Bentuk-Bentuk CSR Sebagai Tanggung Jawab Perseroan Terbatas Terhadap Masyarakat (Studi Kasus Di PT. Djarum)

(1)

BENTUK-BENTUK CSR SEBAGAI TANGGUNG JAWAB

PERSEROAN TERBATAS TERHADAP MASYARAKAT

(STUDI KASUS DI PT. DJARUM)

SKRIPSI

Disusun untuk melengkapi tugas akhir dan diajukan sebagai persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Hukum

pada Fakultas Hukum di Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh :

NIM. 060200051 Herman Chandra

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

BENTUK-BENTUK CSR SEBAGAI TANGGUNG JAWAB

PERSEROAN TERBATAS TERHADAP MASYARAKAT

(STUDI KASUS DI PT. DJARUM)

SKRIPSI

Disusun untuk melengkapi tugas akhir dan diajukan sebagai persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Hukum

pada Fakultas Hukum di Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh :

NIM. 060200051 Herman Chandra

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

Disetujui oleh Ketua Departemen Hukum Keperdataan

(Prof. Dr. Tan Kamello, S.H, M.S NIP. 196204211988031004

)

Pembimbing I Pembimbing II

(Prof. Dr. Tan Kamello, S.H, M.S) (Puspa Melati, S.H, M.Hum) NIP. 196204211988031004 NIP. 196801281994032001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W.T, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menjadi salah satu mahasiswa di Fakultas ternama dan universitas yang membanggakan ini serta dapat menggikuti semua proses pendidikan dimulai dari masa perkuliahan sampai dengan tahap penyelesaian tugas akhir seperti pada saat ini di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini diberi judul “BENTUK-BENTUK CSR SEBAGAI TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS TERHADAP MASYARAKAT (STUDI KASUS DI PT. DJARUM)”.

Sungguh hal yang sangat mempunyai kesan yang mendalam dimana skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya sesuai dengan apa yang diharapkan. Skripsi ini merupakan salah satu unsur yang sangat penting sebagai pemenuhan nilai-nilai tugas dalam pencapaian gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum disetiap perguruan tinggi manapun diseluruh dunia, termasuk pula di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(4)

Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih dan memberikan penghormatan yang tak terukur kepada kedua orang tua penulis, yakni Ayahanda Rusly yang sangat memberikan inspirasi dan mengajarkan bagaimana cara menjadi seorang yang mempunyai prinsip, dan Ibunda tersayang Marlia yang sangat mengasihi, menyayangi, memotivasi dan mengajari anak-anaknya dengan sabar dan penuh keikhlasan. Mudah-mudahan harapan Ayahanda dan Ibunda agar penulis menjadi manusia yang bermanfaat dan amanah bagi manusia lainnya dapat dikabulkan oleh sang pencipta. Serta tidak lupa pula, pada kesempatan ini penulis menyampaikan salam saying kepada kedua saudari penulis yakni Lia Laila S. Farm, dan Marta puspita yang juga memotivasi dalam perjalanan pendidikan penulis.

Banyak pihak yang mempunyai peranan penting dalam membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sekaligus sebagai tanda telah diselesaikannya pendidikan Sarjana (S1) pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapa terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, Prof. Dr. Chairuddin Lubis, Sp.A. atas kesempatan berharga yang diberikan untuk dapat mengikuti segala kegiatan yang dilaksanakan di kampus USU.


(5)

2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atas dukungan dan perhatian yang besar kepada seluruh mahasiswa/i dalam lingkungan kampus USU.

3. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH., M.Hum., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH., M.H., DFM., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Muhammad Husni, SH., M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Maria SH., M.Hum., selaku Dosen Wali, atas bimbingan, nasehat dan waktu yang diberikan mulai dari masa awal perkuliahan sampai sekarang. 7. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, SH., MS., selaku Ketua Departemen Hukum

Perdata Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang juga sebagai Dosen Pembimbing I atas ilmu, pengajaran, bimbingan dan nasehat yang telah diberikan, tidak hanya pada saat masa penulisan skripsi ini, tetapi juga sejak masa perkuliahan yang berpengaruh besar dalam pembentukan karakter penulis.

8. Ibu Puspa Melati SH., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II, atas ilmu, pengajaran, bimbingan, dan nasehat serta perhatian terhadap penulis yang diberikan tidak saja dalam masa penulisan skripsi ini, tetapi juga pada masa-masa perkuliahan, yang sangat berarti besar dalam pengembangan diri penulis.


(6)

9. Para Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, dengan segala kerendahan hati dan tidak mengurangi rasa hormat bagi Beliau-beliau, terima kasih atas jasa-jasa dalam mengasuh dan memberikan ilmu serta nasehat yang sangat berarti mulai dari Semester awal sampai dengan saat sekarang ini.

10.Para Staf dan Pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bantuan selama penulis menjalani masa pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

11.Terima kasih penulis juga ucapkan kepada Mas Singgih Dewantoro, dan Mas Sapto atas kesediannya meluangkan waktu dan tenaga untuk membantu penulis dalam memberikan informasi dan data-data PT. Djarum yang berkaitan dengan judul skripsi penulis.

12.Kepada sahabat penulis stb. 06 selama masa pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara : Heru, Anov, Jeffri, Darwin, Kukuh, Annisa, Risky, Jhon, Lesly, Putri, Jupenris, Khairuna, Dian, Meci, Jessica, Mustika, Vera, Aztrini, Deffriansyah, Archiman, Andri, Faradilah, Hamdani, Joven, Mei, Nanda, Rahmat, Riri, Jenny, Sudirman, Indra, dan lainnya.

13.Kepada kakak senior penulis : Dudi, Catherine, Sugondo, Christie, Debora, Williana, Frans, Iqbal, Surya, Diki, Emil, Mayasari, dan lainnya.


(7)

14.Kepada teman-teman Beswan Djarum, terima kasih atas pengalaman berharga yang diberikan, Beswan Djarum Semangat Kemajuan!

15.Kepada rekan-rekan di BTM Alaiddinsyah, semoga cita-cita luhur kita tetap terjaga sekarang dan selamanya.

16.Kepada adik-adik junior penulis dan rekan-rekan di ILMCC tetap semangat, tetap berjuang demi cita-cita.

17.Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang sangat berperan penting dalam membantu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, dengan harapan yang tinggi, penulis sangat mempersilahkan dan mengharapkan agar semua pihak yang membaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun tidak lain dan tidak bukan agar dapat menghasilkan sebuah karya ilmiah yang lebih baik dari yang lalu.


(8)

Pada akhirnya, atas segala perhatian yang diberikan untuk hasil karya ini dan kepada penulis pribadi, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2010

Hormat Penulis,

Herman Chandra

NIM. 060200051


(9)

DAFTAR

ISI

KATA PENGANTAR ……… i

DAFTAR ISI ……… vi

ABSTRAK ……… x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1

B. Perumusan Masalah ……… 9

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ……… 9

D. Keaslian Penulisan ……… 11

E. Tinjauan Kepustakaan ……… 11

F. Metode Penelitian ……… 13

G. Sistematika Penulisan ……… 15


(10)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

A. Latar Belakang Corporate Social Responsibilty (CSR) dan Perkembangan Community Development (CD) menjadi

(CSR)……… 18

B. Pengertian Corporate Social Responsibilty (CSR) ……… 25 C. Prinsip-prinsip Corporate Social Responsibilty (CSR) …… 27 D. Pengaturan Corporate Social Responsibilty (CSR) dalam

hukum positif ……… 35

E. Bentuk-bentuk Corporate Social Responsibilty (CSR) …... 50 1. Bentuk-bentuk CSR di Indonesia ……….... 51 2. Bentuk-bentuk CSR dalam Internatinal Business

Society ………. 53

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERSEROAN TERBATAS (PT)

A. Pengertian Perseroan Terbatas ……… 56

B. Organ Perseroan Terbatas ……… 60

C. Teori Badan Hukum Perseroan Terbatas ……… 65


(11)

D. Prinsip-prinsip Pertanggung Jawaban dalam Perseroan

Terbatas ………... 72

BAB IV PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILTY (CSR) DI PT. DJARUM

A. Pelaksanaan Bentuk-bentuk CSR di PT. Djarum ………… 83 B. Tanggung Jawab PT. Djarum dalam Pelaksanaan

Bentuk-bentuk CSR ……… 97

C. Hambatan dalam Pelaksanaan Bentuk-bentuk CSR di PT.

Djarum ……….. 101

D. Manfaat Pelaksanaan Bentuk-bentuk CSR oleh PT. Djarum 105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN ………... 109

B. SARAN ………... 112

DAFTAR PUSTAKA ………... 113


(12)

ABSTRAK

Corporate Social Responsibilty (CSR) merupakan suatu kegiatan perusahaan dimana perusahaan memiliki tanggung jawab untuk membaktikan dirinya demi mensejahterakan masyarakat dan lingkungannya. Perkembangan cara pandang terhadap CSR semakin kuat dari waktu kewaktu dimana konsep bentuk perbuatan yang bersifat sukarela (voluntary) telah bergeser secara perlahan-lahan menuju bentuk perbuatan atas dasar kewajiban (obligation) baik itu berbentuk kewajiban moral maupun kewajiban yuridis. Masih adanya perbedaan pardigma inilah yang mengakibatkan ketidak merataan pelaksanaan CSR di dunia. Yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana bentuk-bentuk pelaksanaan CSR yang telah diterapkan dalam dunia bisnis baik dalam skala nasional maupun internasional? Bagaimana prinsip pertanggungjawaban PT dalam pelaksanaan CSR? Dan Apa saja yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan CSR yang dilaksanakan oleh PT. Djarum?

Metode penelitian yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah penilitan yuridis-normatif yaitu penelitian yang ditujukan dan dilakukan pada peraturan-peraturan tertulis/ atau bahan-bahan tertulis lainnya yang merupakan data-data sekunder yang berkaitan dengan permasalahan yang diuraikan dalam skripsi ini, serta penelitian yuridis-empiris yang merupakan penelitian yang dilakukan dan/ atau mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam hal ini dengan mengambil lokasi penelitian di PT. Djarum, DSO Medan Jalan Brigjend. Aein. Hamid KM. 7,3 No. 36, Medan,

20146, ataupun melalui website PT. Djarum di

Penilitian ini menghasilkan suatu kesimpulan bahwa belum ada format baku mengenai bentuk-bentuk CSR dalam dunia bisnis baik itu yang ditetapkan melalui forum bisnis maupun hukum positif masing-masing negara. Pertanggungjawaban PT bersifat relatif tergantung dari dasar dilakukannya CSR tersebut, pelaksanaan CSR berdasarkan kesukarelaan tentu tidak memiliki kosekuensi apapun, namun apabila CSR dilakukan berdasarkan kesadaran akan kewajiban maka PT tentu memiliki batasan tanggung jawab yang jelas terlebih lagi jika kewajiban tersebut kewajiban yuridis. Hambatan yang dihadapi PT. Djarum dalam pelaksanaan bentuk-bentuk CSR adalah pandangan negatif dari sebagian masyarakat mengenai kegiatan CSR sebagai bentuk promosi perusahaan, dilema PT. Djarum sebagai perusahaan rokok yang mendapat banyak pertentangan dalam pelakasanaan CSR, pemaksaan pelaksanaan kegiatan sosial oleh masyarakat kepada PT. Djarum, tidak adanya arahan dari produk hukum yang menunjang pelaksanaan CSR, dan Lemahnya penegakan hukum dalam pelakasanaan CSR seperti dengan adanya pungli, iklim usaha yang tidak sehat, dan praktik KKN.


(13)

ABSTRAK

Corporate Social Responsibilty (CSR) merupakan suatu kegiatan perusahaan dimana perusahaan memiliki tanggung jawab untuk membaktikan dirinya demi mensejahterakan masyarakat dan lingkungannya. Perkembangan cara pandang terhadap CSR semakin kuat dari waktu kewaktu dimana konsep bentuk perbuatan yang bersifat sukarela (voluntary) telah bergeser secara perlahan-lahan menuju bentuk perbuatan atas dasar kewajiban (obligation) baik itu berbentuk kewajiban moral maupun kewajiban yuridis. Masih adanya perbedaan pardigma inilah yang mengakibatkan ketidak merataan pelaksanaan CSR di dunia. Yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana bentuk-bentuk pelaksanaan CSR yang telah diterapkan dalam dunia bisnis baik dalam skala nasional maupun internasional? Bagaimana prinsip pertanggungjawaban PT dalam pelaksanaan CSR? Dan Apa saja yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan CSR yang dilaksanakan oleh PT. Djarum?

Metode penelitian yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah penilitan yuridis-normatif yaitu penelitian yang ditujukan dan dilakukan pada peraturan-peraturan tertulis/ atau bahan-bahan tertulis lainnya yang merupakan data-data sekunder yang berkaitan dengan permasalahan yang diuraikan dalam skripsi ini, serta penelitian yuridis-empiris yang merupakan penelitian yang dilakukan dan/ atau mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam hal ini dengan mengambil lokasi penelitian di PT. Djarum, DSO Medan Jalan Brigjend. Aein. Hamid KM. 7,3 No. 36, Medan,

20146, ataupun melalui website PT. Djarum di

Penilitian ini menghasilkan suatu kesimpulan bahwa belum ada format baku mengenai bentuk-bentuk CSR dalam dunia bisnis baik itu yang ditetapkan melalui forum bisnis maupun hukum positif masing-masing negara. Pertanggungjawaban PT bersifat relatif tergantung dari dasar dilakukannya CSR tersebut, pelaksanaan CSR berdasarkan kesukarelaan tentu tidak memiliki kosekuensi apapun, namun apabila CSR dilakukan berdasarkan kesadaran akan kewajiban maka PT tentu memiliki batasan tanggung jawab yang jelas terlebih lagi jika kewajiban tersebut kewajiban yuridis. Hambatan yang dihadapi PT. Djarum dalam pelaksanaan bentuk-bentuk CSR adalah pandangan negatif dari sebagian masyarakat mengenai kegiatan CSR sebagai bentuk promosi perusahaan, dilema PT. Djarum sebagai perusahaan rokok yang mendapat banyak pertentangan dalam pelakasanaan CSR, pemaksaan pelaksanaan kegiatan sosial oleh masyarakat kepada PT. Djarum, tidak adanya arahan dari produk hukum yang menunjang pelaksanaan CSR, dan Lemahnya penegakan hukum dalam pelakasanaan CSR seperti dengan adanya pungli, iklim usaha yang tidak sehat, dan praktik KKN.


(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kegiatan bisnis merupakan perilaku utama dari setiap korporasi bisnis yang didirikan oleh setiap subjek hukum yang tentu berorientasi pada keuntungan tanpa dibatasi oleh perbedaan sistem hukum. Kegiatan bisnis setiap korporasi bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya alam baik secara langsung maupun tidak langsung tentu melibatkan banyak pihak dan memberikan implikasi kepada lingkungan sekitar. Tanggung sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu counter action yang muncul dalam perkembangan dunia bisnis yang sesungguhnya memiliki peran yang sangat dominan dalam peningkatan kehidupan manusia secara internal maupun diluar diri manusia itu sendiri.

CSR merupakan sebuah konsep yang sudah berkembang pesat di negara-negara industri. CSR menekankan pentingnya peranan perusahaan dalam memberikan kontribusinya bagi masyarakat dan lingkungan. Konsep ini sangat mementingkan peran aktif dan pertanggungjawaban sebuah perusahaan. Intinya adalah, perusahaan tidak saja mengejar laba semata. Konsep ini dikembangkan berhubungan semakin pesatnya perkembangan industri yang tentunya melibatkan berbagai macam perusahaan di dalamnya. Perkembangan ini akan sangat mempengaruhi lingkungan sekitarnya, bahkan memberikan dampak global. Fakta


(15)

sudah menunjukkan bahwa industri dunia telah mempengaruhi tatanan global. Pada saat ini dunia dihadapkan pada berbagai permasalahan seperti perubahan iklim, tidak menentunya cuaca, dan gejala pemanasan global. Oleh karena itu, CSR hadir sebagai sebuah jalan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang diakibat kan oleh kehadiran industri (perusahaan). Pada perkembangannya, CSR dikembangkan lebih luas ruang lingkupnya.CSR kini tidak lagi mengenai penanggulangan dampak keberadaan industri. CSR pun sudah melingkupi pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat ini merupakan sebuah kemajuan yang luar biasa. Namun di Indonesia konsep CSR masih sebatas wacana saja. Minim sekali perusahaan yang mempraktikan konsep ini. Kondisi seperti ini tentu amat merugikan sekali. Padahal, bila CSR dilaksanakan secara konsekuen, CSR memberikan manfaat yang sangat besar, khususnya bagi masyarakat yang selama ini cenderung dirugikan oleh keberadaan perusahaan di lingkungannya.1

Salah satu yang menjadi penyebab minimnya pelaksanaan CSR di Indonesia adalah adanya anggapan bahwa perusahaan telah memenuhi kewajibannya dalam membayar pajak yang nantinya pajak tersebut akan dipergunakan oleh pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan. Jadi sesungguhnya tanggung jawab dalam meningkatkan kehidupan sosial bukan tanggung jawab perusahaan melainkan sepenuhnya adalah

1

Habztop, Perkembangan dan pentingnya Corporate Social Responsibility,


(16)

kewajiban pemerintah. Tanggung jawab sosial perusahaan dianggap suatu alibi untuk menutupi ketidakmampuan pemerintah dalam melaksanakan kewajibannya dalam meningkatkan kesejahteraan sosial dan melestarikan lingkungan. Sebagai contoh, pengusaha pertambangan yang telah menjalankan kewajiban membayar biaya reklamasi yang telah ditetapkan pemerintah, namun ternyata tidak dipakai untuk pemulihan alam. Pengusaha juga dibebani kewajiban membayar dana infrastruktur untuk pembangunan jalan, namun infrastruktur tetap dibangun sendiri oleh pengusaha, karena menunggu kerja pemerintah tidak bias diharapkan. Jika kondisi sudah demikian parah, sehingga terjadi kebakaran hutan, banjir, kecelakaan, maka dengan mudah pengusaha menjadi sasaran tembak organisasi peduli lingkungan. Hampir tidak pernah ada aktivis lingkungan mendemo birokrat soal kerusakan lingkungan, atau pers yang tajam mengkritisi pemerintah karena lalai melakukan reklamasi. Ujung-ujungnya pasti kalangan pengusaha yang disalahkan.2

2

Ikhlas, CSR, Antara itikad dan Implementasi,

Meskipun telah membayar pajak kepada pemerintah, perusahaan tidak boleh lepas tangan terhadap permasalahan lingkungan sosial di sekitar perusahaan. Di Indonesia, manfaat pajak seringkali tidak dirasakan secara langsung oleh masyarakat kelas bawah, orang miskin dan komunitas adat terpencil. Oleh karena itu, CSR merupakan instrument bantuan langsung (cash transfer) baik pemerintah maupun perusahaan dan sistem negara kesejahteraan


(17)

residual yang cenderung gagal mensejahterakan masyarakat karena kebijakan dan program sosial negara yang bersifat tidak melembaga.3

Ada juga anggapan mengenai pelakasanaan CSR bukan suatu kewajiban berdasarkan penafsiran terminologi yang terdapat dalam UU PT. Pasal 1 angka 3 yang menyebutkan “Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan

sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya”4. Dari segi istilah

komitmen sama sekali tidak mengindikasikan suatu kewajiban yang diharuskan oleh negara melainkan suatu komitmen selalu berasal dari diri yang akan melakukannya, bukan berasal dari luar. Sehingga apabila komitmen tersebut kemudian ditetapkan sebagai kewajiban maka hal itu bukan lagi berasal dari dalam diri (bersifat sukarela), namun berasal dari luar diri yang melakukan (bersifat memaksa).5

3

Edi Suharto, Menggagas Standar Audit Program CSR,

www.policy.hu/suharto/Naskah%20PDF/CSR Audit.pdf 8 diakses tanggal 12 Oktober 2009. 4

Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

Pada dasarnya, tujuan utama dari pendirian perusahaan adalah mencari profit. Tetapi, dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menaati semua peraturan hukum yang berlaku di sebuah negara, mulai dari aturan perburuhan hingga aturan kelestarian lingkungan. CSR adalah pilihan yang dilandasi kesadaran dari perusahaan. Dalam berbisnis, CSR tak hanya memiliki kewajiban kepada shareholder (pemegang saham). CSR juga harus memenuhi

5

Ali, Perusahaan Harus jalankan CSR


(18)

harapan para stakeholder (pemangku kepentingan); yakni karyawan, rekanan bisnis, pemerintah, dan masyarakat sekitar. CSR adalah kegiatan sukarela. Tetapi, perkembangan global saat ini menuntut CSR menjadi pilihan yang tidak bisa dihindari. Suka atau tidak suka, CSR harus dikerjakan sebagai bentuk tanggungjawab kepada stakeholder.6

Korporasi pada saat ini bukan lagi hanya berorientasi keuntungan saja melainkan wajib memperhatikan kehidupan sosial, ekonomi dan lingkungan. Korporasi harus menyadari bahwa dirinya adalah bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat yang lebih luas, sehingga hal buruk yang menimpa dan merugikan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tranparansi informasi yang semakin maju juga ikut menjadi pemicu meningkatnya kepedulian manusia terhadap kualitas kehidupan sosial baik secara individual maupun secara komunal,. Harmonisasi dan pelestarian kondisi lingkungan yang baik dan sehat juga menjadi salah satu penentu kualitas hidup manusia. Hal inilah yang menjadi faktor pentingnya pelaksanaan CSR agar mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan. Dalam melaksanakan kegiatan bisnis yang berorientasi pada profit, korporasi harus beroperasi secara bertanggung jawab, minimal tidak memberikan dampak buruk kepada masyarakat dan lingkungan sekitar apabila korporasi tersebut tidak dapat melaksanakan pengembangan dan peningkatan kesejahteraan kehidupan sosial.

6

Ismin Hadad, CSR Bukanlah Public Relation,


(19)

masyarakat pada gilirannya akan berdampak pada mereka juga. Oleh karenanya, perusahaan harus memperlakukan komunitasnya sebagai mitra7

Aktivitas CSR pada saat ini telah menjadi menu wajib bagi perusahaan, suka atau tidak suka, sebagaimana telah diundangkan dengan Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) pada Pasal 74. Di luar kewajiban untuk mengikuti peraturan, CSR memang sepatutnya dilaksanakan oleh perusahaan, dengan kesadaran sendiri dan bersifat sukarela8. Pelaksanaan CSR selama ini hanya didasarkan kepada kesadaran dan komitmen perusahaan. Padahal komitmen dan kesadaran setiap perusahaan tidak sama dan sangat tergantung sekali kepada kebijakan perusahaan masing-masing. Menggantungkan pelaksanaan CSR kepada kesadaran dan komiteman perusahaan mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan paling mendasar adalah tidak adanya sanksi yang tegas bagi perusahaan yang tidak melaksanakan CSR. Kondisi ini tidak akan mendorong pelaksanaan CSR di Indonesia. Selama ini juga, bagi perusahaan yang melaksanakan CSR tidak memilki arah yang jelas. Padahal ada banyak sekali manfaat yang diperoleh apabila CSR dilaksanakan dengan aturan dan arahan yang jelas.9

7

A.B. Susanto, Corporate Social Responsibility, (Jakarta : The Jakarta Consulting Group, 2007), hal. 10.

8

Yusuf Wibisono, Membedah Konsep & Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility), (Gresik : Fascho Publishing, 2007), hal. 152-153.

9


(20)

Meskipun Pengaturan CSR dalam UUPT tidak memberikan arahan yang jelas tentang bagaimana bentuk pelaksanaan CSR dan tentang sanksi dari tidak dilaksanakannya CSR, pelaksanaan CSR merupakan suatu tuntutan dalam dunia bisnis yang tidak dapat dipisahkan dalam bisnis itu sendiri. Hal-hal tersebut tidak dapat dijadikan alasan untuk menghindari tanggung jawab perusahaan dalam peningkatan kehidupan sosial, ekonomi dan lingkungan. Karena pada hakekatnya korporasi itu sendiri merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat dan lingkungannya. Sehingga peningkatan kualitas hidup masyarakat dan lingkungannya secara tidak langsung juga meningkatkan kualitas dari korporasi itu sendiri.

Perseroan Terbatas (PT) sebagai korporasi yang melakukan kegiatan bisnis dan berorientasi pada profit wajib dalam mengimplementasikan CSR berdasarkan UUPT. Jenis PT yang diwajibkan untuk melaksanaakan CSR ini dibatasi oleh jenis kegiatan bisnis PT itu sendiri yaitu PT yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam.10

Industri rokok merupakan salah satu jenis industri besar di Indonesia. Sudah menjadi kewajiban penuh bagi Industri rokok untuk melaksanakan CSR sebagai korporasi yang bergerak dibidang sumber daya alam. Dari segi pengelolaan, CSR yang dilakukan perusahaan rokok secara umum memenuhi kriteria pelaksanaan CSR yang tepat. Prinsip pertama adalah kesinambungan. Program yang dirancang harus memiliki dampak yang berkelanjutan, berbeda

10


(21)

dengan donasi bencana alam yang bersifat ad hoc. Prinsip kedua, CSR merupakan program jangka panjang. Perusahaan mesti menyadari bahwa sebuah bisnis bisa tumbuh karena dukungan atmosfer sosial daii lingkungan di sekitarnya. Karena itu, CSR yang dilakukan adalah wujud pemeliharaan relasi yang baik dengan masyarakat. Prinsip ketiga, CSR mesti berdampak positif kepada masyarakat, baik secara ekonomi, lingkungan, maupun sosial.11

B. Perumusan Masalah

PT. Djarum merupakan leading corporate dalam hal pelaksanaan CSR di Indonesia. Sebagai PT yang bergerak dibidang pemanfaatan sumber daya alam PT. Djarum telah melaksanakan CSR jauh sebelum CSR itu sendiri diatur dan diwajibkan dalam UUPT. Hal ini terbukti dari komitmen PT. Djarum dalam melaksanakan program CSR secara berkesinambungan sejak tahun 1969 sampai sekarang. Tentu saja alasan pelakasanaan CSR PT. Djarum bukan berlandaskan peningkatan reputasi semata melainkan kesadaraan diri sebagai bagian dari lingkungan dan masyarakat.

Berdasarkan uraian-uraian diatas , maka penulis membuat batasan perumusan masalah dalam penelitian ini.

11

Sugianto, Dilema CSR Perusahaan Rokok, Tolak atau Terima?.


(22)

Adapun permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk-bentuk pelaksanaan CSR yang telah diterapkan dalam dunia bisnis baik dalam skala nasional maupun internasional?

2. Bagaimana prinsip pertanggungjawaban PT dalam pelaksanaan CSR?

3. Apa saja yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan CSR yang dilaksanakan oleh PT. Djarum?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

a. Tujuan Penulisan

Tujuan utama penulisan dalam pembahasan skripsi Penulis yang berjudul “Bentuk-Bentuk CSR Sebagai Tanggung Jawab Perseroan Terbatas Terhadap Masyarakat” adalah sebagai pemenuhan tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Selain itu penulisan pembahasan skripsi ini juga bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui dan memahami bentuk-bentuk konkret CSR dalam dunia bisnis.

2. Untuk mengetahui prinsip pertanggungjawaban PT dalam pelakasanaan CSR.

3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam pelaksanaan CSR oleh PT, khususnya PT. Djarum dalam pelaksanaan CSR di Indonesia.


(23)

b. Manfaat Penulisan

Sangat diharapkan penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut :

1. Dari segi teoritis

diharapkan bahwa pembahasan terhadap masalah-masalah dalam penulisan skripsi ini dapat memberikan sumbangan pemikiran serta informasi dan pemahaman yang lebih mendalam dalam pelaksanaan CSR sehingga dapat dijadikan masukan bagi pelaku bisnis dan pemerintah dalam pelaksanaan CSR serta dalam pembuatan regulasi yang lebih spesifik sehingga memberikan kemudahan dalam pelaksanaan CSR.

2. Dari segi praktis

Dari segi praktis, penulisan skripsi ini diharapkan dapat dijadikan pedoman dan bahan rujukan bagi rekan mahasiswa, masyarakat, praktisi hukum, pelaku bisnis dan pemerintah dalam menambah pengetahuan tentang CSR sehingga dalam pelaksanaan CSR nantinya dapat memaksimalkan manfaat yang diberikan baik bagi individu, masyarakat, pelaku bisnis, pemerintah dan lingkungan.

D. Keaslian Penulisan

Skripsi yang berjudul “Bentuk-Bentuk CSR Sebagai Tanggung Jawab Perseroan Terbatas Terhadap Masyarakat” ini merupakan hasil karya penulis


(24)

sendiri melalui tahapan pemikiran, sumber-sumber tertulis seperti referensi buku-buku, internet, media massa, serta informasi dari pihak lain yang dapat dipertanggung jawabkan. Dan skripsi ini bukan merupakan skripsi yang sebelumnya sudah pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Oleha sebab itu, keaslian dari penulisan karya tulis ini dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan tuntutan dalam dunia bisnis tidak hanya dalam ruang lingkup nasional tetapi juga merupakan tuntutan dalam dunia bisnis internasional. Meskipun demikian belum ada kesepakatan mengenai defenisi CSR yang dapat dipakai secara global sehingga pengertian CSR dapat berbeda-beda terlebih lagi mengenai tentang bentuk-bentuk pelaksanaan CSR itu sendiri.

Pengertian CSR di Indonesia dapat dilihat dalam beberapa peraturan perundang-undangan yakni Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM). UUPT memberikan pengertian Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan sebagai komitmen perseroaan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat,


(25)

maupun masyarakat pada umumnya.12 UUPM selanjutnya memberikan pengertian bahwa yang dimaksud dengan tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat setempat13

Terdapat berbagai pengertian CSR di dunia Internasional seperti yang dikemukakan oleh World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)14 yaitu : "Corporate Social Responsibility is the continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large”15

Masyarakat Uni Eropa (European Commission) memberikan pengertian CSR yaitu : "A concept whereby companies decide voluntarily to contribute to a better society and a cleaner environment. A concept whereby companies integrate social and environmental concerns in their business operations and in their interaction with their stakeholders on a voluntary basis".

( artinya : CSR sebagai komitmen berkelanjutan dari dunia usaha untuk beroperasi dan bertindak secara legal dan etis, dan berkontribusi untuk peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, begitu juga dengan peningktan kualitas hidup komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas)

16

12

Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 13

Penjelasan atas Pasal 15 (b) Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

14

World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) adalah suatu lembaga internasional yang berdiri tahun 1995 dan beranggotakan dari 120 perusahaan multinasional yang berasal dari 30 negara.

(Suatu konsep dimana perusahaan memutuskan secara sukarela untuk memberikan kontribusi yang lebih baik kepada masyarakat dan lingkungan yang bersih. Suatu konsep dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pihak yang berkepentingan secara sukarela)

15

Mallen Baker, Corporate social responsibility - what does it means?

16 Ibid.


(26)

Bank Dunia (World Bank) , memberikan defenisi CSR yaitu : “the commitment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representatives the local community and society at large to improve quality of life, in ways that are both good for business and good for development”.17

F. Metode Penelitian

(artinya : CSR dipandang sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui kerjasama dengan karyawan, pemangku jabatan, komitas lokal dan masyarakat luas guna memperbaiki kualitas kehidupan mereka dengan cara yang bermanfaat bagi bisnis dan pembangunan berkelanjutan).

Dari pengertian-pengertian diatas secara umum CSR dapat diartikan sebagai tindakan sebagai perwujudan etika bisnis yan bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan.

Agar penulisan skripsi ini dapat dilakukan secara serdehana dan terarah sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maka metode penulisan yang digunakan dalam penulisan skripsi antara lain:

1. Lokasi Penelitian

Yaitu melakukan wawancara dengan mas Singgih sebagai Pembina beswan dan manager DSO Medan dan mas Sapto sebagai Pembina beswan RSO Jakarta di PT. Djarum, DSO Medan Jalan Brigjend. Aein. Hamid KM. 7,3 No. 36, Medan, 20146 ataupun di website PT. Djarum di da

2. Jenis Penelitian

17


(27)

Jenis penelitian yang digunakan dalam menjawab permasalahan-permasalahan dalam pembahasan skripsi ini adalah menggunakan penelitian yuridis-empiris dan yuridis-normatif. Penelitian yuridis-empiris merupakan penelitian yang dilakukan dan/ atau mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan yang diajukan. Sedangkan penelitian yuridis-normatif adalah penelitian yang ditujukan dan dilakukan pada peraturan-peraturan tertulis/ atau bahan-bahan tertulis lainnya yang merupakan data-data sekunder yang berkaitan dengan permasalahan yang diuraikan dalam skripsi ini.

3. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini meliputi data sekunder dan data primer.

a. Data Sekunder

Data-data sekunder terdiri dari :

1. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang-undangan yang mengikat.

2. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti Rancangan Undang-Undang (RUU), hasil-hasil penelitian, dan pendapat para ahli hukum.


(28)

3. Bahan Hukum Tertier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus, ensiklopedia.

b. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh dari kebutuhan lapangan dengan melakukan survei di lokasi penelitian.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan karya ilmiah yang baik adalah karya ilmiah yang disusun secara sistematis Untuk mempermudah penulisan skripsi ini sehingga tersusun secara sistematis maka penulisan skirpsi ini dibagi menjadi beberapa bab yang saling berkaitan satu dengan yang lain.

Skripsi ini terdiri dari lima bab, dimana masing-masing bab tersusun dari beberapa sub bab yang disesuaikan dengan kebutuhan penulisan dan pembahasan bab yang dimaksudkan.

Berikut ini garis besar / sistematika dari penulisan skripsi ini, yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan segala hal yang umum dalam sebuah karya ilmiah yang merupakan pengantar dimana didalamnya terdiri dari dan terurai mengenai Latar Belakang Penulisan Skripsi, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat


(29)

Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

Penjelasan mengenai hal-hal umum mengenai CSR terdapat dalam bab ini, yaitu hal yang berkenaan dengan Latar belakang Corporate Social Responsibility (CSR) dan perkembangan Community Development (CD) menjadi CSR, Pengertian CSR, Dasar hukum CSR dan Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan CSR, serta Bentuk-bentuk CSR.

BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG PERSEROAN TERBATAS

Merupakan bab yang menjelaskan hal-hal umum mengenai Perseroan Terbatas sebagai Praktisi CSR seperti Pengertian Perseroan Terbatas, Organ Perseroan Terbatas, Teori-teori Badan Hukum Perseroan Terbatas, dan Prinsip-prinsip hukum Perseroan Terbatas

BAB IV : PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DI PT. DJARUM

Dalam bab ini diuraikan mengenai pelaksanaan CSR oleh PT. Djarum terhadap masyarakat serta lingkungan yang mana pembahasannya dimulai dari Pelaksanaan bentuk-bentuk CSR di PT.Djarum, Hambatan dalam pelaksanaan bentuk-bentuk CSR di PT. Djarum, Tanggung Jawab PT. Djarum dalam


(30)

pelaksanaan bentuk CSR, sampai dengan Manfaat pelaksanaan bentuk-bentuk CSR oleh PT.Djarum.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini akan diuraikan kesimpulan tentang hal-hal yang telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya, serta saran-saran yang dapat diberikan yang mungkin berguna bagi perkembangan dan pelaksanaan CSR dimasa yang akan datang.


(31)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

A. Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) dan Perkembangan Community Development (CD) menjadi Corporate Social Responsibility (CSR)

Eksistensi korporasi bisnis akan semakin kuat apabila didukung dengan pelaksanaan CSR dari korporasi itu sendiri, dimana dengan demikian korporasi tersebut menunjukan kepada masyarakat bahwa kehadiran korporasi tersebut tidak hanya memposisikan keuntungan diatas segalanya. Korporasi yang demikian adalah korporasi yang menjadikan CSR sebagai bagian dari bisnis dan bukannya oposisi dari bisnis itu sendiri, dimana dengan pemikiran yang mendalam dan maju, korporasi tersebut percaya bahwa CSR akan menaikan nilai ekonomis.

Corporate social responsibility merupakan suatu elemen yang penting dalam kerangka sustainability, yang mencakup aspek ekonomi, lingkungan dan sosial budaya. Corporate social responsibility merupakan proses penting dalam pengelolaan biaya dan keuntungan kegiatan bisnis dengan stakeholders baik secara internal (pekerja, shareholders dan penanam modal) maupun eksternal (kelembagaan pengaturan umum, anggota-anggota masyarakat, kelompok masyarakat sipil dan perusahaan lain), dimana tidak hanya terbatas pada konsep pemberian donor saja, tapi konsepnya sangat luas dan tidak bersifat statis dan


(32)

pasif, akan tetapi merupakan hak dan kewajiban yang dimiliki bersama antar stakeholders. Adapun alasan penting mengapa harus melakukan Corporate Social Responsibility, yaitu untuk mendapatkan keuntungan sosial, mencegah konflik dan persaingan yang terjadi, kesinambungan usaha/bisnis, pengelolaan sumber daya alam serta pemberdayaan masyarakat dan sebagai License to Operate. Jadi implementasi Corporate Social Responsibility (CSR), perusahaan tidak hanya mendapatkan keuntungan ekonomi, tetapi juga secara sosial dan lingkungan alam bagi keberlanjutan perusahaan serta mencegah terjadinya konflik.18

Isu CSR adalah suatu topik yang berkenaan dengan etika bisnis. Pada umumnya, implementasi dari etika bisnis yang berkembang sekarang ini diwujudkan dalam bentuk CSR, yaitu suatu bentuk kepekaan, kepedulian dan tanggung jawab sosial perusahaan untuk ikut memberikan manfaat terhadap masyarakat dan lingkungan dimana perusahaan itu beroperasi.19

CSR adalah sebuah konsep yang tidak hadir secara instan. CSR merupakan hasil dari proses panjang dimana konsep dan aplikasi dari konsep CSR pada saat sekarang ini telah mengalami banyak perkembangan dan perubahan dari konsep-konsep terdahulunya. di wilayah Asia, konsep CSR berkembang sejak tahu 1998, tetapi pada waktu tersebut belum terdapat suatu pengertian maupun pemahaman yang baik tentang konsep CSR. Sementara itu, di Indonesia konsep

18

Arif Budimanta, Corporate Social Responsibility : Realita dan Perkembangan

19

Implementasi CSR Untuk Pemberdayaan Masyarakat Miskin,


(33)

CSR mulai menjadi isu yang hangat sejak tahun 2001, dimana banyak perusahaan maupun instansi-instansi sudah mulai melirik CSR sebagai suatu konsep pemberdayaan masyarakat. Perkembangan tentang konsep CSR pun pada dasarnya semakin meningkat lebih baik, ditinjau dari segi kualitas maupun kuantitas.20

Buku karangan Bowmen yang berjudul Social Responsibility of Businesman dapat dianggap sebagai dari awal permulaan CSR modern. Dalam buku tersebut Bowmen memberikan defenisi awal dari CSR sebagai ; ”……. obligation of businessman to pursue these policies, to make those decision or to follow those line of action which are diserable in term of objectives and valuses of our society”. Buku yang diterbitkan di Amerika Serikat itu menjadi buku terlaris dikalangan dunia usaha pada era 1950-1960, atas prestasi tersebut pada saat itu Bowmen disebut sebagai bapak CSR. Sejak saat itu banyak refrensi ilmiah lain yang diterbitkan diberbagai negara yang mengacu pada prinsip-prinsip tanggung jawab dunia usaha kepada masyarakat yang telah dijabarkan oleh Bowmen. Ide dasar yang dikemukan Bowmen adalah mengenai “Kewajiban-kewajiban perusahaan menjalankan usahanya sejalan dengan nilai-nilai dan tujuan yang hendak dicapai masyarakat ditempat perusahaan tersebut beroperasi”. Bowmen menggunakan istilah sejalan dalam konteks itu demi meyakinkan dunia usaha

20


(34)

tentang perlunya mereka memiliki visi yang melampaui urusana financial perusahaan.21

Dalam dekade 1960- an pemikiran Bowmen terus dikembangkan oleh bebagai ahli sosiologi bisnis lainnya seperti Keith Davis yang memperkenalkan konsep Iron Law of Social Responsibility. Keith mengungkapakn bahwa penekanan tanggung jawab sosial perusahaan memiliki koneksi positif dengan ukuran atau besarnya perusahaan. Studi ilmiah yang dilakukan Keith menemukan bahwa semakin tinggi dampak suartu perusahaan terhadap masyarakat sekitarnya, maka semakin tinggi pula bobot tanggung jawab yang harus dipertahankan perusahaan iu pada masyarakat. Dalam periode 1970-1980, defenisi CSR lebih diperluas lagi oleh Archi Carrol yang sebelumnya telah merilis bukunya tentang perlunya dunia usaha meningkatkan kualitas hidup masyarakat agar menjadi penunjang eksistensi perusahaan.22

Pada dekade ini juga makin banyak perusahaan mulai mengeser konsep filantropisnya kearah Community Development (CD) yang mana inti kegiatan kedermawanaan yang sebelumnya kental dengan pola kedermawanan ala Robin Hood makin berkembang ke arah pemberdayaan masyarakat semisal pengembangan kerja sama, memberikan ketrampilan, pembukaan akses pasar, dan sebagainya.23

21

Hendirk Budi Untung, Corporate Social Responsibility, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008). Hal 37.

22 Ibid.

23


(35)

Gagasan Community Development (CD) dapat ditelusuri sejak sekitar tahun 1925. Ketika itu pernah berhasil dipraktekkan oleh Inggris di beberapa negeri jajahannya sampai tahun 1948. Bila ditelusur lebih lanjut ke masa sebelumnya, sebenarnya sejak akhir dekade tahun 1870-an di Amerika Serikat juga telah ada implementasi gagasan senada,. Selanjutnya lebih berkembang sejak Undang-undang Smith Lever diundangkan tahun 1914. Di Uni Soviet, sesuai dengan asas komunisme, menyelenggarakan pembangunan dengan perencanaan dan pengendalian yang sentralistik sejak tahun 1920. 24

Perkembangan CD menjadi CSR didasari oleh adanya kesadaran terhadap situasi dan waktu yang telah berubah. Perusahaan bukan lagi merupakan kesatuan yang independen dan terisolasi, sehingga manajer tidak hanya bertanggung jawab kepada pemilik tetapi juga kepada kepentingan yang lebih luas yang membentuk dan mendukungnya. Dalam mengejar tujuan ekonomisnya, perusahaan menimbulkan berbagai konsekuensi sosial lainnya, baik kemanfaatan maupun biaya sosial. Keamanan, kenyamanan, dan kemakmuran bagi masyarakat merupakan kemanfaatan sosial ,sedangkan degradasi potensi sumberdaya lingkungan limbah dan pencemaran membawa biaya sosial. Salah satu kesalahan dari pandangan lama (pandangan ekonomis) adalah tentang waktu yaitu mereka hanya memikirkan perolehan laba perusahaan dalam jangka pendek, sehingga tidak peduli terhadap dampak sosial lingkungannya. Akibatnya tidak sedikit

24

Sumardjo, Sejarah, Perkembangan dan Alternatif Pendekatan Comdev di Indonesia.

November 2009.


(36)

perusahaan menjadi tidak aman karena respon masyarakat terhadap dampak negatif yang dialami akibat keberadaan suatu perusahaan. Dalam jangka panjang ternyata perusahaan yang memperhatikan kepentingan sosial, seperti memberi beasiswa kepada anak-anak tidak mampu, membangun sekolah dan tempat ibadah, memasang peralatan penyaring udara dan atau pembersih limbah, serta menerapkan program-program pengembangan masyarakat, ternyata menunjukkan eksistensi yang semakin mengemuka. Hal ini terjadi karena tanggung jawab sosial perusahaan tersebut menciptakan citra dan simpati bagi perusahaan dari masyarakat luas.25

Dekade 1990 adalah merupakan periode dimana CSR mendapat pengembangan makna dan jangkauan. Banyak bermunculan model CSR seperti Corporate Social Performance (CSP), Business ethics Theory (BET), dan Corporate Citizenship. Pada periode ini CSR telah menjadi tradisi baru dalam dunia usaha. Meskipun banyak terdapat istilah atau model-model CSR pada saat itu, pada dasarnya keseluruhan konsep CSR tersebut dapat diklasifikasikan kedalam 2 konsep dasar yaitu Cause Branding dan Venture Philantrophy. Cause Branding adalah pendekatan secara top-down, artinya perusahaan menentukan masalah sosial apa yang perlu dibenahi oleh perusahaan. Branding mendesain program sosial yang berkaitan dengan branding product yang tujuannya membuat masyarakat lebih akrab dengan merek dagang, untuk jangka panjang model ini bermanfaat bagi perusahaan membenahi diri untuk memperkuat eksistensi. Sedangkan Venture Philantrophy merupakan pendekatan bottom-up, dimana

25


(37)

perusahaan membantu pihak-pihak non-profit dalam masyarakat. Perusahaan membantu masyarakat untuk menciptakan sendiri sumber-sumber penghidupan baru dan tidak sekedar menyalurkan bantuan sosial atau financial kepada masyarakat.26

B. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)

Pada saat sekarang ini, CSR tidak hanya menjadi suatu tradisi yang dilaksanakan oleh perusahaan. Konsep dan eksistensi CSR telah mulai diangkat kedalam posisi yang lebih tinggi, tidak hanya di ruang lingkup privat perusahaan tetapi juga telah menjadi perhatian oleh sektor publik yakni pemerintah. Hal ini dapat dicermati dari adanya isu hangat dunia mengenai pentingnya kontribusi perusahaan dan pemerintah dalam perbaikan, pengembangan dan perlindungan terhadap lingkungan dan masyarakat yang dicetuskan dalam World Summit on Sustainable Development (WSSD) di Johannesburg, Afrika Selatan pada tahun 2002 yang menekankan pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan. Perkembangan CSR pada dekade ini pun diikuti dengan diperkuatnya eksistensi CSR tersebut kedalam kewajiban yang bersifat normatif diberbagai negara. Meskipun baru hanya beberapa negara yang berani untuk mengambil tindakan tersebut dimana Indonesia termasuk salah satu negara didalamnya, hasil ini merupakan perkembangan yang sangat positif bagi CSR itu sendiri.

Meskipun belum ada defenisi CSR yang dapat diterima secara universal, pada umumnya definisi yang beranekaragam tersebut memiliki ciri-ciri yang sama

26


(38)

mengenai cara pandang terhadap inti dari defenisi CSR itu sendiri. Adapun defenisi-defenisi CSR menurut pandangan para ahli dan berbagai organisasi dunia antara lain :27

1. World Business Council for sustainable development : komitmen berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan member kontribusi bagi pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya.

2. Commision of the European Communities : Tanggung jawab sosial perusahaan pada dasarnya adalah sebuah konsep dimana perusahaan memutuskan secara suka rela untuk memberikan kontribusi demi mewujudkan masyarakat yang lebih baik dan lingkungan yang lebih bersih.

3. CSR Asia : Komitmen perusahaan untuk beroperasi secara berkelanjutan berdasarkan prinsip ekonomi, sosial dan lingkungan, seraya menyeimbangkan beragam kepentingan para pihak yang berkepentingan.

4. Business for Social Responsibility : CSR adalah pencapaian kesuksesan komersil dalam artian penghargaan terhadap nilai kesusilaan dan penghormatan terhadap manusia, masyarakat dan lingkungan.

27

Corporate Social Responsibility and Environmental Management Corp. Soc. Responsib. Environ. Mgmt. (in press)Published online in Wiley InterScience


(39)

5. Ethics in Action Awards : CSR adalah istilah yang menjelaskan tentang kewajiban perusahaan yang harus dipertanggungjawabkan kepada para pihak yang berkepentingan disetiap operasi dan aktivitasnya.

6. Khourey : CSR adalah keseluruhan hubungan antara perusahaan dengan pihak yang berkepentingan(Stakeholders).

7. Indian NGO.com : CSR adalah sebuah proses bisnis dimana institusi dan individual sangat sensitif dan berhati-hati terhadap akibat langsung maupun tidak langsung dari aktivitas internal dan eksternal masyarakat, alam dan dunia luar.

8. Kicullen dan Kooistra : CSR adalah tingkatan pertanggungjawaban moral yang dianggap berasal dari perusahaan diluar kepatuhan terhadap hukum negara.

9. Fraderick et al : CSR dapat diartikan sebagai prinsip yang menerangkan bahwa perusahaan harus dapat bertanggungjawab terhadap efek yang berasal dari setiap tindakan didalam masyarakat maupun lingkungannya.

Pengertian CSR di Indonesia sendiri telah diangkat dalam peraturan normatif yakni dalam UUPT. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 74 UUPT, CSR memliki defenisi yaitu sebagai komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat,


(40)

maupun masyarakat pada umunya.28 Selain UUPT, terdapat peraturan lain yang menyinggung tentang CSR yakni pada penjelasan Pasal 15 UUPM yang mana didalam penjelasan tersebut dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat setempat.29

C. Prinsip-prinsip Corporate Social Responsibility (CSR)

Keanekaragaman pengertian CSR sebagian besar hanya terletak pada tata bahasanya saja dan bukannya pada terletak pada prinsip dasar CSR itu sendiri. Jika diperhatikan secara mendalam pengertian-pengertian CSR tersebut pada akhirnya bertemu pada satu pemahaman tentang kesuksesan aktivitas bisnis yang harus dibarengi dan didukung dengan peningkatan kehidupan masyarakat dan lingkungan. Sehingga CSR dapat diartikan sebagai bagian dari bisnis masa depan.

Penerapan CSR haruslah memiliki landasan yang kuat sehingga dengan demikian tidak ada suatu alasan apapun yang dapat membiaskan pemahaman terhadap CSR sebagai suatu tuntutan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi dunia. CSR sebagai suatu konsep pada aplikasinya telah didasarkan

28

Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 29

Penjelasan atas Pasal 15 (b) Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.


(41)

pada berbagai prinsip-prinsip yang telah distandarisasikan oleh perkembangan dunia usaha dan pemerhati lingkungan hidup bahkan sampai organisasi dunia. Hal ini tentu saja memberikan pembatasan terhadap prinsip CSR baik itu yang melatarbelakangi lahirnya CSR maupun prinsip dalam penerapan CSR itu sendiri. Beberapa standarisasi prinsip CSR dapat diuraikan sebagai berikut :

1. GCG (Good Corporate Governance)

GCG memliki kaitan yang erat dengan CSR. GCG menekankan pada tindakan perusahaan bertanggung jawab terhadap dampak eksternal yang pada akhirnya mengarahkan kepada pertanggung-jawaban sosial. Secara garis besar GCG ini terdiri dari 5 Prinsip yakni :30

a. Keterbukaan Informasi (Transparancy)

Secara sederhana, bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi. Dalam mewujudkan prinsip ini perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang cukup, akurat dan tepat waktu kepada stakeholdesr-nya.

b. Akuntabilitas (Accountability)

Merupakan kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggung jawaban elemen perusahaan. Apabila prinsip ini diterapkan secara efektif, maka aka nada kejelasan akan fungsi, hak, kewajiban dan

30


(42)

wewenang serta tanggung jawab antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi.

c. Pertanggungjawaban (Responsibility)

Bentuk pertanggungjawaban perusahaan adalah kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku , kebiasaan dan etika binis. Dengan demikian prinsip ini diharapkan menyadarkan perusahaan bahwa kegiatn usahanya harus dipertanggungjawaban kepada shareholders maupun kepada stakeholders.

d. Kemandirian (Independecy)

Intinya agar perusahaan dikelola secara professional tanpa ada benturan kepentingan dan tanpa adanya tekanan atau intervensi dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.

e. Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness)

Adanya perlakuan yang adil dalam pemenuhan hak stakeholder sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Diharapkan fairness dapat menjadi faktor pendorong yang dapat memonitor dan memberikan jaminan perlakuan adil diantara beragam kepentingan dalam perusahaan.


(43)

2. Caux Principles for Business

Caux Principles merupakan sekumpulan rekomendasi yang mencakup banyak wilayah dari corporate behavior. Rekomendasi-rekomendasi tersebut “berupaya untuk mengekspresikan standar umum corporate behavior yang etis dan bertanggung jawab dan ditawarkan sebagai dasar untuk dibicarakan dan diimplementasikan oleh kalangan bisnis dan pemimpin di seluruh dunia. Dikeluarkan pada tahun 1994, Principles disponsori oleh Caux Roundtable (yang terdiri dari pemimpin bisnis senior dari Eropa, Jepang dan Amerika). Tidak ada mekanisme formal bagi perusahaan untuk berkomitmen terhadap prinsip-prinsip ini. Adapun prinsip dalam Caux ini yakni :31

a. Penghormtan terhadap Pemegang kepentingan diatas pemegang saham (Respect Stakeholders Beyond Shareholders)

Business memberikan nilai kepada masyarakat melalui kekayaan dan menciptakan lapangan kerja dan dipasarkan produk dan jasa yang memberikan kepada konsumen. Sebuah bisnis yang bertanggung jawab karena mempertahankan kesehatan dan

kelangsungan hidup ekonomi untuk mempertahankan nilai bukan hanya bagi para pemegang saham, tetapi juga untuk stakeholder lain, mengakui bahwa sendiri hidup bukan satu-satunya tujuan

31


(44)

perusahaan yang bertanggung jawab. Sebuah bisnis yang bertanggung jawab juga menghargai kepentingan, dan bertindak dengan kejujuran dan keadilan untuk para pelanggan, karyawan, pemasok, pesaing, dan masyarakat luas untuk memastikan kelangsungan hidup ekonomi mereka.

b. Berpartisipasi dalam Kemajuan ekonomi, sosial, dan lingkungan (Contribute to Economic, Social, and Environmetal Development)

Bisnis tidak dapat secara lestari/ sejahtera dalam masyarakat yang gagal.Sebuah bisnis yang bertanggung jawab sehingga berpengaruh terhadap ekonomi dan sosial dan lingkungan pengembangan masyarakat di mana ia beroperasi, dalam rangka untuk mempertahankan esensial ‘operasi' modal - sosial, manusia, keuangan dan segala bentuk niat baik. Sebuah bisnis yang bertanggung jawab dapat meningkatkan efektifitas masyarakat melalui penggunaan sumber daya bijaksana, gratis dan kompetisi yang adil, serta inovasi dalam teknologi, metode produksi, pemasaran, dan komunikasi.

c.Menaati Hukum Tersurat dan Tersirat (Respect Both The Letter and The Spirit of The Law)

Beberapa perilaku bisnis, walaupun sah, memiliki konsekuensi yang merugikan. Sebuah bisnis yang bertanggung jawab mematuhi semangat dan maksud di balik hukum, serta hukum


(45)

yang tersurat, yang memerlukan perilaku yang melampaui kewajiban hukum minimal. Terbuka, kejujuran, transparansi, dan menjaga janji-janji dalam pengambilan keputusan bisnis selalu diperlukan.

d. Mentaati Peraturan dan Kovensi (Respect the Rules and Conventions)

Sebuah bisnis yang bertanggung jawab menghormati budaya lokal dan tradisi dalam masyarakat di mana beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip dasar keadilan dan kesetaraan. Sebuah bisnis yang bertanggung jawab juga menghormati semua peraturan yang relevan dan konvensi pada saat melakukan perdagangan yang adil, kompetitif, dan dengan perlakuan yang sama bagi semua.

e. Mendukung Globalisasi (Support Responsible Globalisation)

Sebuah bisnis yang bertanggung jawab ikut serta dalam pasar global dan mendukung keterbukaan dan keadilan sistem perdagangan multilateral.Sebuah bisnis yang bertanggung jawab berusaha untuk memiliki peraturan domestik dan peraturan berubah, di mana perlakuan yang tidak wajar dapat menghambat perdagangan global untuk semua.


(46)

Sebuah bisnis yang bertanggung jawab memastikan bahwa operasi yang konsisten dengan pembangunan berkelanjutan. Sebuah binis yang bertanggung jawab mengemban tanggung jawab untuk melindungi dan jika mungkin meningkatkan kualitas lingkungan, sementara menghindari pemborosan penggunaan sumber daya.

g. Penghindaran Perbuatan Ilegal (Avoid Illicit Activities)

Sebuah binis yang bertanggung jawab tidak berpartisipasi dalam atau membiarkan praktek korupsi, penyuapan pencucian uang, atau kegiatan terlarang lainnya. Sebuah bisnis yang bertanggung jawab tidak berpartisipasi atau memfasilitasi perdagangan bahan apapun yang akan digunakan untuk kegiatan teroris, perdagangan narkoba atau kriminal lain usaha. Sebuah bisnis yang bertanggung jawab secara aktif terlibat dalam pengurangan dan pencegahan dari semua tindakan illegal.

4. United Nations Global Compact

GC (Global Compact) dalam peta praktik dan panduan CSR hanyalah salah satu model yang diadopsi oleh banyak perusahaan dunia. Di Indonesia, GC relatif kurang popular dibandingkan misalnya, CAUX Principles atau CERES Principles,. Meski demikian, dalam catatan resmi di websitenya, peserta GC yang dipelopori oleh PBB sudah tercatat sebanyak 4.700 perusahaan di seluruh dunia yang menjadi partisipannya. Untuk Indonesia saja, ditemukan sebanyak 160 partisipan terdaftar di GC


(47)

(per 15 Februari 2009). Prinsip-prinsip yang didorong oleh GC untuk para pebisnis dunia meliputi empat wilayah utama: HAM, tenaga kerja, lingkungan, dan anti korupsi. Keempat agenda ini dibungkus dalam sepuluh prinsip GC yang menjadi semacam ten commandments buat para pelaku bisnis dunia global. Prinsip-prinsip tersebut yaitu : 32

1. HAM

a. Prinsip 1: Bisnis harus mendukung dan menghormati perlindungan hak asasi manusia internasional menyatakan; dan

b. Prinsip 2: pastikan bahwa mereka tidak terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia.

2. Standar Perburuhan

a. Prinsip 3: Bisnis harus menjunjung tinggi kebebasan berserikat dan pengakuan yang efektif terhadap hak untuk berunding bersama;

b. Prinsip 4: penghapusan semua bentuk kerja paksa dan wajib

c. Prinsip 5: efektif penghapusan pekerja anak dan

d. Prinsip 6: penghapusan diskriminasi dalam hal pekerjaan dan jabatan.

3. Lingkungan

32


(48)

a. Prinsip 7: Bisnis harus mendukung pendekatan pencegahan terhadap tantangan-tantangan lingkungan hidup;

b. Prinsip 8: mengambil inisiatif untuk mempromosikan tanggung jawab lingkungan yang lebih besar dan

c. Prinsip 9: mendorong pengembangan dan difusi teknologi yang ramah lingkungan.

4. Anti-Korupsi

Prinsip 10: Perusahaan harus bekerja melawan korupsi dalam segala bentuknya, termasuk pemerasan dan penyuapan.

Keseluruhan prinsip CSR yang tersebar di berbagai komunitas kemasyrakatan baik itu yang bersifat profit ataupun yang bersifat non-profit pada dasarnya menekankan pada satu tujuan dimana eksistensi CSR pada saat sekarang ini bukan hanya sebagai konsep yang harus dilaksanakan secara sukarela (Voluntary) melainkan merupakan suatu urgensi yang harus segera mendapatkan pengakuan dan dasar yang lebih kuat untuk merealisasikan CSR ini kedalam dunia nyata.

D. Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam hukum positif

CSR di Indonesia telah diangkat kedalam suatu hukum positif yang memiliki kosekuensi secara yuridis dalam pelaksanaannya. Hal ini merupakan suatu terobosan dalam perkembangan CSR dimana hanya beberapa negara saja di dunia yang telah mengangkat CSR kedalam suatu kedudukan yang lebih memiliki kepastian eksistensi. Pengaturan CSR dalam hukum positif Indonesia terdapat


(49)

dalam 3 Undang-Undang yaitu UUPT, UUPM, dan UU Pengelolaan lingkungan Hidup. Adapun rincian pengaturan CSR dalam keitga Undang-undang tersebut adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT)

Terdapat pada bagian Menimbang huruf a, Bab I Pasal 1 angka 3, Bab IV Pasal 66 ayat (2), dan Bab V Pasal 74 ayat (1), (2), (3), dan (4), Penjelasan bagian I (Umum)

2. Undang- Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM)

Terdapat pada bagian Menimbang huruf a, b, Pasal 3, Pasal 10, Pasal 13, Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, dan Pasal 34, Penjelasan bagian umum I (Umum)

3. Undang-Undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

Tedapat pada bagian Menimbang huruf b, c, d, Pasal 1 angka 2, 3, 5, 7, 9, 12, 14, 15, 20, 21, 23, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 6, Pasal 14 ayat (1), Pasal 15 ayat (1), Pasal 16 ayat (1) dan (2), Pasal 17 ayat (1) dan (2), Pasal 34 ayat (1), Pasal 35 ayat (1) dan (2), Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 45.

Rincian Pengaturan CSR dalam UUPT dapat dilihat sebagai berikut :33

1. Bagian Menimbang huruf a

33


(50)

bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional, perlu didukung oleh kelembagaan perekonomian yang kokoh dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat;

2. Pasal 1 angka 3

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.

3. Pasal 66 ayat 2

Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuat sekurang-kurangnya:

a. laporan keuangan yang terdiri atas sekurangkurangnya neraca akhir tahun buku yang baru lampau dalam perbandingan dengan tahun buku sebelumnya, laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, serta catatan atas laporan keuangan tersebut;

b. laporan mengenai kegiatan Perseroan;

c. laporan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan; d. rincian masalah yang timbul seiama tahun buku yang

rnempengaruhi kegiatan usaha Perseroan;

e. laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan oleh Dewan Komisaris selama tahun buku yang baru lampau;

f. nama anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris;

g. gaji dan tunjangan bagi anggota Direksi dan gaji atau honorarium dan tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris Perseroan untuk tahun yang baru lampau.


(51)

(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

(2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan

memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah

Pada Pasal 74 ayat (1) lebih lanjut diterangkan dalam penjelasan yaitu : Ketentuan ini bertujuan untuk tetap menciptakan hubungan Perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Yang dimaksud dengan "Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam" adalah Perseroan yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya Yang dimaksud dengan "Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan sumber daya alam" adalah Perseroan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan sumber daya alam tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan surnber daya alam.

Pada Pasal 74 ayat (3) lebih lanjut diterangkan dalam penjelasan yaitu : Yang dimaksud dengan "dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan" adalah dikenai segala bentuk sanksi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang terkait.

5. Penjelasan bagian I (umum)

Dalam Undang-Undang ini diatur mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan yang bertujuan mewujudkan pembangunan ekonomi berkelenjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi Perseroan itu sendiri, komunitas setempat, dan masyarakat pada umumnya. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendukung te jalinnya hubungan Perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat, maka ditentukan bahwa Perseroan yang kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Untuk melaksanakan kewajiban Perseroan tersebut, kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan harus dianggarkan dm diperhitungkan sebagai


(52)

biaya Perseroan yang dilaksanakan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Kegiatan tersebut dimuat dalam laporan tahunan Perseroan. Dalam ha1 Perseroan tidak melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan maka Perseroan yang bersangkutan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Rincian pengaturan CSR dalam UUPM dapat dilihat sebagai berikut : 34

1. Bagian Menimbang huruf a

bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu dilaksanakan pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan dengan berlandaskan demokrasi ekonomi untuk mencapai tujuan bernegara.

2. Bagian Menimbang huruf b

bahwa sesuai dengan amanat yang tercantum dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi, kebijakan penanaman modal selayaknya selalu mendasari ekonomi kerakyatan yang melibatkan pengembangan bagi usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi.

3. Pasal 3

(1) Penanaman modal diselenggarakan berdasarkan asas: a. kepastian hukum;

b. keterbukaan; c. akuntabilitas;

d. perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara;

e. kebersamaan;

f. efisiensi berkeadilan; g. berkelanjutan;

h. berwawasan lingkungan; i. kemandirian; dan

j. keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi

34


(53)

nasional.

(2) Tujuan penyelenggaraan penanaman modal, antara lain untuk:

a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional; b. menciptakan lapangan kerja;

c. meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan; d. meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional;

e. meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional;

f. mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan; g. mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri; dan h. meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

4. Pasal 10

(1) Perusahaan penanaman modal dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja harus mengutamakan tenaga kerja warga negara Indonesia. (2) Perusahaan penanaman modal berhak menggunakan tenaga ahli warga negara asing untuk jabatan dan keahlian tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Perusahaan penanaman modal wajib meningkatkan kompetensi tenaga kerja warga negara Indonesia melalui pelatihan kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Perusahaan penanaman modal yang mempekerjakan

tenaga kerja asing diwajibkan menyelenggarakan pelatihan dan melakukan alih teknologi kepada tenaga kerja warga negara Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. Pasal 13

(1) Pemerintah wajib menetapkan bidang usaha yang dicadangkan untuk usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi serta bidang usaha yang terbuka untuk usaha besar dengan syarat harus bekerja sama dengan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi.

(2) Pemerintah melakukan pembinaan dan pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi melalui program kemitraan, peningkatan daya saing, pemberian dorongan inovasi dan perluasan pasar, serta penyebaran informasi yang seluas-luasnya.


(54)

6. Pasal 15

Setiap penanam modal berkewajiban:

a. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik; b. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;

c. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan

menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal; d. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasikegiatan usaha

penanaman modal; dan

e. mematuhi semua ketentuan peraturan perundangundangan.

Pada Pasal 15 huruf b UUPM ini terdapat defenisi tanggung jawab sosial perusahaan sebagaimana diterangkan dalam penjelasan Pasal yaitu Yang dimaksud dengan “tanggung jawab sosial perusahaan” adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.

7. Pasal 16

Setiap penanam modal bertanggung jawab:

a. menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika

penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik monopoli, dan hal lain yang merugikan negara;

d. menjaga kelestarian lingkungan hidup;

e. menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja; dan

f. mematuhi semua ketentuan peraturan perundangundangan.

8. Pasal 17

Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


(55)

(1) Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 dapat dikenai sanksi administratif berupa:

a. peringatan tertulis;

b. pembatasan kegiatan usaha;

c. pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; ataud. pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh instansi atau lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

(3) Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat dikenai sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10.Penjelasan Bagian I (Umum)

Hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal diatur secara khusus guna memberikan kepastian hukum, mempertegas kewajiban penanam modal terhadap penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang sehat, memberikan penghormatan atas tradisi budaya masyarakat, dan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Pengaturan tanggung jawab penanam modal diperlukan untuk mendorong iklim persaingan usaha yang sehat, memperbesar tanggung jawab lingkungan dan pemenuhan hak dan kewajiban tenaga kerja, serta upaya mendorong ketaatan penanam modal terhadap peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan Pasal 34 UUPM badan usaha atau perseorangan yang tidak melaksanakan CSR dapat dikenakan sanksi-sanksi sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Pasal tersebut. Namun pada dasarnya pengaturan UUPM ditujukan pada investor asing dan belum mengatur secara detail mengenai ruang lingkup perusahaan domestik.


(56)

Rincian Pengatruan CSR Pada Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 dapat dilihat sebagai berikut : 35

1. Bagian Menimbang huruf b

Bahwa dalam rangka mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan untuk mencapai kebahagiaan hidup berdasarkan Pancasila, perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan.

2. Bagian Menimbang huruf c

bahwa dipandang perlu melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup untuk melestarikan dan mengembangkan kemampuan lingkungan hidup yang serasi, selaras, dan seimbang guna menunjang terlaksananya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup.

3. Bagian Menimbang huruf d

Bahwa penyelenggaraan pengelolaan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup harus didasarkan pada norma hukum dengan memperhatikan tingkat kesadaran masyarakat dan perkembangan lingkungan global serta perangkat hukum internasional yang berkaitan dengan lingkungan hidup.

4. Pasal 1 angka 2

Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup.

35


(57)

5. Pasal 1 angka 3

Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

6. Pasal 1 angka 5

Pelestarian fungsi lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

7. Pasal 1 angka 7

Pelestarian daya dukung lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan, agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain.

8. Pasal 1 angka 9

Pelestarian daya tampung lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya.

9. Pasal 1 angka 12

Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.


(58)

10.Pasal 1 angka 14

Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan.

11.Pasal 1 angka 15

Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam tak terbaharui untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbaharui untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memleihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya.

12.Pasal 1 angka 20

Dampak lingkungan hidup adalah pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan.

13.Pasal 1 angka 21

Analisis mengenai dampak lingkungan hidup adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

14.Pasal 1 angka 23

Audit lingkungan hidup adalah suatu proses evaluasi yang dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk menilai tingkat ketaatan terhadap persyaratan hukum yang berlaku dan/atau kebijaksanaan dan standar yang ditetapkan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan.

15.Pasal 3

Pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan asas tanggung jawab negara, asas berkelanjutan, dan asas manfaat


(59)

bertujuan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

16.Pasal 4

Sasaran pengelolaan lingkungan hidup adalah:

a. tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup;

b. terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup;

c. terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan

d. tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup

e. terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana;

f. terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan/atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.

17.Pasal 6

(1) Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

(2) Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup.

18.Pasal 14 ayat (1)

Untuk menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup, setiap usaha dan/atau kegiatan dilarang melanggar baku mutu dan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.

19.Pasal 15 ayat (1)

Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan


(60)

hidup, wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup.

20.Pasal 16 ayat (1 ) dan (2)

(1) Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan pengelolaan limbah hasil usaha dan/atau kegiatan (2) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat menyerahkan pengelolaan limbah tersebut kepada pihak lain.

21.Pasal 17 ayat (1) dan (2)

(1) Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun.

(2) Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun meliputi: menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan/atau membuang.

22.Pasal 34 ayat (1)

Setiap perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup, mewajibkan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu.

23.Pasal 35 ayat (1) dan (2)

(1) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang usaha dan kegiatannya menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun, dan/atau menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun, bertanggung jawab secara mutlak atas kerugian yang ditimbulkan, dengan kewajiban membayar ganti rugi secara langsung dan seketika pada saat terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.

(2) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dapat dibebaskan dari kewajiban membayar ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jika yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa pencemaran dan/atau perusakan lingkungna hidup disebabkan salah satu alasan di bawah ini:


(61)

a. adanya bencana alam atau peperangan; atau

b. adanya keadaan terpaksa di luar kemampuan manusia; atau

c. adanya tindakan pihak ketiga yang menyebabkan terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.

24.Pasal 41

(1) Barangsiapa yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepluh) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang mati atau luka berat, pelaku tindak pidana diancam dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).

25.Pasal 42

(1) Barangsiapa yang karena kealpaannya melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang mati atau luka berat, pelaku tindak pidana diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

26.Pasal 43

(1) Barangsiapa yang dengan melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku, sengaja melepaskan atau membuang zat, energi, dan/atau komponen lain yang berbahaya atau beracun masuk di atas atau ke dalam tanah, ke dalam udara atau ke dalam air permukaan, melakukan impor, ekspor, memperdagangkan, mengangkut, menyimpan bahan tersebut, menjalankan instalasi yang berbahaya, padahal mengetahui atau sangat beralasan untuk menduga bahwa perbuatan tersebut dapat menimbulkan pencemaran dan/atau perusakan


(62)

lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan umum atau nyawa orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

(2) Diancam dengan pidana yang sama dengan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), barang siapa yang dengan sengaja memberikan informasi palsu atau menghilangkan atau menyembunyikan atau merusak informasi yang diperlukan dalam kaitannya dengan perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), padahal mengetahui atau sangat beralasan untuk menduga bahwa perbuatan tersebut dapat menimbulkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan umum atau nyawa orang lain.

(3) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) mengakibatkan orang mati atau luka berat, pelaku tindak pidana diancam dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun dan denda paling banyak Rp450.000.000,00 (empat ratus lima puluh juta rupiah).

27.Pasal 45

Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab ini dilakukan oleh atau atas nama suatu badan hukum, perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain, ancaman pidana denda diperberat dengan sepertiga.

Pada Undang-Undang Pengelolaan Hidup ini istilah CSR memang tidak disebutkan secara spesifik, namun jiwa dari Undang-Undang ini pada dasarnya mengatur tentang pertanggungjawaban subjek hukum terhadap lingkungan, termasuk juga perusahaan. Sanksi hukum yang tegas diatur secara terperinci bagi setiap pelanggaran atas hukum yang menhgakibatkan rusaknya lingkungan yang menjadi kosentrasi dari CSR.


(63)

E. Bentuk-Bentuk Corporate Social Responsibility (CSR)

CSR Sebagai bentuk perbuatan baik itu yang dipandang sebagai bentuk kewajiban ataupun yang dinilai sebagai bentuk kesukarelaan dalam praktik dunia bisnis memiliki bentuk yang berbeda-beda. Namun keseluruhan perbedaan tersebut masih dipayungi oleh suatu koridor yang disebut dengan sosial. Artinya mesikpun belum ada ketentuan tertulis mengenai bagaimana bentuk-bentuk CSR yang harus dilaksanakan oleh tiap-tiap perusahaan yang memiliki kegiatan bisnis yang berbeda-beda pula, aplikasi CSR haruslah merupakan kegiatan yang bersifat pengembangan dan pengabdian masyarakat.

Definisi Sosial dapat berarti kemasyarakatan. Sosial adalah keadaan dimana terdapat kehadiran orang lain.36 Sosial juga dapat berarti hidup bersama dalam masyarakat (Living Together in Communities)37 atau berkaitan dengan kemasyarakatan (Connected with Society).38

36

Pengertian sosial sendiri memiliki batasan yang sangat luas terhadap ruang gerak dari bentuk CSR itu sendiri dimana kegiatan CSR dapat dilaksanakan terhadap segala hal yang berkaitan dengan dan mempengaruhi komponen masyarakat terkecil yaitu manusia.

2010. 37

38


(1)

Habztop, Perkembangan dan pentingnya Corporate Social Responsibility,

tanggal 29 januari 2010.

2010.

http://beritasore.com/2008/05/12/bni-alokasikan-35-persen-dana-csr-untuk-pendidikan/ terakhir kali diakses pada tanggal 29 Januari 2010.

terakhir kali diakses pada tanggal 29 Januari 2010.

terakhir kali diakses pada tanggal 29 Januari 2010.

tanggal 29 Januari 2010.


(2)

terakhir kali diakses pada tanggal 30 Januari 2010.

tanggal 30 Januari 2010.

pada tanggal 30 Januari 2010.

terakhir kali diakses pada tanggal 25 Januari 2010.

30 Januari 2010.

tanggal 30 Januari 2010.

02 Februari 2010.

2010.


(3)

tanggal 5 Februari 2010.

Ikhlas, CSR Antara Itikad dan Implementasi,

terakhir kali diakses pada tanggal 12 Oktober 2009.

Implementasi CSR Untuk Pemberdayaan Masyarakat Miskin,

pemberdayaan-masyarakat-miskin/, diakses tanggal 23 November 2009.

Ismin Hadad, CSR Bukanlah Public Relation, diakses pada tanggal 12 Oktober 2009.

Jennifer Payne, “Clean Hands” in Derivative Actions,


(4)

Jimmly Asshiddiqie, Teori Badan Hukum,

10 September 2010.

Mallen Baker, Corporate social responsibility - what does it means?

tanggal 13 Oktober 2009.

Mukti Fajar, CSR : Tindakan A Moral Perusahaan?

kali diakses pada tanggal 12 Februari 2010.

Pamadi Wibowo, Rentang Program CSR di Mata Ahli Pemasaran,

kali diakses pada tanggal 10 Februari 2010.

Rudi Dogar Harahap, UUPT dan Tanggung Jawab Direksi,

Sugianto, Dilema CSR Perusahaan Rokok, Tolak atau Terima?.

Oktober 2009.


(5)

Sumardjo, Sejarah, Perkembangan dan Alternatif Pendekatan Comdev di

Indonesia.

terakhir kali diakses pada tanggal 23 November 2009.

Yesa, CSR Antara Tuntutan dan Kebutuhan,

Yodhia Antariksa, Membangun Peradaban Bisnis Yang Bermatabat,


(6)

3. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Ktab Undang-Undang Hukum Perdata.

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.