwa hal tersebut terjadi sehubungan dengan jenis pekerjaan yang dilakukan, bukan semata-mata karena faktor jenis kelamin yang menyebabkan perbedaan perlakuan. Namun disadari bahwa masih ada pengusaha yang melanggar ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, tetapi belum ada satupun yang dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan tersebut Konsepsi Pembangunan Nasional dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara mencakup semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan tujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata baik material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan yang ditandai dengan perkembangan mekanisasi dan otomatisasi industri, peningkatan penggunaan sarana moneter serta perubahan keseimbangan penduduk dari pedesaan ke perkotaan telah membawa perombakan struktural dalam cara dan sumber kehidupan yang berakibat membawa perubahan-perubahan sosial dan kemudian perubahan sosial itu akan mengakibatkan pula terjadinya pergeseran nilai-nilai sosial di dalam kehidupan masyarakat. 56 Pergeseran nilai-nilai sosial tersebut dapat pula mengakibatkan terjadinya kepincangan-kepincangan sosial di dalam tatanan kehidupan masyarakat yang mungkin bisa berwujud perasaan cemas, prasangka, dan sikap masa bodoh yang nantinya akan menimbulkan suatu keadaan yang tidak stabil di dalam masyarakat. Untuk menetralisasi kemungkinan timbulnya ketidakstabilan tersebut, maka pembangunan di bidang kesejahteraan harus diarahkan kepada berkembangnya tingkat kesadaran tanggung jawab sosial, juga harus diupayakan untuk meningkatkan kemampuan golongan masyarakat tertentu sebagai subyek yang dapat menentukan masalah-masalah sosial yang dihadapi di dalam kehidupan masyarakat. Salah satu golongan tertentu ialah masyarakat tenaga kerja atau karyawan pada perusahaan swasta maupun karyawan dalam lingkungan Badan Usaha Milik Negara BUMN. Tenaga kerja merupakan bagian dari masyarakat yang ikut dalam proses pembangunan, khususnya di lapangan pangan produksi. Kesejahteraan tenaga kerja berupa jaminan perlindungan sosial menjadi faktor penentu bagi maju mundurnya perusahaan dalam mencapai produktivitas yang maksimal. 57 Apabila fasilitas yang diterima tenaga kerja sebagai kontra prestasi penunaian kerja pada perusahaan jelek, maka akan mempengaruhi pula kesejahteraan keluarganya. Ini berarti semangat tenaga kerja dalam melakukan pengabdian berupa penunaian kerja di perusahaan tempat ia bekerja juga terpengaruh. Terhadap permasalahan semacam ini yang berhubungan dengan resiko sosial yang menimpa kaum tenaga kerja tersebut, perhatian pemerintah besar sekali, bahkan ikut terpanggil mendirikan suatu pertanggungan sosial yang direalisasikan dengan menyelenggarakan program Jamsostek yang diatur dalam Peraturan 56 Marwan Sulaiman, Op. Cit, halaman 5. 57 Ibid, halaman 6. Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 yang mulai berlaku tanggal 27 Pebruari 1993 sebagai Pelaksanaan Undang-undang Jamsostek Nomor 3 Tahun 1992 yang mengatur pemberian Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Kematian, Jaminan Pemeliharan Kesehatan sebagai perlindungan dasar bagi tenaga kerja dan keluarganya dalam mengahadapi resiko-resiko sosial-ekonomi, dan mengurangi ketidakpastian masa depan. Jaminan Sosial Tenaga Kerja sebagai salah satu bentuk jaminan sosial yang memberikan perlindungan dan kesejahteraan bagi manusia tenaga kerja ikut menyumbang kegiatan pembangunan dengan mengurangi ketidakpastian masa depan, menciptakan ketenangan kerja dan ketentraman berusaha, sehingga dapat meningkatkan produksi dan produktifitas. Manfaat diselenggarakannya jaminan sosial bagi tenaga kerja sangat dirasakan terutama bagi tenaga kerja yang berpenghasilan rendah bahkan masih di bawah upah minimum, apabila mereka atau anggota keluarga sakit ada biaya untuk pengobatan tanpa mengurangi jumlah upah yang diterimanya. 58

B. Pemerintah Tindak Tegas Perusahaan yang Tidak Daftarkan Karyawan

Sebagai Peserta Jamsostek Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Disnakertrans Provinsi Sumatera Utara terus berupaya melakukan pembinaan dan pengawasan agar seluruh buruh dan karyawan terlindungi melalui program Jamsostek. Upaya tersebut dengan menggalang kerjasama yang lebih serius dengan PT Jamsostek Persero Wilayah I, yang dibuktikan dengan mulai beroperasinya penggunaan ruang pengawas ketenagakerjaan, ditempatkan di Gedung Kantor Jamsostek Jalan Pattimura Nomor 334 Medan. Sub Dinas Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan Disnaker Sumut Salomo Peranginangin, mengatakan perusahaan yang belum mendaftarkan karyawannya menjadi peserta Jamsostek akan ditindak dan dapat dibuatkan Berita 58 Ibid, halaman 7. Acara Penyidikan BAP di ruangan khusus yang penggunaannya sudah diresmikan beberapa waktu lalu oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara Rapotan Tambunan. Undang-Undang Nomor. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 1992 secara jelas mengamanatkan pengusaha yang membayar upah seluruh tenaga kerja Rp 1 Juta atau mempekerjakan 10 orang karyawan, wajib hukum masuk Jamsostek. 59 Sementara, pengusaha yang lalai akan amanat Undang-Undang tersebut diancam 6 bulan kurungandenda Rp 50 Juta. Pasal I Undang-Undang tersebut juga ditegaskan bahwa perusahaan yang dimaksud adalah setiap bentuk badan usaha yang mempekerjakan tenaga kerja dengan tujuan mencari untung atau tidak, baik milik negara seperti BUMN dan BUMD maupun milik swasta seperti PT, CV, UD, Yayasan, Koperasi, dan lainnya, wajib masuk Jamsostek. Jadi bagi para pengusaha daftarkanlah perusahaan masuk menjadi peserta Jamsostek atau akan berhadapan dengan hukum. Sebab, ini semua demi kesejahteraan para pekerja dan perusahaan akan lebih tenang sebab pekerja akan lebih produktif bila tenaga kerjanya dilindungi Jamsostek. Disnakertrans akan melakukan sapu bersih dan melakukan sweeping perusahaan yang belum mendaftar akan karyawannya ke Jamsostek. Implementasi visi misi Penegasan tersebut dilakukan pihak Disnakertrans, menurut Salomo sebagai implementasi dari visi misi Gubernur Sumatera Utara, H Syamsul Arifin, yang dalam kampanyenya saat Pilgubsu lalu menginginkan agar rakyat tidak lapar, tidak sakit, tidak bodoh dan punya masa depan, yang semuanya bisa diatasi dengan perluasan program kepesertaan Jamsostek. 59 Penjelasan Salomo Perangin-angin, Kepala Sub. Dinas Pembinaan dan Pengawasan Ketenaga Kerjaan Sumatera Utara, dimuat di Harian Waspada, edisi 12 Februari 2009, halaman 2. Program Jamsostek sangat membantu tenaga kerja dan keluarganya mengatasi masalah kesehatan, pendidikan, masa depan melalui dana Jaminan Hari Tua atau JHT, Pekerja adalah rakyat Sumut juga, Jadi, pekerja yang jatuh sakit tidak lantas menjadi miskin, karena dilindungi oleh Jamsostek.

C. DPRD Sumatera Utara Dukung Dibentuknya Perda Jamsostek

Masih banyak pengusaha yang sengaja tidak mengikuti aturan Undang- Undang Nomor. 3 Tahun 1992 Tentang program Jamsostek dengan tidak mendaftarkan para karyawannya. Oleh karenanya pemerintah kabupatenkota diminta mendesak pengusaha segera mendaftarkan seluruh tenaga kerja diwilayahnya yang belum masuk program Jamsostek. Kakanwil I PT Jamsostek Masud Muhammad mengatakan, masih ada 64,70 persen lagi tenaga kerja yang tidak terdaftar sebagai peserta Jamsostek. Hal ini sangat disayangkan, dengan tidak mendaftarkan berarti merugikan karyawannya karena bagi mereka tidak mendapatkan hak-haknya sebagai seorang tenaga kerja yang terlindungi,. Masud menghimbau kiranya pengusaha di kabupatenkota tingkat dua yang belum mendaftarkan karyawannya ke Jamsostek agar dilakukan karena hal tersebut telah tertuang di Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 1992. Pada Rapat Dengar Pendapat Komisi E DPRDSU di ruang rapat gedung Jamsostek, wakil rakyat prihatin ketika mendengar minimnya kepesertaan Jamsostek karena sangat merugikan karyawan. Hal tersebut tidak bisa ditolerir apalagi dengan dalih pertimbangan ekonomi biaya tinggi. Dalam hal pengurusan izin perusahaan, setiap pengusaha terlebih dahlu diwajibkan mendaftarkan tenaga kerjanya ke Jamsostek. Bila belum memiliki sertifikat kepesertaan jamsostek, tidak perlu ditindaklanjuti pengurusan selanjutnya. Sementara itu, Anggota Komisi E DPRDSU dari Fraksi PDS Burhanuddin Rajagukguk berpendapat, bahwa perlu penanganan serius Tentang masalah Jamsostek khususnya perseorangan dan Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja TK-LHK. Pelaksanaan otonomi daerah berada di KabupatenKota, maka sasaran pelaksanaan Jamsostek ada didaerah. Oleh karenanya, perlu dipikirkan bersama, agar masing-masing kepala daerah dapat terlibat langsung untuk mendukung program jamsostek. 60 Dulu pengusahakontraktor ada SK Gubsu agar semua kontraktor masuk ke dalam asosiasi gapensi, aksepindo, dan lain lain. Kini, perlu upaya serius, bagaimana hal yang sama dapat diterapkan dalam perluasan program Jamsostek, lanjut Burhannuddin. Dengan melihat kepesertaan Jamsostek yang masih minim dan luasnya potensi yang belum tergali, saatnya dibuat Peraturan Gubernur atau Peraturan DaerahBupatiWalikota. Dan, peran Disnakertrans sangat strategis dalam menyukseskannya. Ramses Simbolon, dari Fraksi PDIP merasa minimnya kepesertaan karyawan perusahaan sebagai peserta Jamsostek sangat menyedihkan, karena lebih banyak tenaga kerja kita yang tidak memiliki jaminan apa pun.

D. PT. Jamsostek Himbau Perusaaan Agar Daftarkan Karyawannya Sebagai

Peserta Jamsostek Di tengah krisis ekonomi melanda dunia, PT. Jamsostek Persero Tanjung Morawa mengimbau perusahaan agar mendaftarkan karyawannnya masuk Jamsostek dan dapat memanfaatkan program Jamsostek seperti Jaminan Hari Tua JHT Jaminan Kecelakaan Kerja JKK, Jaminan Kematian JK dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. 60 Usman Hasibuan, DPRD Sumur Prihatin Minimnya Kepesertaan Jamsostek, Medan, Warta Kita, edisi 12 Maret 2009, halaman 12. Betapa tidak, perusahaan yang kini terguncang akibat krisis global, akan menanggung biaya tinggi, apabila menyelenggarakan program kesehatan sendiri sebab harga obat dan medis kian membubung tinggi dan makin tidak terjangkau. Demikian dikatakan Kepala Kantor Tanjung Morawa Thamrin Saleh. 61 Menurut Thamrin, dampak krisis global telah memukul berbagai sektor kehidupan terutama ekonomi, dan menumbangkan perusahaan sehingga banyak yang “kolaps”. Dikatakan Thamrin, kantor cabang dan Pelaksana Pelayanan Kesehatan yang bekerjasama dengan kantor cabang setempat telah siap menerima peserta Jamsostek. Hal ini dibuktikan dengan perbaikan pada sejumlah PPK I Klinik di bilangan Tanjung Morawa. “Kita telah persiapkan dari sisi pelayanan kita dan check on the spot, dimana tanpa pemeriksaan terlebih dahulu, kami selalu terjun ke klinik untuk memeriksa kesiapan klinik dalam melayani peserta Jamsostek. Bila klinik itu ternyata tidak ada dokter jaga, maka kita akan buat teguran ringan sampai berat. Dan bila ternyata tidak diindahkan akan kita lakukan pemutusan hubungan kerjasama,” tegas Thamrin seraya menyebut ada dua klinik yang diputus ikatan kerjasama terhitung 1 April 2009 yang berlokasi di Jalan Tanjung Morawa dan 1 klinik di daerah Patumbak juga segera diganti. Perusahaan tidak perlu ragu untuk mendaftarkan karyawannya masuk Jamsostek, karena klinik dan rumah sakit yang bekerja sama dengan Jamsostek terus menerus kualitasnya ditingkatkan. Sebagaimana instruksi Menakertrans pada hari K3 di Belawan belum lama ini, Kacab Tanjung Morawa telah “turun gunung” terutama kepada perusahaan yang menggunakan tenaga kerja outsorcing OS. ”Kita sudah kunjungi langsung perusahaan dimaksud. Kita minta agar mereka segera mendaftar. Di daerah Tebing Tinggi, ada sebuah perusahaan dengan tenaga kerja 1500 orang yang sedang dalam penjajakan dan dalam waktu dekat, bakal masuk,” kata Thamrin. 61 Siaran Pers Humas Jamsostek Wilayah I Sanco Manullang, di Tanjung Morawa Sumatera Utara. Menurut dia, Tahun ini pihaknya akan bekerja secara “all out” mengajak perusahaan untuk segera mendaftar. “Pokoknya Tahun ini sesuai dengan perintah menteri harus turun gunung, kita akan jemput bola. Lebih baik perusahaan dengan kesadaran sendiri masuk menjadi peserta Jamsostek. Sebab kalau tidak, mereka juga akan berurusan dengan yang berwajib, sebab melanggar Undang-Undang Nomor 3 Tahun 11992. Jadi lebih baik mendaftar rame-rame dengan kesadaran sendiri,” kata Thamrin. Sementara itu, pencapaian target Tahun 2009 khsusunya sektor jasa konstruksi, Kacab Tanjung Morawa optimistis. Hal itu didasari, proyek Tanjung Morawa-Bandara Kuala Namu, kini sudah dalam tahap lelang dan mereka adalah potensi besar yang akan menjadi peserta jamsostek di Tanjung Morawa. “Kami sudah melakukan pendekatan kepada pihak Jasa Marga, untuk membicarakan pekerja yang bakal diikutsertakan menjadi peserta Jamsostek,” tandasnya. Di tempat yang sama, Kakacab Tanjung Morawa memberikan santunan kematian kepada seorang tenaga kerja satpam jaga malam PT. Sumber Sejahtera Raya yang berlokasi di Sampali Medan. Menurut informasi yang diterima Kacab Tanjung Morawa, pada tanggal 13 Nopember 2008 lalu, almarhum yang bertugas jaga malam, pingsan dan terjatuh di pabrik. Kemudian, dibawa ke rumah sakit dan jiwanya tidak tertolong. Hal tersebut, termasuk kategori kecelakaan kerja. “Suami dari ibu tercatat sebagai peserta Jamsostek. Kami mengucapkan terimakasih kepada manajemen perusahaan yang juga turut hadiri disini, atas kepatuhan dalam mengikuti Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 1992 dimana karyawannya dimasukkan ke dalam program Jamsostek. Dengan adanya kejadian yang kita tidak duga duga, dan kejadian tersebut adalah kehendak Yang Maha Kuasa, maka Jamsostek memberikan haknya yaitu 60 persen dikali 80 bulan upah ditambah uang pemakaman dan JHT yang bersangkutan. Jumlah hak yang di dapat ahli waris adalah sebesar Rp 46.406.500, disamping setiap bulan akan mendapat berkala Rp. 200.000 selama 2 Tahun. Sekali lagi kami ucapkan terima kasih,” tandas Kepala Cabang Tanjung Morawa. Dengan mata berkaca-kaca dan haru, santunan tersebut diterima ahli waris yang juga istri almarhum menerima santunan kematian suaminya. Suasana hening menyelimuti ruangan tersebut, ahli waris tidak mampu mengeluarkan sepatah katapun. Mewakili ahli waris, Manajer SDM PT. Sumber Sejahtera Raya, Erika Fransiska Ginting, mengucapkan terimakasih atas pelayanan Jamsostek. “Kematian, memang tidak ada yang menginginkan. Ini sudah menjadi kehendak yang Maha Kuasa. Selama ini, kita merasa tidak pernah ada yang kesulitan dalam mengurus Jamsostek. Terimakasih banyak buat Jamsostek, semoga santunan yang diberikan ini dapat dimanfaatkan sebaik mungkin,” katanya. Ketua Komisi E DPRD Sumatera Utara Budiman P Nadapdap, mengatakan, pihaknya akan segera memanggil para pimpinan BUMNBUMD di Provinsi Sumatera Utara yang sampai saat ini masih belum mematuhi Undang-undang Nomor. 3 Tahun 1992 Tentang pelaksanaan program Jamsostek. Hal itu dikatakan Ketua Komisi E DPRDSU, saat berbincang dengan Kakanwil I PT. Jamsostek Persero Mas’ud Muhammad, didampingi Kepala Bagian Operasional Edy Syahrial dan Humas Sanco Manullang di Medan. Budiman mengatakan hal itu usai kunjungan kerja Komisi E DPRDSU baru-baru ini ke Kota Bandung yang diterima Wakil Gubernur Dede Yusuf xuntuk melihat lebih jauh pelaksanaan program Jamsostek di daerah itu. Budiman menegaskan, terkait pemberitaan di berbagai media massa bahwa secara nasional, ada 122 BUMNBUMD yang belum menjadi peserta Jamsostek, 15 di antaranya adalah BUMN yang belum sama sekali mendaftarkan 75.000 pekerjanya. Sisanya 107 BUMN dan BUMD hanya mendaftarkan sebagian pekerja dan menunggak iuran. “ Ini merupakan keprihatinan dan dipastikan bahwa di Sumatera Utara sendiri masih ada BUMNBUMD yang belum masuk menjadi peserta Jamsostek,” pungkas Ketua Komisi E. Untuk itu kata Budiman, kita akan panggil untuk meminta agar mereka segera mematuhi peraturan yang berlaku. Undang-Undang secara jelas mengatur itu. Bagi BUMNBUMD yang masih melanggar, dan tidak mau mematuhi peraturan akan kita desak untuk dilakukan tindakan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sebagai Badan Usaha Milik Negara BUMN, kata pria berpostur tinggi itu, harusnya mereka adalah perusahaan negara yang paling terdepan dalam melaksanakan amanat Undang Undang ketenagakerjaan. “Kita justru makin heran, sudah 30 Tahun usia Jamsostek, tetapi masih ada Badan Usaha Milik Negara yang belum tunduk pada aturan Undang-Undang Nomor. 13 Tahun 2003 mengenai Ketenagakerjaan dan Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 1992 Tentang Jamsostek yang secara jelas dan tegas mengamanatkan bahwa perusahaan yang membayar upah seluruh tenaga kerja Rp. 1 Juta dan atau mempekerjakan 10 orang, wajib hukumnya masuk Jamsostek,” tegas politisi PDIP itu sembari mengingatkan para pengusaha dan pemberi kerja yang lalai terhadap amanat Undang-Undang itu bisa diancam kurungan penjara dan didenda. Dikatakannya, daripada berurusan dengan hukum, lebih baik mendaftarkan karyawannya untuk masuk Jamsostek. “Perkara mereka sudah memiliki Jaminan Pemeliharaan Kesehatan yang lebih baik dibanding Jamsostek seperti alasan beberapa pihak, itu silahkan saja dan hal itu tidak bisa diklaim menjadi alasan untuk tidak mendaftar pada aturan yang ada sebab Undang-Undang Jamsostek bersifat wajib. Bila pun mereka ada jaminan kesehatan yang lebih baik, harus dibuktikan apa benar memang lebih baik?. Yang jelas, ikuti aturan normatif dulu,” tegas Ketua Komisi E . Untuk itu, katanya, Komisi E DPRDSU akan mendata seluruh BUMNBUMD yang melanggar Jamsostek dan akan segera dipanggil guna dimintai keterangannya. Terhadap masih banyaknya perusahaan yang membangkang dan enggan memasukkan karyawannya untuk kepesertaan Jamsostek, seperti BUMNBUMD menuai kritikan dari Ketua DPD KSPSI Sumut, Muhyir Hasibuan. Menurut Muhyir, perusahaan plat merah sudah seharusnyalah menjadi pioner bagi perusahaan lainnya. Bukan hanya BUMN, BUMD, Swasta, Yayasan, Koperasi, dan Badan Usaha lainnya, yang berhak mendapatkan Jamsostek. Bahkan, katanya, bagi tenaga kerja informal saja, saat ini sudah dapat masuk menjadi peserta jamsostek. Payung hukum sudah ada sesuai Kepmenakertrans Nomor. 24 Tahun 2006, sehingga pedagang bakso, kerupuk dan usaha lain-lain pun sudah bisa masuk program Jamsostek. Ketua Apindo Sumut yang juga Anggota DPD RI Asal Sumut Parlindungan Purba, dalam menyikapi masih banyaknya BUMNBUMD yang belum masuk menjadi peserta Jamsostek meminta agar seluruh BUMN masuk menjadi peserta Jamsostek. “Semua BUMNBUMD diharapkan masuk Jamsostek, tidak ada terkecuali. Untuk BUMN yang masih membangkang dapat dibicarakan di tingkat Dirut,” pungkas Parlindungan. Kepala Kantor Wilayah I PT Jamsostek Persero Mas’ud Muhammad, mengatakan Jamsostek akan terus meningkatkan kualitas pelayanan kepada stakeholders baik para pekerja maupun pengusaha yang menjadi pesertanya. Dikatakan, peraturan perundangan memang menyatakan menjadi peserta Jamsostek adalah hak pekerja yang harus dipenuhi pengusaha. Pengusaha wajib mengikutsertakan pekerjanya dalam program Jamsostek jika membayar total upah Rp 1 juta per bulan atau mempekerjakan 10 orang di perusahaannya. “Ini adalah untuk kesejahteraan para pekerja, yang pada akhirnya meningkatkan produktifitas,” tandas Kakanwil I Jamsostek itu. Dengan UMK Medan Rp. 1.020.000 dan UMP Sumut Rp. 905.000 perbulan, katanya, maka dipastikan suatu perusahaan yang mempekerjakan 1 orang saja di Kota Medan dan 2 orang saja di Wilayah lain di Sumut sudah wajib menjadi peserta Jamsostek.

E. Kejaksaan Sumut Akan Tindak Perusahaan yang Tidak Daftarkan

Karyawannya Sebagai Peserta Jamsostek Untuk memberikan kepastian perlindungan hak keperdataan dan meningkatkan kesejahteraan bagi para pekerja disamping untuk memastikan terselenggaranya Program Jamsostek sebagaimana yang ditetapkan pada Undang- Undang Nomor. 3 Tahun 1992 dan Peraturan PP. Nomor. 14 Tahun 1993 dalam memberikan perlindungan kesejahteraan Pekerja dan Keluarganya, PT Jamsostek Persero Kantor Wilayah I melakukan penandatangan piagam kerjama dengan Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara, bertempat di Gedung Kantor Wilayah I PT. Jamsostek Persero. Penandatangan dilakukan oleh Kakanwil I PT. Jamsostek Persero Mas’ud Muhammad, dan dari Kejaksaan ditandatangani Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara Sutiyono yang disaksikan oleh Direktur Kepatuhan dan Manajemen Resiko PT. Jamsostek Persero Karsanto, Asisten III Setdaprovsu Kasyim, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara Rapotan Tambunan, Kasubdis Pengawasan Disnakertrans Salomo Perangin-angin, Ketua KSPSI Sumut Muhyir Hasan Hasibuan, Ketua KSBSI Sumut, Kepala Cabang Jamsostek se-Sumatera Utara, para pejabat dilingkungan Kejaksaan Tinggi Sumut seperti Kejari Medan, Asisten Intelijen Tengku Reza, Aspidsus Agus Jaya, Asdatun Tarmizi, Aspidum Agus tato, Asbin Asnawir Batubara, Aswas GW Purba, Humas Edy Irsan Tarigan, dan lainnya. Demikian siaran Pers Humas Jamsostek Wilayah I Sanco Manullang. Penandatangan kerjasama dimaksudkan untuk menyelesaikan permasalahan hukum Perdata dan Tata Usaha Negara yang meliputi bantuan hukum dan pertimbangan hukum yang dihadapi oleh PT Jamsostek berkaitan dengan penyelenggaraan program Jamsostek berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993. Selain itu, kerjasama dilakukan sebagai penekanan terhadap perusahaan yang belum ikut Jamsostek dan penagihan tunggakan Iuran Jamsostek terhadap Perusahaan yang menunggak Iuran Jamsostek di atas 6 enam bulan dan untuk memberikan kepastian perlindungan hak keperdataan dan meningkatkan kesejahteraaan bagi para pekerja dalam menghadapi permasalahan Hukum di bidang perdata dan Tata Usaha Negara di Provinsi Sumatera Utara. Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara Sutiyono dalam sambutannya menegaskan penandatangan kesepakatan bersama ini adalah untuk melaksanakan sebagian tugas dan wewenang kejaksaan sebagai aparat penegak hukum baik pidana maupun perdata dan tata usaha Negara. “Penandatangan kesepakatan bersama ini sekaligus merupakan wujud nyata dalam upaya meningkatkan fungsi dan peran kedua lembaga dalam ikut serta memberikan kontribusi bagi pembangunan nasional sesuai dengan tugas dan wewenang masing-masing,” sambut Kajatisu. Kejaksaan sebagaimana tersebut dalam pasal 30 ayat 2 Undang undang nomor 16 Tahun 2004 Tentang kejaksaan Republik Indonesia berperan di bidang perdata dan tata usaha Negara. “Di bidang perdata dan tata usaha Negara, kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak baik didalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama Negara atau pemerintah,” ungkap Sutiyono. Dikatakannya, berdasarkan ketentuan pasal tersebut PT Jamsostek Persero selaku BUMN apabila menghadapi masalah di bidang Perdata dan Tata Usaha Negara dapat memberikan kuasa kepada kejaksaan dalam membantu secara hukum untuk penyelesaiannya. Kegiatan kejaksaan akan dilakukan melalui negosiasi, mediasi, fasilitasi atau arbitrase. “ Ini berarti tidak semua sengketa perdata dan tata usaha Negara harus diselesaikan melalui pengadilan,” tandas dia. Dikatakannya, Kejaksaan dengan Surat Kuasa Khusus SKK dapat mewakili PT Jamsostek Persero baik di dalam maupun di luar pengadilan terutama dalam menyelamatkan dan memulihkan keuangan Negara,” pungkas dia. Sementara itu, Direktur Kepatuhan dan Manajemen Resiko PT Jamsostek Persero Karsanto dalam sambutannya memohon dukungan pemerintah daerah dalam rangka memperluas kepesertaan program Jamsostek di Wilayah Provinsi Sumatera Utara. Kami menyadari selain kondisi perusahaan yang sedang mengalami kesulitan ekonomi, kami juga dihadapi dengan perusahaan yang tidak sadar dan patuh terhadap ketentuan perundangan yang berlaku, masih banyak terdapat perusahaan wajib belum daftar PWBD dan perusahaan daftar sebagian PDS, tukas Karsanto. Untuk itu, kata dia, dipandang perlu menjalin kerjasama dengan lembaga hukum Negara yang memiliki kredibiltas baik sehingga mampu memberikan efek jera dan shock teraphy yang positif bagi perusahaan yang tidak melaksanakan kewajibannya mengingat masih terdapat potensi 18,59 juta tenaga kerja di seluruh Indonesia. Kerjasama serupa, tambahnya, telah dilakukan di beberapa provinsi antara lain Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, NTB, Riau, dan Bali. Keberhasilan program Jamsostek tukas dia, dapat diukur dengan seberapa banyak jumlah tenaga kerja yang diberikan hak dan perlindungan jaminan sosial. Kemudian, seberapa besar manfaat yang telah dirasakan oleh peserta dan seberapa baik kualitas pelayanan yang diberikan untuk memuaskan peserta. “PT Jamsostek Persero akan tetap konsisten mengemban visi dan misi untuk memperluas jangkauan perlindungan serta senantiasa mengutamakan mutu pelayanan prima dan member manfaat yang optimal bagi seluruh peserta berdasarkan prinsip professionalism dan menerapkan good corporate governance,” tandas Karsanto. Kepala Kantor Wilayah I PT Jamsostek Persero Mas’ud Muhammmad, mengungkapkan sejumlah permasalahan yang dihadapi di wilayah Sumatera Utara seperti terdapat Perusahaan Wajib belum Daftar PWBD sebanyak 2.085, Perusahaan Daftar Sebagian PDS Upah, Tenaga Kerja dan Program 739 Perusahaan dengan tenaga kerja 18.928 orang, Perusahaan Menunggak Iuran PMI, Lancar 1-3 bulan, sebanyak 2.385 perusahaan dengan jumlah sebesar Rp.7.983.763.694, Kurang lancar 4 – 6 bulan sebanyak 684 perusahaan sebesar Rp. 1.679.076.615, Macet Aktif 2.657 perusahaan sebesar Rp. 66.968.660.016, Macet Non Aktif 2.185 perusahaan sebesar Rp. 14.988.998.410. Total Tunggakan Iuran sebesar Rp. 91.620.498.410. Sementara itu kata Mas’ud, jumlah kepesertaan Program Jamsostek di Provinsi Sumut antara lain Jumlah Penduduk Sumatera Utara sekitar 12 Juta orang, Jumlah Perusahaan 11.000 dimana pekerja 5 juta orang, perusahaan aktif 5.428 perusahaan dan Tenaga Kerja Aktif sebanyak 376.617 orang, perusahaan Non aktif 3.690 dan Tenaga Kerja Non Aktif 1.016.637 orang. Total Perusahaan Aktif dan non Aktif 9.118 dan Total Tenaga Kerja Aktif dan non Aktif 1.393.254 orang. Untuk jaminan yang telah dibayarkan, menurut dia, Pembayaran Jaminan 4 Program JKK, JKM, JHT dan JPK selama 5 Tahun 2004 sd 2008 sebanyak 776.228 Kasus dengan Jaminan Rp 1.220.383.799.425,-. Jaminan Kecelakaan Kerja JKK 61.394 kasus dengan total pembayaran Rp. 109.406.650.000,- Jaminan Kematian JKM 8.180 kasus dengan total pembayaran Rp. 73.540.250.000,- Jaminan Hari Tua JHT sebanyak 225.229 kasus dengan total pembayaran Rp. 864.860.470.000,- dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK sebanyak 481.425 kasus dengan total pembayaran Rp. 172.576.429.425, Total Pembayaran Jaminan 4 Program se Sumut posisi 1 Januari sd 30 April 2009 sebanyak 20.202 kasus sebesar Rp. 122.652.012.008,-, terdiri dari : Jaminan Hari Tua JHT sebanyak 16.643 kasus dengan Jaminan yang dibayarkan sebesar Rp. 96.580.269.775,- Jaminan Kematian JKM sebanyak 464 kasus dengan Jaminan yang dibayarkan sebesar Rp. 6.981.900.000,- Jaminan Kecelakaan Kerja JKK sebanyak 3.095 kasus dengan Jaminan 7.455.328.515,- Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK sebesar Rp. 11.634.513.718, tukas Mas’ud.

BAB IV UPAYA PT. JAMSOSTEK DALAM MENGATASI PERSEROAN

TERBATAS YANG TIDAK MENDAFTARKAN KARYAWANNYA SEBAGAI PESERTA JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

A. Sejarah PT Jamsostek

Sejarah terbentuknya PT. Jamsostek Persero mengalami proses yang panjang, dimulai dari Undang-Undang Nomor. 331947 jo Undang-Undang Nomor.21951 Tentang kecelakaan kerja, Peraturan Menteri Perburuhan PMP Nomor. 481952 jo PMP Nomor.81956 Tentang pengaturan bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP Nomor. 151957 Tentang pembentukan Yayasan Sosial Buruh, PMP Nomor.51964 Tentang pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial YDJS, diberlakukannya Undang-Undang Nomor.141969 Tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja, secara kronologis proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan. Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum, bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada Tahun 1977 diperoleh suatu tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah PP Nomor. 33 Tahun 1977 Tentang pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja ASTEK, yang mewajibkan setiap pemberi kerjapengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula PP Nomor. 341977 Tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek. Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja JAMSOSTEK. Dan melalui PP Nomor. 361995 ditetapkannya PT. Jamsostek sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat resiko sosial. Selanjutnya pada akhir Tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkan Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, yang berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 dengan perubahan pada pasal 34 ayat 2, dimana Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR telah mengesahkan Amandemen tersebut, yang kini berbunyi, Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatan motivasi maupun produktivitas kerja. Kiprah Perseroan yang mengedepankan kepentingan dan hak normative Tenaga Kerja di Indonesia terus berlanjut. Sampai saat ini, PT Jamsostek Persero memberikan perlindungan 4 program, yang mencakup Program Jaminan Kecelakaan Kerja JKK, Jaminan Kematian JKM, Jaminan Hari Tua JHT dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK bagi seluruh tenaga kerja dan keluarganya. Dengan penyelenggaraan yang makin maju, program Jamsostek tidak hanya bermanfaat kepada pekerja dan pengusaha tetapi juga berperan aktif dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian bagi kesejahteraan masyarakat dan perkembangan masa depan bangsa.

B. Visi, Misi dan Manajemen PT. Jamsostek

Visi ; Menjadi lembaga penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang terpercaya dengan mengutamakan pelayanan prima dan manfaat optimal bagi seluruh peserta. Misi ; Meningkatkan dan mengembangkan Mutu Pelayanan dan Manfaat kepada peserta berdasarkan Prinsip Profesionalisme. Meningkatkan jumlah kepesertaan program Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Meningkatan Budaya Kerja melalui kualitas Sumber Daya Manusia SDM dan penerapan Good Corporate Governance GCG, Mengelola dana peserta secara optimal dengan mengutamakan prinsip kehati-hatian prudent dan Meningkatkan Corporate Values dan Corporate Images. Jamsostek dilandasi filosofi kemandirian dan harga diri untuk mengatasi resiko sosial ekonomi. Kemandirian berarti tidak tergantung orang lain dalam membiayai perawatan pada waktu sakit, kehidupan di hari tua maupun keluarganya bila meninggal dunia. Harga diri berarti jaminan tersebut diperoleh sebagai hak dan bukan dari belas kasihan orang lain. 62 Agar pembiayaan dan manfaatnya optimal, pelaksanaan program Jamsostek dilakukan secara gotong royong, dimana yang muda membantu yang tua, yang sehat membantu yang sakit dan yang berpenghasilan tinggi membantu yang berpenghasilan rendah. Motto Perusahaan Jamsostek adalah, Pelindung Pekerja, Mitra Pengusaha. Struktur Organisasi PT. Jamsostek Persero sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Direksi Nomor: KEP190082007 bulan Agustus 2007 Tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja PT. Jamsostek Persero, adalah sebagai berikut : 62 Wiyogo Puspoyo, Op. Cit, halaman 3. Tabel 1. Struktur Organisasi PT. Jamsostek Persero Kantor Pusat Defisi Humas Sumber : PT. Jamsostek Pesero Kantor Pusat Defisi Humas Dewan Komisaris ; Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : KEP-228MBU2008 Tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Komisaris Utama Perusahaan Perseroan Persero PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja tanggal 14 November 2008 dan Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : KEP-224MBU2008 Tentang Pemberhentian Anggota Komisaris Perusahaan Perseroan Persero PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja tanggal 13 November 2008, berikut profil Dewan Komisaris PT Jamsostek Persero. 63 Bambang Subianto, Komisaris Utama PT Jamsostek sejak Desember 2008. Saat ini adalah partner dari IndoConsult. Pada Tahun 2000 - 20004 partner dari PT Ernst Young Consulting. Pernah menjadi dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan menjabat sebagai Menteri Keuangan RI pada dalam periode Mei 1998 - Oktober 1999. Meraih gelar Sarjana Teknik Kimia dari Institut Teknologi Bandung, gelar Master of Business Administration konsentrasi di Finance Business Economics gelar Doctor dalam bidang Applied Economic Sciences dari Catholic University of Leuven, Belgium Tahun 1984. 64 Sjukur Sarto ; Komisaris PT Jamsostek Persero sejak 2001. Saat ini menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat-Serikat Pekerja Seluruh Indonesia DPP SPSI, Ketua Umum Pimpinan Pusat F. SP BPU - SPSI dan Sekretaris Tripartit Nasional. Sejak Tahun 2000 menjadi anggota Komite Pengarah Nasional Tentang Restrukturisasi dan Reformasi Jamsostek, Meraih gelar S1, bidang Ekonomi dari Universitas Krisnadwipayana - Jakarta, Tahun 1980. Gelar S2, bidang Manajemen Lingkungan dari IPB - Bogor, Tahun 1995. 63 Rudy Harsa, Mengenal Dewan Komisaris dan Direksi PT. Jamsostek, Jakarta, Insani Press, 2008, halaman 5. 64 Ibid, halaman 7. Hariyadi BS. Sukamdani ; Komisaris PT Jamsostek Persero sejak 2007. Saat ini juga menjabat sebagai Komisaris PT Jurnalindo Aksara Grafika, Direktur PT Spinindo Bina Persada, Wakil Komisaris Utama PT Hotel Sahid Jaya International Tbk., Presiden Direktur PT Indonesia Paradise Island, Presiden Direktur PT Indotex LaSalle College International, Direktur Utama PT Sahid Gema Wisata, Vice President Sahid Group dan Direktur Utama PT Sahid Detolin Textile. Meraih gelar Sarjana di bidang Teknik Sipil dari Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Tahun 1989, Magister Manajemen jurusan Akuntansi dari Universitas Indonesia dan memiliki sertifikat Registered Financial Consultant dari International Association of Registered Financial Consultants, Inc. IARFC. Herry Purnomo ; Komisaris PT Jamsostek Persero sejak 2007. Saat ini juga menjabat sebagai Direktur Jenderal Perbendaharaan di Departemen Keuangan. Sebelumnya pernah menjabat sebagai Komisaris PT Posindo Persero, Direktur Pengelolaan Barang MilikKekayaan Negara - Ditjen Perbendaharaan, Direktur Pembinaan Kekayaan Negara - Ditjen Anggaran, Kepala Kanwil XVIII - Ditjen Anggaran dan Kepala Kanwil V - Ditjen Anggaran. Meraih gelar Sarjana dari Institut Ilmu Keuangan Tahun 1980 dan Master from University of Birmingham, Inggris pada Tahun 1989. Rekson Silaban ; Komisaris PT Jamsostek Persero sejak 2007. Saat ini masih menjabat sebagai anggota Lembaga Tripartit Nasional serta menjabat sebagai Ketua Umum DPP KSBSI. Meraih gelar Sarjana di bidang Ekonomi dari Universitas Simalungun, Sumatera utara dan Master dari International Labor Standard, Belgium pada Tahun 2007. Dewan Direksi ; Berdasarkan Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor : KEP-249MBU122008 Tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-Anggota Direksi Perusahaan Perseroan Persero PT Jamsostek, tanggal 19 Desember 2008, berikut adalah profil Dewan Direksi PT Jamsostek Persero : H. Hotbonar Sinaga, Direktur Utama, Lahir: Cipanas, 20 Mei 1949, Pendidikan : Sarjana Ekonomi Manajemen Konsentrasi Pemasaran Universitas Indonesia, Non Degree-Shipping Professional Shipping Management Norwegian Shipping Academy, Insurance Broking Certified Indonesian Ins. Reinsurance Brokers APAI Ahli Pialang Asuransi Indonesia ABAI, Jakarta, Perencanaan Keuangan ChFC Chartered Financial Consultant The American College Singapore College of Insurance. Karir : Sebagai Pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Program Sarjana Strata-1 dan Magister Management, Direktur Utama PT. Asuransi Berdikari, Komisaris Independen: PT. Asia Pratama General Insurance, PT. Sarana Proteksi Broker Asuransi, PT. Sinar Mas Multi Artha Tbk., PT. Asuransi Sinar Mas, PT. Asuransi Eka Life, PT. Asuransi Mega Life, Komisaris Utama PT. Mitra Finansial Wicaksana, Komite Audit: PT. Pindo Deli Paper Mills, PT. Lontar Papirus Pulp Paper. 65 H.D Suyono, Direktur Perencanaan, Pengembangan dan Informas, Lahir : Sragen, 10 Desember 1953, Pendidikan: Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universita Agustus 1945 Semarang, Karir: pernah menduduki Jabatan Kepala Biro Humas PT Jamsostek Persero, Kepala Kantor Wilayah V Semarang, menjabat Kepala Kantor Wilayah VIII Makasar, Kepala Biro Sekretariat Perusahaan PT Jamsostek Persero. Myra Soraya Ratnawati Asnar, Direktur Keuangan, Lahir: Surabaya, 28 Desember 1956. Pendidikan: Sarjana Ekonomi Universitas Indonesia, 65 Ibid, halaman 8. Magist-er Manajemen Lembaga Pembinaan dan Pendidikan Manajemen PPM, Karir : Kepala Biro Perencanaan dan Pengembangan PT Jamsostek Persero. Saat ini menjabat sebagai Direktur Keuangan PT Jamsostek Persero. Ahmad Ansyori, Direktur Operasi dan Pelayanan, Lahir: Kota Negara, Juli 1963, Pendidikan: Magister Hukum Universitas Sumatera Utara, Karir: pernah menduduki Jabatan Kepala Biro Hukum PT Jamsostek Persero, Kepala Biro Personalia PT Jamsostek Persero, Kepala Kantor Wilayah I Medan PT Jamsostek Persero. Djoko Sungkono, Direktur Umum dan SDM, Lahir: Mojokerto, 02 Nopember 1952, Pendidikan: Magister Manajemen Pemasaran Universitas Pancasila, Karir: Pernah menjabat sebagai Direktur Umum dan Personalia PT Jamsostek Persero, Direktur Operasi dan Pelayanan PT Jamsostek Persero, Marketing Advisor Pharma Niaga Bhd, Malaysia. Saat ini masih aktif sebagai anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional DJSN Elvyn G. Masasya, Direktur Investasi, Lahir: Medan, 18 Juni 1967, Pendidikan: Sarjana Ekonomi jurusan Manajemen Universitas Jayabaya, Magister Manajemen Keuangan Institut Teknologi Bandung ITB, Karir: pernah menjabat sebagai Komisaris PT Bank Bali, Direktur PT Bank Permata Tbk, Corporate Secretary PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk, Direktur PT Tuban Petrochemical Industries. Karsanto, Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko, Lahir: Surakarta, 12 Mei 1954, Pendidikan: Sarjana Ekonomi jurusan Perusahaan Universitas Diponegoro, Master of Business Administration Institute Technology of New York, Karir: pernah menjabat sebagai Pemimpin Wilayah PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk Kantor Wilayah 01 Medan, Pemimpin Divisi Usaha Kecil PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk, Pemimpin Divisi Kebijakan Manajemen Risiko PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk.

C. Program PT Jamsostek Sebagai Pengelola Jaminan Sosial Tenaga Kerja

di Indonesia Penyelenggara program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara, Indonesia seperti halnya berbagai Negara berkembang lainnya, mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal. Program Jaminan Sosial merupakan program perlindungan yang bersifat dasar bagi tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin adanya keamanan dan kepastian terhadap risiko-risiko sosial ekonomi, dan merupakan sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi tenaga kerja dan keluarganya akibat dari terjadinya risiko-risiko sosial dengan pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja. Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program tersebut terbatas saat terjadi peristiwa kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacat, hari tua dan meninggal dunia, yang mengakibatkan berkurangnya atau terputusnya penghasilan tenaga kerja danatau membutuhkan perawatan medis Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial ini menggunakan mekanisme Asuransi Sosial.

1. Program Jaminan Hari Tua