Evaluasi Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja oleh PT. Sarana Agro Nusantara Belawan

(1)

i

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL

TENAGA KERJA OLEH PT. SARANA AGRO NUSANTARA

BELAWAN

SKRIPSI

Diajukan Guna memenuhi salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

DISUSUN Oleh :

DESIMA ERIANTI S.

050902050

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKUTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Desima Erianti. S

NIM : 050902050

Departemen : Ilmu Kesejahteraan Sosial

Judul : Evaluasi Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja oleh PT. Sarana Agro Nusantara Belawan

Medan, 5 Juni 2011

PEMBIMBING

Drs. Matias Siagian, M.Si 19630319 199303 1 001

KETUA DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Hairani Siregar, S.Sos, M.SP 19710927 199801 2 001

DEKAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si NIP. 19680525 199203 1 002


(3)

iii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Desima Erianti S

NIM : 050902050

ABSTRAK

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL

TENAGA KERJA OLEH PT. SARANA AGRO NUSANTARA

BELAWAN

(Skripsi terdiri dari 6 bab, 87 halaman, 21 tabel, 2 gambar, 26 kepustakaan dan 3 lampiran)

Menjadi peserta program Jamsostek merupakan hak normatif tenaga kerja. Setiap perusahaan berkewajiban mengikutsertakan karyawannya menjadi peserta program Jamsostek. Sebagai suatu perusahaan, PT. Sarana Agro Nusantara Belawan berkewajiban melaksanakan program Jamsostek bagi karyawannya. Oleh karena itu, penelitian ini secara khusus mengevaluasi pelaksanaan Jamsostek oleh PT. Sarana Agro Nusantara Belawan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program Jamsostek oleh perusahaan tersebut.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, bertujuan memberikan gambaran pelaksanaan program Jamsostek, mulai dari sosialisasi program, pendaftaran karyawan menjadi peserta dan pemberian pelayanan bagi peserta Jamsostek. Sebanyak 30 orang dari 135 karyawan PT. Sarana Agro Nusantara Belawan dilibatkan sebagai sampel dalam penelitian ini. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik pengambilan sampel secara purposive (purposive sampling), dimana bidang kerja dijadikan sebagai pertimbangan. Data diperoleh melalui penyebaran kuesioner, yang kemudian dilengkapi dengan wawancara. Data yang dikumpulkan dianalisis secara kualitatif – desktiptif.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa secara menyeluruh PT. Sarana Agro Nusantara Belawan telah melakukan sosialisasi program Jamsostek kepada karyawannya dengan baik. PT. Sarana Agro Nusantara Belawan menetapkan seluruh karyawannya menjadi peserta Jamsostek dan mengikuti seluruh jenis pelayanan, yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. PT. Sarana Agro Nusantara Belawan juga mendaftarkan secara langsung karyawannya menjadi peserta Jamsostek pada PT. Jamsostek. Namun sebagian kecil karyawannya menjadi peserta Jamsostek pada bulan kedua dan ketiga bekerja. Secara umum pelaksanaan program Jamsostek untuk keempat jenis pelayanan sudah bagus. Ada satu pelayanan yang memiliki kelemahan yang cukup signifikan, yaitu menyangkut kualitas pelayanan kesehatan oleh unit pelayanan kesehatan yang merupakan mitra kerja PT. Jamsostek.

Kata Kunci: Jamsostek, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.


(4)

iv UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA

FAKUTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCIES DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCE Nama : Desima Erianti S.

NIM : 050902050

ABSTRACT

THE JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PROGRAM

EVALUATION BY PT. SARANA AGRO NUSANTARA

BELAWAN

(Thesis consist of 6 chapters, 87 pages, 21 tables, 2 charts, 26 bibliographies and 3 annexes)

Tobe member in Jamsostek program is the laborer right. All of company in Indonesia have obligation to include their laborers in Jamsostek program. As a company, PT. Sarana Agro Nusantara Belawan obligated implementation the Jamsostek program for the laborers. Focus of this research was evaluated of Jamsostek program implementation by PT. Sarana Agro Nusantara Belawan. The aim of research was knew Jamsostek program implementation by the company.

This research was descriptive research. The aim of research was showed description of program Jamsostek implementation, start in introduction the program, registration of laborers as Jamsostek program members and implementation social services for Jamsostek program members. There are 30 of 135 laborers of PT. Sarana Agro Nusantara Belawan have been identified to serve as samples/respondents for this research. This research used purposive sampling technique and made field of work as a determine. Information or data got by used questionnaire, and then confirmed by interview. Qualitative – descriptive data analysis used in this research.

The findings of this research have led to some discoveries: First, globally PT. Sarana Agro Nusantara Belawan had introducted Jamsostek program for the laborers goodly. PT. Sarana Agro Nusantara Belawan made policy included all of laborers as members Jamsostek program and jointed in all of the services program, there are Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. Secondly, PT. Sarana Agro Nusantara Belawan registered its laborers by self in PT. Jamsostek. But, the little of laborers tobe members in second dan third of month their work started. Thirdly, generally Jamsostek program implementation for all of the service programs were good. But, there is one of issues not so good significantly, it is about health service.

Key Words: Jamsostek, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.


(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat-Nya penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik, meskipun penulis menyadari bahwa hasil dari penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat waktu, kemampuan dan pengetahuan yang demikian terbatas dari penulis. Maka dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan adanya perbaikan dan penyempurnaan tulisan ini dan tentunya mengharapkan koreksi dan saran dari segenap pembaca.

Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja oleh PT. Sarana Agro Nusantara Belawan.”

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan bisa selesai tanpa bantuan, perhatian dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

2. Bapak Harani Siregar, S.Sos, M, SP, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan pengetahuan, arahan dan dorongan kepada penulis selama berkuliah

3. Bapak Drs. Matias Siagian, MSi selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia membimbing, mengarahkan dan memberikan dukungan serta arahan dalam menyelesaikan skripsi ini


(6)

vi

4. Seluruh Bapak Dosen dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara untuk segala pengetahuan selama perkuliahan dan dengan segala jasanya

5. Bapak Sehatmin, SE, MM selaku Pimpinan beserta Staff PT. Sarana Agro Industri Belawan yang membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini 6. Kepada kedua orangtuaku yang telah mendidik dan memberikan motivasi

bantuan moril dan materil selama perkuliahan hingga sampai ke tahap penyelesaian skripsi ini

7. Kepada adikku tersayang serta seluruh keluarga, berkat doanya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

8. Rekan-rekan mahasiswa Departemen Ilmu Kesejahteraa Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Stambuk 06.

9. Untuk teman-teman yang tidak dapat penulis sebut namanya satu per satu, semoga ilmu yang kita miliki dapat kita pergunakan untuk keharuman dan kebanggaan almamater kita.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan kritik dan saran guna menyempurnakannya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait.

Medan, Juni 2011 Penulis


(7)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ………. 1

ABSTRACT……… 2

KATA PENGANTAR………. 3

DAFTAR ISI ………... 5

DAFTAR TABEL……… 8

DAFTAR GAMBAR………... 10

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………. 1

1.2 Perumusan Masalah……… 8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian………... 8

1.3.1 Tujuan Penelitian……….. 8

1.3.2 Mafaat Penelitian……….. 9

1.4 Sistematika Penulisan………. 10

BAB II : TUJUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi Program……… 12

2.2 Pengertian Jamsostek……….. 15

2.3 Jenis-jenis Program Jamsostek……… 19

2.4 Pengertian Karyawan……….. 23

2.5 Mekanisme Pelaksanaan Program Jamsostek………. 24

2.6 Peran Pekerja Sosial dalam Pelaksanaan Program Jamsostek ………. 26


(8)

viii

2.8 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional………... 36

2.8.1 Defenisi Konsep………... 36

2.8.2 Defenisi Operasional………. 38

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian……… 40

3.2 Lokasi Penelitian………. 40

3.3 Populasi dan Sampel………... 40

3.3.1 Populasi……….. 40

3.3.2 Sampel……… 41

3.4 Teknik Pengumpulan Data……….. 41

3.5 Teknik Analisis Data………... 42

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan……… 43

4.2 Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas Perusahaan …. 44 4.2.1 Struktur Organisasi Perusahaan……….. 44

4.2.2 Pembagian Tugas ……….……….. 46

BAB V : ANALISIS DATA 5.1 Kharakteristik Umum Responden ……… 58

5.2 Evaluasi Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Oleh PT. Sarana Agro Nusantara Belawan …………. 63

5.2.1 Sosialisasi Program Jamsostek……….. 63


(9)

ix

5.2.3 Pelayanan Peserta Jamsostek...……….. 73 5.2.3.1 Program Jaminan Kecelakaan Kerja ……… 73 5.2.3.2 Program Jaminan Kematian………. ……… 76 5.2.3.3 Program Jaminan Hari Tua.………. ……… 79 5.2.3.4 Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan… 83

BAB VI : PENUTUP

6.1 Kesimpulan ………..……… 86


(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia ………. 58

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………. 59

Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Agama ………. 60

Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa………. 60

Tabel 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan………. 61

Tabel 5.6. Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan …………. 62

Tabel 5.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Sumber Iuran Sebagai Peserta Jamsostek Pada Saat Sosialisasi Jamsostek Oleh Perusahaan ……….. 67

Tabel 5.8. Distribusi Responden Berdasarkan Cukup Tidaknya Informasi Pertama tentang Jamsostek dari Perusahaan Sebagai Bekal Mendaftarkan Diri Sebagai Peserta Jamsostek ……….. 68

Tabel 5.9. Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Penting Tidaknya Program Jamsostek bagi Mereka Setelah Mendapat Informasi dari Perusahaan ………. 69

Tabel 5.10. Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Menjadi Peserta Jamsostek Terhitung Mulai Diterima Bekeja di PT. Sarana Agro Nusantara Belawan .………. 70

Tabel 5.11. Distribusi Responden Berdasarkan Mudah Tidaknya Prosedur Pendaftaran Menjadi Peserta Jamsostek….…………. 71

Tabel 5.12. Distribusi Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya Mengalami Kecelakaan ……….…………. 74

Tabel 5.13. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Perusahaan Atas Kecelakaan yang Dialami ……….…………. 74 Tabel 5.14. Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Ketenangan


(11)

xi

Bekerja Dengan Mengikuti Program Jaminan Kecelakaan

Kerja PT. Jamsostek ………….……….…………. 75 Tabel 5.15. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan/Informasi

Kematian yang Dialami Karyawan PT. Sarana Agro Nusantara

Belawan ……….………….……….…………. 77 Tabel 5.16. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan/Informasi

Ada Tidaknya Keluarga Mendapat Santunan Kematian..………. 77 Tabel 5.17. Distribusi Responden Berdasarkan Perlu Tidaknya Program

Jaminan Hari Tua ………...………. 79 Tabel 5.18. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan/Informasi

Hari Tua yang Dialami Karyawan PT. Sarana Agro Nusantara

Belawan ……….………….……….…………. 80 Tabel 5.19. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan/Informasi

Ada Tidaknya Keluarga Mendapat Jaminan Hari Tua…..………. 81 Tabel 5.20. Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Ketenangan

Bekerja Dengan Mengikuti Program Jaminan Hari Tua ….……. 82 Tabel 5.21. Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Pelayanan


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Bagan Alir Pemikiran ………. 36 Gambar 4.1. Struktur Organisasi PT. Sarana Agro Nusantara .…………. 45


(13)

iii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Desima Erianti S

NIM : 050902050

ABSTRAK

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL

TENAGA KERJA OLEH PT. SARANA AGRO NUSANTARA

BELAWAN

(Skripsi terdiri dari 6 bab, 87 halaman, 21 tabel, 2 gambar, 26 kepustakaan dan 3 lampiran)

Menjadi peserta program Jamsostek merupakan hak normatif tenaga kerja. Setiap perusahaan berkewajiban mengikutsertakan karyawannya menjadi peserta program Jamsostek. Sebagai suatu perusahaan, PT. Sarana Agro Nusantara Belawan berkewajiban melaksanakan program Jamsostek bagi karyawannya. Oleh karena itu, penelitian ini secara khusus mengevaluasi pelaksanaan Jamsostek oleh PT. Sarana Agro Nusantara Belawan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program Jamsostek oleh perusahaan tersebut.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, bertujuan memberikan gambaran pelaksanaan program Jamsostek, mulai dari sosialisasi program, pendaftaran karyawan menjadi peserta dan pemberian pelayanan bagi peserta Jamsostek. Sebanyak 30 orang dari 135 karyawan PT. Sarana Agro Nusantara Belawan dilibatkan sebagai sampel dalam penelitian ini. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik pengambilan sampel secara purposive (purposive sampling), dimana bidang kerja dijadikan sebagai pertimbangan. Data diperoleh melalui penyebaran kuesioner, yang kemudian dilengkapi dengan wawancara. Data yang dikumpulkan dianalisis secara kualitatif – desktiptif.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa secara menyeluruh PT. Sarana Agro Nusantara Belawan telah melakukan sosialisasi program Jamsostek kepada karyawannya dengan baik. PT. Sarana Agro Nusantara Belawan menetapkan seluruh karyawannya menjadi peserta Jamsostek dan mengikuti seluruh jenis pelayanan, yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. PT. Sarana Agro Nusantara Belawan juga mendaftarkan secara langsung karyawannya menjadi peserta Jamsostek pada PT. Jamsostek. Namun sebagian kecil karyawannya menjadi peserta Jamsostek pada bulan kedua dan ketiga bekerja. Secara umum pelaksanaan program Jamsostek untuk keempat jenis pelayanan sudah bagus. Ada satu pelayanan yang memiliki kelemahan yang cukup signifikan, yaitu menyangkut kualitas pelayanan kesehatan oleh unit pelayanan kesehatan yang merupakan mitra kerja PT. Jamsostek.

Kata Kunci: Jamsostek, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.


(14)

iv UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA

FAKUTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCIES DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCE Nama : Desima Erianti S.

NIM : 050902050

ABSTRACT

THE JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PROGRAM

EVALUATION BY PT. SARANA AGRO NUSANTARA

BELAWAN

(Thesis consist of 6 chapters, 87 pages, 21 tables, 2 charts, 26 bibliographies and 3 annexes)

Tobe member in Jamsostek program is the laborer right. All of company in Indonesia have obligation to include their laborers in Jamsostek program. As a company, PT. Sarana Agro Nusantara Belawan obligated implementation the Jamsostek program for the laborers. Focus of this research was evaluated of Jamsostek program implementation by PT. Sarana Agro Nusantara Belawan. The aim of research was knew Jamsostek program implementation by the company.

This research was descriptive research. The aim of research was showed description of program Jamsostek implementation, start in introduction the program, registration of laborers as Jamsostek program members and implementation social services for Jamsostek program members. There are 30 of 135 laborers of PT. Sarana Agro Nusantara Belawan have been identified to serve as samples/respondents for this research. This research used purposive sampling technique and made field of work as a determine. Information or data got by used questionnaire, and then confirmed by interview. Qualitative – descriptive data analysis used in this research.

The findings of this research have led to some discoveries: First, globally PT. Sarana Agro Nusantara Belawan had introducted Jamsostek program for the laborers goodly. PT. Sarana Agro Nusantara Belawan made policy included all of laborers as members Jamsostek program and jointed in all of the services program, there are Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. Secondly, PT. Sarana Agro Nusantara Belawan registered its laborers by self in PT. Jamsostek. But, the little of laborers tobe members in second dan third of month their work started. Thirdly, generally Jamsostek program implementation for all of the service programs were good. But, there is one of issues not so good significantly, it is about health service.

Key Words: Jamsostek, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.


(15)

xiii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Karyawan atau yang juga sering disebut buruh merupakan elemen penting dalam bangsa dan negara Indonesia. Ditinjau dari segi tugas dan tanggung jawab yang diembannya, karyawan memiliki kedudukan strategis dalam proses produksi. Tanpa karyawan apa yang telah dirancang oleh usahawan tentu tidak akan dapat terlaksana sesuai dengan perencanaan. Sedangkan dari sudut populasi tenaga kerja, mereka yang berkedudukan sebagai karyawan memiliki persentase yang paling tinggi dibandingkan dengan jajaran manajerial. Oleh karena itu memperhatikan harkat dan derajat karyawan berarti telah memperhatikan penduduk dalam jumlah yang cukup besar (Simanjuntak, 2001: 23).

Namun demikian kedudukan strategis karyawan sebagaimana disebutkan di atas sering tidak selaras dengan tingkat kesejahteraan yang dimiliki sebagai hasil dari jasa yang telah disumbangkan dalam proses produksi. Effendi (2000: 162) mengemukakan kondisi ketenagakerjaan di berbagai negara sedang berkembang masih memprihatinkan. Keadaan tersebut berakar pada ketidakseimbangan antara penawaran tenaga kerja dengan permintaan tenaga kerja, sehingga pemilik usaha dengan leluasa dapat tampil sebagai makhluk yang bebas berbuat apa saja terhadap karyawan. Kondisi tersebut mengakibatkan karyawan tidak memiliki posisi tawar, sehingga harus menerima apapun yang menjadi konsekwensi dari kebijakan pemilik usaha.

Di era reformasi ini dimana masyarakat makin bebas menyampaikan aspirasinya, unjuk rasa atau demonstrasi karyawan dari berbagai perusahaan


(16)

xiv

merupakan fenomena yang sering terjadi. Biasanya demonstrasi tersebut dilakukan karena karyawan merasa mendapat upah yang rendah atau belum dipenuhinya hak-hak mereka yang sah atau wajar. Karyawan merasa bahwa apa yang mereka terima tidak sebanding dengan tenaga yang mereka sumbangkan dalam proses produksi dan kemajuan perusahaan tempat bekerja.

Ratusan karyawan PT. Multi Jasa Prima Bandung melakukan unjuk rasa di depan perusahaan. Para karyawan kemudian berjalan menuju Kantor Walikota Bandung, Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bandung, serta Gedung DPRD. Mereka berorasi dan membawa berbagai spanduk yang berisikan tuntutan, seperti gaji yang lebih rendah dari Upah Minimum Kota Bandung sebagaimana diputuskan dan ditetapkan Walikota Bandung. Mereka juga menuntut kebebasan mimbar dan menuntut pihak manajemen perusahaan untuk tidak melakukan tekanan kepada karyawan yang menjadi anggota Serikat Buruh Indonesia maupun organisasi buruh lain. Di samping itu para karyawan juga menuntut agar semua karyawan perusahaan tersebut didaftarkan menjadi peserta Jamsostek (Pikiran Rakyat Bandung, 15 Juni 2010).

Tuntutan karyawan di atas tentu muncul akibat kebijakan perusahaan tempat mereka bekerja yang belum menempatkan karyawan dalam posisi yang terhormat sesuai dengan jasanya dalam proses produksi dan kemajuan perusahaan. Pihak manajemen perusahaan seperti tidak tunduk pada Pemerintah Kota yang telah menetapkan upah minimum pekerja di wilayahnya. Lebih dari itu pihak manajemen perusahaan senantiasa lebih mengutamakan keuntungan perusahaan sebesar-besarnya daripada kesejahteraan karyawan.


(17)

xv

Lebih 200 karyawan PT. Makmur Sejati Semarang melakukan long mars dari perusahaan ke Dinas Tenaga Kerja Kota Semarang. Mereka menuntut agar perusahaan tempat mereka bekerja mempekerjakan kembali karyawan yang di-PHK sepihak oleh perusahaan. Juru bicara karyawan perusahaan tersebut menyatakan, sebanyak 14 orang teman mereka di-PHK sejak dua bulan lalu dengan alasan yang tidak jelas. Pada umumnya karyawan yang di-PHK adalah pengurus Serikat Pekerja Unit PT. Makmur Sejati. Karyawan yang berunjuk rasa tersebut juga menambahkan bahwa berbagai hak normatif mereka tidak dipenuhi oleh perusahaan, seperti kesertaan dalam program Jamsostek yang hanya menjangkau sebagian kecil karyawan perusahaan tersebut. Disamping itu, karyawan sering diharuskan bekerja di luar jam kerja tanpa memperoleh tunjangan lembur yang memadai (Jawa Pos, 27 Pebruari 2009).

Tindakan perusahaan seperti dikemukakan di atas menunjukkan ketidakseimbangan kekuasaan dan kekuatan perusahaan dibandingkan dengan karyawan. Pihak perusahaan sepertinya dengan leluasa melakukan apa saja tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap karyawan. Di sisi lain, pihak karyawan sepertinya harus terpaksa menerima keadaan yang ada sebagai dampak dari kebijakan perusahaan. Dengan kata lain, ketika karyawan berhadapan dengan pihak manajemen perusahaan, mereka tidak dapat berbuat banyak, seperti menuntut haknya secara langsung. Dalam keadaan seperti itu mereka terpaksa menggunakan sistem jaringan dan media lain, seperti melalui unjuk rasa di depan publik.

Puluhan karyawan PT. Perhutani Cabang Kalimantan Barat mogok kerja. Mereka duduk-duduk di depan perusahaan tempat mereka bekerja. Mereka menuntut disertakan dalam program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek). Menurut mereka, hampir setahun terakhir pihak perusahaan melakukan pemotongan atas gaji mereka, dengan dalih sebagai bentuk pelaksanaan Jamsostek, namun mereka belum


(18)

xvi

tercatat sebagai peserta Jamsostek di PT. Jamsostek setempat. Oleh karena itu hingga saat ini mereka belum pernah mendapat pelayanan dari program Jamsostek (Sinar Harapan, 19 Mei 2010).

Apa yang diuraikan di atas tentu cukup memprihatinkan, mengingat pelaksanaan Jamsostek sendiri adalah program Pemerintah. Sedangkan PT. Perhutani sendiri adalah perusahaan milik pemerintah (BUMN). Semestinyalah BUMN menjadi contoh dalam pelaksanaan Jamsostek.

Dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja ditegaskan bahwa Jamsostek adalah program nasional yang wajib dilakukan oleh setiap perusahaan untuk tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di dalam hubungan kerja sesuai dengan ketentuan Undang-undang ini (Redaksi Fokusmedia, 1993; 2003). Dengan demikian adalah tidak ada alasan bagi perusahaan mana pun di Indonesia yang dapat mengabaikan pelaksanaan Jamsostek bagi karyawan mereka. Oleh karena itulah disebutkan bahwa Jamsostek merupakan hak-hak normatif, yang berarti serangkaian hak yang diatur dan dilindungi oleh hukum. Semua perusahaan dituntut dan diwajibkan senantiasa proaktif dalam mengikutsertakan karyawannya dalam progam Jamsostek.

Erat kaitannya dengan pemenuhan hak-hak normatif karyawan, Kepala Kantor Wilayah I PT. Jamsostek (Pesero) H. Mas’ud Muhammad mengemukakan bahwa partisipasi perusahaan dalam pelaksanaan program Jamsostek bagi para karyawannya di Wilayah NAD, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat yang merupakan wilayah kerjanya masih sangat memprihatinkan. Hal ini terbukti dari jumlah tenaga kerja yang mencapai 9,3 juta jiwa, sementara jumlah peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) meliputi peserta lajang 4.951 orang, kawin 88.725 orang, keluarga 218.489 orang dan tertanggung (seluruh yang masuk JPK)


(19)

xvii

sebanyak 356.725 orang (Harian Umum Pelita Online, Rabu, 27 Januari 2009, diakses dari 14:38 WIB).

Perbandingan jumlah tenaga kerja dengan peserta Jamsostek, khususnya dalam pelayanan pemeliharaan kesehatan merupakan potret dimana hak-hak normatif karyawan yang justru telah diatur dan memiliki kekuatan hukum belum dapat dipenuhi. Padahal pelayanan pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerja sesungguhnya bukan hanya kepentingan karyawan sendiri, melainkan juga kepentingan perusahaan tempat dimana karyawan itu bekerja. Bagaimanapun juga, karyawan yang sehat akan dapat bekerja lebih baik dan produktif, dimana kondisi ini selanjutnya akan memberikan dampak positif terhadap produktivitas dan kemajuan perusahaan tersebut.

Jika kita lebih dalam melakukan kajian tentang partisipasi perusahaan dalam pelaksanaan program Jamsostek, seperti dikemukakan oleh Kepala Kantor Wilayah I PT. Jamsostek (Pesero) H. Mas’ud Muhammad, jumlah perusahaan yang ada di Sumatera Utara misalnya mencapai 11.000, sedangkan jumlah pekerja mencapai 5 juta orang, dimana pekerja tersebut sebanyak satu juta orang buruh di sektor formal, sedangkan empat juta orang di sektor informal. Menurutnya, hingga saat ini hanya 376.000 pekerja formal di Sumatera Utara yang terdaftar sebagai peserta Jamsostek di PT. Jamsostek, sedangkan 624.000 orang belum menjadi peserta Jamsostek. Kondisi pekerja di sektor informal jauh lebih mengkhawatirkan lagi, dimana empat juta pekerja tidak menjadi peserta Jamsostek (Medan Bisnis, 5 April 2008).

Pentingnya karyawan atau pekerja menjadi peserta Jamsostek selain dari segi hukum juga dari segi jumlah gaji yang diterima, yang tidak selamanya memungkinkan bagi mereka untuk menabung. Dalam kondisi keuangan, dimana


(20)

xviii

para karyawan tidak memiliki tabungan, sedangkan mereka mengalami kondisi yang membutuhkan pembiayaan seperti sakit perlu biaya untuk berobat, mengalami kecelakaan, ataupun mengalami PHK maka peranan program Jamsostek diharapkan dapat menjadi penyelamat bagi karyawan dan keluarganya.

Dengan menjadi peserta Jamsostek, maka PT. Jamsostek akan bertanggung jawab menanggung beban biaya bagi karyawan pada kondisi tertentu seperti sakit, mengalami kecelakaan, hari tua, maupun mengalami kematian. Namun kenyataannya, masalah yang dihadapi karyawan bukan hanya masih banyaknya perusahaan maupun karyawan yang belum menjadi peserta Jamsostek. Dengan menjadi peserta Jamsostek saja, karyawan belum tentu terpenuhi haknya dengan baik.

Karyawan PT. Makmur Jaya Tangerang mengeluhkan pelayanan klinik dan rumah sakit saat mana mereka mendapat pelayanan sebagai hak bagi mereka yang menjadi peserta program Jamsostek. Padahal gaji mereka setiap bulannya dipotong sebagai kewajiban mereka sebagai peserta Jamsostek. Sehubungan dengan masalah yang mereka hadapi, puluhan karyawan PT. Makmur Jaya Tangerang melakukan orasi di depan kantor PT. Jamsostek setempat, menuntut agar perusahaan pelaksana program Jamsostek tersebut lebih selektif dalam memilih klinik maupun rumah sakit yang menjadi mitra kerja mereka (Media Indonesia, 12 Maret 2009).

Implementasi program Jamsostek merupakan rangkaian proses, mulai dari sosialisasi program Jamsostek, kebijakan perusahaan untuk mendaftarkan diri karyawannya sebagai peserta Jamsostek hingga pelaksanaan atau pelayanan peserta Jamsostek. Tentu dalam proses pendaftaran ini dituntut adanya kemudahan administrasi, dalam arti tidak rumit atau berbelit-belit. Kemudian setelah menjadi peserta, maka PT. Jamsostek berkerjasama dengan perusahaan tempat karyawan


(21)

xix

bekerja mestinya melakukan sosialisasi dan penyampaian informasi tentang program Jamsostek dan perkembangannya. Selanjutnya, kualitas pelaksanaan program Jamsostek juga masih perlu dievaluasi dalam bentuk pelayanan institusi yang menjadi mitra kerja PT. Jamsostek, seperti rumah sakit, klinik, apotik, balai pengobatan dan lain-lain. Berbagai institusi mitra kerja PT. Jamsostek tersebut dituntut untuk melakukan pelayanan terbaik, baik dari segi administrasi sampai pada mendapatkan pelayanan, seperti proses pengobatan. Demikian halnya dengan pihak PT. Jamsostek, dituntut untuk memberikan pelayanan yang mudah dan tidak berbelit-belit. Hal ini dituntut antara lain dalam rangka mendapatkan pelayanan untuk mendapat santunan, seperti santunan kematian maupun santunan hari tua.

PT. Sarana Agro Nusantara Belawan adalah Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang usaha jasa, yakni jasa penimbunan minyak sawit dan ekspedisi untuk tujuan eksport. PT. Sarana Agro Nusantara mendaftarkan karyawannya sebagai peserta Jamsostek pada institusi penyelenggara, yakni PT. Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) Cabang Belawan yang berkantor di Jalan K.L. Yos Sudarso No. 101 Glugur, Medan. Dalam rangka pelaksanaan jamsostek tersebut PT. Sarana Agro Nusantara memotong gaji karyawan setiap bulannya untuk disetor kepada PT. Jamsostek sebagai institusi pelaksana Jamsostek berdasarkan jumlah yang tercantum dalam formulir pendaftaran tenaga kerja yang telah diisi oleh karyawan yang bertugas sebagai pelaksana Jamsostek atas keterangan karyawan yang menjadi peserta Jamsostek.

Kebijakan PT. Sarana Agro Nusantara untuk mengikutsertakan karyawannya sebagai peserta program Jamsotek merupakan pelaksanaan dari Undang-Undang No. 3 Tahun 1996 Pasal 6 ayat 1 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Adapun program pelayanan Jamsostek yang diikuti oleh karyawan PT. Sarana Agro Industri Unit Belawan meliputi Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Kematian (JK).


(22)

xx

Sebagai hak normatif karyawan, seharusnyalah PT. Jamsostek dan mitra kerjanya mampu melaksanakan dengan baik keempat program pelayanan tersebut. Namun demikian, keikutsertaan karyawan dalam program Jamsostek tidak jarang mengecewakan, sebagaimana kasus yang terjadi di perusahaan lain sebagaimana dikemukakan sebelumnya. Oleh karena itulah penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang pelaksanaan program Jamsostek, yang hasilnya dituangkan dalam skripsi dengan judul Evaluasi Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja oleh PT. Sarana Agro Nusantara Belawan.

1.2 Perumusan Masalah

Suatu penelitian dilakukan untuk memecahkan suatu masalah. Dengan demikian dalam penelitian perlu ditegaskan pokok masalah (Suyanto dan

Sutinah, 2006: 19). Berdasarkan uraian yang telah disajikan pada latar belakang masalah, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana pelaksanaan program Jaminan Sosial Tenaga Kerja oleh PT. Sarana Agro Nusantara Belawan?”

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan permusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi karyawan PT. Sarana Agro Nusantara Belawan, dengan ruang lingkup pemahaman pada:


(23)

xxi

1. Sosialisasi program Jamsostek yang dilakukan oleh PT. Sarana Agro Nusantara Belawan.

2. Realisasi dan proses administrasi pendaftaran karyawan PT. Sarana Agro Nusantara Belawan menjadi peserta program Jamsostek di PT. Jamsostek. 3. Jenis-jenis pelayanan yang dapat diterima sesuai dengan ruang lingkup

program jaminan yang diikuti oleh karyawan PT. Sarana Agro Nusantara Belawan.

4. Proses administrasi yang ada pada institusi mitra kerja maupun PT. Jamsostek sendiri yang harus dilakukan oleh karyawan PT. Sarana

Agro Nusantara Belawan untuk mendapatkan pelayana.

5. Kualitas pelayanan yang diterima dan tingkat kepuasan karyawan PT. Sarana Agro Nusantara Belawan atas pelayanan yang dilakukan oleh

Pelaksana Pelayanan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi PT. Jamsostek maupun perusahaan tempat karyawan bekerja dalam rangka mengembangkan kualitas pelaksanaan program Jamsostek. Disamping itu juga diharapkan menjadi masukan dalam rangka pengembangan konsep-konsep dan teori-teori jaminan sosial secara umum dan Jamsostek secara khusus.

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun rencana dan hasil penelitian ini akan dituliskan sebagai laporan penelitian menurut sistematika penulisan sebagai berikut :


(24)

xxii BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memuat kajian teoritis tentang konsep-konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek karyawan dan Jamsostek, kerangka pemikiran, bagan alir pikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini memuat uraian tentang metode penelitian yang diterapkan, seperti tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik penarikan sampel yang digunakan, serta teknik pengumpulan data dan teknik analisis data yang diterapkan.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini memuat uraian tentang gambaran lokasi penelitian, yaitu PT. Sarana Agro Nusantara Belawan, yang meliputi: sejarah singkat

perusahaan, gambaran umum perusahaan, struktur organisasi perusahaan, dan deskripsi karyawan perusahaan, serta uraian tentang program Jamsostek di PT. Sarana Agro Nusantara Unit Belawan.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini memuat uraian data yang diperoleh dari pengumpulan data penelitian, yakni melalui penyebaran kuesioner kepada para karyawan PT. Sarana Agro Nusantara Belawan, wawancara dengan staf perusahaan yang menangani sumber daya manusia, dan analisis data.


(25)

xxiii BAB VI : PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan penelitian dan saran yang direkomendasikan berdasarkan kesimpulan penelitian yang diperoleh.


(26)

xxiv

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Evaluasi Program

Secara sederhana evaluasi program terdiri dari dua kata, yaitu evaluasi dan program. Kedua kata atau konsep ini jika dipisahkan memiliki arti sendiri-sendiri. Namun jika digabungkan memiliki makna yang merupakan satu-kesatuan, dalam arti tertuju ke satu fenomena atau kegiatan.

Jika dikaji secara administrasi maupun manajemen, evaluasi dapat dipandang sebagai salah satu unsur atau kegiatan di sana. Berbagai unsur sekaligus kegiatan dalam konsep administrasi dan manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, pengerahan, pengarahan, pengawasan, dan evaluasi. Artinya, evaluasi adalah kegiatan terakhir dalam suatu proses administrasi dan manajemen. Secara khusus evaluasi dapat diartikan sebagai kegiatan menilai, dengan cara mengetahui secara rinci atas kegiatan yang telah selesai dilaksanakan (Sutarto, 2001: 37).

Jika kita dalami makna evaluasi atau penilaian tersebut, maka melalui evaluasi diharapkan ada kategorisasi atas suatu kegiatan. Adapun kategorisasi itu misalnya, pernyataan yang menunjukkan bahwa kegiatan itu telah terlaksana dengan baik atau tidak, dengan berhasil atau tidak, dengan efektif atau tidak. Dengan demikian hasil evaluasi menjadi masukan atas perbaikan suatu kegiatan yang sudah dilaksanakan, apakah dari segi perencanaan, pengorganisasian, pengerahan, pengarahan, sampai pada pengawasan. Melalui masukan tersebut, maka di masa mendatang diharapkan kegiatan tersebut akan dapat dilaksanakan dan menghasilkan sesuatu yang baik.


(27)

xxv

Selanjutnya program dapat diartikan serangkaian ketetapan tentang berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan di masa mendatang, dimana kegiatan tersebut dimaksudkan untuk memecahkan satu atau beberapa masalah atau mencapai satu atau beberapa tujuan. Program juga sering dimaksudkan sebagai tindakan antisipatif terhadap suatu keadaan yang ada atau diperkirakan ada, sehingga keadaan tersebut tidak menimbulkan dampak yang membahayakan kehidupan manusia (Gittinger, 2005 : 195).

Apa yang dikemukakan oleh Gittinger merujuk pada proses manajemen pembangunan. Pengertian yang dirumuskannya menunjukkan bahwa program tersebut memiliki sifat mengikat, dalam arti wajib dilakukan. Program tersebut merupakan pilihan terbaik dari berbagai alternatif yang dianggap tepat dalam memecahkan masalah atau mencapai tujuan. Dengan demikian program merupakan suatu keputusan yang diambil dalam rangka memecahkan suatu masalah atau mencapai suatu tujuan.

Lebih lanjut Gittinger mengemukakan bahwa menetapkan suatu program merupakan alternatif terbaik untuk lebih mudah mencapai suatu tujuan atau melakukan suatu kegiatan. Dengan demikian, dalam merumuskan program setidaknya terkandung beberapa komponen berikut :

a. Dipahami bagaimana kondisi yang sedang berlaku.

b. Dipahami masalah-masalah yang sedang ada dan mengancam.

c. Dipahami kebutuhan-kebutuhan, kepentingan-kepentingan, keinginan-keinginan dan tujuan-tujuan dari kelompok sasar program.

d. Tersedia data mengenai potensi, kelemahan, peluang, dan tantangan internal dan eksternal.


(28)

xxvi e. Ditetapkan kondisi yang diinginkan.

f. Ditetapkan target-target capaian dalam masa tertentu (Gittinger, 2005: 217).

Apa yang dikemukakan oleh Gittinger menunjukkan bahwa merumuskan suatu program merupakan keputusan dan jalan terbaik dalam mencapai sesuatu tujuan dan memecahkan suatu masalah. Dengan adanya program diharapkan kegiatan yang akan dilaksanakan akan lebih terarah, lebih terkonsentrasi, dan akan lebih efisien dan efektif. Adanya program menjadikan suatu kegiatan itu dapat dilaksanakan secara lebih sistematis. Sebaliknya, tanpa program maka suatu kegiatan tidak akan terorganisir, sehingga akan menghabiskan lebih banyak sumber daya.

Kadariah mengemukakan bahwa program adalah seperangkat proyek-proyek yang terkoordinir. Sedangkan proyek adalah unit terkecil dari suatu kegiatan. Dengan demikian proyek adalah bagian dari program. Dalam program berbagai kegiatan diatur dari berbagai sudut, seperti kapan dilaksanakan kegiatan itu, dimana tempat kegiatan itu dilaksanakan, dan bagaimana hubungan atau koordinasi dari kegiatan-kegiatan atau proyek-proyek itu (Kadariah, 2007: 23).

Pengertian program yang dikemukakan oleh Kadariah lebih menekankan pada proses dan item kegiatan yang terkandung dalam program tersebut. Dengan demikian satu program kemungkinan terdiri dari banyak kegiatan yang satu sama lain terkait secara timbal balik dan merupakan satu-kesatuan yang utuh dan terpadu karena diikat oleh sifat koordinasi, dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Setelah dibahas secara tersendiri, evaluasi dan program dapatlah kiranya kita pahami bahwa kedua konsep tersebut memiliki hubungan yang erat dan dapat


(29)

xxvii

disatukan menjadi satu kajian. Istilah evaluasi program menunjukkan kepada kita bahwa evaluasi tersebut ditujukan pada program. Dengan kata lain, obyek yang dievaluasi atau dinilai adalah program. Dengan demikian melalui evaluasi terhadap program tersebut diharapkan dapat diketahui bagaimana eksistensi program itu, apakah progam itu berjalan dengan baik, tepat, berhasil, efisien, efektif atau justru sebaliknya.

2.2. Pengertian Jamsostek

Istilah jaminan dapat dimaknai pada suatu kondisi yang pasti. Kepastian dicapai dengan cara melakukan suatu upaya dalam bentuk intervensi terhadap kondisi yang sebelumnya tidak pasti. Kondisi yang pasti sangat diperlukan dalam mencapai sesuatu, termasuk di antaranya taraf hidup manusia.

Terdapat berbagai kelompok masyarakat di kota mengalami hidup yang penuh dengan ketidakkepastian. Mayoritas penduduk perkotaan saat ini menghadapi dilema. Di satu sisi mereka tidak memiliki tingkat pendidikan dan keterampilan yang memadai, sebagaimana dibutuhkan dalam memenangkan persaingan mendapatkan pekerjaan di perkotaan. Sedangkan di sisi lain, hidup di perkotaan bagi banyak orang dianggap sebagai suatu status, gengsi, sehingga walaupun menghadapi banyak masalah, banyak penduduk miskin perkotaan tidak mau kembali ke desa. Kondisi kehidupan kaum miskin perkotaan merupakan dampak dari urbanisasi yang senantiasa berjalan dengan derasnya (Bintarto, 2002 : 43).

Apa yang dikemukakan Bintarto adalah merupakan deskripsi kehidupan masyarakat marginal perkotaan sebagai akibat ketimpangan pembangunan antara perkotaan dan pedesaan. Akibatnya masyarakat dengan pendidikan dan ketrampilan yang sangat rendah tidak tertampung di pedesaan, sehingga terjadilah urbanisasi.


(30)

xxviii

Penduduk baru perkotaan mengalami kendala dalam menghadapi suasana kehidupan di lingkungan baru tersebut, namun karena gengsi dan perasaan malu sehingga tidak mau kembali ke pedesaan. Dalam proses kehidupan selanjutnya kelompok masyarakat seperti ini mengalami ketidakpastian, karena pendapatan keluarga tidak pasti, sedangkan biaya hidup di perkotaan cukup tinggi.

Suasana ketidakpastian mungkin pula dialami para karyawan. Meskipun mereka memiliki sumber pendapatan yang tetap, namun jumlahnya yang relatif kecil dibandingkan dengan biaya hidup di kota mengakibatkan karyawan dan keluarganya tidak selalu memiliki tabungan. Dalam kondisi tidak ada tabungan, sedangkan mereka sakit, mengalami kecelakaan ataupun usia tua tentu akan menghadapi masalah serius. Dalam kondisi seperti inilah diperlukan jaminan sosial.

Setiap negara memiliki sistem jaminan sosial nasional. Sistem jaminan sosial nasional merupakan upaya sistematik dari suatu negara dalam upaya mewujudkan kesejahteraan warganya. Secara ekonomis sistem jaminan sosial nasional memiliki dampak ekonomi yang besar, karena hal tersebut merupakan instrumen mobilisasi dana masyarakat sehingga mampu membentuk tabungan nasional yang besar pula. Jaminan sosial tenaga kerja merupakan upaya sistematik dalam upaya mewujudkan kesejahteraan tenaga kerja atau karyawan melalui pengerahan tabungan yang bersumber dari upah karyawan dan dana perusahaan dimana tabungan tersebut dikelola oleh satu badan yang merupakan BUMN yang dikenal dengan PT. Jamsostek (Pesero) (Sulastomo, 2008 : 9).

Lebih lanjut Sulastomo mengemukakan bahwa dengan akumulasi dana melalui Sistem Jamina Nasional dapat diperkirakan dampak upaya sistematik tersebut sebagai berikut :


(31)

xxix

1. Penempatan dana dalam jumlah besar di bank akan berpeluang menurunkan bunga bank sehingga mendorong kegiatan pemberian kredit/investasi.

2. Dengan terbukanya peluang investasi, berarti membuka peluang bagi perluasan lapangan kerja, mengurangi jumlah sektor nonformal sehingga mendorong kesertaan dalam program jaminan sosial nasional, dan dampak penerimaan pajak juga akan meningkat.

3. Terbentuknya tabungan nasional yang besar juga akan berperan pada kemampuan keuangan negara, kemandirian bangsa dan meningkatnya

kemampuan domestik di dalam membiayai pembangunan. Biaya pembangunan, dengan demikian juga relatif murah.

4. Di sektor kesehatan, akan terbuka peluang standarisasi, program peningkatan mutu pelayanan kesehatan, pengendalian tarif pelayanan serta jumlah/jenis serta harga obat-obat yang beredar. Selain itu, juga berpeluang meningkatnya sarana kesehatan serta peningkatan kemampuan teknologi kedokteran di Indonesia (Sulastomo, 2008: 31-32). Salah satu dari kelompok masyarakat yang mendapat perhatian dalam sistem jaminan sosial nasional adalah tenaga kerja atau karyawan sehingga dikenal istilah Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek). Secara yuridis pengertian Jamsostek secara tegas dinyatakan dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 yaitu : ”Suatu perlindungan untuk tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia (Sembiring, 2006 : 245)”.


(32)

xxx

Pengertian Jamsostek secara resmi yang diatur dan ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 kemudian dapat diuraikan lebih rinci sehingga ditemukan beberapa aspek dari Jamsostek tersebut, meliputi :

1. Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal untuk tenaga kerja serta keluarganya.

2. Jamsostek merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbangkan tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempat mereka bekerja.

3. Dengan adanya upaya perlindungan dasar tersebut maka Jamsostek akan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan, sebagai pengganti atau seluruh penghasilan yang hilang.

4. Jamsostek menciptakan ketenangan kerja karena adanya upaya perlindungan terhadap risiko ekonomi maupun sosial.

5. Karena adanya upaya perlindungan dan terciptanya ketenangan tenaga kerja diharapkan akan meningkatkan produktivitas kerja dari para karyawan.

6. Dengan terciptanya ketenangan kerja pada akhirnya mendukung kemandirian dan harga diri manusia dalam menerima dan menghadapi resiko sosial ekonomi (www.yahoo.com Jamsostek, Jakarta diakses pada tanggal 24 September 2010 pukul 12.15).

Payaman Simanjuntak mengemukakan bahwa kehadiran Jamsostek merupakan tuntutan dari organisasi pekerja atau serikat buruh. Pada awal abad ke-20, banyak negara di Eropa mengalami goncangan akibat pemogokan buruh industri.


(33)

xxxi

Aktivitas industri lumpuh total. Pemogokan yang dilakukan kaum buruh disebabkan tidak terpenuhinya hak-hak mereka, seperti upah yang terlalu rendah, hak berserikat atau berorganisasi yang sering dikekang, tidak adanya jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan jaminan hari tua (Simanjuntak, 2002 : 2).

2. 3 Jenis-jenis Program Jamsostek

Berdasarkan uraian yang ditegaskan pada Pasal 6 Ayat (1) Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga kerja, dapat diketahui bahwa jenis-jenis atau ruang lingkup jaminan sosial tenaga kerja meliputi :

1. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), 2. Jaminan Kematian (JK),

3. Jaminan Hari Tua (JHT), dan

4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) (RI, 1992 : 3).

Selanjutnya dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : Per-24/Men/vi/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja ditegaskan, bahwa Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), terdiri dari :

- Biaya pengangkutan tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja; - Penggantian Upah Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB); - Biaya perawatan medis;

- Santunan cacat tetap sebagian; - Santunan cacat total tetap; - Santunan kematian;


(34)

xxxii

- Santunan berkala bagi yang meninggal dunia dan cacat total tetap; - Biaya rehabilitasi.

Lebih lanjut ditegaskan bahwa pengobatan dan perawatan akibat kecelakaan kerja sesuai dengan biaya yang dikeluarkan oleh/untuk :

1. Dokter 2. Obat 3. Operasi

4. Rontgen, laboratorium

5. Perawatan Puskesmas Rumah Sakit Umum Kelas I 6. Gigi

7. Mata

8. Jasa tabib/sinshe/pengobatan tradisional yang mendapat izin resmi dari instansi yang berwenang, dengan maksimum biaya Rp. 4.000.000,-

Selain itu juga ditetapkan ongkos pengangkutan tenaga kerja dari tempat kecelakaan kerja ke Rumah Sakit diberikan penggantian biaya sebagai berikut :

1. Bilamana hanya menggunakan jasa angkutan darat/sungai maksimum sebesar Rp. 150.000,-

2. Bilamana hanya menggunakan jasa angkutan laut maksimum sebesar Rp. 300.000,-

3. Bilamana hanya menggunakan jasa angkutan udara maksimum sebesar Rp. 400.000,-

Jaminan Kematian (JK), terdiri dari : - Jaminan Kematian;


(35)

xxxiii - Biaya pemakaman;

- Santunan berkala.

Jaminan kematian dibayar sekaligus kepada Janda atau Duda atau Anak, dimana untuk santunan kematian adalah sebesar Rp. 3.000.000,- sedangkan biaya pemakaman adalah sebesar Rp. 600.000,-. Sedangkan santunan berkala adalah sebesar Rp. 50.000,-/bulan selama 24 bulan.

Jaminan Hari Tua (JHT), terdiri dari keseluruhan iuran yang telah disetor beserta hasil pengembangannya. Jaminan Hari Tua dibayarkan kepada tenaga kerja yang telah mencapai usia 55 tahun atau cacat total untuk selama-lamanya, dan dapat dilakukan :

a. Secara sekaligus apabila jumlah seluruh Jaminan Hari Tua yang harus dibayar kurang dari Rp. 3.000.000, atau

b. Secara berkala apabila seluruh jumlah Jaminan Hari Tua mencapai Rp. 3.000.000,- atau lebih dan dilakukan paling lama lima tahun.

c. Pembayaran Jaminan Hari Tua secara berkala dilakukan atas pilihan tenaga kerja yang bersangkutan.

d. Dalam hal tenaga kerja meninggalkan wilayah Indonesia untuk selama-lamanya, maka pembayaran Jaminan Hari Tua dilakukan sekaligus. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK), terdiri dari :

- Rawat jalan tingkat pertama meliputi : pemeriksaan dan pengobatan dokter umum dan dokter gigi, pemeriksaan diberikan tindakan medis sederhana.

- Rawat jalan tingkat lanjutan berupa pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter spesialis.


(36)

xxxiv - Pertolongan persalinan;

- Penunjang diagnostik berupa pemeriksaan laboratorium, radiologi, EEG, dan lain sebagainya.

- Pelayanan khusus berupa penggantian biaya prothese, orthose dan kacamata;

- Pelayanan gawat darurat;

Berdasarkan surat keterangan dari dokter pemeriksaan dan atau dokter penasehat PT. Jamsostek (Persero) menetapkan dan membayar semua biaya dan santunan paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya pengajuan pembayaran jaminan. Dalam hal tenaga kerja meninggal dunia, pembayaran santunan kematian dibayarkan kepada ahli warisnya.

Berdasarkan surat keterangan dari dokter pemeriksa dan atau dokter penasehat PT. Jamsostek (Persero) menetapkan akibat kecelakaan kerja dan membayar santunan. Peserta berhak atas manfaat program Jaminan Sosial Tenaga Kerja setelah membayar iuran. Pembayaran iuran untuk bulan tertentu merupakan jaminan untuk mendapatkan manfaat antara peserta mengalami risiko pada bulan berikutnya. Oleh sebab itu baik peserta maupun Penanggung Jawab Wadah/Kelompok, wajib menyetorkan iuran secara lunas kepada PT. Jamsostek (Persero) sesuai dengan waktu yang telah ditentukan (Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, 2006 : 4).


(37)

xxxv 2.4. Pengertian Karyawan

Secara umum lebih dikenal atau populer istilah tenaga kerja daripada karyawan. Biasanya istilah karyawan dikaitkan dengan lembaga tempat dimana karyawan itu bekerja, sehingga dikenal istilah karyawan sebuah perusahaan. Pada masa orde lama dan awal Orde Baru lebih dikenal istilah buruh. Namun dengan alasan untuk menghilangkan kesan derajat kehidupan manusia, maka istilah buruh dalam peraturan perundang-undangan tidak digunakan dan diganti dengan istilah pekerja atau karyawan.

Karyawan merupakan elemen sangat yang penting dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan. Karyawan ialah para tenaga kerja yang bekerja pada sebuah perusahaan, dimana mereka harus biasanya terikat kepada perintah dan peraturan yang diberlakukan pengusaha atau manajemen perusahaan tempat mereka bekerja. Mereka terkait dengan berbagai kewajiban dan tugas yang harus dijalankan. Mereka juga diharuskan tampil dengan disiplin yang tinggi.

Pengertian tenaga kerja ditegaskan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ditegaskan, yakni setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat (Tim Redaksi Perundang-undangan Fokusmedia, 2003: 3).

Dari pengertian tersebut dapatlah kita pahami lebih rinci, bahwa tenaga kerja adalah pihak yang melakukan pekerjaan di dalam hubungan kerja dalam setiap bentuk usaha (perusahaan) atau perorangan dimana dengan melakukan pekerjaan tersebut mereka menerima upah, termasuk tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di luar hubungan kerja. Sedangkan tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di luar hubungan kerja adalah orang yang bekerja sendiri tanpa ikatan dengan perusahaan


(38)

xxxvi

atau perorangan, biasa disebut tenaga kerja bebas, misalnya dokter yang membuka praktek, pengacara (advokat), petani yang menggarap sawahnya sendiri dan lain-lain. Suatu hal yang pasti adalah bahwa jasa karyawan dalam suatu perusahaan adalah dimungkinkannya berbagai rencana usaha yang telah disusun dapat berjalan. Karyawan adalah lokomotif kunci dalam proses produksi. Tanpa karyawan, maka kegiatan produksi akan lumpuh.

Joan Hardjono mengemukakan bahwa tenaga kerja atau karyawan adalah unsur paling penting dalam kegiatan usaha. Karyawan tidak mungkin diperlakukan sama dengan alat produksi lain seperti mesin atau modal. Karyawan adalah manusia, makhluk bermartabat yang membutuhkan perlakuan tertentu sehingga dapat melakukan pekerjaan dengan baik. Kondisi karyawan berkaitan erat dengan kondisi perusahaan, sehingga untuk memajukan perusahaan harus memperhatikan kemajuan dan kesejahteraan karyawan (Hardjono, 2000: 34).

2.5 Mekanisme Pelaksanaan Program Jamsostek

Untuk lebih menjamin keberhasilan dalam pelaksanaan suatu program sangat diperlukan mekanisme pelaksanaan. Secara manajemen, mekanisme pelaksanaan berisikan standard operasional. Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga kerja maupun peraturan pelaksanaannya tidak menetapkan secara tegas atau langsung mekanisme pelaksanaan Jamsostek. Namun jika kita kaji secara mendalam maka dapat kita rumuskan mekanisme pelaksanaan Jamsostek yang dapat dilaksanakan oleh suatu perusahaan dengan bekerja sama dengan pihak PT. Jamsostek sebagai berikut :


(39)

xxxvii

Sudah seharusnyalah sebuah perusahaan melakukan sosialisasi tentang program Jamsostek kepada karyawannya. Adapun sosialisasi ini dimaksudkan untuk memperkenalkan program Jamsostek kepada karyawan perusahaan. Sosialisasi ini boleh dilaksanakan pada saat proses rekruitmen karyawan atau setelah seseorang atau sekelompok orang diterima menjadi karyawan di sebuah perusahaan. Sosialisasi ini harus mampu menjadikan karyawan benar-benar memahami secara rinci perihal program Jamsostek, khususnya menyangkut hak dan kewajibannya. Dengan demikian pihak yang melakukan sosialisasi tersebut haruslah orang-orang yang menguasai program Jamsostek. Jika pihak perusahaan tidak memiliki orang yang mampu melakukan sosialisasi secara baik, maka perusahaan dapat bekerjasama dengan pihak PT. Jamsostek.

II. Pendaftaran

Setelah karyawan memahami program Jamsostek, terutama apa yang menjadi hak dan kewajibannya, maka perusahaan melakukan pendaftaran program Jamsostek. Sehubungann dengan pendaftaran ini maka pihak perusahaan menghubungi dan mengambil formulir pendaftaran dari PT. Jamsostek untuk diserahkan dan diisi oleh karyawan yang akan didaftarkan menjadi peserta Jamsostek. Setelah dilakukan pengisian maka pihak perusahaan menyerahkan formulir yang telah diisi kepada PT. Jamsostek dan menyerahkan segala kewajiban agar para karyawan secara resmi terdaftar menjadi peserta program Jamsostek pada PT. Jamsostek. Selain itu, karyawan dapat mendaftarkan diri sebagai peserta Jamsostek secara langsung pada PT. Jamsostek unit kerja terdekat.


(40)

xxxviii III. Pelaksanaan dan Pelayanan

Setelah karyawan secara resmi menjadi peserta Jamsostek selanjutnya pihak perusahaan memotong sejumlah gaji karyawan untuk yuran sebagai peserta Jamsostek dan menambahkan/menggabungkan dengan kewajiban dari pihak perusahaan untuk diserahkan kepada pihak PT. Jamsostek. Hal ini dilakukan setiap bulan dengan tepat waktu. Pihak perusahaan secara rutin juga harus mengumumkan berbagai informasi yang datang dari PT. Jamsostek, termasuk di antaranya mengenai saldo. Hal ini dilakukan dalam rangka transparansi pelaksanaan program Jamsostek, misalnya dengan cara menempel informasi tersebut di Papan Pengumuman. Kayawan menerima pelayanan sesuai dengan jenis pelayanan atau program yang diikuti. Oleh karena itu, pihak perusahaan senantiasa harus membantu karyawan dalam memperoleh apa yang menjadi haknya sesuai dengan kondisi yang dialami. Selain kelancaraan administrasi, kualitas pelayanan juga menjadi perhatian, seperti bagaimana pelayanan kesehatan oleh klinik atau rumah sakit yang digunakan oleh karyawan.

2.6 Peranan Pekerja Sosial dalam Pelaksanaan Program Jamsostek

Pekerja sosial merupakan salah satu profesi yang diakui di Indonesia. Walaupun perkembangannya cukup lambat menuju pelaksnaan tugas secara profesional dibandingkan dengan profesi lain, seperti dokter. Profesi di bidang pekerjaan sosial terfokus pada upaya peningkatan kesejahteraan manusia, baik secara individual, kelompok maupun masyarakat. Dalam upaya penyelenggaraan


(41)

xxxix

kesejahteraan sosial sebagaimana dimuat dalam Pasal 32 UU No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial diperlukan tiga sumber daya, yaitu :

1. Sumber daya manusia 2. Sarana dan prasarana 3. Sumber pendanaan

Selanjutnya sumber daya manusia sebagai salah satu unsur penyelenggara kesejahteraan sosial terdiri atas :

1. Tenaga kesejahteraan sosial 2. Pekerja sosial professional 3. Relawan sosial

4. Penyuluh sosial

Dalam Ketentuan Umum UU No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial ditegaskan pengertian pekerja sosial profesional, yaitu seseorang yang bekerja baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman praktek pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial.

Definisi pekerjaan sosial yang lebih praktis dikembangkan oleh Skidmore dan kawan-kawan (dalam Thackeray. Et.all, 2001 : 34) yang mengemukakan, bahwa pekerjaan sosial adalah suatu seni, ilmu dan profesi yang menolong masyarakat untuk memecahkan masalah pribadi, kelompok, dan masyarakat dan untuk mencapai kepuasan dalam hubungan-hubungan pribadi, kelompok, dan masyarakat melalui praktek pekerjaan sosial, termasuk di dalamnya bimbingan perseorangan, bimbingan kelompok, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat, aksi sosial dan penelitian.


(42)

xl

Dalam kaitannya dengan pelaksanaan program Jamsostek, maka tugas pekerjaan sosial yang diperankan oleh pekerja sosial dalam hal ini adalah pencapaian kesejahteraan sosial karyawan melalui pelaksanaan program Jamsostek. Peranan pekerja sosial dalam hal ini adalah saat mana perusahaan tidak mendaftarkan karyawannya sebagai peserta Jamsostek seperti yang sering terjadi, sebagaimana telah diuraikan pada uraian tentang latar belakang. Dalam kondisi seperti ini, karyawan sering menjadi pihak yang tidak berdaya jika harus berhadapan dengan manajemen perusahaan. Dengan demikian sasaran pertolonga pekerja sosial adalah karyawan yang bekerja di perusahaan.

Dalam rangka menjalankan tugas-tugas demi pencapaian tujuan, Organisasi Pekerja-pekerja sosial Nasional Amerika (National Association of Social Workers) menetapkan sepuluh kemahiran atau ketrampilan yang harus dimiliki oleh pekerja sosial yang bekerja pada masyarakat, yaitu :

1. Mahir dalam mendengar orang lain dan paham akan tujuan mereka. 2. Mahir dalam mengumpulkan data yang sesuai sehingga mengetahui

kondisi masyarakat secara keseluruhan.

3. Mahir membentuk program bantuan yang profesional dengan membentuk hubungan dengan semua pihak.

4. Mahir dalam observasi dan membuat pemaknaan yang tepat atas perilaku masyarakat.

5. Mahir menjalin hubungan masyarakat dengan sistem sumber. 6. Mahir dalam berdiskusi dengan pengendalian perasaan yang tinggi.

7. Mahir membentuk cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan memenuhi keperluan masyarakat.


(43)

xli

8. Mahir dalam penetapan waktu mengakhiri hubungan kerjanya dengan masyarakat setempat dan bagaimana berbuat demikian.

9. Mahir dalam menggunakan hasil kajian dan penelitian yang sesuai dengan profesinya.

10. Mahir menyediakan pelayanan hubungan organisasi-organisasi, memaknai dan menghubungkan keperluan sosial dengan sumber-sumber anggaran, dengan pemerintah atau dengan anggota parlemen (Zastrow, 2008).

Dalam kaitannya dengan pelaksanaan program Jamsostek, dimana perusahaan tidak menjalankan program Jamsostek atau menjalankan program

Jamsostek dengan tidak baik, maka berbagai kemahiran pekerja sosial sebagaimana disebutkan di atas sangat tepat digunakan dalam penyelesaian masalah. Melalui penguasaan sistem sumber dan memahami masalah dan bagaimana prosedur penyelesaian masalah melalui penelitian atas kondisi hubungan karyawan – perusahaan – PT. Jamsostek, maka pekerja sosial berupaya agar pelaksanaan program Jamsostek dapat terwujud dengan baik.

Dennis Saleebey mengemukakan terdapat beberapa strategi dalam pengembangan masyarakat. Strategi tersebut disesuaikan dengan peranan pekerja sosial dalam melakukan pengembangan masyarakat yang dapat dikelompokkan ke dalam lima kelompok peran, meliputi :

1. Fasilitator, yaitu sebagai pemungkin. Strategi-strategi khusus untuk mencapai tujuan tersebut meliputi: pemberian harapan, pengurangan penolakan dan rasa pro kontra dalam diri sendiri, pengakuan dan pengaturan perasaan-perasaan, pemahaman dan motivasi kekuatan-kekuatan pribadi dan modal-modal sosial, pengetahuan masalah dan


(44)

xlii

membagikannya menjadi berbagai bagian agar lebih mudah dipecahkan, dan pemeliharaan sebuah fokus pada tujuan dan cara-cara pencapaiannya. 2. Sebagai broker, yaitu pengenalan kualitas pemanfaatan sosial di lingkungan

klien dalam memenuhi keinginan klien memperoleh keuntungan maksimal. Untuk itu, pekerja sosial harus mahir dalam mengetahui sumber-sumber sosial yang tepat, menghubungkan klien dengan sumber secara selaras, dan mahir dalam menilai efektivitas sumber dalam kaitannya dengan pemenuhan keperluan pelanggan.

3. Sebagai perantara, yang perlu pada saat terjadi perbedaan yang kontras dan mengarah pada konflik antara berbagai pihak. Pekerja sosial mampu berperan sebagai kekuatan ketiga untuk menjembatani antara anggota kelompok dan sistem lingkungan yang menghambatnya. Aktivitas yang dapat dilakukan dalam menjalankan peran sebagai perantara meliputi kontrak perilaku, konferensi, pendamai pihak ketiga, serta berbagai macam pemecahan konflik. Dalam penengahan, upaya-upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mencapai pemecahan masalah yang menguntungkan dan memenangkan semua pihak. Hal ini berbeda dengan peran sebagai pembela, dimana kontribusi pekerja sosial diarahkan untuk memenangkan perkara klien atau menolong klien memenangkan dirinya sendiri.

4. Sebagai pembela, dimana dalam praktek pekerjaan sosial dengan masyarakat, kerapkali pekerja sosial harus berhadapan dengan sistem politik bagi menjamin keperluan dan sumber yang diperlukan oleh klien atau dalam melaksanakan tujuan-tujuan pengembangan masyarakat. Manakala pemanfaatan dan sumber-sumber sulit dijangkau oleh klien, pekerja sosial harus menjalankan perannya sebagai pembela. Peran


(45)

xliii

pembelaan adalah salah satu praktek pekerjaan sosial yang bersentuhan dengan aktivitas politik.

5. Pelindung, dalam hal ini tanggung jawab pekerja sosial terhadap karyawan didukung oleh hukum. Hukum tersebut memberikan kesahan kepada pekerja sosial untuk menjadi pelindung terhadap orang-orang yang lemah. Dalam melakukan peran sebagai pelindung, pekerja sosial bertindak berdasarkan kepentingan korban, calon korban, dan pihak-pihak lain yang mungkin juga menghadapi risiko akibat perilaku orang lain (Saleebey, 2009 : 25).

Konflik yang kerap terjadi antara perusahaan – karyawan – PT. Jamsostek – Unit Pelaksana Pelayanan bagi peserta Jamsostek (Rumah Sakit, Klinik) sehubungan dengan pelaksanaan program Jamsostek menuntut kehadiran pihak ketiga yang mampu melakukan perubahan dalam hubungan yang sebelumnya cenderung saling merugikan menjadi hubungan yang saling menguntungkan. Pihak ketiga yang diperlukan kehadirannya dalam konteks ini adalah pekerja sosial.

Pemikiran Dennis Saleebey tentang peran pekerja sosial di atas sangat tepat diterapkan dalam pelaksanaan Dennis Saleebey. Sebagai contoh, dengan hanya sedikit kemampuan yang dimiliki, karyawan belum tentu memperoleh manfaat dari adanya program Jamsostek. Di sinilah peranan pekerja sosial mengupayakan masyarakat memperoleh manfaat dari program Jamsostek, dengan membangun hubungan antara perusahaan, karyawan, PT. Jamsostek, dan Unit-unit pelaksana program Jamsostek.

Fasilitator. Peran pekerja sosial sebagai fasilitator sehubungan dengan implementasi program Jamsostek sangat perlu. Hal ini perlu disadari karena karyawan kerap kali dipandang sebagai pihak yang tidak mempunyai kemampuan, baik oleh karyawan itu sendiri, perusahaan, bahkan oleh pemerintah. Oleh karena itu,


(46)

xliv

pekerja sosial harus tampil dengan pandangan yang berbeda dari yang lainnya tentang keadaan masyarakat, yaitu dengan sikap optimistik bahwa karyawan dapat dirancang untuk memiliki kemampuan. Apa yang sebelumnya dianggap tidak mungkin justru sangat mungkin jika kemampuan masyarakat digali dengan profesional. Karyawan perlu dibantu dan didukung untuk mengetahui kemampuan yang mereka miliki yang sangat bermanfaat jika digunakan secara baik.

Broker. Peran pekerja sosial yaitu sebagai pengenalan kualitas pemanfaatan program Jamsostek dalam memenuhi keinginan klien memperoleh keuntungan maksimal. Untuk itu, pekerja sosial harus mahir dalam mengetahui berbagai institusi yang terkait dengan pelaksanaan program Jamsostek, seperti perusahaan, PT. Jamsostek, Klinik, Rumah Sakit, Apotik, Dinas/Instansi Pemerintah yang menangani masalah tenaga kerja, dan lain-lain.

Perantara. Peran pekerja sosial sebagai perantara dalam kaitannya dengan implementasi program Jamsostek berarti harus meningkatkan kualitas hubungan antara perusahaan dengan karyawan. Sesuai dengan kemampuan dasar pekerja sosial, maka pekerja sosial harus mampu meyakinkan kedua belah pihak bahwa keduanya sama-sama memiliki sesuatu yang dapat dipertukarkan satu-sama lain, yang jika dilakukan akan dapat menghasilkan keuntungan kepada kedua belah pihak. Untuk itu, perubahan atas hubungan di antara keduanya perlu dilakukan. Pekerja sosial misalnya, harus mampu menghilangkan sikap saling curiga di antara perusahaan dan karyawan dan menumbuhkembangkan sikap saling percaya. Dalam keadaan seperti ini maka potensi perusahaan dan karyawan dalam meningkatkan kesejahteraan karyawan dan mencapai kemajuan perusahaan di masa depan dapat dikembangkan dan diaktualisasikan. Peran pekerja sosial sebagai perantara sangatlah penting, karena antara perusahaan dan karyawan kerap terlibat hubungan konflik.


(47)

Masing-xlv

masing merasa dirinya betul, dan tidak mungkin dipertemukan tanpa kontribusi pihak lain. Oleh karena itu, pekerja sosial harus berupaya menyadarkan kedua belah pihak, bahwa di antara mereka masih banyak persamaan, termasuk persamaan kepentingan.

Misi pekerja sosial selanjutnya adalah memperluas dan mengembangkan persamaan-persamaan yang dimiliki keduanya dan meminimumkan perbedaan-perbedaan yang eksis selama ini demi tercapainya relasi yang baik dan saling menguntungkan. Sikap tanggap dan mampu menerima perbedaan sebagai kharakteristik pekerjaan sosial sangatlah berkaitan dan sesuai diterapkan dalam rangka implementasi program Jamsostek.

Pembela. Peran pekerja sosial sebagai pembela dalam kaitannya dengan implementasi program Jamsostek sangat penting. Hal ini terutama mengingat karyawan setempat kerapkali mendapat perlakuan yang tidak baik dari perusahaan. Dalam keadaan seperti ini pekerja sosial harus tampil sebagai pembela, dengan tujuan agar perusahaan menjalankan kewajibannya atas karyawan melalui implementasi program Jamsostek sebagai satu kewajiban hukum.

Pelindung. Sering kali terjadi kondisi, dimana jika ada karyawan yang mengkritisi kelemahan perusahaan dan menuntut haknya, seperti hak untuk menjadi peserta program Jamsostek, maka karyawan tersebut mendapat tekanan dari manajemen perusahaan. Bahkan terdapat kemungkinan di-PHK. Oleh karena itu, pekerja sosial diharapkan dapat melindungi karyawan dari segala kepentingannya, termasuk untuk terhindar dari PHK.

2.7 Kerangka Pemikiran

Dalam proses produksi barang dan jasa dalam perusahaan, karyawan atau tenaga kerja memiliki peranan sangat penting, bahkan dalam pembangunan nasional


(48)

xlvi

yang demikian luas cakupannya, pekerja memiliki kedudukan strategis. Pentingnya tenaga kerja dalam pembangunan suatu bangsa sudah selayaknya mendapatkan perhatian, seperti dalam bentuk imbalan yang memadai dan aspek kesejahteraan lain, termasuk di dalamnya jaminan sosial.

Dalam rangka mencapai kesejahteraan karyawan, Pemerintah telah menyediakan infrastruktur berupa Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 yang mengatur tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek). Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 ini juga didukung oleh beberapa peraturan perundang-undangan pelaksanaan, sehingga pengaturan pemberian jaminan sosial tenaga kerja, seperti jaminan kecelakaan kerja, jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan hari tua, dan jaminan kematian dapat berlangsung dengan baik.

Melalui peraturan perundang-undangan yang lebih operasional, seperti Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan Program Jamsostek maupun Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : Per-24/Men/VI/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja telah diatur lebih rinci pelaksanaan Jamsostek, termasuk institusi pelaksana program tersebut, sehingga saat ini dikenal PT. Jamsostek (Pesero) dalam bentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Dalam menjalankan tugasnya khususnya dalam pelaksanaan program Jamsostek, PT. Jamsostek (Pesero) menjalin kerjasama dengan berbagai institusi terkait, seperti rumah sakit maupun klinik. Dilihat dari segi pelayanan program Jamsostek, misalnya setiap karyawan yang mengalami kecelakaan saat bekerja maupun di luar jam kerja, segera ditangani oleh pihak perusahaan dengan membawa korban ke Rumah Sakit sehingga mendapatkan pelayanan yang memuaskan dari program Jaminan sosial tenaga kerja dari unit pelaksana jamsostek, dimana pihak


(49)

xlvii

perusahaanlah yang mengatur semua biaya-biaya administrasi karyawan selama dalam masa perawatan di Rumah Sakit dengan ketentuan-ketentuan yang telah diatur dalam program Jamsostek. Demikian juga jika karyawan sakit, melahirkan, ataupun pelayanan-pelayanan lain sesuai dengan ruang lingkup program Jamsostek.

Program Jamsostek yang memiliki payung hukum merupakan kebijakan sosial. Setelah program Jamsostek melewati tahap penetapan dan dalam waktu yang cukup panjang telah dilaksanakan, adalah sangat penting pelaksanaan program Jamsostek tersebut dievaluasi. Evaluasi terhadap pelaksanaan program Jamsostek tentu mengikuti mekanisme atau proses yang ada, mulai daripada keikutsertaan perusahaan dan karyawan sebagai peserta Jamsostek hingga pelayanan oleh unit-unit pelaksana pelayanan yang ditunjuk dan ditetapkan oleh PT. Jamsostek sebagai mitra kerja dalam rangka implementasi program Jamsostek.

Harus dipahami perusahaan tempat dimana karyawan bekerja dan unit-unit pelaksana pelayanan yang terlibat tentu merupakan ujung tombak implementasi program Jamsostek. Tampilan dan pelayanan oleh institusi yang menjadi ujung tombak implementasi program Jamsostek akan menimbulkan suatu fenomena yang dirasakan oleh karyawan sebagai peserta Jamsostek, apakah mereka merasa puas atau tidak atas pelayanan yang diterima. Bahkan lebih khusus lagi, sejauh mana tingkat kepuasan ataupun kekecewaan yang dirasakan pihak karyawan dalam rangka pemenuhan hak-hak normatifnya.

Adapun hubungan di antara variabel penelitian hingga fenomena-fenomena yang ditimbulkannya secara konseptual dapat digambarkan dalam bentuk bagan alir pikir sebagai berikut :


(50)

xlviii Gambar 2.1

BAGAN ALIR PEMIKIRAN

2.8 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.8.1 Defenisi Konsep

Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena sosial, yang harus dipahami untuk memahami kerangka acuan dalam penelitian (Bungin, 2005 : 57). Dalam penelitian ini, defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan secara mendasar tentang apa yang akan diteliti serta menghindari pemahaman yang salah yang dapat mengaburkan tujuan dari penelitian.

Adapun yang menjadi defenisi konsep yang diangkat dalam penelitian ini adalah :

1. Evaluasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses sistematik dalam menentukan tingkat pencapaian suatu tujuan.

UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek *Hak karyawan *Kewa-jiban per- rusahaan Pelak-sanaan Informasi, sosialisasi, registrasi, transparansi, pengawasan, evaluasi Karya-wan PT. Sarana Agro Nusantara Belawan PT. Jam-sostek dan Unit Pela-yanan Kepuasan Karyawan PT. SARANA AGRO NUSANTARA BELAWAN


(51)

xlix

2. Karyawan adalah para tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan, dimana mereka harus tunduk kepada perintah dan peraturan yang diadakan pengusaha (majikan) yang bertanggungjawab atas lingkungan perusahaan yang mana tenaga kerja akan memperoleh upah dan jaminan hidup lainnya yang wajar.

3. Pengusaha adalah orang, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri.

4. Perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha yang mempekerjakan tenaga kerja dengan tujuan mencari untung atau tidak, baik milik swasta maupun milik negara.

5. Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan untuk tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebahagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.

6. Jaminan Kecelakaan Kerja adalah Kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan resiko yang harus dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya.

7. Jaminan Kematian diperuntukkan untuk ahli waris tenaga kerja yang menjadi peserta Jamsostek yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja.

8. Jaminan Hari Tua adalah Program Jaminan Hari Tua yang ditujukan sebagai pengganti terputusnya penghasilan tenaga kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua.


(52)

l 2.8.2 Defenisi Operasional

Agar variabel penelitian dapat diukur, maka maka variabel penelitian harus dijelaskan ke dalam konsep operasional variabel yang sering disebut sebagai definisi operasional (Bungin, 2005: 60). Untuk memahami operasionalisasi konsep penelitian, penulis menegaskan bahwa penelitian ini melakukan kajian satu variabel, yaitu pelaksanaan program Jamsostek oleh PT. Sarana Agro Nusantara Belawan.

Sesuai dengan batasan masalah telah diketahui bahwa objek penelitian ini adalah karyawan PT. Sarana Agro Nusantara Belawan. Oleh karena itu, kajian pokok sekaligus indikator variabel penelitian ini adalah ”sikap dan perasaan karyawan PT. Sarana Agro Nusantara Belawan” ketika menjalani tahap-tahap dan mekanisme sehubungan dengan kedudukannya sebagai peserta Jamsostek, meliputi :

1. Sosialisasi program Jamsostek, dinilai dari segi tindakan yang dilakukan PT. Sarana Agro Nusantara Belawan baik secara langsung maupun melalui kerjasama dengan pihak lain dalam memberikan informasi tentang program Jamsostek, sehingga karyawan memahami program Jamsostek.

2. Pendaftaran karyawan menjadi peserta Jamsostek, meliputi :

a. Bagaimana kemudahan/kesulitan proses pendaftaran sebagai perserta program Jamsostek.

b. Pihak mana yang proaktif dalam mendaftarkan karyawan PT. Sarana Agro Nusantara Belawan menjadi peserta program

Jamsostek.

3. Jenis-jenis pelayanan/program apa saja yang diikuti karyawan, apakah sebahagian atau keseluruhan pelayanan yang diadakan atau dilakukan oleh PT. Jamsostek


(53)

li

4. Pelaksanaan program Jamsostek, meliputi :

a. Tingkat kemudahan/kesulitan proses administrasi dalam memperoleh pelayanan Jamsostek bagi karyawan/keluarga karyawan yang membutuhkan.

b. Kualitas pelayanan oleh unit pelayanan sebagai mitra kerja PT. Jamsostek.

c. Tingkat kepuasan penerima pelayanan atas pelayanan yang diperoleh. d. Pelaksanaan ketentuan tentang Jamsostek secara utuh seperti

penerimaan dana santunan secara bulat tanpa potongan atau justru ada potongan.


(54)

lii

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Adapun penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk memberikan gambaran atau melukiskan kenyataan yang ada tentang masyarakat atau sekelompok orang tertentu di lapangan secara analisis yang prosesnya meliputi penguraian hasil observasi dari suatu gejala yang diteliti atau lebih (Bungin, 2005: 35). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan evaluasi pelaksanaan program Jamsostek PT. Sarana Agro Nusantara Belawan.

3.2 Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judulnya, maka lokasi penelitian ini adalah PT. Sarana Agro Nusantara (SAN) Unit Belawan Jl. Ujung Baru Belawan.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek yang diteliti dari manusia, benda, hewan, dan tumbuh-tumbuhan, gejala peristiwa, nilai-nilai atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakter dalam suatu peristiwa (Bungin, 2005 : 35). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan karyawan PT. Sarana Agro Nusantara Belawan. Jumlah populasi 135 karyawan.


(55)

liii

Sampel adalah sebagian dari populasi penelitian yang ditetapkan dimana unit yang masuk ke dalam sampel mewakili populasi (Suyatno dan Sutina, 2006 : 53). Dalam penelitian ini jumlah populasi lebih dari 100 maka sampel dapat diambil sejumlah 10% dari populasi dan dianggap representative (Arikunto, 2002 : 20). Untuk lebih menjamin representasi atau keterwakilan populasi dalam sampel, maka penulis menetapkan sampel sebanyak 30 orang karyawan. Penetapan populasi yang menjadi sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara purposive (purposive sampling) yaitu sampel diambil bardasarkan pertimbangan subjektif peneliti yang dilihat selama penelitian. Dalam hal ini pertimbangan yang dilakukan adalah bidang tugas karyawan yang terdiri dari 10 bidang, yaitu bidang personalia, keamanan, kesekretariatan, kasir, akuntansi, anggaran, keuangan, ekspedisi, teknik dan operasi. Masing-masing bidang kerja diwakili oleh tiga orang karyawan sebagai sampel, yang dipilih secara acak.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan :

1. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang akan diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, serta tulisan lainnya yang ada relevansinya dengan masalah yang diteliti.

2. Studi lapangan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, melalui :


(1)

xcvi

seperti rawat jalan, rawat inap, pemeriksaan kehamilan, pelayanan persalinan, maupun gawat darurat. Hal ini menjunkkan bahwa beragam jenis penyakit yang diderita masyarakat, khususnya karyawan sudah tertampung dalam program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan yang diselenggarakan PT. Jamsostek.

Dalam rangka menerima pelayanan pemeliharaan kesehatan dalam berbagai bentuk, tentu karyawan dan keluarga harus melalui proses administrasi. Sehubungan dengan hal ini, data yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner menunjukan bahwa seluruh responden menyatakan bahwa proses administrasi yang mereka jalani tergolong mudah. Tidak seorang pun responden yang menyatakan proses administrasi memperoleh pelayanan kesehatan itu agak rumit maupun sulit atau berbelit-belit. Hal ini menunjukkan telah terjalinnya mekanisme kerja sama yang baik antara perusahaan tempat mereka bekerja – PT. Jamsostek – Unit Pelayanan Kesehatan sebagai mitra kerja dalam penyelenggaraan program Jamsostek, khususnya di bidang program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. Proses yang mudah tersebut tentu sangat berarti, karena mencegah pasien dan keluarga dari rasa panik atau stress yang tentu berdampak negatif terhadap proses pengobatan pasien.

Tabel 5.21

Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Pelayanan Kesehatan yang Diterima

No. Kualitas Pelayanan Frekuensi Persentase (%)

1 Baik 20 66,67

2 Kurang baik 10 33,33

Jumlah 30 100,00


(2)

xcvii

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.21 diketahui bahwa 20 orang atau 66,67% responden menyatakan pelayanan kesehatan yang mereka terima tergolong baik. Alasan mereka berkaitan dengan sikap petugas maupun masa penyakit mereka sembuh selama berobat. Mereka merasa petugas unit pelayan kesehatan tersebut bersikap ramah dan peduli atas keadaan pasien. Sedangkan 10 orang atau 33,33% menyatakan bahwa pelayanan kesehatan yang mereka terima tergolong kurang baik. Alasan mereka pada umumnya terkait dengan masa penyembuhan yang kadang kala memakan waktu yang menurut mereka terlalu lama. Tidak terdapat responden yang menyatakan pelayanan kesehatan yang mereka terima tergolong tidak baik.

Data lain yang diperoleh sehubungan dengan pelaksanaan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan ini adalah bahwa seluruh responden menyatakan ada ketenangan kerja yang nyata bagi diri mereka dengan menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. Artinya, terdapat perbedaan yang sangat signifikan atas perasaan atau ketenangan kerja pada diri karyawan dengan menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan dibandingkan dengan perasaan andaikan saja mereka tidak mengikuti program tersebut.


(3)

xcviii

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang dilakukan mengenai Evaluasi Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja oleh PT. Sarana Agro Nusantara Belawan sebagaimana dikemukakan dalam Bab V, penulis merumuskan kesimpulan penelitian sebagai berikut:

1. Secara keseluruhan sosialisasi program Jamsostek oleh PT. Sarana Agro Nusantara Belawan tergolong baik. Hal terbukti bahwa seluruh responden menjadikan perusahaan sebagai sumber pertama dan satu-satu sumber informasi tentang program Jamsostek bagi mereka, mereka memahami dengan baik tentang program Jamsostek, secara khusus mengetahui hak dan kewajiban termasuk sumber pembiayaan, sosialisasi dilakukan saat mereka mulai diterima bekerja di perusahaan, perusahaan menyediakan media informasi tentang Jamsostek berupa white board yang senantiasa memuat informasi penting tentang Jamsostek, bahkan informasi perusahaan cukup menjadi bekal bagi mereka untuk mendaftarkan diri sebagai peserta, dan menjadikan mereka tertarik dan menyadari pentingnya program Jamsostek.

2. Secara umum pendaftaran karyawan menjadi peserta Jamsostek tergolong bai. Hal paling menggembirakan adalah bahwa pihak perusahaan mendaftarkan secara langsung karyawan mereka menjadi peserta Jamsostek, dan perusahaan membuat kebijkan agar semua karyawan mengikuti seluruh keempat jenis


(4)

xcix

pelayanan yang ada, yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua, dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, dimana seluruh responden setuju atas kebijakan tersebut. Namun masa pendaftarannya masih ada setelah dua bulan bekerja (26,67%) dan tiga bulan bekerja (10,00%). Sedangkan mayoritas responden menyatakan proses pendaftaran tergolong mudah.

3. Secara umum pelaksanaan program Jamsostek bagi karyawan PT. Sarana Agro Nusantara Belawan tergolong baik. Hal ini ditandai dengan penggunaan fasilitas yang tersedia, administrasi yang mudah dan sederhana, pemberian hak (seperti santunan kematian, biaya pemakaman, jaminan hari tua) tepat dan waktu dan keluarga menerima secara utuh tanpa adanya pemotongan biaya, sehingga mereka merasa nyaman dengan menjadi peserta Jamsostek. Namun mereka yang merasa kualitas pelayanan kesehatan sebagai kurang baik masih cukup signifikan (33,33%).

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang telah dikemukakan penulis merumuskan saran sebagai berikut:

1. Pihak perusahaan perlu lebih mempercepat karyawan barunya menjadi peserta Jamsostek, yaitu semuanya dijamin sudah terdaftar sejak bulan pertama bekerja. 2. Pihak perusahaan perlu lebih selektif dalam memilih unit pelayanan kesehatan

sebagai mitra kerja. Artinya, kualitas pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh mitra kerja harus ditingkatkan. Walaupun karyawan itu tergolong masyarakat kelas menengah ke bawah, mereka juga berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik.


(5)

c

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelirian Sosial. Bumi Aksara: Jakarta. Bintarto. 2002. Urbanisasi dan Permasalahannya. Ghalia Indonesia: Jakarta.

Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Kencana Prenada Media Group: Jakarta.

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. 2006. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor:Per-24/Men/vi/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Humas Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia: Jakarta.

Effendi, Tadjuddin, Noer. 2000. Pembangunan, Pasar Kerja, dan Migrasi Internasional Pekerja. Makalah Seminar Globalisasi dan Tenaga Kerja. Universitas Brawijaya: Malang.

Gittinger, J, Price. 2005. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pembangunan. Universitas Indonesia Press: Jakarta

Hardjono, Joan. 2000. Tanah, Pekerjaan, dan Nafkah. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Kadariah. 2007. Ekonmi Perencanaan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta.

Redaksi Fokusmedia. 2003. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Ketenagakerjaan. Fokusmedia: Jakarta.

Republik Indonesia. 1992. Undang-undang No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Sekretariat Negara: Jakarta.

Saleebey, Dennis. 2009. The Strengths Perspektive in Sosial Work Practice. Pearson: Boston.

Sembiring, Sentosa. 2006. Himpunan Undang-Undang Lengkap tentang Asuransi Jaminan Sosial Disertai Peraturan Perundang-undangan Terkait. Nuansa Aulia: Bandung.

Simanjuntak, Payaman, J. 2001. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta.

Simanjuntak, Payaman, J. 2002. Undang-Undang yang Baru tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Kantor Perburuhan Internasional: Jakarta.

Sulastomo. 2008. Sistem Jaminan Sosial Nasional Sebuah Introduksi. Rajawali Pers: Jakarta.


(6)

ci

Sutarto. 2001. Pengertian, Kedudukan, dan Perincian Ilmu Administrasi. Yayasan Studi Ilmu dan Teknologi: Yogyakarta.

Suyanto, Bagong. Sutinah. 2006. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Predana Media Group: Jakarta.

Thackeray, Milton, G, Et.all, 2003, Introdusction to Social Work, Prentice – Hall International, Inc, Englewood Cliffs.

Zastrow, Charles. (2008). Introduction to Social Work and Social Welfare. Empowering People, Thomson Brooks, Belmont - USA.

Sumber Lainnya:

- Pikiran Rakyat Bandung, 15 Juni 2010. - Jawa Pos, 27 Pebruari 2009.

- Sinar Harapan, 19 Mei 2010.

- Harian Umum Pelita Online, Rabu, 27 Januari 2009, diakses dari 14:38 WIB).

- Medan Bisnis, 5 April 2008. - Media Indonesia, 12 Maret 2009.

- www. yahoo. com Jamsostek, Jakarta diakses pada tanggal 24 September 2010 pukul 12.15