li
F. Penelitian Terdahulu
Terdapat penelitian terdahulu yang berkaitan dengan perencanaan pajak
dan penyusutan aktiva tetap, yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Amalia 2005, yang berjudul
perbedaan kebijakan akuntansi dan fiskal: penyusutan dan amortisasi, leasing dan revaluasi aktiva tetap. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
antara kebijakan akuntansi dan fiskal banyak memiliki perbedaan– perbadaan ini lebih disebabkan oleh perbedaan tujuan dari masing–masing
kebijakan tersebut. Kebijakan fiskal ditujukan untuk menyajikan informasi perpajakan yang cepat, tepat, dan lengkap kepada administrasi pajak. Oleh
karena itu, penampilan akuntansi metode, prosedur, dan teknik pembukuan sangat dipengaruhi oleh hukum pajak. Selain itu tujuan
kebijkan pemajakan meliputi tiga aspek yaitu: a alokasi, b distribusi, c stabilisasi. Secara singkat perbedaan kebijakan akuntansi dan fiskal
dalam hal penyusutan dan amortisasi, leasing dan revaluasi aktiva tetap tampak seperti: 1 penetapan pendapatan dan beban, 2 konsistensi, 3
konservatisme, 4 substansi mengesampingkan bentuk formal. 2.
Penelitian yang dilakukan oleh Yongki Cahyaningrum pada tahun 2005, yang berjudul beda akuntansi dan fiskal dalam menentukan Penghasilan
Kena Pajak dan Pajak Penghasilan Badan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan konsep dan tujuan pelaporan penghasilan
menurut PSAK dan UU PPh dimana dalam PSAK mengacu pada bertambahnya aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan
lii kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi dari kontribusi
penanam modal sedangkan dalam UU PPh mengacu pada penerapan broad based taxation yang mengenakan pajak atas semua tambahan kemampuan
ekonomis yang diperoleh dari Indonesia maupun luar Indonesia. Tujuan laporan keuangan komersial adalah memberikan informasi tentang
posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan bagi pengguna laporan keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan serta merupakan
pertanggung jawaban manajemen atas penggunaan sumber–sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Tujuan penyusunan laporan keuangan
fiskal adalah untuk menghitung Penghasilan Kena Pajak dan Pajak Penghasilan terutang yang berkaitan dengan penerimaan Negara.
Tabel 2.9 Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan
Fiskal
LKK LKF
Dasar penyusunan
Standar Akuntansi Keuangan Undang–Undang
Perpajakan Tujuan
1. Menghitung laba bersih
2. Mengukur kinerja
Menghitung besarnya pajak
terutang
Akibat penyimpangan
1. Pengambilan keputusan yang tidak
tepat oleh manajemen 2.
Opini yang buruk terhadap laporan keuangan dari stakeholder
Sanksi dibidang perpajakan berupa:
1. Sanksi
administrasi 2.
Sanksi pidana Sumber:Yongki Cahyaningrum beda akuntansi dan fiskal dalam
menentukan Penghasilan Kena Pajak dan Pajak Penghasilan Badan Perbedaan konsep maupun tujuan laporan keuangan antara akuntansi dan
fiskal perbedaan tersebut mengakibatkan perlunya rekonsiliasi laporan keuangan fiskal yaitu koreksi fiskal positif maupun negatif terhadap
Laporan Keuangan Komersial hingga diperoleh sebuah Laporan Keuangan
liii Fiskal. Wajib Pajak harus membuat koreksi fiskal tersebut dalam laporan
keuangan yang disampaikan sebagai lampiran SPT Tahunan PPh Badan. Perbedaan antara LKK dan LKF dapat dikelompokkan menjadi perbedaan
tetap dan perbedaan sementara dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 2.10 Beda Tetap dan Beda Sementara Laporan Keuangan Komersial dan
Laporan Keuangan Fiskal
Beda Tetap Penghasilan Beda Tetap Biaya
Beda Sementara 1.
Penerimaan yang menurut SAK
merupakan penghasilan tetapi
menurut UU PPh bukan merupakan
penghasilan 1.
Pengeluaran – pengeluaran yang
menurut SAK adalah biaya tetapi menurut
UU PPh tidak boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto pasal 9 UU PPh
1. Perbedaan
pembebanan biaya tiap periode
akuntansi karena perbedaan metode
yang digunakan tetapi secara
keseluruhan jumlah yang
dibebankan sebagai biaya
adalah sama.
2. Penghasilan yang
dikenakan PPh final 3.
Penerimaan yang menurut SAK bukan
penghasilan tetapi menurut UU PPh
adalah penghasilan
Sumber:Yongki Cahyaningrum beda akuntansi dan fiskal dalam menentukan Penghasilan Kena Pajak dan Pajak Penghasilan Badan
Selain perbedaan menurut kelompok beda tetap dan beda sementara, biasanya sering timbul perbedaan yang disebabkan beda persepsi antara
Wajib Pajak dengan fiskus atas suatu peraturan perundang–undangan dimana Wajib Pajak dan fiskus mempunyai interprestasi masing–masing
terhadap sebuah peraturan.
liv Harmonisasi akuntansi dan pajak dapat meningkatkan efisiensi dan
pengawasan karena tidak banyak menggunakan sumber daya untuk melakukan koreksi fiskal namun demikian harmonisasi tersebut agaknya
sulit dilaksanakan secara penuh karena pada dasarnya tujuan dari Laporan Keuangan Komersial dan Fiskal berbeda.
4. Penelitian yang dilakukan oleh DR. Gunadi 1999, yang berjudul
depresiasi aktiva tetap: suatu tinjauan pajak dan akuntansi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah perusahaan yang bersifat “capital intensive
enterprise” mempunyai investasi dalam barang modal yang cukup signifikan dibanding investasi pada barang selain itu. Tujuan perusahaan,
secara ekonomis adalah mencari laba atau nilai tambah dengan menyediakan barang atau jasa kepada masyarakat. Investasi pada barang
modal aktiva tetap merupakan salah satu bentuk deferred cost yang akan dipertemukan secara sistematis dan rasional kepada masa manfaat
atau nilai tambah yang diperoleh dari partisipasi investasi dimaksud. Penyebaran “cost of capital” secara sistematis dan rasional ini apabila
dikaitkan dengan “tangible asset” sering disebut depresiasi international tax glossary, IBDF Netherland, 1998. Selanjutnya apabila dikaitkan
dengan “intangible asset” disebut amortisasi dan apabila dikaitkan dengan sumber daya alam “natural resources” disebut deplesi. Dalam menghitung
penghasilan neto baik “accounting profit” maupun “taxable profit”, depresiasi merupakan biaya pengurang.
lv 5.
Penelitian yang dilakukan oleh M. Zain 2004, yang berjudul manajemen perpajakan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah 1 Beberapa cara yang
dapat ditempuh dalam rangka memanajemeni pajak, sebagai usaha untuk mengefisiensikan beban pajak melalui penghindaran pajak tax avoidance
dan penghematan pajak tax saving tetapi tidak melalui penyelundupan pajak tax evasion yang tidak akan ditolelir oleh fiskus. 2
Memanajemeni pajak tidak akan dapat disusun tanpa didahului penelitian yang mendalam mengenai masalahanya untuk kemudian distruktur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang–undangan perpajakan, setelah mempertimbangkan faktor non tax lainnya dan faktor keunggulan dan
kekurangannya untuk jangka waktu yang relatif panjang. 3 faktor bentuk usaha, metode akuntansi, periode akunting, dan pengertian penghasilan
yang dapat dikenakan pajak serta keterkaitannya dengan biaya sesuai ketentuan peraturan perundang–undangan perpajakan, merupakan faktor
yang sangat berperan dalam mendesain manajemen perpajakan. 4 pemantauan sikap dan tindakan aparat perpajakan dalam melaksanakan
undang–undang law enforcement dan secara terus menerus mengikuti perkembangan perubahan ketentuan peraturan perundang–undangan
perpajakan, merupakan hal yang mutlak untuk dilaksanakan dan dipelajari dengan tujuan agar dengan segera dapat dilakukan perubahan manajemen
perpajakan, apabila desain yang lama sudah tidak sesuai lagi dengan ketentuan baru tersebut serta kemungkinan munculnya celah–celah untuk
efisiensi pembayaran pajak.
lvi 6.
Penelitian yang dilakukan oleh Hasfin Hardi 2000, yang berjudul tax planning sebagai alternatif meminimalkan pajak. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah untuk perusahaan besar mengatur jumlah pajak seminimal mungkin akan sangat bermanfaat bagi mereka, karena ada
aliran kas cash flow yang nantinya dapat dipergunakan dan dimanfaatkan untuk kepentingan perusahaan lainnya, dalam artian untuk pengeluaran–
pengeluaran yang berhubungan langsung dengan kegiatan pokok perusahaan. Yang paling penting dalam hal mengatur jumlah pajak yang
harus dibayar sehinga seminimal mungkin adalah pengetahuan yang mendalam tentang peraturan–peraturan perpajakan itu sendiri. Karena, hal
tersebut dialakukan dengan memanfaatkan celah–celah atau hal–hal yang belum diatur dalam undang–undang loopholes. Ada beberapa strategi
yang bisa dilakukan dalam meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar yaitu pergeseran shifting, kapitalisasi, transformasi,
penghindaran avoidance dan penyelundupan evasion. Semua strategi diatas merupakan bagian dari tax planning. Tax planning memberikan
suatu formula umum yang bisa digunakan untuk mengatur secara sistematis jumlah pajak yang harus dibayar. Di dalam formula umum ini,
ada item–item yang nantinya harus menjadi pusat perhatian dari Wajib Pajak atau apabila menggunakan konsultan adalah tax planner.
7. Penelitian yang dilakukan oleh Yenni Mangonting 1999, yang berjudul
Tax planning: sebuah pengantar sebagai alternatif meminimalkan pajak. Kesimpulan dari penelitian ini adalah banyak orang baik secara pribadi
lvii maupun kelompok merasa enggan untuk membayar pajak. Keengganan ini
bisa jadi disebabkan karena tidak adanya kontraprestasi langsung yang diberikan akibat pembayaran tersebut, bisa juga karena pajak itu oleh
mereka dianggap sebagai beban sehingga ada usaha–usaha untuk menguranginya. Untuk perusahaan besar mengatur jumlah pajak
seminimal mungkin akan sangat bermanfaat bagi mereka, karena ada aliran kas cash flow yang nantinya dapat dipergunakan dan dimanfaatkan
untuk kepentingan perusahaan lainnya, dalam artian untuk pengeluaran– pengeluaran yang berhubungan langsung dengan kegiatan pokok
perusahaan. Yang paling penting dalam hal mengatur jumlah pajak yang harus dibayar sehinga seminimal mungkin adalah pengetahuan yang
mendalam tentang peraturan–peraturan perpajakan itu sendiri. Karena, hal tersebut dialakukan dengan memanfaatkan celah–celah atau hal–hal yang
belum diatur dalam undang–undang loopholes. Ada beberapa strategi yang bisa dilakukan dalam meminimalkan jumlah pajak yang harus
dibayar yaitu pergeseran shifting, kapitalisasi, transformasi, penghindaran avoidance dan penyelundupan evasion. Semua strategi
diatas merupakan bagian dari tax planning. Tax planning memberikan suatu formula umum yang bisa digunakan untuk mengatur secara
sistematis jumlah pajak yang harus dibayar. Di dalam formula umum ini, ada item–item yang nantinya harus menjadi pusat perhatian dari wajib
pajak atau apabila menggunakan konsultan adalah tax planner.
lviii
G. Kerangka Pemikiran