Peran Endokrin Dalam Sistem Reproduksi

(1)

PERAN ENDOKRIN DALAM SISTEM REPRODUKSI

Oleh

MAYA SAVIRA

197611192003122001

DEPARTEMEN FISIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semua mahluk hidup akan bereproduksi, yaitu proses yang dilakukan oleh suatu organisme untuk membentuk organisme lain seperti mereka. Kemampuan untuk bereproduksi inilah yang membedakan antara mahluk hidup dengan benda mati.1

Reproduksi tidak penting bagi kelangsungan hidup suatu organisme tapi sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu spesies.2

Secara anatomis, pria dan wanita dapat dibedakan dari sex sekunder dan sistem reproduksinya.Tidak seperti sistem tubuh lainnya yang pada dasarnya identik pada dua jenis kelamin baik itu pria maupun wanita, sistem reproduksi pria dan wanita sangat berbeda, sesuai dengan peran mereka yang berbeda dalam proses reproduksi.2

Sistem reproduksi baik pada pria maupun wanita dipengaruhi oleh sistem hormonal. Hormon yang mempengaruhi sistem reproduksi adalah, FSH, LH (gonadotropin hormone), estrogen, progesterone dan testosterone. Semua hormone tersebut memiliki peranan penting dalam sistem reproduksi pria dan wanita serta perkembangan sex sekunder.2

Hormon reproduksi disekresikan sepanjang hidup seseorang dengan kadar yang berbeda, produksinya meningkat pada masa pubertas dan akan menurun dengan bertambahnya usia.3


(3)

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 HORMON REPRODUKSI PRIA 2.1.1 Testosteron

Testis mensekresikan beberapa hormone reproduksi pria yang secara kolektif disebut hormone androgen termasuk didalamnya testosterone, dihidrotestosteron dan androsteron. Testosterone merupakan yang terbanyak dibandingkan yang lainnya. Walaupun pada jaringan target testosterone akan dikonversikan menjadi dihidrotestosteron.4

Testosterone dibentuk oleh sel interstitial, leydig yang terletak diantara tubulus seminiferus. Sel leydig hampir dikatakan tidak ada didalam testis selama masa kanak kanak pada saat itu testis hampir tidak mensekresikan testosterone tetapi jumlahnya banyak pada bayi laki laki yang baru lahir selama beberapa bulan pertama dan pada pria dewasa setelah melewati masa pubertas. Pada kedua masa ini testis mensekresikan testosterone dalam jumlah yang banyak.4

Setelah disekresikan oleh testis, kurang lebih 97% dari testosterone berikatan lemah dengan plasma albumin atau berikatan kuat denagn beta globulin yang disebut sex hormone binding globulin dan akan bersirkulasi di dalam darah selama 30 menit sampai satu jam. Pada saat itu testosterone di transfer ke jaringan atau di degradasikan menjadi produk yang tidak aktif yang kemudian diekskresikan.4

Testosterone yang cocok dengan jaringan kemudian didalam sel jaringan akan dikonversikan menjadi dihidrotestosteron, terutama pada targen organ tertentu seperti kelenjar prostate pada pria dewasa dan genitalia externa pada fetus. Sedangkan yang tidak cocok dengan jaringan kemudian akan dikonversikan dengan cepat oleh liver menjadi dihidrotestosteron dan androsteron, yang secara simultan.4

Secara umum testosterone bertanggung jawab atas perbedaan karakter maskulin dari tubuh. Bahkan pada saat masa janin, testis distimulasi oleh chorionic gonadotropin dari placenta untuk memproduksi testosterone selama perkembangan janin dan sampai 10 minggu atau lebih setelah lahir, setelah itu testosterone tidak diproduksi selama


(4)

masa kanak kanak sampai usia kurang lebih 10-13 tahun. Kemudian produksi testosterone akan meningkat dengan cepat dibawah stimulus gonadotropin hormone yang diproduksi oleh hipofise anterior sebagai onset dari pubertas dan berlangsung sepanjang hidup.4

4

Testosterone mulai dibentuk oleh testis janin laki laki pada usia embrio 7 minggu. Sebenarnya perbedaan fungsi utama antara kromosom sex pria dan wanita adalah kromosom sex pria menyebabkan perkembangan genital untuk mensekresikan testosterone, sedangkan kromosom sex pada wanita menyebabkan perkembangan genital untuk mensekresikan estrogen. Testosterone bertanggung jawab terhadap perkembangan karakteristik tubuh pria termasuk pembentukan penis, skrotum dan kelenjar prostate dan juga menekan pembentukan organ genital wanita.4

Efek testosterone menyebabkan turunnya testis kedalam skrotum

Testis biasa turun kedalam skrotum pada 2-3 bulan terakhir masa gestasi ketika testis mulai mensekresikan testosterone dalam jumlah yang bermakna. Apabila seorang anak laki laki lahir dengan testis yang belum turun kedalam skrotum akan tetapi testis memiliki fungsi yang normal, adanya testosterone biasanya menyebabkan testis turun


(5)

bila canalis inguinalis cukup besar untuk dilewati testis. Stimulus dari hormon gonadotropin akan menyebabkan sel leydig mensekresikan testosterone yang akan menyebabkan testis turun kedalam skrotum. Testosterone merupakan hormone yang penting dalam proses perkembangan sex laki laki selama masa janin.4

Efek testosterone dalam perkembangan karakteristik sex primer dan sekunder

Setelah masa pubertas peningkatan jumlah testosterone menyebabkan penis, skrotum dan testis membesar kurang lebih 8 kali sampai usia dibawah 20 tahun. Perkembangan karakter seksual sekunder amat dipengaruhi oleh testosterone dimulai masa pubertas dan diakhiri pada saat dewasa.4

Efek testosterone terhadap distribusi rambut tubuh

Testosterone menyebabkan pertumbuhan rambut di seputar pubis, di atas linea alba abdomen dan kadang kadang sampai umbilicus dan diatasnya, wajah, biasanya di dada dan sedikit di bagian tubuh yang lain seperti di punggung. Testosterone juga menurunkan pertumbuhan rambut di kepala bagian atas pada pria. Pada pria yang tidak memiliki fungsi testis secara normal tidak akan mengalami kebotakan. Bagaimanapun kebotakan di sebabkan oleh dua factor yaitu, latar belakang genetic dan jumlah hormone androgen yang banyak.4

Efek testosterone pada perubahan suara

Testosterone yang disekresikan oleh testis dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah sistemik akan menyebabkan hipertropi mukosa laring dan pembesaran laring. Hal ini mula mula akan menyebabkan suara menjadi tidak harmonis suara menjadi pecah, tetapi kemudian akan berubah menjadi suara khas pria dewasa.4

Efek testosterone dalam meningkatkan ketebalan kulit dan menyebabkan terbentuknya jerawat

Testosterone menyebabkan jaringan subkutan di seluruh tubuh menjadi lebih tebal dan kasar. Testosterone juga menyebabkan meningkatnya sekresi dari kelenjar sebasea.


(6)

Terutama kelenjar sebasea yang terdapat di wajah hal inilah yang menyebabkan terbentuknya jerawat. Jerawat biasa terjadi pada laki laki yang masuk kedalam masa pubertas, pada saat tubuh pertama kali dikenalkan dengan kenaikan jumlah testosterone. Setelah beberapa tahun testosterone disekresikan kulit biasanya akan beradaptasi dengan testosterone dan menyebabkan jerawat menjadi lemah. 4

Efek testosterone meningkatkan pembentukan protein dan perkembangan otot

Salah satu yang paling penting dari karakteristik pria adalah meningkatnya perkembangan otot setelah masa pubertas rata rata 50% meningkat masa ototnya dibandingkan pada wanita. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya protein pada bagian yang tidak berotot pada tubuh. Perubahan pada kulit juga disebabkan karena penyimpanan protein didalam kulit. Karena efek testosterone dan androgen lain begitu besar pada pembentukan otot maka banyak digunakan androgen sintetis digunakan oleh atlet untuk memperbaiki penampilan otot mereka. 4

Efek testosterone dalam meningkatkan matriks tulang dan menyebabkan retensi natrium

Setelah jumlah testosteron meningkat banyak di dalam sirkulasi pada masa pubertas, tulang tumbuh menjadi lebih tebal menyimpan tambahan garam kalsium. Testosterone meningkatkan jumlah total dari matriks tulang dan menyebabkan retensi kalsium. Peningkatan matriks tulang diyakini sebagai hasil dari simpanan garam kalsiumyang meningkat sebagai respon terhadap peningkatan protein.

Testosterone memiliki fungsi spesifik terhadap pelvis yaitu; 1. menyempitkan rongga panggul.

2. memanjangkan tulang pelvis.

3. menyebabkan bentuk pipa/ silinder dengan bagian atas yang lebar dan menyempit di bagian bawah (funnel-like shape) dan tidak lonjong pada bagian belakang (broad ovoid) seperti pada pelvis wanita.


(7)

Karena kemampuannya ukuran dan kekuatan dari tulang testosterone sering digunakan oleh pria yang sudah tua untuk mengobati osteoporosis. Testosterone juga menyebabkan epifise tulang panjang menyatu lebih cepat dan menyebabkan pertumbuhan menjadi lebih cepat.4

2.1.2 Pengaturan testosterone oleh hormone gonadotropin

Testis dikontrol oleh dua hormone gonadotropin yaitu, luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH).2

Kedua hormone ini disebut hormone gonadotropin karena merangsang organ sex (gonad) baik pada pria (testis) maupun wanita (ovarium). Kedua hormone ini dihasilkan oleh sel yang berada pada hipofise anterior yang disebut gonadotrophs.5

Kedua hormone ini bekerja pada komponen testis yang berbeda. LH bekerja pada sel leydig untuk mengatur sekresi testosterone (hormone reproduksi lainnya), sehingga pada pria hormone ini diberi nama interstitial cell stimulating hormone (ICSH), FSH bekerja pada tubulus seminiferosa, terutama di sel sertoli untuk meningkatkan spermatogenesis. Sebaliknya, sekresi LH, FSH dari hipofise anterior dirangsang oleh hormone hipotalamus, gonadotropin releasing hormone (GnRH). Setiap dua sampai tiga jam sekali, GnRH dikeluarkan dari hipotalamus dalam letupan letupan sekretorik, tanpa terjadi sekresi diantara letupan letupan itu.2

Walaupun sekresi LH dan FSH sama sama distimulasi oleh Gn-RH, tetapi konsentrasi kedua hormone ini dlam plasma tidak sama, hal ini pertama disebabkan oleh karena diantara letupan letupan sekretoriknya LH dibersihkan dari darah lebih cepat dibandingkan dengan FSH yang di metabolisme lebih lambat. Kedua selain GN-RH testosterone dan inhibin secara berbeda mempengaruhi kecepatan sekresi LH dan FSH.2

Testosterone memberikan feedback negative terhadap LH dengan dua cara, pertama menurunkan pengeluaran Gn-RH dengan cara bekerja pada hipotalamus, sehingga secara tidak langsung menurunkan kadar LH dan FSH yang disekresikan di hipofise anterior. Kedua dengan cara bekerja langsung pada hipofise anterior untuk mengurangi kepekaan sel sel sekretorik LH di hipofise anterior terhadap Gn-RH.


(8)

Sehingga dapat dilihat bahwa testosterone menimbulkan efek negative yang lebih besar terhadap sekresi LH dibandingkan terhadap sekresi FSH. Sinyal inhibitorik testis untuk mengontrol sekresi FSH adalah hormone peptide, inhibin yang disekresikan oleh sel sertoli. Inhibin diperkirakan secara langsung pada hipofise anterior untuk menghambat sekresi FSH.2

4

Baik LH, testosterone maupun FSH berperan penting dalam mengontrol spermatogenesis, yang masing masing melaksanakan efeknya dengan mempengaruhi sel sertoli.2

FSH berikatan dengan reseptor spesifik yang melekat pada sel sertoli didalam tubulus seminiferus. Ini menyebabkan sel sel tersebut tumbuh dan mensekresikan bermacam macam bahan spermatogenik. Secara bersamaan testosterone berdifusi


(9)

dari sel leydig kedalam tubulus seminiferus untuk mitosis dan meiosis sel sel germinativum. 4

Kadar testosterone yang tinggi diperlukan untuk mempertahankan pembentukan sperma.2

2.2 HORMON REPRODUKSI WANITA

Sistem hormonal pada wanita, seperti juga pada pria, terdiri dari tiga hormone utama; 1. gonadotropin releasing hormone, hormone yang disekresikan oleh hipotalamus 2. Follicle stimulating hormone (FSH), luteinizing hormone (LH), keduanya adalah

hormone yang disekresikan oleh hipofise anterior

3. estrogen dan progesterone merupakan hormone yang dihasilkan ovarium sebagai respon terhadap dua hormone yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise anterior

macam macam hormone ini tidak disekresikan dalam jumlah yang konstan selama siklus seksual bulanan pada wanita, tetapi disekresikan dalam jumlah yang berbeda pada setiap bagian/fase siklus. 4


(10)

2.2.1 Estrogen7,8,9,10

Pada saat FSH disekresikan dan kemudian masuk kedalam aliran darah, hal ini akan menyebabkan folikel yang belum matang menjadi matang sehingga dapat menghasilkan estrogen. Semakin dekat dengan masa ovulasi maka semakin banyak estrogen yang dilepaskan. Estrogen menyebabkan cairan serviks menjadi lebih encer dan banyak sehingga menyebabkan suhu basal tubuh menjadi rendah.

Estrogen adalah sekelompok senyawa steroid yang memiliki fungsi utama sebagai hormon seks wanita. Walaupun terdapat baik dalam tubuh pria maupun wanita, kandungannya jauh lebih tinggi dalam tubuh wanita usia subur. Hormon ini menyebabkan perkembangan dan mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita, seperti payudara, dan juga terlibat dalam penebalan endometrium maupun dalam pengaturan siklus haid. Pada saat menopause, estrogen mulai berkurang sehingga dapat menimbulkan beberapa efek, di antaranya hot flash, berkeringat pada waktu tidur, dan kecemasan yang berlebihan.

Tiga jenis estrogen utama yang terdapat secara alami dalam tubuh wanita adalah estradiol, estriol, dan estron. Sejak menarche sampai menopause, estrogen utama adalah 17β-estradiol. Di dalam tubuh, ketiga jenis estrogen tersebut dibuat dari androgen dengan bantuan enzim. Estradiol dibuat dari testosteron, sedangkan estron dibuat dari androstenadion. Estron bersifat lebih lemah daripada estradiol, dan pada wanita pascamenopause estron ditemukan lebih banyak daripada estradiol. Estrogen digunakan sebagai bahan pil kontrasepsi dan juga terapi bagi wanita menopause.

Efek estrogen terhadap sistem reproduksi wanita4

Fungsi primer dari estrogen adalah menyebabkan proliferasi selular dan pertumbuhan jaringan dari organ sex dan jaringan lain yang berkaitan dengan sistem reproduksi.


(11)

Efek estrogen terhadap uterus dan organ seksual externa pada wanita4

Pada masa puber jumlah estrogen yang dihasilkan dipengaruhi oleh hormone gonadotropin, jumlahnya pun bertambah 20 kali lipat atau lebih. Pada saat ini organ seks anak perempuan berubah menjadi dewasa. Ovarium, tuba falopii, uterus dan vagina ukuran bertambah besar beberapa kali lipat. Begitu juga genitalia eksterna dengan penyimpanan lemak di bagian atas pubis dan labia mayora. Dan juga terjadi pembesaran labia minora.Sebagai tambahan estrogen merubah epitel vagina dari bentuk kuboidal menjadi stratified sehingga lebih tahan terhadap trauma dan infeksi.

Efek estrogen terhadap tuba falopii 4

Estrogen memberikan efek terhadap lapisan mukosa dari tuba falopii sama dengan emdometrium uterus. Estrogen menyebabkan proliferasi dari lapisan jaringan glandular, dan yang lebih penting estrogen menyebabkan jumlah epitel bersilia yang melapisi tuba falopii bertambah. Aktifitas dari silia ini pun meningkat. Silia silia ini selalu bergerak kea rah uterus sehingga dapat membantu ovum yang telah dibuahi bergerak kea rah yang tepat.

Efek estrogen terhadap payudara4

Estrogen menyebabkan; (1) perkembangan dari jaringan stromal dari payudara, (2) pertumbuhan dari sistem duktus payudara, (3) penyimpanan lemak di payudara. Estrogen mempercepat pertumbuhan payudara dan pertumbuhan sumber produksi susu. Estrogen juga bertanggung jawab untuk pertumbuhan dan karakteristik penampilan luar dari payudara wanita. Akan tetapi estrogen tidak bertanggung jawab terhadap konversi payudara menjadi organ yang memproduksi susu.


(12)

Efek estrogen terhadap distribusi rambut4

Estrogen tidak memberikan efek yang besar terhadap distribusi rambut. Rambut tumbuh di regio pubis dan di ketiak setelah masa puber, dibentuknya androgen dan peningkatan jumlahnya juga bertanggung jawab terhadap distribusi rambut.

Efek estrogen terhadap kulit4

Estrogen menyebabkan kulit yang membentuk tekstur yang lebih lembut dan lebih halus, akan tetapi kulit wanita dewasa tetap lebih tebal dari kulit anak anak. Estrogen juga menyebabkan pembuluh darah di kulit menjadi lebih banyak dan sering dihubungkan dengan peningkatan panas dari kulit.

2.2.2 Progesteron

Progesterone adalah hormone yang dilepaskan setelah ovulasi. Progesterone bertanggung jawab untuk memelihara lapisan uterus sebagai persiapan ovum yang telah dibuahi. Progesterone disekresikan oleh korpus luteum.9,11

Efek progesterone terhadap uterus4

Sejauh ini fungsi progesterone yang paling penting adalah untuk membantu/mempercepat perubahan endometrium uterus selama pertengahan terakhir dari siklus seksual bulanan wanita, hal ini untuk mempersiapkan uterus untuk implantasi dari ovum yang sudah dibuahi. Sebagai tambahan progesterone juga mengurangi frekuensi dan intensitas kontraksi uterus sehingga mencegah terlepasnya ovum yang sudah tertanam di endometrium.

Efek progesterone terhadap tuba falopii4

Progesterone juga membantu meningkatkan sekresi dari lapisan mukosa tuba falopii. Sekresi ini penting sebagai sumber nutrisi untuk ovum yang telah dibuahi.


(13)

Efek progesterone terhadap payudara4

Progesterone membantu perkembangan payudara tetapi tidak bertanggung jawab terhadap pembentukan air susu.

2.2.3 Siklus bulanan ovarium2,10

Setelah seorang wanita mengalami pubertas pada ovarium terjadi dua fase secara bergantian yaitu, fase folikel yang didominasi oleh adanya folikel matang dan fase luteal yang ditandai dengan adanya korpus luteum. Siklus ini dalam keadaan normal di interupsi oleh kehamilan dan berakhir pada saat menopause. Siklus ovarium rata rata berlangsung selama 28 hari tetapi bisa bervariasi diantara setiap wanita. Folikel bekerja pada separuh pertama siklus untuk menghasilkan sebuah sel telur matang yang siap untuk berovulasi pada pertengahan siklus. Korpus luteum mengambil alih peran pada pertengahan kedua siklus untuk mempersiapkan saluran reproduksi wanita untuk kehamilan apabila terjadi pembuahan terhadap ovum yang dikeuarkan. Setiap saat sepanjang siklus, sebagian dari folikel primer mulai tumbuh, akan tetapi folikel folikel tersebut hanya tumbuh selama fase folikel, pada saat lingkungan hormonal tepat untuk mendorong pematangan mereka, melanjutkan diri melewati fase awal perkembangan. Folikel folikel lain, karena tidak mendapat bantuan hormone, akan mengalami atresia. Sel sel folikel berfungsi sebagai satu kesatuan untuk mensekresikan estrogen.

Lingkungan hormonal yang terdapat pada fase folikel mendorong pembesaran dan perkembangan kapasitas sekretorik sel sel folikel, mengubah folikel primer menjadi folikel sekunder (antrum) yang mampu menghasilkan estrogen. Sewaktu sel sel folikel mulai menghasilkan estrogen sebagian dari hormon ini disekresikan ke dalam darah untuk disebarkan keseluruh tubuh. Akan tetapi sebagian estrogen berkumpul di cairan antrum yang kaya akan hormone. Sewaktu folikel tumbuh, jumlah estrogen yang diproduksi juga meningkat. Salah satu folikel biasanya tumbuh lebih cepat dari folikel yang lain, berkembang menjadi folikel matang (pra ovulasi, tertier, degra) dalam waktu sekitar 14 hari setelah permulaan perkembangan folikel. Folikel matang yang sangat


(14)

berkembang tersebut menonjol dari permukaan ovarium, membentuk suatu daerah tipis yang kemudian pecah untuk mengeluarkan oosit pada saat ovulasi.

Rupture nya folikel pada ovulasi merupakan tanda berakhirnya fase folikel dan mulainya fase luteal. Folikel yang rupture dan tertinggal di ovarium kemudian mengalami perubahan cepat. Sel sel fplikel tua ini kemudian mengalami transformasi structural yang drastic untuk membentuk korpus luteum, dalam suatu proses yang disebut luteinisasi. Sel folikel yang berubah menjadi sel luteal mengalami hipertrofi dan diubah menjadi jaringan steroidogenik (penghasil hormone steroid) yang sangat aktif. Korpus luteum kemudian mengalami perubahan perubahan yang sesuai dengan fungsinya yaitu mengeluarkan progesterone dalam jumlah besar bersama dengan estrogen dalam jumlah yang lebih sedikit ke dalam darah. Sekresi estrogen di fase folikel dan progesterone di fase luteal , sangat penting untuk mempersiapkan uterus agar dapat menerima implantasi ovum yang dibuahi. Korpus luteum mulai berfungsi penuh dalam empat hari setelah ovulasi, tetapi terus membesar selama empat atau lima hari berikutnya. Jika ovum yang dilepaskan tidak dibuahi dan tidak tertanam, korpus luteum berdegenerasi dalam empatbelas hari setelah pembentukannya. Hasil degenerasi ini dikenal sebagai korpus albikans. Pada saat ini fase luteal berakhir dan satu siklus ovarium, degenerasi korpus luteum yang lama selesai menandai mulainya fase folikel yang baru. Apabila terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum terus tumbuh serta menghasilkan progesterone dan estrogen dalam jumlah yang makin meningkat. Hal ini kan menetap sampai akhir kehamilan.

2.2.4 Hubungan antara kadar hormone dan perubahan siklus ovarium dan uterus Selama fase folikel (paruh pertama siklus ovarium), folikel ovarium mengeluarkan estrogen dibawah pengaruh FSH dan LH dan estrogen itu sendiri. Kadar estrogen yang rendah tetapi terus meningkat tersebut menghambat sekresi FSH yang menurun selama bagian akhir fase folikel dan secara inkomplit menekan sekresi LH, yang terus meningkat selama fase folikel. Pada saat pengeluaran estrogen mencapai puncaknya, kadar estrogen yang tinggi tersebut memicu lonjakan sekresi LH pada pertengahan


(15)

siklus. Lonjakan LH ini menyebabkan ovulasi folikel yang matang. Sekresi estrogen merosot sewaktu folikel mati pada ovulasi.

Sel sel folikel lama diubah menjadi korpus luteum yang mengeluarkan progesterone dan estrogenselama fase luteal (paruh terakhir siklus ovarium). Progesterone sangat menghambat FSH dan LH, yang terus menurun selama fase luteal. Korpus luteum berdegenerasi dalam waktu sekitar 2 minggu apabila ovum yang dikeluarkan tidak dibuahi dan tidak tertanam di uterus. Kadar progesterone dan estrogen menurun secara tajam pada saat korppus luteum berdegenerasi, sehingga pengaruh inhibitorik pada sekresi FSH dan LH lenyap. Kadar kedua hormone hipofise anterior ini kembali meningkat dan merangsang berkembangnya folikel baru seiring dengan dimulainya fase folikel.

Fase fase di uterus yang terjadi pada saat yang bersamaan mencerminkan pengaruh hormone hormone ovarium pada uterus. Pada fase awal folikel lapisan endometrium yang kaya akan nutrient dan pembuluh darah terlepas (fase haid). Pelepasan ini terjadi akibat merosotnya estrogen dan progesterone ketika korpus luteum tua berdegenerasi pada akhir fase luteal sebelumnya. Pada akhir fase folikel kadar estrogen yang meningkat menyebabkan endometrium menebal (fase proliferasi uterus). Setelah ovulasi progesteron dari korpus luteum menimbulkan perubahan vaskuler dan sekretorik di endometrium yang telah dirangsang oleh estrogen untuk menghasilkan lingkungan yang ideal untuk implantasi (fase sekretorik, atau progestasional, uterus). Sewaktu korpus luteum berdegenerasi, dimulailah fase folikel dan fase haid yang baru.


(16)

6

2.2.5 Pengaruh hormone terhadap kehamilan12

Pada wanita ovum dilepaskan oleh folikel yang pecah kedalam uterus, ovum ini di hantarkan oleh silia silia di tuba falopii kearah uterus bila silia gagal mengarahkan ovum ke arah yang benar maka hal inilah yang akan menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik. Pada saat terjadi implantasi kurang lebih 5 hari setelah pembuahan sel tropoblastik dari fetus mulai mensekresikan human chorionic gonadotropin (hCG), hCG pada fetus memiliki aktifitas yang sama dengan aktifis LH. Keberadaan hCG pada urine seorang wanita dapat mengindikasikan suatu proses kehamilan. Konsentrasi hCG cukup tinggi untuk menstimulus sekresi progesterone dan sedikit estrogen oleh korpus luteum dan konsentrasi hcg yang tinggi ini menjaga korpus luteum untuk regresi. Puncak hCG dicapai pada 3 bulan pertama kehamilan. Pada saat ini sangat penting progesterone dan estrogen terus disekresikan oleh korpus luteum. Pada usia tiga bulan kehamilan progesterone dan estrogen kemudian disekresikan oleh placenta. Ini tidak dikontrol oleh kadar hCG, pada saat ini korpus luteum dapat disingkirkan dan kehamilan terus berjalan. Pada pertengahan kehamilan kelenjar adrenal fetus mensekresikan dehidroepiandrosteron (DHEA) dan dehidroepiandrosteron sulfat (DHEAS) yang


(17)

merupakan hormone androgen yang lemah sehingga tidak menimbulkan suatu masalah pada fetus. Kerja enzim liver fetus dan placenta menkonversikan androgen ini menjadi estrogen yang kemudian masuk ke dalam sirkulasi maternal. Jumlah estrogen dan progesterone yang besar yang disekresikan oleh plasenta menyebabkan perubahan perubahan penting pada ibu yaitu, pertumbuhan yang cepat dari uterus, terutama pada miometrium, meningkatkan pertumbuhan semua komponen komponen payudara ( glands, stroma dan lemak). Pada kehamilan terjadi peningkatan sekresi prolaktin oleh hipofise sebagai respon dari meningkatnya estrogen. Sekresi human chorionic somatotropin (hCS) dan human placental lactogen (hPL) oleh plasenta juga terjadi pada pertengahan terakhir masa kehamilan. hCS dan hPL memiliki kerja yang sama dengan growth hormone yaitu meningkatkan lipolisis dan ketogenesis pada ibu dan menurunkan pemakaian glukosa pada ibu sehingga membuat energi yang disimpan oleh ibu dapat digunakan untuk fetus. Sekresi hCS sebanding dengan ukuran plasenta. Perubahan terjadi pada simpisis pubis, cervix, dan vagina yang menjadi lebih relax sehingga membuat jalan untuk fetus pada saat melahirkan. Hal ini diakibatkan oleh hormone relaxin yang disekresikan oleh ovarium pada akhir kehamilan. Sebagai respon terhadap meningkatnya kadar estrogen, reseptor oksitosin meningkat didalam miometrium sehingga menyebabkan sensitivitas miometrium uterus tehadap kerja oksitosin meningkat.

2.2.5 Pengaruh hormone terhadap kelahiran12,13

Factor yang mencetuskan kelahiran belum sepenuhnya dimengerti, tapi ada fakta fakta yang diketahui yaitu, oksitosin dapat meningkatkan kontraksi uterus selama kelahiran normal, tetapi kadar oksitosin baru meningkat setelah bayi memasuki jalan lahir (beberapa menit sebelum kelahiran). Oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi dengan cepat setelah fetus terdorong hal ini menyebabkan aliran darah berkurang dan mengurangi kehilangan darah. Oksitosin menyebabkan peningkatan sintesa prostaglandin oleh uterus.


(18)

2.2.6 Pengaruh hormone masa menyusui12,13

Pertumbuhan jaringan mamae di stimulus oleh estrogen dan progesterone kedua hormone ini juga menstimulus prolaktin. Selama kehamilan kadar estrogen yang tinggi menyebabkan peningkatan sekresi prolaktin, akan tetapi sintesa air susu tidak terjadi karena tingginya kadar estrogen dan progestron, justru memblok sintesa air susu. Pada saat kelahiran kadar estrogen menurun begitu juga efeknya memblok sintesa air susu, sehingga reseptor prolaktin bertambah beberapa kali lipat di jaringan mammae dan sintesa air susu dimulai.

Hisapan bayi pada payudara ibu menstimulus reseptor oksitosin yang ada di puting ibu. Sinyal dari reseptor ini di sampaikan ke hipotalamus yang kemudian akan memberikan efek sebagai berikut;

1. sintesa dan sekresi oksitosin meningkat, oksitosin ini akan menyebabkan sel myoepitelial basket berkontraksi dan menyebabkan air susu dikeluarkan ke saluran dan putting terbuka sehingga air susu dapat dikeluarkan.

2. pengeluaran prolaktin inhibiting factor (PIF=Dopamin) oleh hipotalamus kedalam pembuluh darah portal hipofise dihambat, ini menyebabkan sekresi prolaktin meningkat dan sekresi air susu dirangsang setiap kali bayi menghisap.

3. sekresi GnRH kedalam pembuluh darah portal hipofise dihambat, sekresi FSH dan LH menurun. Menyebabkan pertumbuhan folikel, sekresi estrogen dan ovulasi berakhir. Untuk dapat menghambat sekresi GnRH hisapan bayi harus sering dan lama.

Wanita yang tidak ingin menyusui anaknya terkadang masih memiliki kadar estrogen yang tinggi, sehingga kadar yang tinggi ini menghambat prolaktin yang berungsi untuk sintesa air susu.


(19)

(20)

BAB 3 KESIMPULAN

1. Reproduksi tidak penting bagi kelangsungan hidup suatu organisme tapi sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu spesies.

2. Sistem reproduksi pria dan wanita berbeda secara antomis dan fungsi.

3. Sistem reproduksi pria dan wanita sama sama dipengaruhi hormone FSH, LH, estrogen, progesterone dan testosterone.

4. Testosteron dihasilkan oleh sel leydig

5. Testosterone menyebabkan; turunnya testis kedalam skrotum, perkembangan karakteristik sex primer dan sekunder, distribusi rambut tubuh, perubahan suara, meningkatnya ketebalan kulit dan menyebabkan terbentuknya jerawat, meningkatnya pembentukan protein dan perkembangan otot, meningkatnya matriks tulang dan menyebabkan retensi natrium

6. Testis dikontrol oleh dua hormone gonadotropin yaitu, luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH)

7. Estrogen dihasilkan oleh folikel yang matang

8. Estrogen menyebabkan; perkembangan karakteristik sex primer dan sekunder, jumlah epitel bersilia yang melapisi tuba falopii bertambah, distribusi rambut tubuh, kulit yang membentuk tekstur yang lebih lembut dan lebih halus

9. Progesterone disekresikan oleh korpus luteum.

10. Progesteron menyebabkan; perubahan endometrium uterus, meningkatkan sekresi dari lapisan mukosa tuba falopii, perkembangan payudara,

11. Siklus bulanan ovarium terdiri dari dua fase yaitu, fase folikel dan fase luteal. 12. Prolaktin disekresikan akibat peningkatan kadar estrogen dan progesterone

dalam darah pada masa kehamilan

13. Hisapan bayi pada payudara ibu menstimulus reseptor oksitosin yang ada di puting ibu


(21)

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.kidshealth.org/parent/general/body_basics/male_reproductive.html 2. Sheerwood, L ; Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem, edisi 2, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, 2001, halaman 691-739.

3. http://www.tulsafertilitycenter.com/roadmap/male_reproductive_cycle.php

4. Guyton & Hall. Introduction to Endocrinology in Medical Physyiology. Eleventh edition. Elsevier saundiers. 2006. 905-16.

5. Schteingart, DE. Prinsip-prinsip Mekanisme Kontrol Endokrin dan Metabolik dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Buku II. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1995: 1049-58.

6. Desppopoulos, A. Silbernagl, S. Color Atlas of Physiology. Fifth edition. Thieme Flexibook. 2003. 266-73.

7. Dunn, RB. Endocrinology in USMLE Step 1 Physiology Notes. Kaplan, Inc. 2002. United States. 375-9.

8. http://en.wikipedia.org/wiki/Progesterone

9. http://www.woomb.org/bom/hormones/index.html

10. http://users.rcn.com/jkimball.ma.ultranet/BiologyPages/S/SexHormones.html 11.

http://www.fertilitycommunity.com/fertility/female-reproductive-hormones-for-conception.html

12. Dunn, RB. Endocrinology in USMLE step1 Physiology Notes Kaplan, Inc.2002. United States, page 457-477.

13. Berne, MB. Levy, MN. Overview of Reproductive Function, Male Reproduction, Female Reporoduction in Principles of Physiology. Third edition. Mosby, Inc. United States. 2000, page 579-614


(1)

6

2.2.5 Pengaruh hormone terhadap kehamilan12

Pada wanita ovum dilepaskan oleh folikel yang pecah kedalam uterus, ovum ini di hantarkan oleh silia silia di tuba falopii kearah uterus bila silia gagal mengarahkan ovum ke arah yang benar maka hal inilah yang akan menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik. Pada saat terjadi implantasi kurang lebih 5 hari setelah pembuahan sel tropoblastik dari fetus mulai mensekresikan human chorionic gonadotropin (hCG), hCG pada fetus memiliki aktifitas yang sama dengan aktifis LH. Keberadaan hCG pada urine seorang wanita dapat mengindikasikan suatu proses kehamilan. Konsentrasi hCG cukup tinggi untuk menstimulus sekresi progesterone dan sedikit estrogen oleh korpus luteum dan konsentrasi hcg yang tinggi ini menjaga korpus luteum untuk regresi. Puncak hCG dicapai pada 3 bulan pertama kehamilan. Pada saat ini sangat penting progesterone dan estrogen terus disekresikan oleh korpus luteum. Pada usia tiga bulan kehamilan progesterone dan estrogen kemudian disekresikan oleh placenta. Ini tidak dikontrol oleh kadar hCG, pada saat ini korpus luteum dapat disingkirkan dan kehamilan terus berjalan. Pada pertengahan kehamilan kelenjar adrenal fetus mensekresikan


(2)

merupakan hormone androgen yang lemah sehingga tidak menimbulkan suatu masalah pada fetus. Kerja enzim liver fetus dan placenta menkonversikan androgen ini menjadi estrogen yang kemudian masuk ke dalam sirkulasi maternal. Jumlah estrogen dan progesterone yang besar yang disekresikan oleh plasenta menyebabkan perubahan perubahan penting pada ibu yaitu, pertumbuhan yang cepat dari uterus, terutama pada miometrium, meningkatkan pertumbuhan semua komponen komponen payudara ( glands, stroma dan lemak). Pada kehamilan terjadi peningkatan sekresi prolaktin oleh hipofise sebagai respon dari meningkatnya estrogen. Sekresi human chorionic somatotropin (hCS) dan human placental lactogen (hPL) oleh plasenta juga terjadi pada pertengahan terakhir masa kehamilan. hCS dan hPL memiliki kerja yang sama dengan growth hormone yaitu meningkatkan lipolisis dan ketogenesis pada ibu dan menurunkan pemakaian glukosa pada ibu sehingga membuat energi yang disimpan oleh ibu dapat digunakan untuk fetus. Sekresi hCS sebanding dengan ukuran plasenta. Perubahan terjadi pada simpisis pubis, cervix, dan vagina yang menjadi lebih relax sehingga membuat jalan untuk fetus pada saat melahirkan. Hal ini diakibatkan oleh hormone relaxin yang disekresikan oleh ovarium pada akhir kehamilan. Sebagai respon terhadap meningkatnya kadar estrogen, reseptor oksitosin meningkat didalam miometrium sehingga menyebabkan sensitivitas miometrium uterus tehadap kerja oksitosin meningkat.

2.2.5 Pengaruh hormone terhadap kelahiran12,13

Factor yang mencetuskan kelahiran belum sepenuhnya dimengerti, tapi ada fakta fakta yang diketahui yaitu, oksitosin dapat meningkatkan kontraksi uterus selama kelahiran normal, tetapi kadar oksitosin baru meningkat setelah bayi memasuki jalan lahir (beberapa menit sebelum kelahiran). Oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi dengan cepat setelah fetus terdorong hal ini menyebabkan aliran darah berkurang dan mengurangi kehilangan darah. Oksitosin menyebabkan peningkatan sintesa prostaglandin oleh uterus.


(3)

2.2.6 Pengaruh hormone masa menyusui12,13

Pertumbuhan jaringan mamae di stimulus oleh estrogen dan progesterone kedua hormone ini juga menstimulus prolaktin. Selama kehamilan kadar estrogen yang tinggi menyebabkan peningkatan sekresi prolaktin, akan tetapi sintesa air susu tidak terjadi karena tingginya kadar estrogen dan progestron, justru memblok sintesa air susu. Pada saat kelahiran kadar estrogen menurun begitu juga efeknya memblok sintesa air susu, sehingga reseptor prolaktin bertambah beberapa kali lipat di jaringan mammae dan sintesa air susu dimulai.

Hisapan bayi pada payudara ibu menstimulus reseptor oksitosin yang ada di puting ibu. Sinyal dari reseptor ini di sampaikan ke hipotalamus yang kemudian akan memberikan efek sebagai berikut;

1. sintesa dan sekresi oksitosin meningkat, oksitosin ini akan menyebabkan sel myoepitelial basket berkontraksi dan menyebabkan air susu dikeluarkan ke saluran dan putting terbuka sehingga air susu dapat dikeluarkan.

2. pengeluaran prolaktin inhibiting factor (PIF=Dopamin) oleh hipotalamus kedalam pembuluh darah portal hipofise dihambat, ini menyebabkan sekresi prolaktin meningkat dan sekresi air susu dirangsang setiap kali bayi menghisap.

3. sekresi GnRH kedalam pembuluh darah portal hipofise dihambat, sekresi FSH dan LH menurun. Menyebabkan pertumbuhan folikel, sekresi estrogen dan ovulasi berakhir. Untuk dapat menghambat sekresi GnRH hisapan bayi harus sering dan lama.

Wanita yang tidak ingin menyusui anaknya terkadang masih memiliki kadar estrogen yang tinggi, sehingga kadar yang tinggi ini menghambat prolaktin yang berungsi untuk sintesa air susu.


(4)

(5)

BAB 3 KESIMPULAN

1. Reproduksi tidak penting bagi kelangsungan hidup suatu organisme tapi sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu spesies.

2. Sistem reproduksi pria dan wanita berbeda secara antomis dan fungsi.

3. Sistem reproduksi pria dan wanita sama sama dipengaruhi hormone FSH, LH, estrogen, progesterone dan testosterone.

4. Testosteron dihasilkan oleh sel leydig

5. Testosterone menyebabkan; turunnya testis kedalam skrotum, perkembangan karakteristik sex primer dan sekunder, distribusi rambut tubuh, perubahan suara, meningkatnya ketebalan kulit dan menyebabkan terbentuknya jerawat, meningkatnya pembentukan protein dan perkembangan otot, meningkatnya matriks tulang dan menyebabkan retensi natrium

6. Testis dikontrol oleh dua hormone gonadotropin yaitu, luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH)

7. Estrogen dihasilkan oleh folikel yang matang

8. Estrogen menyebabkan; perkembangan karakteristik sex primer dan sekunder, jumlah epitel bersilia yang melapisi tuba falopii bertambah, distribusi rambut tubuh, kulit yang membentuk tekstur yang lebih lembut dan lebih halus

9. Progesterone disekresikan oleh korpus luteum.

10. Progesteron menyebabkan; perubahan endometrium uterus, meningkatkan sekresi dari lapisan mukosa tuba falopii, perkembangan payudara,

11. Siklus bulanan ovarium terdiri dari dua fase yaitu, fase folikel dan fase luteal. 12. Prolaktin disekresikan akibat peningkatan kadar estrogen dan progesterone

dalam darah pada masa kehamilan

13. Hisapan bayi pada payudara ibu menstimulus reseptor oksitosin yang ada di puting ibu


(6)

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.kidshealth.org/parent/general/body_basics/male_reproductive.html 2. Sheerwood, L ; Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem, edisi 2, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, 2001, halaman 691-739.

3. http://www.tulsafertilitycenter.com/roadmap/male_reproductive_cycle.php

4. Guyton & Hall. Introduction to Endocrinology in Medical Physyiology. Eleventh edition. Elsevier saundiers. 2006. 905-16.

5. Schteingart, DE. Prinsip-prinsip Mekanisme Kontrol Endokrin dan Metabolik dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Buku II. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1995: 1049-58.

6. Desppopoulos, A. Silbernagl, S. Color Atlas of Physiology. Fifth edition. Thieme Flexibook. 2003. 266-73.

7. Dunn, RB. Endocrinology in USMLE Step 1 Physiology Notes. Kaplan, Inc. 2002. United States. 375-9.

8. http://en.wikipedia.org/wiki/Progesterone

9. http://www.woomb.org/bom/hormones/index.html

10. http://users.rcn.com/jkimball.ma.ultranet/BiologyPages/S/SexHormones.html 11.

http://www.fertilitycommunity.com/fertility/female-reproductive-hormones-for-conception.html

12. Dunn, RB. Endocrinology in USMLE step1 Physiology Notes Kaplan, Inc.2002. United States, page 457-477.

13. Berne, MB. Levy, MN. Overview of Reproductive Function, Male Reproduction, Female Reporoduction in Principles of Physiology. Third edition. Mosby, Inc. United States. 2000, page 579-614