Studi Penggunaan Pengubah Sadapan Berbeban Pada Transformator Untuk Perbaikan Tegangan Pada Rel 20 KV

(1)

STUDI PENGGUNAAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN PADA TRANSFORMATOR UNTUK PERBAIKAN

TEGANGAN PADA REL 20 KV

OLEH :

BINA CITAKARYA PURBA NIM. 050422001

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009


(2)

ABSTRAK

Salah satu masalah yang terdapat dalam sistem tenaga listrik adalah perubahan atau penurunan tegangan yang sering kali terjadi didalam penyaluran tenaga listrik. Untuk mengantisipasi tegangan keluaran transformator berubah-ubah, transformator utama di gardu induk di lengkapi dengan pengubah sadapan berbeban yang bekerja terhadap setiap perubahan bebannya, sehingga tetap dapat terjaga agar tegangan yang diinginkan tetap konstan. Bila beban meningkat, alat pengatur tegangan ini akan menaikan tegangan menengah di gardu induk dengan mengatur sadapan transformator sisi tegangan 150 KV, guna mengatasi jatuh tegangan pada saluran distribusinya.

Dalam Tugas Akhir ini akan dibahas mengenai peralatan pengubah sadapan dalam menunjang pengoperasian transformator untuk menjaga kestabilan tegangan keluarannya. Disamping itu, juga akan dibahas mengenai jatuh tegangan serta perhitungan jatuh tegangan pada penyulang.


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

ABSTRAK... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR GAMBAR... vi

DAFTAR TABEL... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah... 1

1.2.Tujuan Penulisan... 2

1.3.Batasan Masalah ... 2

1.4.Metode Penulisan ... 2

1.5.Sistematika Penulisan ... 3

BAB II TEORI DASAR TENTANG TRANSFORMATOR 2.1. Umum... 4

2.2. Prinsip Kerja Transformator ... 6

2.3. Transformator Tanpa Beban ... 7

2.4. Transformator Berbeban ... 9

2.5. Rangkaian Ekivalen dan Karaktristik Transformator Berbeban ... 11

2.6. Diagram Fasor Transformator Berbeban ... 14

2.7. Sistem Pengaturan... 17

2.8. Pengaturan Dengan Transformator ... 18

BAB IIIPENGUBAH SADAPAN BERBEBAN (ON LOAD TAP CHANGER) DI TRANSFORMATOR 3.1. Pengaturan Tegangan ... 19


(4)

3.2. Pengaruh Dari Jatuh Tegangan ... 19

3.3. Daya Aktif dan Daya Reaktif... 20

3.4. Pengaturan Tegangan Pada Beban ... 22

3.5. Pengaturan Tegangan Pada Saluran ... 22

3.6. Pengubah Sadapan Berbeban Pada Transformator ... 23

3.7. Pemakaian Pengubah Sadapan Berbeban Pada Transformator... 24

3.8. Fungsi dan Perinsip Kerja Pengubah Sadapan Berbeban ... 25

3.8.1. Fungsi Pengubah Sadapan Berbeban ... 25

3.8.2. Prinsip Kerja Pengubah Sadapan Berbeban... 26

3.9. Persoalan Pemakaian Pengubah Sedapan Berbeban ... 27

3.10. Konsep Dasar Perhitungan Jatuh Tegangan... 27

BAB IV PERHITUNGAN JATUH TEGANGAN 4.1. Data dan Hasil Pengamatan ... 35

4.2. Perhitungan Jatuh Tegangan ... 38

4.3. Jatuh Tegangan Pada Penyulang... 39

4.4. Analisis Hasil Perhitungan... 45

4.5. Pengaturan Sadapan ... 46

4.5.1. Besar Tegangan... 46

4.5.2. Besar Arus... 47

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 50

5.2. Saran... 51

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Bagian-Bagian Dari Transformator... 4

Gambar 2.2. Rangkaian Transformator... 5

Gambar 2.3.a. Bentuk Gelombang Sinusoidal ... 6

Gambar 2.3.b. Diagram Fasor Pada Transformator ... 6

Gambar 2.4.a. Fluks Magnet ... 7

Gambar 2.4.b. Diagram Vektor Pada Transformator Tanpa Beban... 7

Gambar 2.5. Transformator Berbeban ... 10

Gambar 2.6. Rangkaian Ekivalen Transformator Berbeban ... 11

Gambar 2.7. Rangkaian Ekivalen Transformator Berbeban Lanjutan... 12

Gambar 2.8. Rangkaian Transformator Berbeban Dengan Refrensi Sisi Primer... 13

Gambar 2.9. Rangkaian Transformator Berbeban Dengan Refrensi Sisi Sekunder... 13

Gambar 2.10. Diagram Fasor Transformator Berbeban Induktif (Cosϕ lagging)... 14

Gambar 2.11. Diagram Fasor Transformator Berbeban Resistif (Cosϕ = 1)... 16

Gambar 2.12. Diagram Fasor Transformator Berbeban Kapasitif (Cosϕ leading)... 16

Gambar 3.1. Rangkaian Diagram Satu Fasa ... 20

Gambar 3.2. Hubungan Tegangan dan Arus Dalam Sistem Arus Bolak-Balik ... 21


(6)

Gambar 3.3. Konstruksi Sebuah Auto Transformator Dengan Sadapan

Pada Belitan Serinya ... 23

Gambar 3.4. Pengubah Sadapan Berbeban Tipe MS III 300 Y ... 24

Gambar 3.5. Penggunaan Pengubah Sadapan Berbeban Dalam Berbagai Rangkaian Belitan... 25

Gambar 3.6. Prinsip Kerja Pengubah Sadapan Berbeban ... 26

Gambar 3.7.a. Rangkaian Diagram Satu Fasa... 28

Gambar 3.7.b. Diagram Fasor ... 28


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Data Teknik Pengubah Sadapan Berbeban ... 36

Tabel 4.2. Data Pengubah Sadapan MR-MA9-III300 ... 36

Tabel 4.3. Sefesifikasi Pada Penyulang ... 37

Tabel 4.4. Data Penghantar Penyulang 20 KV ... 37

Tabel 4.5. Data Beban Penyulang 20 KV ... 38

Tabel 4.6. Nilai Jatuh Tegangan Pada Tiap Penyulang ... 45


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk memindahkan tegangan listrik bolak-balik dari rangkaian primer ke rangkaian listrik sekunder, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

Kebutuhan akan tenaga listrik dewasa ini terus meningkat, dan masyarakat semakin banyak menggunakan peralatan elektronik, dimana peralatan elektronik menghendaki tegangan yang konstan. Karena pada umumnya peralatan elektronik menggunakan tenaga listrik yang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan tenaga listrik, maka hal tersebut menimbulkan suatu pemikiran yaitu bagaimana memberikan pelayanan tenaga listrik yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Untuk itu Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola listrik berusaha untuk meningkatkan penyediaan tenaga listrik dan meningkatkan mutu pelayanan. Salah satu mutu tenaga listrik dinilai dari stabilitas tegangannya. Namun pada kenyataannya sulit mendapatkan tegangan yang konstan, karena adanya kerugian pada hantaran atau peralatan distribusi yang disebabkan pembagian beban listrik pada konsumen yang tidak merata. Untuk mempertahankan tegangan keluaran transformator tetap konstan, maka digunakan pengubah sadapan (tap changer) yang dipasang pada transformator daya dan bekerja secara otomatis terhadap setiap perubahan bebannya.


(9)

1.2.Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan pengubah sadapan berbeban (On Load Tap Changer) sebagai usaha perbaikan tegangan menengah pada jaringan distribusi, dengan studi kasus adalah jaringan distribusi Gardu Induk Paya Geli.

2. Menghitung besarnya jatuh tegangan pada tiap penyulang dari rel 20 KV, dengan studi kasus Gardu Induk Paya Geli.

1.3.Batasan Masalah

Batasan permasalahan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah hanya membahas mengenai pengaturan tegangan dengan menggunakan pengubah sadapan berbeban (On Load Tap Changer) transformator satu Gardu Induk Paya Geli, serta perhitungan jatuh tegangan berdasarkan metode pendekatan, dengan studi kasus Gardu Induk Paya Geli.

1.4.Metode Penulisan

Untuk penulisan Tugas Akhir ini penulis melakukan metode : 1. Metode observasi

Secara langsung melihat dan mengambil data yang diperlukan pada industri dimana tempat untuk mengambil data tersebut adalah pada Gardu Induk Paya Geli.

2. Studi literatur

Dengan membaca buku – buku referensi, artikel dan bahan kuliah yang mendukung dan yang berkaitan dengan topik Tugas Akhir ini.


(10)

3. Studi bimbingan / diskusi

Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing.

1.5.Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, batasan masalah serta sistematika penulisan.

BAB II : Membahas teori dasar tentang transformator, prinsip kerja transformator serta pengaturan tegangan.

BAB III : Membahas pengubah sadapan berbeban (on load tap changer) di transformator, tentang teori dasar pengubah sadapan berbeban, yang meliputi fungsi umum, prinsip kerja, aplikasi pengubah sadapan (tap changer) pada transformator dan konsep dasar perhitungan jatuh tegangan.

BAB IV : Merupakan penjelasan mengenai data pengamatan serta perhitungan dan analisis dari hasil perhitungan.

BAB V : Merupakan kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil pembahasan.


(11)

BAB II

TEORI DASAR TENTANG TRANSFORMATOR

2.1. Umum

Transformator adalah suatu alat untuk memindahkan daya listrik arus bolak-balik dari suatu rangkaian kerangkaian lainnya secara induksi elektromagnetik. Dalam sistem tenaga, penggunaan transformator memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap keperluan. Transformator dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu transformator pengukuran, transformator arus konstan dan transformator tegangan konstan. Transformator tegangan konstan digunakan pada sistem ketenagaan listrik untuk melayani beban. Pada umumnya transformator tegangan konstan dibagi atas dua bagian yaitu transformator daya dan transformator distribusi.

Bagian-bagian terpenting dari transformator:

1

Gambar 2.1. Bagian-Bagian Dari Transformator 1.Inti besi

2.Gulungan primer, dihubungkan dengan sumber listrik 3.Gulungan sekunder, dihubungkan dengan beban


(12)

Dalam bentuknya yang paling sederhana transformator terdiri atas dua kumparan dan satu induktansi mutual. Kumparan primer adalah yang menerima daya, dan kumparan sekunder tersambung pada beban. Kedua kumparan dibelit pada suatu inti yang terdiri atas material magnetik berlaminasi.

Gambar 2.2. Rangkaian Transformator V1 = Vp : Tegangan sumber (Volt)

V2 = Vs : Tegangan beban (Volt)

i1 : Arus primer (Ampere)

i2 : Arus beban (Ampere)

ep : Tegangan induksi sesaat pada kumparan primer

es : Tegangan induksi sesaat pada kumparan sekunder

N1 = Np : Jumlah lilitan kumparan primer

N2 = Ns : Jumlah lilitan kumparan sekunder b : Fluks magnet bersama (mutual fluks)

Z : Beban

Kerja transformator yang berdasarkan induksi elektromagnetik, menghendaki gandengan magnet antara rangkaian primer dan sekunder. Maka dalam suatu transformator induksi gandeng antara dua rangkaian terhubung secara magnet oleh fluks magnet.


(13)

2.2. Prinsip Kerja Transformator

(a) (b)

Gambar 2.3.(a) Bentuk Gelombang Sinusoidal (b) Diagram Fasor Pada Transformator

Pada Gambar 2.1. terlihat tegangan bolak balik (V1) dihubungkan dengan

kumparan primer (N1) sehingga mengalir arus eksitasi (I0) yang berfungsi untuk

memagnetisasi inti transformator dan menghasilkan fluks bolak-balik ( ). Magnetudo arus ini cukup kecil dan tertinggal 90° terhadap V1 (seperti Gambar

2.3.a dan 2.3.b). Fluks tersebut memotong kumparan primer dan sekunder, harganya naik turun dalam arah bolak-balik, sehingga menginduksikan gaya gerak listrik (e) pada kedua kumparan tersebut. Karena kedua kumparan dipotong oleh fluks yang sama, maka gaya gerak listrik yang diinduksikan dalam setiap lilitan dari kedua kumparan adalah sama.

E1 adalah gaya gerak listrik yang diinduksikan dalam kumparan primer

yang disebut induksi sendiri. E1 berlawanan phasa dengan V1 (seperti Gambar

2.3.b). E2 adalah gaya gerak listrik yang diinduksikan dalam kumparan sekunder

yang disebut induksi bersama. Akibat induksi bersama (E2) menghasilkan


(14)

sekunder dihubungkan ke beban maka mengalir arus sekunder atau arus beban (I2).

2.3. Transformator Tanpa Beban

Suatu transformator bila sisi primernya diberikan suatu tegangan V1 yang

sinusoidal, maka akan timbul arus primer (I0) yang sinusoidal, dan belitan Np akan

relatif murni sehingga yang terjadi I0 akan tertinggal (lagging) 90° dari V1.

Kemudian timbul fluksi (φ) pada arus primer I0 yang sefasa dan sinusoidal juga,

seperti yang terlihat pada Gambar 2.4. = maks sin ωt

Gambar 2.4(a) Fluks Magnet dan (b) Diagram Vektor Pada Transformator Tanpa Beban

Bila kumparan primer (N1) pada Gambar 2.4.a dihubungkan dengan

sumber tegangan V1 yang sinusoidal, maka akan mengalir arus primer (I0) yang

juga sinusoidal dan dengan menganggap belitan N1 adalah induktif murni, I0 akan

tertinggal 90° dari V1 (seperti pada Gambar 2.4.b). Arus primer I0 menimbulkan

fluks bolak-balik yang sefasa dan berbentuk sinusoidal.


(15)

Fluks ini menginduksikan tegangan sesaat dalam kumparan primer yang disebut induksi sendiri (e1), dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder (e2)

yang disebut induksi bersama (berdasarkan hukum Faraday):

t

d d N

e1=− 1 φ (Volt) ... (2.2)

t

d d N

e2=− 2 φ (Volt)... (2.3) Dimana tanda (-) menyatakan arah tegangan induksi yang berlawanan dengan arah penyebabnya (fluks magnet) yang dikenal dengan hukum Lenz.

Dengan mensubstitusikan persamaan (2.1) kedalam persamaan (2.2) dan (2.3) maka pada tiap kumparan diperoleh persamaan:

t maks d t d N

e1 1 ( sin 90 ) o

=

φ

ω

) 90 cos(

1

1= N t− o

e

ωφ

maks ω

t N

e1= 1

ωφ

makscosω ... (2.4)

t maks d t d N

e2 2 ( sin 90 ) o

=

φ

ω

) 90 cos(

2= N2 t− o

e

ωφ

maks ω

t N

e2= 2

ωφ

makscosω ... (2.5) Pada kondisi maksimum makscosωt akan bernilai maksimum, yaitu saat ωt = 0°,

maka cosωt =1, maka:

e1 maks = N1ω maks ... (2.6)

e2 maks = N2ω maks ... (2.7)


(16)

e1maks = N12π f B A

e2maks = N22π f B A

Harga tegangan induksi diatas adalah harga sesaat, untuk mendapatkan harga efektif suatu gelombang sinus adalah:

2 1

kali tegangan induksi sesaat maksimumnya, maka: 2 2 1 1 fBA N

E = π

E1 = 4,44 N1f B A... (2.8)

2 2 2 2 fBA N

E = π

E2 = 4,44 N2f B A... (2.9)

Sehingga dapat dituliskan:

2 1 2 1 N N E E =

Dengan mengabaikan jatuh tegangan akibat adanya resistansi dan reaktansi pada inti dan kumparan transformator, dengan kata lain bila transformator ideal maka:

a N N V V E E = = = 2 1 2 1 2 1 ... (2.10) Apabila: a > 1 , maka transformator berfungsi untuk menurunkan tegangan a < 1 , maka transformator berfungsi untuk menaikan tegangan

2.4. Transformator Berbeban

Apabila transformator diberi beban, maka akan mengalir arus I2 pada

kumparan sekunder I2 ini akan menyebabkan perubahan arus yang mengalir pada


(17)

Perubahan arus ini akan sama dengan - I2 I2'

a =

zL

Es

Ep

I1 I2

V2

V1

Gambar 2.5. Transformator Berbeban

Transformator dikatakan berbeban apabila kumparan primer (N1)

dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik dan kumparan sekunder (N2)

dihubungkan dengan beban (ZL), seperti terlihat pada Gambar 2.5 diatas.

Sehingga pada kumparan sekunder akan mengalir arus I2. Arus I2 ini akan

menimbulkan gaya gerak magnet di sekunder sebesar N2I2 yang cenderung

menentang terhadap fluks magnet bersama N1Im yang telah ada akibat arus

pemagnetan. Agar fluks magnet bersama tidak berubah nilainya maka pada kumparan primer harus mengalir arus sebesar I2’ yang menentang fluks yang

dibangkitkan oleh arus beban (I2).

Sehingga keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer menjadi:

I1 = I0 + I2... (2.11)

Bila komponen arus rugi inti (Iμ) diabaikan, maka I0 = Im

Dengan demikian persamaan (2.11) menjadi:

I1 = Im + I2... (2.12)

Untuk menjaga agar fluks tidak berubah, sebesar gaya gerak magnet yang dihasilkan oleh arus pemagnetan (Im) saja, maka berlaku hubungan:


(18)

N1Im = N1I1 – N2I2... (2.13)

N1Im = N1 (Im + I2’) – N2I2

N1I2’ = N2I2... (2.14)

Karena nilai Im dianggap kecil, maka I2’ = I1

N1I1 = N2I2... (2.15)

a N N I I = = 2 1 1

2 ... (2.16)

Untuk transformator berbeban, beban disini dapat berupa tahanan murni, beban induktif maupun beban kapasitif.

2.5. Rangkaian Ekivalen Dan Karaktristik Transformator Berbeban

Dengan menggunakan parameter-parameter dari percobaan beban nol dan percobaan hubung singkat maka dapat dibuat rangkaian ekivalen dari transformator berbeban, seperti Gambar 2.6.

ZL X2

r2

E2

E1

I1 I2

V2

V1

R0 X0

r1 X1

N1 N2

Im

I I0

Gambar 2.6. Rangkaian Ekivalen Transformator Berbeban

Untuk mempermudah dalam perhitungan, X0 >> x1; R0 >> r1 dan I0 << I1, seperti


(19)

ZL X2 r2 E2 E1 I2 V2 X0

N1 N2

I1

V1

r1 X1

I0

R0

Im

I

Gambar 2.7. Rangkaian Ekivalen Transformator Berbeban Lanjutan

Bila ditinjau besar resistansi dan reaktansi pada kedua sisi transformator, maka dapat disimpulkan bahwa; resistansi dan reaktansi di sisi sekunder lebih kecil dari pada resistansi dan reaktansi di sisi primer (r2 < r1 dan x2 <x1), hal ini

karena lilitan kumparan primer lebih banyak dari pada lilitan kumparan sekunder. Berikut ini persamaan-persamaan dari rangkaian ekivalen transformator berbeban: E1 = V1 - I1r1 - I1x1... (2.17)

E2 = I2r2 + I2x2 + V2... (2.18)

Dari perbandingan antara persamaan (2.17) dengan (2.18) didapatkan:

a V V E E = = 2 1 2 1 , maka: a E

E2= 1... (2.19) Atau: E1 = aE2 ... (2.20)

Berdasarkan persamaan N1I1 = N2I2 dan oleh karena jumlah lilitan

berbanding lurus dengan tegangan di setiap sisi, maka dapat dibuat persamaan baru, yaitu :

V1I1 = V2I2... (2.21)

Sehingga: a

I I V V = = 1 2 2 1 ... (2.22)


(20)

a I

I1= 2 ... (2.23) Atau: I2 = aI1... (2.24)

Bila transformator ditinjau dari sisi primer maka parameter-parameter V1,

r1 dan x1 tidak berubah besarannya, dan E1 = V1 – I1r1 – I1x1å tetap

Masukan persamaan (2.19) dan persamaan (2.24) kedalam persamaan (2.18): E2 = I2r2 + I2x2 + V2

=

a E1

aI1r2 + aI1x2 + V2... (2.25)

Untuk menyederhanakan persamaan diatas, maka dikalikan dengan a

E1 = a2r2 + a2x2 + aV2... (2.26)

Selanjutnya Gambar 2.7 dapat disederhanakan menjadi seperti Gambar 2.8 dengan referensi sisi primer, dimana:

R2å r2’ = a2r2; x2å x2’ = a2x2; V2å V2’ = aV2

Gambar 2.8 Rangkaian Transformator Berbeban Dengan Refrensi Sisi Primer

2 1 1' a X X = 2 1 1' a R R = a V V1'= 1

1 1' aI I =


(21)

2.6. Diagram Fasor Transformator Berbeban

Menggambarkan diagram arus dan tegangan secara vektoris disebut dengan diagram fasor. Dari parameter-parameter yang didapat maka dapat dibuat diagram fasornya. Tujuan membuat diagram fasor adalah untuk melihat proses transformasi dari primer ke sekunder dengan tidak mengabaikan arus beban nol (I0). Dasar membuat diagram fasor adalah kedudukan I2 terhadap V2 dan dengan

tegangan sebagai refrensi. Dalam hal ini ada tiga kemungkinan, yaitu: 1. I2 tertinggal terhadap V2 berarti bebannya induktif (cosϕ lagging)

2. I2 sephasa dengan V2 berarti bebannya resistif (cosϕ = 1)

3. I2 mendahului terhadap V2 berarti bebannya kapasitif (cosϕ leading)

Berikut ini akan digambarkan ketiga diagram fasor tersebut. Gambar 2.10 dibawah ini adalah salah satu contoh gambar diagram fasor untuk transformator berbeban induktif (cosϕ lagging).


(22)

Langkah-langkah penggambaran diagram fasor pada Gambar 2.10 adalah: 1. I2 tertinggal terhadap V2 sebesar sudut ϕ2.

2. ϕ2 = sudut antara I2 dengan V2 dimana arah putar sudut ϕ2 berlawanan

dengan arah putaran jarum jam. 3. I2R2 // I2 dan I2X2 ⊥ I2R2

4. Harga V2 semula adalah harga E2 yang mengalami perubahan akibat

adanya jatuh tegangan I2R2 dan I2X2 pada persamaan

E2 = V2 + I2R2+I2X2, oleh karena X2 = XL (beban induktif) dan Xc = 0

maka E2 > V2

5. E2 segaris dengan E1 dan 0 ⊥ terhadap garis E1 dan E2

6. Io membentuk sudut kecil dengan 0

7. Adanya I2 di kumparan sekunder harus dibarengi oleh I2’ di kumparan

primer

8. I2’ berkomponen dengan Io menghasilkan I1å I1= (I2')2 +(Io)2

9. I1R1 // I1 dan I1X1 ⊥ I1R1

10.V1 = E1 + I1R1 + I1X1

11.ϕ1 = sudut antara I1 dan V1

Pada prinsipnya langkah-langkah penggambaran ketiga diagram fasor untuk beban induktif, resistif dan kapasitif adalah sama. Hanya bebannya yang mempengaruhi arah I2 terhadap V2.


(23)

Gambar 2.11. Diagram Fasor Transformator Berbeban Resistif (Cos ϕ = 1) Pada Gambar 2.11 terlihat I2 sephasa dengan V2, hal ini karena bebannya resistif.

Gambar 2.12. Diagram Fasor Transformator Berbeban Kapasitif (cos ϕ leading). Pada Gambar 2.12 terlihat I2 mendahului terhadap V2, hal ini karena bebannya


(24)

2.7. Sistem Pengaturan

Persoalan naik turunnya tegangan atau berkedip sangat penting, dan biasanya berhubungan dengan beban yang tidak normal pada sistem daya.

Ada tiga persyaratan utama untuk pengaturan tegangan :

a. Tegangan tidak boleh naik turun sangat besar atau berkedip. b. Tegangan harus mendekati titik optimum tertentu.

c. Penyebaran tegangan tidak boleh lebih dari batas tegangan yang telah ditentukan.

Meskipun kelangsungan catu daya dapat diandalkan, tidak mungkin mempertahankan tegangan tetap pada sistem distribusi karena tegangan jatuh akan terjadi disemua bagian sistem dan akan berubah dengan adanya perubahan beban.

Bagaimana pun juga, harga pengaturan untuk tiap-tiap beban dengan bermacam-macam faktor daya dapat diperoleh dengan menggunakan rumus pengaturan dibawah ini:

Persentase pengaturan = ⎟×100% ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − R R V V Vs

= ×100% ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ + R V IXSin IRCosϕ ϕ

... (2.27) Dimana:

I = Arus saluran R = Tahanan saluran X = Reaktansi saluran ϕ = Sudut faktor daya


(25)

2.8. Pengaturan Dengan Transformator

Transformator merupakan suatu sarana untuk mengatur aliran daya baik nyata maupun reaktif. Konsep yang biasa tentang fungsi transformator dalam suatu sistem daya ialah sebagai pengubah dari suatu tingkat tegangan yang lain, seperti bila sebuah transformator mengubah tegangan suatu generator menjadi tegangan saluran transmisi. Tetapi transformator-transformator yang memberikan kemungkinan sedikit penyetelan pada besarnya tegangan, biasanya dalam daerah sekitar ±10 % dan yang lain menggeser sudut fasa tegangan-tegangan saluran merupakan komponen-komponen yang penting dalam suatu sistem daya.

Hampir semua tansformator menyediakan sadapan-sadapan pada kumparan untuk menyetel perbandingan transformasi dengan mengubah sadapan-sadapan itu pada saat transformator tidak bertenaga. Suatu perubahan sadapan-sadapan dapat dilakukan juga pada saat transformator bertenaga, dan transformator semacam ini disebut transformator pengubah sadapan beban atau transformator pengubah sadapan berbeban. Pengubah sadapan ini terjadi secara otomatis atau manual dan dikerjakan oleh motor-motor yang memberikan reaksi pada rele-rele yang disetel untuk menahan tegangan pada tingkat yang telah ditentukan.


(26)

BAB III

PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN

(ON LOAD TAP CHANGER) DI TRANSFORMATOR

3.1. Pengaturan Tegangan

Suatu transformator daya yang dipergunakan pada sistem tenaga listrik dilengkapi dengan alat yang disebut dengan pengubah sadapan (Tap Changer). Pengubah sadapan adalah alat perubah perbandingan transformasi untuk mendapatkan tegangan operasi sekunder yang lebih baik dari tegangan jaringan primer yang berubah-ubah.

Pengubah sadapan dapat beroprasi atau bekerja untuk memindahkan sadapan transformator baik dalam keadaan tanpa beban (Off Load Tap Changer) dan dalam keadaan transformator berbeban ( On Load Tap Changer ) dan juga dapat dioperasikan secara manual maupun otomatis.

Kegunaan pengubah sadapan ini adalah untuk mengatur atau menyesuaikan besaran tegangan sekunder yang keluar agar sesuai dengan yang diinginkan. Sebab pada umumnya letak dari pada beban adalah jauh dari sumber maka ini sangat penting untuk mengatasi terjadinya rugi-rugi tegangan.

3.2. Pengaruh Dari Jatuh Tegangan

Apabila jatuh tegangan yang terlalu besar akan mengakibatkan pengaturan


(27)

arus, daya, tahanan dan reaktansi saluran, seperti yang digambarkan pada Gambar 3.1.Sehingga persamaan untuk jatuh tegangan V = IRCosϕ + IXLSinϕ .

Gambar 3.1 Rangkaian Diagram Satu Fasa Dimana:

R = r.l, (ohm/fasa) XL= xl, (ohm/fasa)

Vk= Tegangan ujung pengirim(Volt)

Vt= Tegangan ujung penerima (Volt)

Perlu diketahui bahwa untuk faktor daya yang jelek, jatuh tegangan pada tahanan saluran adalah kecil pengaruhnya jika dibandingkan dengan jatuh tegangan di reaktansi saluran. Dari faktor inilah jatuh tegangan dapat dikurangi atau diperbaiki.

3.3. Daya Aktif dan Daya Reaktif

Dalam suatu rangkaian listrik, jika arus mengalir melalui sebuah tahanan R atau beban yang bersifat resistif murni, maka tegangan dan arus sefasa seperti pada Gambar 3.2a sehingga sudut yang dibentuk antara tegangan dan arus sama dengan nol.


(28)

Dalam sistem listrik bolak-balik, tidak selalu arus harus sefasa dengan tegangan. Arus dapat tertinggal (lagging) terhadap tegangan sebesar sudut ϕ (Gambar 3.2b), atau arus juga dapat mendahului (leading) terhadap tegangan sebesar sudut ϕ (Gambar 3.2c). Arus tertinggal terhadap tegangan terjadi apabila komponen yang dilewati oleh arus bersifat induktif dan apabila arus melewati komponen yang bersifat kapasitif maka arus akan mendahului tegangan sebesar sudut ϕ. Untuk induktor arus yang mengalir akan tertinggal terhadap tegangan sebesar 90°, dan untuk kapasitor arus yang mengalir akan mendahului tegangan sebesar 90°. Secara umum hubungan antara tegangan dan arus dalam bentuk diagram vektor dapat dilihat pada Gambar 3.2.

(a) Arus Sefasa Dengan Tegangan

(b) Arus Tertinggal Terhadap Tegangan Sebesar ϕ

(c) Arus Mendahului Terhadap Tegangan Sebesar ϕ Gambar 3.2. Hubungan Tegangan dan Arus Dalam Sistem Arus Bolak-Balik

Dengan adanya beda fasa antara tegangan dan arus, maka melalui diagram vektor (Gambar 3.2), terlihat bahwa dalam keadaan tunak (steady-state) arus terbagi menjadi dua komponen. Komponen arus yang berada pada sumbu X merupakan komponen nyata dan komponen arus yang berada dalam sumbu Y merupakan komonen imajiner. Hubungan tegangan (V) dengan arus komponen X


(29)

disebut daya nyata atau daya aktif (P) dan hubungan tegangan (V) dengan arus komponen Y disebut daya reaktif (Q). Dalam bentuk persamaan kedua komponen daya diatas dapat ditulis:

P = V I Cosϕ (watt) Q = V I Sinϕ (VAR)

3.4. Pengaturan Tegangan Pada Beban

Jaringan distribusi untuk kawasan tertentu kegiatan operasi di koordinir oleh pusat pengaturan distribusi, terutama untuk mengatasi gangguan. Di Indonesia persentase daya listrik yang dipakai masih banyak untuk beban penerangan dan pemakaian terbesar dari penerangan listrik adalah masyarakat banyak. Adapun penerangan yang diperoleh dari lampu listrik sangat dipengaruhi oleh perubahan tegangan sehingga yang dipakai sebagai dasar tegangan adalah tegangan nominal lampu listrik. Jadi diusahakan agar tegangan pada jaringan berada pada batas yang diperbolehkan untuk tegangan lampu listrik.

3.5. Pengaturan Tegangan Pada Saluran

Pengaturan tegangan pada saluran banyak digunakan untuk mengatur tegangan pada penyulang, agar tegangan yang sampai pada pelanggan masih berada pada batas-batas yang diijinkan.

Pengaturan tipe sadapan dapat berupa : (1) tipe Gardu Induk berupa fasa tunggal, fasa tiga dan dipakai di Gardu Iduk untuk mengatur tegangan pada rel atau tegangan masing-masing dari penyulang tegangan menengahnya dan (2) tipe distribusi yang hanya berupa fasa tunggal dan dipasang di tiang saluran udara


(30)

tegangan menengah. Pengaturan tipe sadapan pada dasarnya merupakan sebuah auto transformator dengan sadapan pada belitan serinya seperti pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3. Konstruksi Sebuah Auto Transformator Dengan Sadapan Pada Belitan Serinya

3.6. Pengubah Sadapan Berbeban Pada Transformator

Untuk dapat mengatur tegangan primer jaringan distribusi dan menjaga tegangan sistem yang sampai pada pelanggan industri maupun domestik masih memenuhi syarat, secara umum dan praktis transformator dilengkapi dengan suatu alat, seperti pengatur tegangan berbeban pada gardu induk. Untuk itu transformator utama di gardu induk yang memasok jaringan distribusi primer, dilengkapi dengan pengubah sadapan berbeban yaitu tegangan dapat diubah tanpa memutus sirkitnya. Pengubah sadapan berbeban ini dapat mengubah perbandingan belitan dari transformatornya, sadapan dapat dibuat pada belitan tegangan tinggi maupun tegangan rendah.

Setiap pengubah sadapan (tap changer) mempunyai bermacam-macam model, tujuan ini bermacam - macam menurut jumlah fasa, maksimum arus mengalir, ukuran, pemilih sadapan dan sebagainya. Sehingga pengkodean yang


(31)

bertujuan untuk mengetahui kapasitas sadapan tersebut. Sebagai contoh tipe MS III 300 Y yang dapat dilihat pada Gambar 3.4, dan dapat pula dilihat gambar pengubah sadapan berbeban pada Lampiran II.

Tipe MS III 300 Y, berarti: MS = Tipe sadapan III = Jumlah fasa

300 = Maksimum arus mengalir Y = Terhubung bintang

Gambar 3.4. Pengubah Sadapan Berbeban Tipe MS III 300 Y

3.7. Pemakaian Pengubah Sadapan Berbeban Pada Transformator

Pada transformator daya yang populer dan ekonomis dalam pemakaian pengubah sadapan berbeban adalah pengaturan pada belitan tegangan tinggi tiga fasa dan terhubung bintang dapat dilihat pada contoh rangkaian tiga fasa pada Gambar 3.5a.


(32)

Untuk hubungan satu fasa pengaturan tegangan dengan penggunaan pengubah sadapan berbeban dapat dilihat pada contoh rangkaian satu fasa pada Gambar 3.5b. Untuk penempatan pengubah sadapan berbeban dapat dilihat pada Lampiran II.

Gambar 3.5. Penggunaan Pengubah Sadapan Berbeban Dalam Berbagai Rangakaian Belitan

(a) Tiga Fasa (b) Satu Fasa

3.8. Fungsi dan Prinsip Kerja Pengubah Sadapan Berbeban 3.8.1. Fungsi Pengubah Sadapan Berbeban

Pengubah sadapan berbeban merupakan salah satu bagian utama transformator yang berfungsi untuk melayani pengaturan tegangan transformator, dengan cara memilih ratio tegangan tanpa harus melakukan pemadaman.

Untuk mendapatkan range yang luas didalam pengaturan tegangan, pada kumparan utama transformator biasanya ditambah kumparan bantu (tap winding) yang dihubungkan dengan pemilih sadapan (tap selektor) pada pengubah sadapan berbeban (OLTC).


(33)

3.8.2. Prinsip Kerja Pengubah Sadapan Berbeban

Pengaturan tegangan baik sisi sekunder maupun primer dilakukan dengan cara memilih ratio tegangan transformator. Untuk memilih ratio tegangan yang dikehendaki dilakukan dengan cara mengurangi atau menambah jumlah kumparan, melalui bantuan pemilih sadapan dan saklar pengalih.

Suatu pengubah sadapan berbeban terdiri dari pemilih tap (tap selector). Saklar pengalih (diverter switch) dan bagian-bagian pembantu (related auxiliaries) seperti pada Gambar 3.6.

Pemilih Sadapan

Resistor Peralihan

Kontak Pengalih Pengaturan

Belitan Belitan Utama

Gambar 3.6. Prinsip Kerja Pengubah Sadapan Berbeban

Pengubah suatu sadapan dimulai dengan pemilihan awal sadapan yang diinginkan pada belitan transformator. Saklar pengalih (diverter switch) mentransfer arus dari sadapan dalam service ke sadapan pemilihan awal. Selama perubahan atau pemindahan yang cepat ini tahanan dalam sirkit memastikan tidak terjadi pemutusan pemindahan arus.


(34)

3.9. Persoalan Pemakaian Pengubah Sedapan Berbeban.

Ada berbagai persoalan yang timbul sehubungan dengan pemakaian pengubah sadapan. Karena saklar pengalih itu melaksanakan perpindahan hubungan didalam minyak, maka minyak itu cepat memburuk. Oleh karena itu minyak pengubah sadapan harus dipisahkan dari minyak isolasi transformator dengan dinding pemisah. Minyak yang telah memburuk ini perlu disaring, tergantung dari keadaan untuk mencegah turunnya kekuatan isolasinya. Penyaringan minyak dapat dilakukan dengan penyaring minyak yang dapat bekerja dalam keadaan transformator bertegangan. Karena frekuensi bekerjanya saklar pengalih ini tinggi, maka keausan kontak harus mendapat perhatian juga.

3.10. Konsep Dasar Perhitungan Jatuh Tegangan

Pada dasarnya jatuh tegangan (voltage drop) yang terjadi dalam suatu sistem tenaga listrik disebabkan oleh adanya arus yang mengalir pada impedansi (Z), baik itu impedansi yang ada pada jaringan ataupun peralatan listrik lainnya yang terdapat dalam sistem tersebut. Besarnya jatuh tegangan secara umum merupakan selisih antara tegangan sumber (Vk) dengan tegangan nominal di ujung

beban atau jaringan (Vt).

Sebagai dasar dalam menghitung dan menganalisis jatuh tegangan, akan ditentukan jatuh tegangan pada jaringan dalam suatu sistem tenaga listrik. Sebagai gambaran mengenai suatu sistem tenaga listrik, akan ditunjukan dengan menggunakan rangkaian pengganti satu fasa yang sederhana seperti Gambar 3.7a dan dilengkapi dengan diagram vektor dari rangkaian tersebut, seperti yang terlihat dalam Gambar 3.7b.


(35)

Gambar 3.7 (a) Rangkaian Diagram Satu Fasa (b) Diagram Fasor

Jatuh tegangan yang terjadi pada jaringan distribusi 20 kV diakibatkan oleh nilai resistansi dan reaktansi dari saluran. Gambar 3.7a menerangkan bahwa nilai resistansi terhubung seri dengan nilai reaktansi. Sehingga besar jatuh tegangan dapat diketahui melalui analisis perhitungan.

Sesuai dengan defenisi jatuh tegangan adalah:

V= VkVt ... (3.1) Dengan,

Vk = Nilai mutlak tegangan ujung kirim Vt = Nilai mutlak tegangan ujung terima


(36)

Gambar 3.7b merupakan diagram fasor dari Gambar 3.7a dengan titik O sebagai pusat dari lingkaran dengan jari-jari od = Vk, kita buat lingkaran sehingga

memotong perpanjangan Vt pada titik e. Jadi Vk=Oe =Oa+ac+ce. Oleh karena

ce<<Vk; ce dapat diabaikan, sehingga Vk ≈Oa+ac.

Selanjutnya, Oa = Vt ; ac = ab+bc dimana ab=IRcosϕt dan bc=IXLsinϕt ; sehingga

ac = dV=IRcosϕt + IXLsinϕt

Selanjutnya Vk dapat ditulis dalam bentuk:

Vk ≈Vt + dV

Vt + IRcos≈ ϕt + IXLsinϕt

Atau

Vk-Vt≈ IRcosϕt + IXLsinϕt

Sesuai dengan defenisi diatas : V ≅ Vk − ΔVt maka didapat:

V ≅ IRcosϕt + IXLsinϕt ... (3.2)

Jatuh tegangan dalam prosen

Jatuh tegangan dalam prosen menurut defenisi : % 100 %= − × ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ Δ t t k V V V Vt V

Vt biasanya diambil tegangan sistem yang bersangkutan, dalam hal ini Vf yang

merupakan tegangan fasa sistem, jadi persamaan tersebut dapat di tulis dalam bentuk :

% 100 %= Δ ×

⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜⎝ ⎛ Δ f V V Vf V


(37)

V =VkVt ≅ IRcosϕt + IXLsinϕt

Sehingga persamaan dapat ditulis sebagai berikut:

( )

% cos sin 100%

%= Δ ≅ + ×

⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜⎝ ⎛ Δ

f

V

t IXL t IR V

Vf

V ϕ ϕ

... (3.3) Dengan Vf adalah tegangan fasa nominal atau tegangan pengenal dari sistem yang


(38)

BAB IV

PERHITUNGAN JATUH TEGANGAN 4.1. Data dan Hasil Pengamatan

Data Transformator Unit I Gardu Induk Paya Geli - Kapasitas : 60 MVA

- Tegangan : 150KV/20KV - Frekuensi : 50 HZ

- Phasa : 3

Transformator dilengkapi dengan beban melalui delapan penyulang seperti pada Gambar 4.1. Diagram satu garis Gardu Induk Paya Geli pada Lampiran I.

Transformator I Switch

PG1

PG2

PG3

PG4 PG5

PG6 PG7

PG8 Rel


(39)

Data teknik pengubah sadapan berbeban dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut: Plat nama transformator I Gardu Induk Paya Geli pada Lampiran I.

Tabel 4.1. Data Teknik Pengubah Sadapan Berbeban

Keterangan Kapasitas

Jumlah fasa 3

Merek MR Type MA9

Motor 0,55 kw 50 HZ

Data pengubah sadapan MR-MA9-III300 seperti pada Tabel 4.2 Tabel 4.2. Data Pengubah Sadapan MR-MA9-III300

Tegangan Tinggi Tegangan Rendah

Sadapan Hubungan Kontak

kV Amps kV Amp 1 12 – 11, N - 2 165, 75 209,0

2 12 – 11, N - 3 163, 50 211,9 3 12 – 11, N - 4 161,25 214,8 4 12 – 11, N - 5 159,00 217,9 5 12 – 11, N - 6 156,75 221,0 6 12 – 11, N - 7 154,50 224,2 7 12 – 11, N - 8 152,25 227,5

8 12 – 11, N - 9 150,00 230,9 20,0 1732 9 12 – 11, N -10 147,75 234,5

10 12 – 11/ 12 – 1, N - 12 145,50 238,1 11 12 – 1, N - 2 143,25 241,8 12 12 – 1, N - 3 141,00 245,7 13 12 – 1, N - 4 138,75 249,7 14 12 – 1, N - 5 136,50 253,8 15 12 – 1, N - 6 134,25 258,0 16 12 – 1, N - 7 132,00 262,4 17 12 – 1, N - 8 129,75 267,0 18 12 – 1, N - 9 127,50 271,7


(40)

Besar resistansi dan induktansi per-km dapat dilihat pada Tabel 4.3 dibawah ini. Seperti pada Lampiran I.

Tabel 4.3. Sefesifikasi Pada Penyulang

Arus maksimum Jenis Ukuran Resistansi

(ohm/km)

Induktansi (mH/km)

Kapasitansi (μF/km)

Bawah tanah

Udara Al 3 x 150

mm2

0,2060 0,414 0.0,213 264 313

Data penghantar penyulang 20 KV seperti pada Tabel 4.4 Tabel 4.4. Data Penghantar Penyulang 20 KV

Konduktor Penyulang Panjang

Saluran Utama (KMS)

Jenis Ukuran (mm2)

Tgangan (KV)

PG1 (Udang) 5,1 AAAC 3X150 20

PG2 (Tripang) 7,560 AAAC 3X150 20

PG3 (Gurita) 6,68 AAAC 3X150 20

PG4 (Ketam) 3,50 AAAC 3X150 20

PG5 (Kepiting) 2,05 AAAC 3X150 20

PG6 (Pari) 6,14 AAAC 3X150 20

PG7 (Rajungan) 7,71 AAAC 3X150 20


(41)

Data beban penyulang 20 KV seperti pada Tabel 4.5

Tabel 4.5. Data Beban Penyulang 20 KV

Beban Tertinggi Beban Terendah

Siang Malam Siang Malam

Penyulang S (MVA)

S (MVA)

S (MVA)

S (MVA)

PG1 (Udang) 2,60 2,60 1,04 1,04

PG2 (Tripang) 8,141 8,31 4,33 4,50

PG3 (Gurita) 9,01 6,24 3,98 3,98

PG4 (Ketam) 4,15 4,33 2,08 2,08

PG5 (Kepiting) 4,85 5,54 2,42 2,77

PG6 (Pari) 9,70 9,01 2,77 3,46

PG7 (Rajungan) 3,81 4,85 1,39 2,08

PG8 (Sotong) 6,24 5,54 0,35 0,35

4.2. Perhitungan Jatuh Tegangan

Untuk mencari jatuh tegangan di 8 peyulang digunakan persamaan 3.11. dimana nilai I, S dan ldapat dilihat pada Tabel 4.4, Tabel 4.5 dan Lampiran I. Dimana: r = Tahanan per fasa, dalam ohm/km

x = Reaktansi per fasa, dalam ohm/km R = l.r, dalam ohm/fasa

XL= l.x, dalam ohm/fasa


(42)

% 100 ) sin cos ( )% ( 2 × + × ≅ Δ f V x r S

V l ϕ ϕ

Dimana k = ( cos sin ) 100%

2 ×

+ V

x

r ϕ ϕ

V = S×l×k

Cosϕ = 0,89 Sinϕ = 0,456

= Cos-1 0,89 V = 20 KV

= 27,13°

L = 0,414 mH/km X = 2.π.f.L

= 2.3,14.50.0,414.10-3 = 0,13 ohm/km

k = ( cos sin ) 100%

2 ×

+ V

x

r ϕ ϕ

k = 100%

20 456 , 0 . 13 , 0 89 , 0 . 2060 , 0 2 × + k = 0,061%

4.3. Jatuh Tegangan Pada Penyulang

Beban Tertinggi Siang (Pukul 07.00 s/d 16.00)

1) ( V%)PG1 = S×l×k

= 2,60 x 5,1 x 0,061%


(43)

2) ( V%)PG2 = S×l×k

= 8,141 x 7,560 x 0,061%

= 3,75%

3) ( V%)PG3 = S×l×k

= 9,01 x 6,68 x 0,061%

= 3,67%

4) ( V%)PG4 = S×l×k

= 4,15 x 3,50 x 0,061%

= 0,89%

5) ( V%)PG5 = S×l×k

= 4,85 x 2,05 x 0,061%

= 0,61%

6) ( V%)PG6 = S×l×k

= 9,70 x 6,14 x 0,061%

= 3,63%

7) ( V%)PG7 = S×l×k

= 3,81 x 7,71 x 0,061%

= 1,79%

8) ( V%)PG8 = S×l×k

= 6,24 x 1,492 x 0,061%


(44)

Beban Tertinggi Malam (Pukul 17.00 s/d 06.30)

1) ( V%)PG1 = S×l×k

= 2,60 x 5,1 x 0,061%

= 0,81%

2) ( V%)PG2 = S×l×k

= 8,31 x 7,560 x 0,061%

= 3,83%

3) ( V%)PG3 = S×l×k

= 6,24 x 6,68 x 0,061%

= 2,54%

4) ( V%)PG4 = S×l×k

= 4,33 x 3,50 x 0,061%

= 0,92%

5) ( V%)PG5 = S×l×k

= 5,54 x 2,05 x 0,061%

= 0,69%

6) ( V%)PG6 = S×l×k

= 9,01 x 6,14 x 0,061%

= 3,37%

7) ( V%)PG7 = S×l×k

= 4,85 x 7,71 x 0,061%


(45)

8) ( V%)PG8 = S×l×k

= 5,54 x 1,492 x 0,061%

= 0,50%

Beban Terendah Siang (Pukul 07.00 s/d 16.00)

1) ( V%)PG1 = S×l×k

= 1,04 x 5,1 x 0,061%

= 0,32%

2) ( V%)PG2 = S×l×k

= 4,33 x 7,560 x 0,061%

= 1,99%

3) ( V%)PG3 = S×l×k

= 3,98 x 6,68 x 0,061%

= 1,62%

4) ( V%)PG4 = S×l×k

= 2,08 x 3,50 x 0,061%

= 0,44%

5) ( V%)PG5 = S×l×k

= 2,42 x 2,05 x 0,061%

= 0,30%

6) ( V%)PG6 = S×l×k

= 2,77x 6,14 x 0,061%


(46)

7) ( V%)PG7 = S×l×k

= 1,39 x 7,71 x 0,061%

= 0,65%

8) ( V%)PG8 = S×l×k

= 0,35 x 1,492 x 0,061%

= 0,032%

Beban Terendah Malam (Pukul 17.00 s/d 06.30)

1) ( V%)PG1 = S×l×k

= 1,04 x 5,1 x 0,061%

= 0,32%

2) ( V%)PG2 = S×l×k

= 4,50 x 7,560 x 0,061%

= 2,10%

3) ( V%)PG3 = S×l×k

= 3,98 x 6,68 x 0,061%

= 1,62%

4) ( V%)PG4 = S×l×k

= 2,08 x 3,50 x 0,061%

= 0,44%

5) ( V%)PG5 = S×l×k

= 2,77 x 2,05 x 0,061%


(47)

6) ( V%)PG6 = S×l×k

= 3,46 x 6,14 x 0,061%

= 1,29%

7) ( V%)PG7 = S×l×k

= 2,08 x 7,71 x 0,061%

= 0,98%

8) ( V%)PG8 = S×l×k

= 0,35 x 1,492 x 0,061%

= 0,032%

Agar lebih jelas, nilai jatuh tegangan untuk seluruh penyulang dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini:


(48)

Tabel 4.6. Nilai Jatuh Tegangan Pada Tiap Penyulang Beban Tertinggi Beban Terendah

Siang Malam Siang Malam

Penyulang Jatuh Tegangan

(%)

Jatuh Tegangan

(%)

Jatuh Tegangan

(%)

Jatuh Tegangan

(%)

PG1 (Udang) 0,81% 0,81% 0,32% 0,32%

PG2 (Tripang) 3,75% 3,83% 1,99% 2,10%

PG3 (Gurita) 3,67% 2,54% 1,62% 1,62%

PG4 (Ketam) 0,89% 0,92% 0,44% 0,44%

PG5 (Kepiting) 0,61% 0,69% 0,30% 0,35%

PG6 (Pari) 3,63% 3,37% 1,04% 1,29%

PG7 (Rajungan) 1,79% 2,28% 0,65% 0,98%

PG8 (Sotong) 0,57% 0,50% 0,032% 0,032%

4.4. Analisis Hasil Perhitungan

Dari perhitungan diatas maka didapat analisis:

a. Besarnya jatuh tegangan pada gardu distribusi berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh jarak penyulang yang terlalu panjang dan beban yang tidak sama antara penyulang.

b. Melalui hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa jatuh tegangan paling besar adalah 3,83 %, hal ini masih sesuai dengan batas toleransi (maximum + 5% dan minimum - 10% dari tegangan nominalnya).


(49)

4.5 Pengaturan Sadapan

Prinsip pengaturan tegangan sekunder berdasarkan perubahan jumlah belitan primer atau sekunder. V1, N1 dan V2, N2 adalah parameter primer dan sekunder. 2 1 2 1 N N V V = 2 1 1 2 N N V V = ×

Dimana:

V1 = Tegangan Primer

V2 = Tegangan Sekunder

N1 = Belitan Primer

N2 = Belitan Sekunder

Jika N1 berkurang, tegangan perbelitan (V1/N1) bertambah, sehingga

tegangan sekunder 2 1

1 N

N V

× bertambah. Di sisi lain, jika N2 bertambah sementara

N1 tetap, tegangan sekunder 2 1

1 N

N V

× juga bertambah. Dengan kata lain,

pengurangan belitan primer N1 mempunyai pengaruh yang sama dengan penambahan belitan N2.

4.5.1. Besar Tegangan

Batasan pengaturan tegangan transformator daya satu Gardu Induk Paya Geli adalah maximum +10,5% dan minimum -15% dari tegangan nominalnya dan mempunyai 18 sadapan. Maka besar tegangan pada sadapan 1 sampai sadapan 18:


(50)

Sadapan 1 = VN + (0,105 x VN) = 150 + ( 0,105 x 150) = 165,75 KV

Sadapan 2 = VN + (0,09x VN) = 150 + ( 0,09 x 150) = 163,5 KV

Sadapan 3 = VN + (0,075 x VN) = 150 + ( 0,075 x 150) = 161,25 KV

Sadapan 4 = VN + (0,06 x VN) = 150 + ( 0,06 x 150) = 159 KV

Sadapan 5 = VN + (0,045 x VN) = 150 + ( 0,045 x 150) = 156,75 KV

Sadapan 6 = VN + (0,03 x VN) = 150 + ( 0,03 x 150) = 154,5 KV

Sadapan 7 = VN + (0,015 x VN) = 150 + ( 0,015 x 150) = 152,25 KV

Sadapan 8 = Nominal = 150 KV

Sadapan 9 = VN - (0,015 x VN) = 150 - ( 0,015 x 150) = 147,75 KV

Sadapan 10 = VN - (0,03 x VN) = 150 - ( 0,03 x 150) = 145,5 KV

Sadapan 1 1 = VN - (0,045 x VN) = 150 - ( 0,045 x 150) = 143,25 KV

Sadapan 1 2 = VN - (0,06 x VN) = 150 - ( 0,06 x 150) = 141 KV

Sadapan 1 3 = VN - (0,075 x VN) = 150 - ( 0,075 x 150) = 138,75 KV

Sadapan 1 4 = VN - (0,09 x VN) = 150 - ( 0,09 x 150) = 136,5 KV

Sadapan 1 5 = VN - (0,105 x VN) = 150 - ( 0,105 x 150) = 134,25 KV

Sadapan 1 6 = VN - (0,12 x VN) = 150 - ( 0,12 x 150) = 132 KV

Sadapan 1 7 = VN - (0,135 x VN) = 150 - ( 0,135 x 150) = 129,75 KV

Sadapan 1 8 = VN - (0,15 x VN) = 150 - ( 0,15 x 150) = 127,5 KV

Pada sisi sekunder transformator daya tegangan dibuat konstan 20 KV

4.5.2. Besar Arus

Maka besar arus pada sadapan 1 sampai sadapan 18 sisi primer transformator daya:

I1 =

KV KVA

.

3 = 3.165,75 60000


(51)

I2 =

KV KVA

.

3 = 3.163,50 60000

= 211,9 A

I3 =

KV KVA

.

3 = 3.161,25 60000

= 214,8 A

I4 =

KV KVA

.

3 = 3.159 60000

= 217,9 A

I5 =

KV KVA

.

3 = 3.156,75 60000

= 221 A

I6 =

KV KVA

.

3 = 3.154,5 60000

= 224,2 A

I7 =

KV KVA

.

3 = 3.152,25 60000

= 227,5 A

I8 =

KV KVA

.

3 = 3.150 60000

= 230,9 A

I9 =

KV KVA

.

3 = 3.147,75 60000

= 234,5 A

I10 =

KV KVA

.

3 = 3.145,50 60000

= 238,1 A

I11 =

KV KVA

.

3 = 3.143,25 60000

= 241,8 A

I12 =

KV KVA

.

3 = 3.141 60000

= 245,7 A

I13 =

KV KVA

.

3 = 3.138,75 60000

= 249,7 A

I14 =

KV KVA

.

3 = 3.136,50 60000

= 253,8 A

I15 =

KV KVA

.

3 = 3.134,25 60000


(52)

I16 =

KV KVA

.

3 = 3.132 60000

= 262,4 A

I17 =

KV KVA

.

3 = 3.129,75 60000

= 267 A

I18 =

KV KVA

.

3 = 3.127,5 60000

= 271,7 A

Dan besar arus pada sisi sekunder transformator daya: Is =

KV KVA

.

3 = 3.20 60000

= 1732 A

Agar lebih jelas data pengubah sadapan dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini: Tabel 4.7. Data Pengubah Sadapan MR-MA9-III300

Tegangan Tinggi Tegangan Rendah

Sadapan Hubungan Kontak

kV Amps kV Amp 1 12 – 11, N - 2 165, 75 209,0

2 12 – 11, N - 3 163, 50 211,9 3 12 – 11, N - 4 161,25 214,8 4 12 – 11, N - 5 159,00 217,9 5 12 – 11, N - 6 156,75 221,0 6 12 – 11, N - 7 154,50 224,2 7 12 – 11, N - 8 152,25 227,5

8 12 – 11, N - 9 150,00 230,9 20,0 1732 9 12 – 11, N -10 147,75 234,5

10 12 – 11/ 12 – 1, N - 12 145,50 238,1 11 12 – 1, N - 2 143,25 241,8 12 12 – 1, N - 3 141,00 245,7 13 12 – 1, N - 4 138,75 249,7 14 12 – 1, N - 5 136,50 253,8 15 12 – 1, N - 6 134,25 258,0 16 12 – 1, N - 7 132,00 262,4 17 12 – 1, N - 8 129,75 267,0 18 12 – 1, N - 9 127,50 271,7


(53)

BAB V PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

1. Perbaikan jatuh tegangan dapat dilakukan dengan memperbesar tegangan ujung kirim.

2. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa penggunaan pengubah sadapan berbeban pada transformator dapat mengatur tegangan keluaran transformator sesuai dengan yang diinginkan

3. Besarnya jatuh tegangan pada tiap penyulang berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh jarak penyulang yang terlalu panjang dan beban yang tidak sama antara penyulang.

4. Melalui hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa jatuh tegangan paling besar adalah 3,83 %, hal ini masih sesuai dengan batas toleransi (maximum + 5% dan minimum - 10% dari tegangan nominalnya).

5. Dari perhitungan pengaturan sadapan diperoleh hasil perhitungan pabrikan sama dengan hasil perhitungan yang telah dibuat pada Tabel 4.7.


(54)

5.2. SARAN

Adapun saran-saran penulis setelah menyusun Tugas Akhir ini adalah:

1. Sebaiknya minyak isolasi pengubah sadapan berbeban dipisahkan dari minyak isolasi transformator karena proses pemindahan sadapan sangat sering terjadi sehingga dapat mempengaruhi kekuatan dielektrik minyak isolasi.

2. Selain minyak isolasi, kontak – kontak juga perlu diperhatikan sesuai buku petunjuk dari pabrikan biasanya 500.000 kali operasi baru diganti.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

1. Basri, Hasan., “Sistem Distribusi Daya Listrik”, ISTN, Jakarta Selatan, 1997.

2. Blume,The late L.F, Boyajian. A, Camilli. G., “Transformer Engineering”, General Electric Company, New York, 1951.

3. Gonen, Turan., “Electric Power Distribution System Engineering”, McGraw-Hill Book Co-Sngapore, 1986.

4. Kadir, Abdul., “Distribusi dan Utilisasi Tenaga Listrik”, UI-Press, Jakarta, 2000.

5. Kadir, Abdul., ”Transformator”, Pradnya Paramita, Jakarta,1981.

6. Pabla, AS., ”Sistem Distribusi Daya Listrik”, (Diterjemahkan oleh: Hadi Abdul.Ir Erlangga, Elektro Indonesia, 1991).

7. Stevenson, William D, JR., “Analisa Sistem Tenaga Listrik”, (Diterjemahkan oleh: Idris, Kamal.Ir, Erlangga, Jakarta, 1994).

8. Sulasono., “Teknik Dan Sistem Distribusi Daya Listrik”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2001.


(56)


(57)

(58)

(59)

(60)

(61)

Gambar Penempatan Pengubah Sadapan Berbeban Pada Transformator

TAP SELECTOR PENGGERAK

MEKANI K

TANGKI

SI LI CAGEL BATANG

PENGGERAK DI VERTER SWI TCH

KONSERVATOR

Gambar Hubungan Pengubah Sadapan Berbeban Dengan Kumparan Transformator


(1)

Bina Citakarya Purba : Studi Penggunaan Pengubah Sadapan Berbeban Pada Transformator Untuk Perbaikan Tegangan Pada Rel 20 KV, 2009


(2)

(3)

Bina Citakarya Purba : Studi Penggunaan Pengubah Sadapan Berbeban Pada Transformator Untuk Perbaikan Tegangan Pada Rel 20 KV, 2009


(4)

(5)

Bina Citakarya Purba : Studi Penggunaan Pengubah Sadapan Berbeban Pada Transformator Untuk Perbaikan Tegangan Pada Rel 20 KV, 2009


(6)

Gambar Penempatan Pengubah Sadapan Berbeban Pada Transformator

TAP SELECTOR

PENGGERAK MEKANI K

TANGKI

SI LI CAGEL BATANG

PENGGERAK DI VERTER SWI TCH


Dokumen yang terkait

Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota)

4 89 99

PENGARUH REGULATOR TEGANGAN TERHADAP PERBAIKAN TEGANGAN PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 KV PENYULANG PURWODADI 10 - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 13

PENSTABILAN TEGANGAN SEKUNDER PADA TRANSFORMATOR DAYA 150 20 KV AKIBAT JATUH TEGANGAN -

2 12 82

Optimasi Penempatan Dan Kapasitas Pembangkit Terdistribusi Pada Jaringan Distribusi Untuk Perbaikan Stabilitas Tegangan (Studi Kasus: Jaringan Distribusi 20 KV Dolok Sanggul)

0 1 11

Optimasi Penempatan Dan Kapasitas Pembangkit Terdistribusi Pada Jaringan Distribusi Untuk Perbaikan Stabilitas Tegangan (Studi Kasus: Jaringan Distribusi 20 KV Dolok Sanggul)

0 0 1

Optimasi Penempatan Dan Kapasitas Pembangkit Terdistribusi Pada Jaringan Distribusi Untuk Perbaikan Stabilitas Tegangan (Studi Kasus: Jaringan Distribusi 20 KV Dolok Sanggul)

0 1 4

Optimasi Penempatan Dan Kapasitas Pembangkit Terdistribusi Pada Jaringan Distribusi Untuk Perbaikan Stabilitas Tegangan (Studi Kasus: Jaringan Distribusi 20 KV Dolok Sanggul)

0 0 44

Optimasi Penempatan Dan Kapasitas Pembangkit Terdistribusi Pada Jaringan Distribusi Untuk Perbaikan Stabilitas Tegangan (Studi Kasus: Jaringan Distribusi 20 KV Dolok Sanggul)

0 1 2

Optimasi Penempatan Dan Kapasitas Pembangkit Terdistribusi Pada Jaringan Distribusi Untuk Perbaikan Stabilitas Tegangan (Studi Kasus: Jaringan Distribusi 20 KV Dolok Sanggul)

0 0 63

REKONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV UNTUK PERBAIKAN PROFIL TEGANGAN DAN SUSUT DAYA LISTRIK

0 2 8