Pengaruh Penambahan Asam Sulfat (H2SO4) Pada Pengolahan Air Bahan Baku Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia (PT. CCBI) Di Belawan

(1)

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM SULFAT ( H2SO4 ) PADA

PENGOLAHAN AIR BAHAN BAKU DI PT. COCA COLA

BOTTLING INDONESIA ( PT.CCBI ) DI BELAWAN

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai Ahli Madya

ANDRE WARDIAN

062401046

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 0 9

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM SULFAT ( H2SO4 ) PADA

PENGOLAHAN AIR BAHAN BAKU DI PT. COCA COLA


(2)

KARYA ILMIAH

ANDRE WARDIAN

062401046

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N


(3)

PERNYATAAN

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM SULFAT (H2SO4) PADA PENGOLAHAN

AIR BAHAN BAKU DI PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA ( PT.CCBI) DI BELAWAN

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.

Medan, juni 2010

ANDRE WARDIAN 062401046


(4)

SURAT PERSETUJUAN JUDUL

JUDUL : PENGARUH PENAMBAHAN ASAM SULFAT ( H2SO4 )

TERHADAP PENGOLAHAN AIR DI PT.COCA COLA BOTTLING INDONESIA ( PT. CCBI ).

KATEGORI : KARYA ILMIAH NAMA : ANDRE WARDIAN

NIM : 062401046

PROGRAM STUDI : DIPLOMA TIGA ( D-III ) KIMIA ANALIS

DEPARTEMAN : KIMIA

FAKULTAS : FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN

ALAM ( FMIPA )

Di Setujui di : Medan, 28 Mei 2009

PEMBIMBING Diketahui

Departemen Kimia FMIPA USU Pembimbing Ketua,

Dr.Rumondang Bulan,MS Prof . Basuki Wirjosentono, M.S. Phd NIP 131 459 466


(5)

PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hardirat ALLAH SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, atas rahmat dan karunia – Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik dalam waktu yang telah di tetapkan .

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Prof.Basuki Wirjosentono,M.S.Phd selaku pembimbing penulis dalam

penyelesaian tulisan karya ilmiah ini telah memberikan panduan dan kepercayaan penuh kepada saya untuk menyempurnakan tulisan ini.

2. Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU

Medan.

3. Seluruh Dosen Kimia Analis, FMIPA – USU Medan.

4. Ibu Sukma Trimurti A, yang telah banyak membantu dan bekerja sama dengan penulis dalam menyelesaikan tulisan ini.

5. Ayahanda Wardi dan Ibunda Anita Rahim Tercinta , adik yang tersayang serta Rahmiati dan keluarga lainnya atas doa dan dukungan nya kepada penulis. 6. Teman – Teman seperjuangan di jurusan Kimia Analis FMIPA – USU khusus

nya angkatan 06 terutama Any Athiqa, Rahmayani, Lisya Yuanita, Zulhendris Anis, Heri Latif Rokan, Zunaidi Trianjaya, M.Arsad dan lain – lainya.

7. serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini. Semoga ALLAH SWT akan membalasnya.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak v

Abstrac vi

Daftar Isi

Bab 1.Pendahuluan 1

1.1.Latar Belakang 1

1.2.Identifikasi Masalah 2

1.3.Tujuan 2

1.4.Manfaat 2

Bab 2.Tinjauan Pustaka 3

2.1 Air 3

2.2 Air Sadah 4

2.3 Pelembutan Air 4

2.4 Asam Sulfat 4

2.4.1 Sifat Penting Asam Sulfat 5

2.5 Flokulasi 8

2.6 Pengolahan Air 9

2.6.1 Korosi karena CO2 10

2.6.2 Keretakan Karena Basa 10

2.6.3 Alkaliniti 11

2.6.4 Kesadahan 11

2.6.5 Oksigen Terlarut 11

2.6.6 Fosfat 12

2.6.7 Khlorida 12

2.6.8 Hidrasin 12

2.6.9 pH 12

2.6.10 Konduktiviti 12

2.7 Metode Pengolahan Air 14

2.7.1 Metode Pengolahan Fisik 14

2.7.2 Metode Pengolahan Kimia 15

2.8 Jenis – Jenis Bahan Koagulan 16

2.8.1 Poly Alumunium Chlorida 16

2.9 Mekanisme Terjadi Gumpalan 17

2.10 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penggumpalan 17

2.10.1 Pengaruh pH 17

2.10.2 Pengaruh Temperatur 17

2.10.3 Dosis Koagulan 17


(7)

2.10.5 Pengaruh Garam 18

Bab 3.Metodoligi Penelitian 19

3.1 Bahan 19

3.2 Alat 19

3.3 Prosedur 19

Bab 4. Hasil Analisis dan Pembahasan 20

4.1 Data Hasil Analisis 20

4.1.1 Hasil Jartest Dengan Penambahan H2SO4 20

4.1.2 Hasil Jartest Tanpa H2SO4 21

4.2 Pembahasan 22

Bab 5. Kesimpulan dan Saran 23

5.1 Kesimpulan 23


(8)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan untuk kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk berbagai macam kegiatan seperti minum, pertanian, industri, perikanan dan rekreasi. Air yang dapat diminum dapat diartikan sebagai air yang bebas dari bakteri yang berbahaya dari ketidak murnian secara kimiawi. Air yang kita minum dapat dijadikan sebagai minuman yang berkarbonasi atau lainya. Salah satu perusahaan besar yang bergerak dalam pengolahan minuman yamng berkarbonasi atau minuman ringan adalah PT. Coca Cola Bottling Indonesia ( PT.CCBI ) .

Masalah air baku untuk industri air minum menjadi sangat penting karena kualitas air minum yang dipengaruhi oleh kualitas air baku tersebut akan berpengaruh kepada kesehatan masyarakat yang mengkonsumsinya. Air minum memerlukan persyaratan yang ketat karena air minum itu langsung berhubungan dengan proses biologis tubuh yang dapat menentukan kualitas kehidupan manusia. Lebih dari 70% tubuh terdiri dari air dan lebih dari 90% proses biokimiawi tubuh memerlukan air sebagai mediumnya. Bila air minum manusia itu tidak berkualitas baik, maka jelas akan menganggu proses biokimiawi tubuh dan mengakibatkan gangguan fungsional

Dalam pengolahan air tersebut PT. Coca Cola Bottling Indonesia mempunyai berbagai cara dalam pengolahannya , baik dari limbah hasil produksi yang di olah kembali melalui WWTP ( Waste Water Treatment Plant ) dimana air dari limbah MCK atau air yang berasal dari produksi yang tidak sesuai dengan standart dari perusahaan di buang dan akan menuju tempat pengolahan limbah tersebut atau juga dari WTP (Water


(9)

Treatment Plant ) dimana air yang berasal dari sumur bor yang mempunyai kedalaman 125-220 meter diolah terlebih dahulu di dalam WTP tersebut.

Di dalam proses pengolahan air ini banyak di pakai reagen – reagen kimia yang mempunyai pengaruh yang baik terhadap pemakaian nya, Salah satu nya yang paling sering digunakan dalam pengolahan air adalah Asam Sulfat ( H2SO4 ). Senyawa sulfat

bersifat iritasi pada saluran pencernaan (salurangastro intestinal), apabila dalam bentuk campuran magnesium atau natrium pada dosis yang tidak sesuai aturan. Sebagai contoh bentuk magnesium yang biasa ditambahkan ke dalam air minum untuk membantu pengendapan (penjernihan air), tetapi juga ada pengaruh samping nya dari penggunaan reagen tersebut.Pengolahan air ini juga dapat membuat efisiensi dalam pemakaiaan air,yaitu selain dapat memanfaatkan air yang berasal dari limbah yang dapat di olah kembali untuk di pergunakan lagi agar mengefisiensikan pemakaina air, juga dapat menghasilkan air yang baik untuk kesehatan,karena air tersebut pasti di konsumsi oleh manusia yang berasal dari produksi minuman PT. Coca Cola Bottling Indonesia PT.(CCBI).

Penambahan alum, CaO, ferro sulfat dan ferri chlorida atau campuran CaO / alum memacu proses koagulasi, flokulasi dan presipitasi. Pada proses ini menunjukkan bahwa campuran CaO / alum pada konsentrasi dan lama pendiaman tertentu berpeng-aruh nyata dalam pengurangan cairan. Pengberpeng-aruh ini diduga kuat sebagai dampak dari adanya dua sol berbeda pada limbah, yang menjadi syarat berlangsungnya proses koagulasi. Penambah-an ion yang bernuatan berlawanan menyebabkan destabilisasi partikel koloid dan mengecilkan lapisan difusi, hal ini memungkinkan bekerjanya gaya tarik menarik antar partikel sebagai penyebab terbentuknya flok-flok yang semakin lama semakin besar dan berat yang mempercepat proses pengendapan

Alum sebagai flokulan yang bekerja agak cepat secara kimiawi menyebabkan terbentuknya suspensi. Menurut-nya, adanya ion Al3+ dari alum yang berdisosiasi yang menempel pada partikel tanah tersuspensi bermuatan netral yang kemudian lama kelamaan menjadi semakin berat. Ini terjadi karena Al(OH)3 akan mengurung koloid dan selanjutnya turun ke dasar perairan .Penambahan CaO memacu berlangsungnya presipitasi secara kimia Ca(OH) yang terbentuk dari reaksi air dan CaO akan berikatan


(10)

dengan logam berat dan kemudian mengendap. Hal sama sesuai pernyataan Trieff (1981), bahwa reduksi toksikan dapat terjadi melalui presipitasi metal hidroksida dan adsorpsi toksikan oleh bahan endapan. Sementara menurut Jenie (1993) kapur akan bereaksi dengan bikarbonat membentuk kalsium karbonat sebagai endapan dan bereaksi dengan fosfat menghasilkan kalsium fosfat (Ginting, 1995).

Tawas merupakan alumunium sulfat yang dapat digunakan sebagai penjernih air seperti sedimentasi (water treatment) karena tawas yang dilarutkan dalam air mampu mengikat kotoran-kotoran dan mengendapkan kotoran dalam air sehingga menjadikan air menjadi jernih. Tawas dikenal sebagai koagulan didalam pengolahan air limbah. Sebagai koagulan tawas sangat efektif untuk mengendapkan partikel yang melayang baik dalam bentuk koloid maupun suspensi. Selain digunakan sebagai penjernih air, tawas juga dapat digunakan sebagai zat aditif untuk antiperspirant (deodorant).

1.2. Identifikasi Masalah

Untuk menghasilkan air yang sesuai dengan standart penggunaan dan terbebas dari berbagai kotoran dan zat – zat kimia berbahaya, maka dalam proses pengolahan air harus di perhatikan jumlah klorin serta pH yang terkandung juga flok – flok yang terbentuk jika telah di tambahkan H2SO4. Hal ini dimaksudkan apakah efisiensi

penambahan H2SO4 dengan variasi pH dan kosentrasi akan menghilangkan kotoran –

kotoran yang terkandung di dalam air. Permasalahan yang dikemukakan dalam karya

ilmiah ini adalah “ PENGARUH PENAMBAHAN ASAM SULFAT ( H2SO4 ) PADA

PENGOLAHAN AIR BAHAN BAKU DI PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA ( PT.CCBI ) DI BELAWAN.

1.3. Tujuan

Untuk menghasilkan air yang dapat di konsumsi dan di pakai untuk pembuatan produksi, serta limbah nya yang tidak berbahya bagi lingkungan dan kesehatan.


(11)

1.4. Manfaat

Untuk menghasilkan air yang terbebas dari bakteri serta logam – logam berbahaya lain nya, serta mengurangi jumlah pemakain bahan – bahan kimia berbahya yang dapat menggangu kesehatan dan tidak sesuai dengan standart .


(12)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan penyusun dari satu kekayaaan alam yang sangat berharga sekali . Tanpa air tidaka ada bentuk kehidupan yang pasti ada. Air tidak hanya memberikan dampak terhadap kedua kerajaan hewan dan tumbuhan dengan makanan setiap hari nya tetapi jga memberikan transportasi yang sangat cepat, air merupakan sebuah bentuk tenaga dan melayani berbagai tujuan yang berguna.

Pada tahap awal pengembangan dari negara kita, sumber air tidak memberikan kepentingan yang sama seperti yang mereka miliki sekarang , atau apa mereka sekarang bermain sebagai peran penting yang maksud nya di amabil di masa depan . Pada hari – hari berikutnya semua kekayaan itu akan cukup segalanya untuk semua kebutuhan yang telah ada. Mereka mungkin akan mempunyai sekedar untuk di pertanyakan. Sumber air , terkadang berkembang menjadibatas yang telah ada, selama kita menggunakan hanya untuk batas dari kebutuhan yang di butuhkan . Sehingga hasilnya, tetapi sedikit kecemasan adalah berkenaan dengan kebutuhan untuk data dan ilmu pengetahuan dari kapasitas maksimum dari sungai – sungai dan kekayaan bawah tanah lainnya untuk memuaskan banyak permintaan yang mana mereka sekarang dan di masa depan akan menjadi topik.

Dengan kemajuan dari peradaban manusia dan sebuah peningkatan yang mantap ari populasi , persaingan dan kompetisi untuk penggunaan dan kontrol dari sumber air kita telah mengembangkan dan menjadi lebih dan lebih hebat lagi. Pada pelopor hari – hari bahwa penggunaan air telah di batasi atau di larang untuk pemanacingan ,


(13)

navigasi dan penggunaan kecil dalam sektor komersial untuk perusahaan energi dimana energi tersebut digunakan untuk beberapa perusahaan dan pabrik.

(Brater,E.F. 1959)

Meskipun manusia telah lama akrab dengan pengembangan dalam pengambilan air dari sumur , ini terjadi sejak permintaan berlangsung terhadap air tanah kita yang telah menjadi cukup berat dan lebih sulit di arahkan ke hidrolik dari aliran air tanah. Kemajuan yang luar biasa di buat sejak giliran dari abad dalam peningkatan dari metode pengeboran sumur dan peralatan pompa, fakta – fakta dalam pengembangan dari turbin pompa dan sumur yang dalam , telah menghasilkan dalam sebuah tanda dalam menggunakan dari air tanah untuk dalam negeri , pedesaan , ibu kota , dan industri – industri yang membutukhkan air.

2.2 Air Sadah ( Hard Water )

Dengan pengecualian dari air hujan , air alami biasanya mengandung garam dalam kosentrasi yang sangat besar atau kecil. Garam – garam yang mana khususnya yang tidak dapat di setujui di dlam air adalah garam – garam yang tidak dapat di pecahkan dari kalsium dan magnesium.

Air mengandung bikarbonat yang dikatakan untuk mempertunjukan kekeruhan sementara klorida dan sulfat dari kalsium dan magnesium jg merupakan zat yang selalu ada di dalam air. Senyawa – senyawa ini sangat tidak mudah di hancurkan oleh panas dan kehadiran mereka membentuk kekeruhan yang tetap.

Dalam generasi dari tenaga uap, air sadah menyebabkan formasi dari sebuah skala di dalam pipa – pipa dari boiler. Endapan – endapan yang tersimpan di dlam jalur pipa adalah merupakan konduktor yang sangat buruk terhadap panas dan kehadiran mereka merupakan keharusan untuk pemanasan pipa – pipa yang sangat panas untuk menjaga uap nya. Ini menyebabkan pemborosan dari bahan bakar dan meningkatkan karatan dari pipa – pipa tersebut dengan okigen di luar dan dengan air di dalam boiler.


(14)

2.3 Pelembutan Air ( Water Softening )

Dalam menghilangkan garam – garam terlarut yang tidak dapat dipecahkan menyebabkan kekeruhan pada air, seperti air harus di perbaharui dengan alat lapisan endapan tepat. Zat – zat yang tidak dapat di pecahakan membentuk formasi untuk menghilangkan kedua nya dengan membiarkan mereka untuk menyesuaikan atau dengan filtrasi. Bikarbonat , yang menyebabkan kekeruhan yang sementara , sangat mudah untuk di hilangkan dengan tambahan dari jumlah yang tepat dari pemadaman kapur untuk menetralkan asam karbon bebas , dan untuk mengubah asam karbonat menjadi karbonat biasa yang mana tidak dapat di pecahkan .

CA++ + 2HCO3- + CA++ + 2OH -  2CaCO3 + 2H2O

(Brinkley, Stuart.R. 1951)

2.4 Asam Sulfat

Asal usul pengenalan asam sulfat kurang jelas tetapi zat ini sudah disebut – sebut sejak abad ke sepuluh. Asam sulfat mempunyai rumus kimia, merupakan asam

mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam

Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan, termasuk dalam kebanyakan Kegunaan utama termasuk pemrosesan biji

Reaksi hidrasi (pelarutan dalam air) dari asam sulfat adalah kuat. Jika air ditambah kepada asam sulfat pekat, terjadi pendidihan. Senantiasa tambah asam kepada air dan bukan sebaliknya. Sebagian dari masalah ini disebabkan perbedaan isipadu kedua cairan. Air kurang padu dibanding asam sulfat dan cenderung untuk terapung di atas asam. Reaksi tersebut membentuk ion hidronium:


(15)

Disebabkan asam sulfat bersifat mengeringkan, asam sulfat merupakan agen pengering yang baik, dan digunakan dalam pengolahan kebanyakan buah-buahan kering.

Apabila gas SO3 pekat ditambah kepada asam sulfat, ia membentuk H2S2O7. Ini

dikenali sebagai asam sulfat fuming atau Nordhausen.

D .Asam sulfat dipercayai pertama kali ditemukan d

2.4.1 SIFAT PENTING ASAM SULFAT

Asam sulfat adalah asam kuat karena dengan mudah menyumbang sebuah proton kepada air untuk membentuk ion hidronium, H3O+ dan ion biosulfat , HSO4- .Ion

HSO4- hanya mempunyai kecendrungan yang sedang – sedang saja untuk

menyumbang sebuah proton kepada molekul air. Asam sulfat merupakan asam paling murah yang tersedia untuk melarutkan logam, menetralkan basa, dan membersihkan permukaan logam yang terkorosi, meskipun untuk penggunaan yang terakhir ini ,asam klorida mungkin secara keseluruhan nya akan lebih murah , maka ia dapat lebih mudah di pekatkan lagi dan digunkan lagi. (Keenan, 1999)

Berikut ini adalah sifat – sifat kimia dan fisika dari asam sulfat (H2SO4 ) :

1. Sifat – sifat Fisika

2. Sifat – sifat fisika asam sulfat (H2SO4) dapat dilihat pada tabel I berikut :


(16)

SIFAT NILAI

Melting Point / Titik lebur, (OC) 3

Boiling Point / Titik didih , (OC) 280 ( pada kosentrasi 98%) Spesifik Gravity / Gravitasi khusus 1,8 (air – 1)

Density Uap 3,4 (air – 1)

Kadar bahaya untuk kesehatan (Immediate Danger to life and health ) mg/m3

80

Freezing Point / Titik beku , (OC) 4,44 (kosentrasi 98%)

Viscosity pada 25 OC , P 31 (kosentrasi 96%)

Indeks refraksi pada 25 OC 1,384 (kosentrasi 98%)

Electrical Conductivity / Konduktivitas elektrik pada 18,33 OC,(mho) (cm)/cm2

500 (kosentrasi 98%)

1. Sifat – sifat kimia dari asam sulfat (H2SO4)

a). Pada temperatur kamar merupakan zat cair yang tidak bewarna dan kental seperti minyak (oil)

b). Zat yang bersifat higroskopis sekali (menarik air )

c). Jika dicampur dengan air akan menimbulkan panas

d). Merupakan senyawa oksidator kuat

e). Merupakan asam keras yang dapat membentuk dua macam garam yaitu garam sulfida

dan garam hidrosulfat.

f). Dapat menyerap gas NH3


(17)

g). Dapat menyerap gas SO3 sehingga membentuk oleum atau asam pirosulfat.

SO3 + H2SO4  H2S4O7 atau H4SO4.SO3

( Kirk-Other,1964 )

Nama data : Asam Sulfat

Nama sinonim : Oil of Vitriol, Battery Acid, Fertilizer Acid Nama Inggr is : Sulphuric Acid

LKB : 001-98

CAS : 7664-93-9 Rumus molekul : H2SO4

Berat molekul : 98,08

1. Informasi Bahan Singkat :

Asam sulfat banyak digunakan dalam industri. Cairan kental, amat korosif. Bereaksi dengan jaringan tubuh. Berbahaya bila kontak dengan kulit dan mata. Bereaksi hebat dengan air dan mengeluarkan panas (eksotermis). Bereaksi pula dengan logam, kayu, pakaian dan zat organik. Uapnya amat iritatif terhadap saluran pernapasan.

a. Sifat-sifat bahaya :

1. Kesehatan :

- Efek Jangka Pendek

Penghirupan uap asam menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan serta menggang paru – paru . Cairan asam dapat merusak kulit dan menimbulakan luka yang amat sakit. Dapat menimbulkan kebutaaan bila terkena mata.

- Efek Jangka Panjang

Penghirupan uap asam kadar kecil dalam jangka panjang berakibat iritasi pada hidung, tenggorokan dan paru – paru.


(18)

Tidak terbakar, tetapi asam pekat bersifat oksidator yang dapat menimbulkan kebakaran bila kontak dengan zat organik seperti gula, selulosa dan lain-lain. Amat reaktif dengan bubuk zat organik.

3. Reaktivitas :

Mengalami penguraian bila kena panas, mengeluarkan gas SO2. Asam encer

bereaksi dengan logam menghasilkan gas hidrogen yang eksplosif bila kena nyala atau panas. Asam sulfat bereaksi hebat dengan air.

b. Sifat - Sifat Fisika

Titik leleh (oC) : 10

Titik didih (oC) : 290

Tekanan uap (mmHg) : 1 (146 oC)

Berat jenis cairan : 1,84 (100 persen)

Berat jenis gas : -

Berat jenis uap : 3,4 (udara = 1)

Kelarutan : -

Bau : -

2. Informasi Lingkungan :

Penyebab asam dalam air limbah dan mengganggu kehidupan tanaman dan binatang dalam air. Penetralan dapat dilakukan dengan soda atau air kapur sampai pH 6-9 sebelum dibuang ke lingkungan. Residu netralisasi dapat dicampur dengan tanah atau pasir.


(19)

2.5 Flokulasi

Flokulasi dengan polimer

Usaha untuk melindungi polutan yang terkandung dalam air dapat dilakukan dengan metode flokulasi. Flokulasi adalah proses lambat yang bergerak secara terus – menerus selama partikel – partikel tersuspensi bercampur di dalam air, sehingga partikel akan menjadi lebih besar dan bergerak menuju proses sedimentasi.

Ide dasar dari flokulasi adalah untuk mengendapkan flok – flok dengan penambahan flokulan. Flokulasi merupakan suatu kombinasi pencampuran dan pengadukan atau agitasi yang menghasilkan agregasi yang akan mengendap setelah penambahan flokulan. Flokulasi adalah proses fisika yang mana air yang terpolusi di aduk untuk meningkatkan tumbukan interpartikel yang memacu pembentukan partikel – partikel besar sehingga dalam waktu 1 – 2 jam partikel – partikel tersebut akan mengendap.

Flokulasi menyebabkan peningkatan ukuran – ukuran dan densitas dari partikel yang terkoagulasi, menghasilkan pengendapan partikel – partikel flok yang lebih cepat. Kecepatan nya mungkin akan terakselerasi lebih lanjut dengan adanya penambhan


(20)

flokulan . flokulan merupakan senyawa yang digunakan untuk membentuk senyawa dari polutan yang mudah mengendap dan atau senyawa yang mempunyai ukuran yang lebih besar dengan suatu reaksi kimia.

Flokulan yang biasanya digunakan dalam proses flojulasi adalah tawas ( Al2(SO4)3 ),

kapur (CaO), dan polyalumunim chloride ( PAC ). Flokulan juga dapat berupa polielektrolit seperti polisakarida dan asam poliamino yang dihasilkan atau diekskresikan oleh bakteri selama pertumbuhan bakteri tersebut.

Penggunaan tawas ,kapur, dan PAC sebagai flokulan mempunyai beberapa kelemahan, yaitu :

1. Penggunaan tawas dan PAC mengakibatkan air menjadi asam karena pembentukan sulfat dalam air mencapai 550 mg/L yang dapat menggangu kesehatan manusia apabila dikonsumsi. Asam juga dapat mengakibatkan korosi benda – benda dari logam.

2. Pembentukan asam mengakibatkan kebutuhan penetral, yaitu NaOH , menjadi lebih banyak sehingga tidak ekonomis.

3. Kapur dapat membuat air menjadi sadah karena adanya ion kalsium

2.6. Pengolahan Air

Kerusakan Akibat Kualitas Air 1.Kerak/Deposit Kerak pada ketel disebabkan oleh terbentuknya endapan dari air, langsung pada permukaan pemindah panas atau oleh suspensi air yang menempel pada permukaan logam menjadi keras dan lengket. Penguapan pada ketel akan menyebabkan memperbanyak kontaminan ( kotoran ). 2.Korosi Korosi adalah kerusakan-kerusakan yang timbul pada logam yang disebabkan karena terjadinya reaksi kimia antara permukaan logam dengan media sekelilingnya. Peristiwa korosi dapat menjadi lebih cepat dengan meningkatnya


(21)

konsentrasi oksigen. 3.Keretakan oleh Basa Keretakan ini disebabakan oleh kandungan basa (NaOH) yang terdapat dalam air ketel. Kondisi yang menyebabkan terjadinya keretakan basa ini adalah, logam mendapat tekanan. Kandungan basa air, trase silica dalam air ketel dan beberapa mekanisme seperti kebocoran kecil untuk membiarkan air ketel untuk menjadi terpusat pada logam yang mengalami tekanan. Kelebihan hidroksida dalam air ketel adalah hasil dari irolisa natrium fosfat yang ditambahkan untuk pengaturan pH atau pengurangan kalsium dan magnesium.

Untuk mencegah keretakan basa adalah dengan cara :

• Menjaga konsentrasi agar konsenrasi dan perbandingan konsentrasi zat-zat khusus dalam boiler.

• Menggunakan Feed Water yang dihasilkan dari pengolahan air yang tidak

mengandung Hidroksida bebas.

2.6.1 Korosi karena CO2

Bikarbonat yang ada dalam feed water, bila dipanaskan pada tekanan tertentu akan mengahasilkan Co2. Co2 dengan air membentuk H2CO3 yang bersifat asam. Asam ini bereaksi dengan Fe dan logam lain membentuk Bikarbonat. Bikarbonat terurai dengan panas dan mengeluarkan gas CO2. Gas ini bergabung dengan air membentuk asam Bikarbonat. Siklus ini terbentuk “ Berulang Terus”.

Fe + 2 H2CO3 Fe(HCO3)2 + H2

Fe(HCO3)2 + 2 H2O + Panas  Fe(OH)2 + 2 H2O + CO2

Korosi juga disebabkan karena :

- H2S : Hidrogen Sulfida


(22)

- NH3 : Amoniak

2.6.2 Keretakan Karena Basa

3 (tiga) kondisi menyebabkan keretakan basa : 1.Stress Dari dalam maupun dari luar akibat ekspansi. 2.Adanya kebocoran air ketel pada daerah yang mengalami stress Hasilnya uap akan menghilang dan tinggal air yang mengandung banyak zat padat pada titik kebocoran. 3.NaOH bebas dalam air ketel NaOH terkumpul pada daerah kebocoran dan menyebabkan kerusakan terhadap logam. Semua kondisi ini harus ada secara simultan.

Tabel 3.1 Standart Analisa Air

PARAMETER CHECK STANDARD

Rasa Tidak ada rasa asing

Bau Tidak ada bau asing

Penampakan Jernih tidak berwarna

Total Hardness <100 mg/l

Turbidity <0,5 NTU

M-Alkalinitas <85 mg/l

Free Chlorine 1-5 mg/l

pH >6.5-7.5

2.6.3 Alkaliniti

Alkaliniti dalam Raw Water, Softtened Water, Feed Water dan Boiler Water untuk control langsung terhadap korosi dan control tidak langsung terhadap deposit, sebagai contoh nilai-nilai penentuan ini dapat dipakai unuk menghitung banyaknya alkali yang ditambahkan pada air asam, untuk mengurangi agresif atau banyaknya Ca(OH)2 dan Na2CO3 yang dipakai dalam proses pengolahan air. Alkaliniti berhubungan dengan pH air, Alkaliniti tidak besar berarti pH air tinggi dan sebaliknya. Untuk itu alkaliniti


(23)

air ketel harus diatur sedemikian rupa sehingga pH air tidak air tidak terlalu rendah dan terlalu tinggi. Karena pada pH rendah akan terjadi korosi dan pada pH tinggi akan terjadi buih. Dibawah ini diberikan batas alkaliniti air ketel berdasarkan tekanan uap.

2.6.4 Kesadahan

Penentuan kesadahan dalam air ketel yaitu untuk dasar perhitungan jumlah bahan kimia yang dibutuhkan pada internal treatment (senyawa fosfat). Karena akibat kesadahan ini adalah terbentuknya kerak, maka air ketel sebaliknya mempunyai kesadahan nol.

2.6.5 Oksigen Terlarut

Penentuan oksigen terlarut diperlukan untuk dasar perhitungan jumlah bahan kimia yang dibutuhkan pada internal treatment. Adanya oksigen terlarut akan mengakibatkan terjadinya korosi, untuk itu konsentrasinya harus dibatasi. Biasanya nilainya dibatasi dibawah 0,02 mg/l dan untuk tekanan tinggi harus dibawah 0,005mg/l.

2.6.6 Fosfat

Penentuan fosfat diperlukan untuk mengontrol pembentukan kerak dan keretakan, sebagai contoh dalam pemakaian fosfat sebagai ” internal treatment “ untuk mengontrol kerak, maka kelebihan sedikit fosfat harus dipertahankan dalam ketel. Unuk mengontrol keretakan, maka harus dijaga hubungan antara alkaliniti dan fosfat(


(24)

ukuran pH) sehingga tidak terjadi hidroksida bebas. Konsentrasi fosfat dalam air ketel berkisar antara 30-60 ppm PO4.

2.6.7 Khlorida

Hampir semua air mengandung garam khlorida, sehingga konsentrasi garam khlorida dapat dipakai untuk memperkirakan banyaknya zat padat terlarut dalam air. Dengan mengontrol konsentrasi khlorida dalam air ketel, maka dapat diperkirakan zat padat terlarutnya dan selanjutnya dapat dilakukan blowdown untuk menguranginya. Zat padat terlarut dalam air ketel, dibatasi sbb:

2.6.8 Hidrasin

Penentuan Hidrasin untuk mengontrol korosi dengan mempertahankan konsentrasi hidrasin sedikit kelebihan dalam air ketel.

2.6.9 pH

Pengukuran pH diperlukan untuk mengontrol korosi atau kerak. Pada pH rendah akan terjadi korosi dan pada pH tinggi akan terjadi kerak. Selain itu pH tinggi menimbulkan busa, sehingga akan menimbulkan carry over.

2.6.10 Konduktiviti

Konduktiviti merupakan kesanggupan air untuk menghantarkan arus listrik. Dalam larutan, daya hantar listrik ini disebabkan oleh adanya ion-ion sehingga dengan


(25)

mengukur konduktiviti dapat diketahui jmlah zat padat terlarut didalamnya. Kemurnian uap dapat dilihat dengan mengukur konduktiviti kondensat yang merupakan taksiran zat padat yang carry over sebagai uap tidak murni.

Demineralisasi Water Sistem

Macam-macam cara dipakai untuk melakukan desalinasi :

- Cara Destilasi

- Cara Elektrolisa

- Cara Pembekuan

- Cara Osmosa Bolak-balik

- Cara Kimia

- Cara Demineralisasi

- Cara Destilasi

Dalam metode ini air garam diubah menjadi air tawar. Prinsipnya sederhana yaitu dengan memanaskan air laut dan uapnya di dinginkan kembali. Untuk membuat air tawar dari air laut dalam jumlah besar. Air laut dimasukkan kedalam bejana dan dipanaskan oleh uap melalui pipa uap. Panas uap ini lewat melalui pipa yang


(26)

mendidihkan air laut. Karena pengaruh panas ini air laut mulai menguap. Uap air laut dimasukkan ke bejana kedua yang dilengkapi dengan instalasi air pendingin. Panas uap diserap oleh air garam dan mengembun membentuk air baku. Pada proses ini akan terjadi masalah yaitu terbentuknya kerak di permukaan logam (pipa). Kerak ini keras dan sukar untuk dihilangkan dan juga merupakan penghantar pnas yang jelek. Untuk mengatasi hal ini permukaan logam dilapisi dengan Teflon.

Cara Demineralisasi

Garam dari air dapat juga dapat dihilangkan dengan memakai ion. Unit penukar ion dilengkapi dengan penyaring pasir. Penukar ion terdiri dari penukat kation dan penukar anion. Penukar kation yang mengambil ion positif dari air dan penukar anion mengambil ion negatif dari air. Bahan penukar ini adalah resin yang apabila telah jenuh dapat diaktifkan kembali setelah diregenerasi. Penukar kation di regenerasi dengan asam sulfat (H2SO4) sedang penukar anion diregenerasi dengan menggunakan natrium hidroksida (NaOH).

2.7 Metode Pengolahan Air

2.7.1 Metode Pengolahan Fisik

a. Penyaringan

Untuk penyaringan air pada instalasi kecil biasanya digunakan penyaringan secara manual, tetapi pada instalasi-instalasi besar biasanya mengunakan saringan yang dapat membersihkan secara mekanik, misalnya saringan mikro. Saringan mikro dibuat dalam bentuk suatu drum yang ditutup dengan suatu saringan jala yang halus yang ditunjang oleh suatu jala kasar sebagai penguat. Lubang-lubang saringan bervariasi antara 23 sampai 63 mikron.


(27)

b. Aerasi

Aerasi adalah suatu bentuk perpindahan gas dan dipergunakan dalam berbagai variasi operasi, meliputi tambahan oksigen untuk mengoksidasikan besi dan mangan terlarut, pembuangan karbon dioksida, pembuangan hydrogen sulfida untuk menghapuskan bau dan rasa, serta pembuangan minyak yang mudah menguap dan bahan – bahan penyebab bau dan rasa serupa yang dikeluarkan oleh ganggang serta mikroorganisme yang serupa .

Aerasi dilaksanakan dengan cara membuat air terbuka bagi udara atau dengan memaksukan udara kedalam air. Jenis utama alat aerasi atau adalah aerator gaya, aerator semprotan ,penyebar suntikan ,aerator mekanis.

c. Pencampuran

Bahan kimia yang digunkan untuk pengolahan air dapat dimasukan dengan mesin pemasukan larutan. Untuk lebih efektif bahan kimia ini haruslah tersebar dengan baik dalam air dengan pencampuran yang sempurna . Hal ini dapat dikerjakan dengan cara mekanik, yang mempunyai waktu penahan sebesar 30-60 detik. Pencampuran jaringan pipa telah pula digunakan. Disamping itu, bahan–bahan kimia dapat ditambahkan pada titik – titik lain turbulensi tinggi.

d. Flokulasi

Untuk melakukan pembuangan kumpulan partikel yang pada awalnya kecil , pengadukan cepat harus diikuti dengan jangka waktu pengadukan halus ( flokulasi ) selama 20 – 30 menit . Flokulasi dapat dilakukan dengan mempergunakan berbagai cara yaitu pemutaran dengan lambat, pengaliran melalui atas dan bawah kolam pengaduk , dan penambahan suatu gas.

e. Filtrasi

Filter yang biasa digunakan terdiri dari selapis pasir dan tumbukan batu bara, yang ditunjang diatas suatu tumpukan krikil. bila air lolos melalui filter tersebut, partikel- partikel terapung dan bahan – bahan flokulan akan bersentuhan kembali dengan butir pasir dan melekat pada butir tersebut. Suatu alas foiter yang direncanakan yang dapat mencegah terbentuknya bola lumpur dan membuat filtrasi menjadi lebih baik.


(28)

2.7.2 Metode pengolahan kimia

a. Koagulasi

Untuk menghilangkan benda-benda terapung secara sempurna biasa dipergunakan bahan-bahan kimia. Koagulan bereaksi dengan air dan partikel yang membuat keruh untuk membentuk endapan flokulan.

Pada proses kapur soda, kapur{Ca(OH)2} dan abu soda(Na2CO3) ditambahkan

keair. Ini akan beraeaksi dengan garam kalsium dan magnesium untuk membentuk endapan tidak terlarut, kalsium karbonat dan magnesium hidroksida yang dapat dibuang dari dengan cara pengendapan. Reaksi kimiawi terjadi adalah :

Ca(HCO3)2 + Ca(OH)2 2 Ca CO3 + 2H2O

Mg(HCO3)2 + 2Ca(OH)2 2CaCO3 + Mg (OH)2 + H2O

MgSO4 + Ca (OH)2 Mg (OH)2 + CaSO4

CaSO4 + Na2CO3 CaCO3 + Na2SO4

Kapur menurunkan kesadahan karbonat dan menggantikan garam-garam kalsium dengan garam-garam magnesium, sedangkan soda bekerja pada kesadahan yang non karbonat dari garam-garam kalsium. Endapan yang terbentuk seperti endapan CaCO3

dan Mg(OH)2 akan mengendap didalam kolam pengendapan, tetapi sebagian yang

berupa partikel halus diendapkan di atas suatu filter. Kemudian setelah pengendapan rekarbonasi, air dialirkan melalui suatu mesin filter pasir.

b. Pelembutan Air Dengan pertukaran ion

Suatu perangkat pertukaran ion mirip dengan suatu filter pasir yang medium filternya berupa suatu getah pertukaran ion R dan bukannya pasir. Getah dapat bersifat alamiah (Zeolites) atau sintesis. Bila air sadah melalui filter pertukaran ion tersebut, akan terjadi suatu pertukaran kation, dimana kalsium dan magnesium di dalam air ditukar dengan sodium di dalam getah itu. Garam sodium yang terbentuk tidak akan menimbulkan kesadahan. Bila sejumlah besar sodium di dalam getah telah digantikan oleh Kalsium dan Magnesium, haruslah dilakukan regenerasi dengan larutan sodium klorida. Salah satu kelemahan dari metode penghilangan kesadahan ini adalah karena


(29)

menghasilkan konsentrasi sodium yang mungkin berbahaya bagi orang yang memiliki penyakit jantung.

c. Adsorpsi

Kebanyakan senyawa di dalam air dapat dihilangkan melalui proses adsorpsi, biasanya dengan menggunakan karbon aktif. Karena adsorpsi adalah suatu fenomenon permukaan, adsorben haruslah mempunyai permukaan yang luas dan harus bebas dari bahan-bahan yang diadsorbsi. Karbon aktif yang digunakan adalah dalam bentuk tepung, yang biasa dicampur sebelum filtrasi, atau dalam bentuk butiran di dalam lapisan filter. Untuk mendapatkan kerja yang optimal dari karbon aktif, maka kandungan bahan padat terapung residual di dalam aliran air harus rendah. Karbon aktif yang telah dipergunakan harus mengalami regenerasi dengan pemanasan pada suhu 1000oC.

d. Proses Desinfeksi

Proses desinfeksi yaitu suatu proses/usaha agar kuman pathogen yang berada di dalam air dimusnahkan. Dalam proses desinfeksi perlu diperhatikan berapa volume air yang diperlukan bagi perorangan, perkeluarga, atau masyarakat luas. Biasanya proses desinfeksi dilakukan setelah air melalui filter pasir cepat (Rapid Sand Filter) maka air tersebut diberi klor 60% dengan perbandingan 1 kubik air diperlukan klor sebanyak 5 gram. Perlu diingat bahwa dalam pemakaian zat klor cenderung akan meningkatkan keasaman air.

(Linsye R. K.,1996)

2.8. Jenis-Jenis Bahan Koagulan

Koagulan adalah zat kimia yang menyebabkan destabilisasi muatan negatif partikel di dalam suspensi. Zat ini merupakan donor muatan positip yang digunakan untuk mendestabilisasi muatan negatip partikel. Dalam pengolahan air sering dipakai garam dari Aluminium, Al (III) atau garam besi (II) dan besi (III).

Koagulan yang umum dan sudah dikenal yang digunakan pada pengolahan air adalah seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini :


(30)

NAMA FORMULA BENTUK REAKSI DENGAN AIR pH OPTIMUM Aluminium sulfat,

Alum sulfat, Alum, Salum

Al2(SO4)3.xH2O

x = 14,16,18

Bongkah, bubuk

Asam 6,0 – 7,8

Sodium aluminat NaAlO2 atau

Na2Al2O4

Bubuk Basa 6,0 – 7,8

Polyaluminium Chloride, PAC

Aln(OH)mCl3n-m Cairan,

bubuk

Asam 6,0 – 7,8

Ferri sulfat Fe2(SO4)3.9H2O Kristal halus Asam 4 – 9

Ferri klorida FeCl3.6H2O Bongkah,

cairan

Asam 4 – 9

Ferro sulfat FeSO4.7H2O Kristal halus Asam > 8,5

Tabel. Jenis Koagulan

Zat Koagulan terhidrolisa yang paling umum digunakan dalam proses pengolahan air minum adalah garam besi (ion Fe3+ ) atau Aluminium (ion Al3+ ) yang terdapat didalam bentuk yang berbeda-beda seperti tercantum di atas dan bentuk lainnya seperti :

1. AlCl3

2. Aluminium klorida dan sulfat yang bersifat basa/alkalis 3. Senyawa kompleks dari zat-zat tersebut diatas.

2.8.1 Alum/Tawas

Tawas/Alum adalah sejenis koagulan dengan rumus kimia Al2S04 11 H2O atau 14

H2O atau 18 H2O umumnya yang digunakan adalah 18 H2O. Semakin banyak ikatan

molekul hidrat maka semakin banyak ion lawan yang nantinya akan ditangkap akan tetapi umumnya tidak stabil. Pada pH < 7 terbentuk Al ( OH )2+, Al ( OH )2 4+, Al2 (


(31)

OH )2 4+. Pada pH > 7 terbentuk Al ( OH )-4. Flok –flok Al ( OH )3 mengendap

berwarna putih.

Gugus utama dalam proses koagulasi adalah senyawa aluminat yang optimum pada pH netral. Apabila pH tinggi atau boleh dikatakan kekurangan dosis maka air akan nampak seperti air baku karena gugus aluminat tidak terbentuk secara sempurna. Akan tetapi apabila pH rendah atau boleh dikata kelebihan dosis maka air akan tampak keputih – putihan karena terlalu banyak konsentrasi alum yang cenderung berwarna putih. Dalam cartesian terbentuk hubungan parabola terbuka, sehingga memerlukan dosis yang tepat dalam proses penjernihan air. Reaksi alum dalam larutan dapat dituliskan.:

Al2S04 + 6 H2O —–à Al ( OH )3 + 6 H+ + SO4

2-Reaksi ini menyebabkan pembebasan ion H+ dengan kadar yang tinggi

ditambah oleh adanya ion alumunium. Ion Alumunium bersifat amfoter sehingga bergantung pada suasana lingkungan yang mempengaruhinya. Karena suasananya asam maka alumunium akan juga bersifat asam sehingga pH larutan menjadi turun.

Jika zat-zat ini dilarutkan dalam air, akan terjadi disosiasi garam menjadi kation logam dan anion. Ion logam akan menjadi lapisan dalam larutan dengan konsentrasi lebih rendah dari pada molekul air, hal ini disebabkan oleh muatan posistif yang kuat pada permukaan ion logam (hidratasi) dengan membentuk molekul heksaquo (yaitu 6 molekul air yang digabung berdekatan) atau disebut dengan logam (H2O)63+ , seperti [Al.(H2O)6]3+ .

Ion seperti ini hanya stabil pada media yang sedikit asam , untuk aluminium pada pH < 4, untuk Fe pada pH < 2.

Jika pH meningkat ada proton yang akan lepas dari ion logam yang terikat tadi dan bereaksi sebagai asam.

Sebelum digunakan satu hal yang harus disiapkan yaitu larutan koagulan. Di dalam larutan, koagulan harus lebih efektif, bila berada pada bentuk trivalen (valensi 3) seperti Fe3+ atau Al3+, menghasilkan pH < 1,5. Bila larutan alum ditambahkan ke dalam air yang akan diolah terjadi reaksi sebagai berikut :

Reaksi hidrolisa : Al3+ + 3H2O → Al(OH)3 + 3H+ ….1)


(32)

Jika ada CO32− : CO32− + H+ → HCO3− + H2O ………..2)

Atau dengan HCO3− : HCO3− + H+ → CO2 + H2O ……3)

Dari reaksi di atas menyebabkan pH air turun.

Kelarutan Al(OH)3 sangant rendah, jadi pengendapan akan terjadi dalam

bentuk flok. Bentuk endapan lainnya adalah Al2O3. nH2O seperti ditunjukkan reaksi :

2Al3+ + (n+3)H2O → Al2O3.nH2O + 6H+

Ion H+ bereaksi dengan alkalinitas.

Reaksi-reaksi hidrolisa yang tercantum di atas merupakan persamaan reaksi hidrolisa secara keseluruhan. Reaksi 1) biasanya digunakan untuk menghitung perubahan alkalinitas dan pH.

Pada kenyataannya ion Al3+ dalam larutan koagulan terhidrasi dan akan berlangsung dengan ketergantungan kepada pH hidrolisa. Senyawa yang terbentuk bermuatan positip dan dapat berinteraksi dengan zat kotoran seperti koloid.

[Al(H2O)6]3+ —à [Al(H2O)5OH]2+ + H+

[Al(H2O)5OH]2+ —à [Al(H2O)4(OH)2]+ + H+

[Al(H2O)4(OH)2]+ —à [Al(H2O)3(OH)3] + H+ endapan

[Al(H2O)3(OH)3] —à [Al(H2O)2(OH)4]− + H+ terlarut

Tahap pertama terbentuk senyawa dengan 5 molekul air dan 1 gugus hidroksil yang muatan total akan turun dari 3+ menjadi 2+ misalnya : [Al(H2O)5OH]2+.

Jika pH naik terus sampai mencapai ±5 maka akan terjadi reaksi tahap kedua dengan senyawa yang mempunyai 4 molekul air dan 2 gugus hidroksil. Larutan dengan pH >6 (dipengaruhi oleh Ca2+) akan terbentuk senyawa logam netral (OH)3

yang tidak bisa larut dan mempunyai volume yang besar dan bisa diendapkan sebagai flok (di IPA).

Jika alkalinitas cukup ion H+ yang terbentuk akan terlepas dan endapan [Al(H2O)3(OH)3] atau hanya Al(OH)3 yang terbentuk. Pada pH lebih besar dari 7,8 ion

aluminat [Al(H2O)2(OH)4]− atau hanya Al(OH)4]− yang terbentuk yang bermuatan

negatip dan larut dalam air. Untuk menghindari terbentuknya senyawa aluminium terlarut, maka jangan dilakukan koagulasi dengan senyawa aluminium pada nilai pH lebih besar dari 7,8.


(33)

Polimerisasi senyawa aluminium hidroksil berlangsung dengan menghasilkan kompleks yang mengandung ion Al yang berbeda berikatan dengan ion lainnya oleh grup OH−. Contoh :

OH [(H2O)4 Al Al(H2O)4]4+ atau Al2(OH)24+

OH Polinuklir Al kompleks diajukan untuk diadakan, seperti : [Al7(OH)17]4+ ; [Al8(OH)20]4+ ; [Al13(OH)34]5+

Selama koagulasi pengaruh pH air terhadap ion H+ dan OH− adalah penting untuk menentukan muatan hasil hidrolisa. Komposisi kimia air juga penting, karena ion divalen seperti SO42− dan HPO42− dapat diganti dengan ion-ion OH− dalam

kompleks oleh karena itu dapat berpengaruh terhadap sifat-sifat endapan.

Presipitasi dari hidroksida menjamin adanya ion logam yang bisa dipisahkan dari air karena koefisien kelarutan hidroksida sangat kecil. Senyawa yang terbentuk pada pH antara 4 – 6 dan yang terhidrolisa, dapat dimanfaatkan untuk polimerisasi dan kondensasi (bersifat membentuk senyawa dengan atom logam lain) misalnya Al6(OH)153+.

Aluminium sering membentuk komplek 6 s/d 8 dibandingkan dengan ion Fe (III) yang membentuk suatu rantai polimer yang panjang. Senyawa itu disebut dengan cationic polynuclier metal hydroxo complex dan sangat bersifat mengadsorpsi dipermukaan zat-zat padat. Bentuk hidrolisa yang akan terbentuk didalam air , sebagian besar tergantung pada pH awal, kapasitas dapar (buffer), suhu, maupun konsentrasi koagulan dan kondisi ionik (Ca2+ dan SO42–) maupun juga dari kondisi

pencampuran dan kondisi reaksi.

Reaksi yang terjadi antara PAC (Polyalumunium Klorida) dengan penambahan H2SO4:

Ca(OH)2 + Ca(HCO3) 2CaCO3 + 2H2O

2Ca(OH)2 + Mg(HCO3) 2CaCO3 + Mg(OH)2 Ca(OH)2 + Na2CO3 CaCO3 + Na+

Ca(OH)2 + HF CaF + 2H2O (Degremont, 1975)

Reaksi yang terjadi antara Tawas dengan penambahan H2SO4 :


(34)

Al2(SO4) 3 2Al+3a + 3 SO4-2) H2O H+ + OH

Selanjutnya Al+3 + 6OH Al (OH)3 Flok Al(OH)3 + F AlF3 + H2O

Dalam Reaksi Stokiometri :

CA(OH)2 + HF CaF7 + 2H2O (Tebut, 1979)

Senyawa Al yang lainnya adalah sodium aluminat, NaAlO2 atau Na2Al2O4.

Kelebihan NaOH yang ditambahkan (rasio Na2O/Al2O3 dalam Na2Al2O4 adalah : 1,2 −

1,3/1) untuk menaikkan stabilitas sodium aluminat. Penambahan zat ini dalam bentuk larutan akan menghasilkan reaksi berikut :

AlO2− + 2H2O → Al(OH)4−

Al(OH)4− → Al(OH)3 + OH−

Reaksi kedua hanya mungkin bila asiditas dalam air cukup untuk menghilangkan ion OH− yang terbentuk sehingga menyebabkan kenaikan pH.

CO2 + OH− → HCO3−

HCO3− + OH−→ CO3 2− + H2O

Kadang-kadang bila air tidak mengandung alkalinitas, perpaduan antara sodium aluminat dan alum digunakan untuk menghindari perubahan pH yang besar dan untuk membuat pH relatif konstan.

2Al3+ + 3SO42− + 6H2O → 2Al(OH)3 + 3SO2− + 6H+

6AlO2 + 6Na+ + 12H2O → 6Al(OH)3 + 6Na+ + 6OH−

_______________________________________________________

2Al3+ + 3SO42− + 6Na+ + 6AlO2− + 12H2O → 8Al(OH)3 + 6Na++3SO42−

Pada prakteknya satu hal dipertimbangkan memberikan kelebihan asam dari larutan alum (pH 1,5) yang ditambahkan dan yang lainnya kelebihan NaOH di dalam sodium aluminat (untuk stabilitas).

Pada kekeruhan yang disebabkan tanah liat sangat baik dihilangkan dengan batas pH antara 6,0 sampai dengan 7,8; penghilangan warna umumnya dilakukan pada pH yang sedikit asam, lebih kecil dari 6, bahkan di beberapa daerah harus lebih kecil


(35)

dari 5. Dari beberapa penelitian (untuk air gambut dari daerah Riau), efisiensi penghilangan warna akan baik bila pH lebih kecil dari 6 untuk setiap dosis koagulan alum sulfat yang digunakan. Walaupun demikian efisiensi penghilangan warna masih tetap tinggi dihasilkan pada koagulasi dengan pH sampai 7, tetapi dengan dosis alum sulfat yang lebih tinggi (sampai 100 mg/l), tetapi bila dosis alum sulfat lebih kecil (60 mg/l) pada pH yang sama (sampai dengan 7), terjadi penurunan efisiensi penghilangan warna secara drastis (sampai dengan 10 %).

Air setelah diolah dengan koagulasi – flokulasi untuk menghilangkan warna, pH harus ditetapkan diatas 6,5 (kurang dari 7,8) sebelum air disaring, karena pada pH tersebut bentuk aluminium tidak larut, jadi residu Al3+ terlarut didalam air dapat dihilangkan/dikurangi, pada pH > 7,8 bentuk Al adalah Al terlarut yaitu ion aluminat, [Al(H2O)2(OH)4]– Untuk hal ini dilakukan penambahan kapur sebelum proses filtrasi,

dan biarkan aluminium berubah bentuk menjadi bentuk tidak larut/endapan supaya dapat dihilangkan dengan penyaringan. Dengan cara ini residu Al3+ dapat ditekan sampai tingkat yang diijinkan. Setelah itu baru boleh dilakukan penambahan kembali kapur atau soda abu untuk proses Stabilisasi dengan harapan tidak akan terjadi perubahan alum terlarut menjadi alum endapan. Bila cara diatas tidak dilakukan, kemungkinan akan terjadi pengendapan alum di reservoir atau pada jaringan pipa distribusi, akibat penambahan kapur atau soda abu untuk proses stabilisasi dilakukan setelah air keluar dari filter, seperti halnya yang dilakukan pada pengolahan air yang biasa ( tidak berwarna ).

Proses koagulasi dengan koagulan lain seperti halnya garam Fe (III) yang mempunyai rentang pH lebih besar (4–9) dan penggunaan koagulan Polyaluminium chloride (PAC), tanpa penetapan pH pun proses koagulasi – flokulasi tetap dapat berlangsung, tetapi pembentukan flok tidak optimum, hanya flok-flok halus yang terbentuk, sehingga beban filter akan bertambah.

Jika kehadiran alkalinitas didalam air cukup, pada koagulasi dengan koagulan garam Al ion H+ yang terbentuk akan diambil dan terbentuk endapan [Al(H2O)3(OH)3] atau

hanya Al(OH)3, dimana bentuk ini bermanfaat pada pertumbuhan flok ( mekanisme

adsorpsi ). Adanya alkalinitas didalam air jika pH air > 4,5. Jadi jika pH air baku < 4,5 perlu penambahan bahan alkali (kapur atau soda abu).


(36)

2.8.2 Senyawa Besi

Untuk senyawa besi, tipe hidrolisa yang sama dapat berlangsung seperti : Fe3+ + 3H2O → Fe(OH)3 + 3H+

Reaksi di atas dilanjutkan dengan reaksi H+ dengan alkalinitas seperti ditunjukkan oleh reaksi 2) dan 3). Terdapat pula ion ferri hidrat seperti : [Fe(H2O)6]3+ dengan

persamaan reaksi yang sama dengan hidrolisa [Al(H2O)6]3+.

Pembentukan [Fe(H2O)2(OH)4]− atau Fe(OH)4− hanya terjadi pada pH tinggi,

tetapi tidak biasa ditemui pada pengolahan secara konvensional, jadi batas pH untuk koagulasi dengan Fe3+ lebih besar dari pada untuk Al3+, sebagai contoh pH 9 untuk koagulasi dengan Fe3+ dan 7,8 untuk Al3+.

Senyawa besi mempunyai tendensi membentuk jenis polinuklir yang lebih kecil dibandingkan dengan aluminium.

Dosis kagulan yang diperlukan tergantung pada :

1. Konsentrasi warna.

2. Zeta potential (pengukuran mobilitas elektroforesa) juga merupakan faktor penting untuk menghilangkan warna secara efektif. Hal ini erat hubungannya dengan sisa konsentrasi warna. Pada pH yang optimum, sisa warna berkurang secara proporsional dengan penambahan dosis koagulan.

3 Jenis koagulan → koagulan yang dapat digunakan untuk menghilangkan warna adalah :

- Garam aluminium : Alum sulfat/tawas, Al2(SO4)3.xH2O, Polyaluminium chloride,

PAC (PACl), Aln(OH)mCl3n-m

- Garam besi (III) : Ferri sulfat, Fe2(SO4)3.xH2O, Ferri klorida, FeCl3.

Semakin tinggi dosis koagulan yang digunakan akan menghasilkan efisiensi penghilangan warna yang lebih besar pula, akan tetapi residu koagulan akan semakin besar.

Pada kasus pembentukan flok yang lemah dengan menggunakan dosis tawas optimum untuk menghilangkan warna, polialumunium klorida (PAC) dapat digunakan sebagai koagulan pilihan selain tawas. Koagulasi dengan poli alumunium klorida dapat dengan mudah memproduksi flok yang kuat dalam air dengan jangkauan dosis


(37)

yang lebih kecil dan rentang pH yang lebih besar, tanpa mempertimbangkan kehadiran alkalinitas yang cukup.

2.8.3 Poly Aluminium Chlorida

Senyawa Al yang lain yang penting untuk koagulasi adalah Polyaluminium chloride (PAC), Aln(OH)mCl3n-m.

Ada beberapa cara yang sudah dipatenkan untuk membuat polyaluminium chloride yang dapat dihasilkan dari hidrolisa parsial dari aluminium klorida, seperti ditunjukkan reaksi berikut :

n AlCl3 + m OH− . m Na+ → Al n (OH) m Cl 3n-m + m Na+ + m Cl−

Senyawa ini dibuat dengan berbagai cara menghasilkan larutan PAC yang agak stabil.

PAC adalah suatu persenyawaan anorganik komplek, ion hidroksil serta ion alumunium bertarap klorinasi yang berlainan sebagai pembentuk polynuclear mempunyai rumus umum Alm(OH)nCl(3m-n). Beberapa keunggulan yang dimiliki PAC

dibanding koagulan lainnya adalah :

1. PAC dapat bekerja di tingkat pH yang lebih luas, dengan demikian tidak diperlukan pengoreksian terhadap pH, terkecuali bagi air tertentu.

2. Kandungan belerang dengan dosis cukup akan mengoksidasi senyawa karboksilat rantai siklik membentuk alifatik dan gugusan rantai hidrokarbon yang lebih pendek dan sederhana sehingga mudah untuk diikat membentuk flok.

3. Kadar khlorida yang optimal dalam fasa cair yang bermuatan negatif akan cepat bereaksi dan merusak ikatan zat organik terutama ikatan karbon nitrogen yang umumnya dalam truktur ekuatik membentuk suatau makromolekul terutama gugusan protein, amina, amida dan penyusun minyak dan lipida.

4. PAC tidak menjadi keruh bila pemakaiannya berlebihan, sedangkan koagulan yang lain (seperti alumunium sulfat, besi klorida dan fero sulfat) bila dosis berlebihan bagi air yang mempunyai kekeruhan yang rendah akan bertambah keruh. Jika digambarkan


(38)

dengan suatu grafik untuk PAC adalah membentuk garis linier artinya jika dosis berlebih maka akan didapatkan hasil kekeruhan yang relatif sama dengan dosis optimum sehingga penghematan bahan kimia dapat dilakukan. Sedangkan untuk koagulan selain PAC memberikan grafik parabola terbuka artinya jika kelebihan atau kekurangan dosis akan menaikkan kekeruhan hasil akhir, hal ini perlu ketepatan dosis.

5. PAC mengandung suatu polimer khusus dengan struktur polielektrolite yang dapat mengurangi atau tidak perlu sama sekali dalam pemakaian bahan pembantu, ini berarti disamping penyederhanaan juga penghematan untuk penjernihan air.

6. Kandungan basa yang cukup akan menambah gugus hidroksil dalam air sehingga penurunan pH tidak terlalu ekstrim sehingga penghematan dalam penggunaan bahan untuk netralisasi dapat dilakukan.

7. PAC lebih cepat membentuk flok daripada koagulan biasa ini diakibatkan dari gugus aktif aluminat yang bekerja efektif dalam mengikat koloid yang ikatan ini diperkuat dengan rantai polimer dari gugus polielektrolite sehingga gumpalan floknya menjadi lebih padat, penambahan gugus hidroksil kedalam rantai koloid yang hidrofobik akan menambah berat molekul, dengan demikian walaupun ukuran kolam pengendapan lebih kecil atau terjadi over-load bagi instalasi yang ada, kapasitas produksi relatif tidak terpengaruh.

Poly aluminium chlorida sering disingkat dengan PAC. PAC adalah garam yang dibentuk oleh aluminium chlorida yang khusus diperuntukkan guna memberi daya koagulasi dan flokulasi (penggumpalan dan pemadatan penggumpalan) yang lebih besar dibanding garam-garam aluminium dan besi lainnya. PAC sebenarnya adalah merupakan suatu senyawa komplek berinti banyak dari ion-ion aquoaluminium yang terpolimerisasi, yaitu suatu jenis dari polimer senyawa organik.

Berbagai bahan kimia baik senyawa organik maupun senyawa an-organik biasanya dibutuhkan sebagai koagulan aid (katalisator penggumpalan) tetapi untuk PAC biasanya tidak membutuhkan hal tersebut. PAC bekerja dengan jangkauan pH


(39)

yang lebih luas dibandingkan dengan Al2(SO4)3 dan koagulan lainnya. Keefektifan

PAC biasanya adalah pada interval pH 6-9.

PAC dengan arti fiotal yang kuat mengumpulkan setiap zat-zat yang tersuspensi atau secara koloidal terdispersi di dalam air, membentuk flok-flok (kepingan-kepingan gumpalan) yang akan mengendap dengan cepat membentuk sludge (lumpur endapan) yang dapat disaring dengan mudah.

(Amsyari, F,1996)

2.9. Mekanisme Terjadinya Gumpalan

Aluminium atau besi akan bereaksi dengan alkalinitas dalam air. Reaksi ini menghasilkan Al(OH)3 yang mengendap. Pada reaksi ini akan membebaskan asam

yang menurunkan pH larutan dan bereaksi dengan alkalinitas. Reaksi tersebut tidak sederhana karena hidroksida-hidroksida Al dan Fe ternyata terbentuk ion-ion lain menunjukkan reaksi yang sangat komplek. Pada penambahan garam aluminium atau besi akan segera terbentuk ion-ion polimer dan dapat terserap oleh partikel-partikel koloid, yang berarti bahwa koloid akan segera terselubungi oleh koagulan, maka besarnya potensial akan diturunkan atau diubah dari sedikit negatif menjadi netral dan akhirnya positif. Dan suspensi ini tidak stabil sehingga terjadi penggumpalan sampai ukuran yang dapat mengendap dalam partikel ini proses koloid dapat menarik dan menggabungkan sehingga membentuk gumpalan yang besar dan terjadilah pengendapan.

(Suripin, 2004 )

2.10. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggumpalan

2.10.1 Pengaruh pH

pH adalah salah satu faktor yang menentukan pada proses koagulasi. Pada koagulan ada daerah optimum, dimana kelarutan koagulan akan terjadi dalam waktu yang singkat dengan dosis koagulan tertentu. Luasnya range pH koagulan ini dipengaruhi


(40)

oleh jenis-jenis konsentrasi koagulan yang dipakai. Hal ini penting untuk menghindari adanya kelarutan koagulan. Untuk proses koagulan pH yang terbaik adalah 7 (netral).

2.10.2 Pengaruh Temperatur

Pada temperatur yang rendah reaksi lebih lambat dan viskositas air menjadi lebih besar sehingga flok lebih suka mengendap.

2.10.3 Dosis Koagulan

Air dengan turbidity yang tinggi memerlukan dosis koagulan yang lebih banyak. Dosis koagulan persatuan unit turbidity rendah, akan lebih kecil dibandingkan dengan air yang mempunyai turbidity yang tinggi, kemungkinan terjadinya tumbukan antara partikel akan berkurang dan netralisasi muatan tidak sempurna, sehingga mikroflok yang terbentuk hanya sedikit, akibatnya turbidity akan naik. Dosis koagulan yang berlebihan akan menimbulkan efek samping pada partikel sehingga turbidity akan naik.

2.10.4 Pengadukan (mixing)

Baiknya proses koagulasi juga ditentukan oleh pengadukan. Pengadukan ini perlu agar tumbukan antara partikel untuk netralisasi menjadi sempurna. Distribusi dalam air cukup baik dan merata, serta masukan energi yang cukup untuk tumbukan antara partikel yang telah netral sehingga terbentuk mikroflok. Dalam proses koagulasi ini pengadukan dilakukan dengan cepat. Air yang memiliki turbidity rendah memerlukan pengadukan yang lebih banyak dibandingkan dengan air yang mempunyai turbidity tinggi.

2.10.5 Pengaruh Garam

Garam-garam ini dapat mempengaruhi proses suatu penggumpalan. Pengaruh yang diberikan akan berbeda-beda bergantung dengan macam garam (ion) dan konsentrasinya. Semakin besar valensi ion akan semakin besar pengaruhnya terhadap koagulan. Penggumpalan dengan garam Fe dan Al akan banyak dipengaruhi oleh anion dibandingkan dengan kation. Jadi natrium, kalsium dan magnesium relatif tidak mempengaruhi (Sutrisno, T,1992).


(41)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Bahan :

1. Air sumur 4 ( Deep Well ) / Treated water

2. PAC (POLY ALUMUNIUM CLORIDE )

3. Kapur

4. Asam Sulfat ( H2SO4 )

5. Indikator phenolfthalein ( Pp )

6. Indikator Mix

3.2 Alat :

1. pH Vario

2. Pipet Volum 5 mL dan 10 mL 2 Buah

3. Floculator

4. Erlenmeyer 250 mL 2 Buah

5. Beaker Glass 1 Liter 5 Buah

6. Turbidimetri

7. Stopwatch

3.3 Prosedur :

1. di ambil air sumur 4

2. di check pH , Turbidity , dan Alkalinitas

3. di isi masing – masing 1 liter air sumur ke dalam 5 beaker glass 4. dimasukan sampel ke dalam alat jartest


(42)

6. di tambahkan H2SO4 sampai masing – masing sampel pH nya yaitu :

- 3 = ... mL - 4 = ... mL - 5 = ... mL - 6 = ... mL - 7 =... mL Di catat volume H2SO4 yang terpakai.

7. di tambahkan kapur hingga pH nya 7


(43)

BAB 4

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Analisis

4.1.1 Hasil Jartest Dengan Penambahan H2SO4

Beaker glass

pH Awal

Volume penambahan H2SO4 ke dalam

100 ml air sumur pH

penambahan H2SO4

pH setelah penambahan

10mL kapur

Floc yang terbentuk setelah

penambahan 2mL PAC

1 6 6 mL 2,3 2,50 120 mL/g

2 6 2,3 mL 3,4 5,00 150 mL/g

3 6 2 mL 3,7 5,85 170 mL/g

4 6 0,85 mL 4,0 6,48 200 mL/g

5 6 0,5 mL 5,2 7,40 250 mL/g

- Turbidity dari sumur 4 yang di dapat adalah : 2,39

- M Alkali dari sumur 4 yang di peroleh adalah : 135

- pH PAC ( Poly Alumunium Cloride ) adalah : 3,20

- pH Kapur ( CaCoCl3 ) adalah : 12,0


(44)

4.1.2 Hasil Jartest Tanpa H2SO4

Keterangan : Sample air diambil dari Degasifier tanpa injeksi H2SO4

- Flow air : 32 – 34 m3/jam = 32000 – 34000 liter/jam

- PAC : 38 liter/jam

- CaO : 100 – 105 liter/jam

- H2SO4 : 17 liter/jam

Dari hasil jartest di atas diambil hasil m – alk = 68 dengan pH = 6,35 Maka penggunaan Kapur dan PAC dalam setiap jam adalah :

- Kapur (CaO) = 3 mL/liter * 34000 liter/jam

= 102.000 mL/jam = 102 liter/jam

- PAC = 1,3 mL/liter * 34000 liter/jam

= 44.200 mL/jam = 44,2 liter/jam No Volume

Sampel (mL)

+Kapur (m )

pH +PAC

(mL)

pH Flock Pendiaman 3 Menit P-

Alk M-Alk Vol endapan (mL) Warna

1 1000 3 9,16 2,2 5,98 190 Putih

kekuningan

0 35

2 1000 3 9,16 1,7 6,2 200 Putih

kekuningan

0 55

3 1000 3 9,16 1,3 6,35 210 Putih

kekuningan

0 68

4 1000 3 9,16 1,1 6,51 210 Putih

kekuningan


(45)

4.2 Pembahasan

PT. Coca-Cola Bottling Indonesia merupakan perushaan minuman ternama dunia yang juga beroprasi di Indonesia juga. Dalam menghasilkan produk nya PT. Coca-Cola Bottling Indonesia sangat menjaga kualitas produk nya, hal ini dapat kita lihat dari proses pengolahan air nya yang merupakan titik terpebting dalam perusahaan ini. Untuk itu berbagai hal yang berhubungan dengan pengolahan air memilki standarisasi yang harus di patuhi dan di jalan kan.

Dalam pengolahan air nya PT. Coca-Cola Bottling Indonesia mengunakan air tanah yang di ambil dari dalam tanah dengan kedalam mencapai 125 – 225 m dan terdapat 4 sumur ( Deep well ) yang semua nya masih di pergunakan dalam proses produksi. Pada proses pengolahan air tersebut banyak jg di pakai berbagai macam bahan – bahan kima yang bertujuan untuk membantu dalam proses produksi, seperti asam sulfat ( H2SO4 ), PAC, CaO, dimana dengan bahan – bahan kimia tersebut apakah

akan berpengaruh terhadap satu dengan lain nya, hal ini dapat terlihat dalam proses pengolahan air di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia dengan penambahan asam sulfat ( H2SO4 ) berpengaruh terhadap pemakaian PAC dan CaO yang di injeksi kan ke dalam

Degassifier. Bila dalam pengolahan air tidak di injeksi kan asam sulfat ( H2SO4 ),

maka pemakaian PAC akan meningkat sedangkan pemakaian CaO ( Kapur ) tidak berpengaruh, dan sebaliknya juga. Oleh karena itu dengan pemakaian asam sulfat ( H2SO4 ) akan membuat proses pengumpalan akan sangat baik dan cepat sehingga

kotoran – kotoran di dalam air akan hilang.

Di dalam air biasanya mengandung beberapa logam – logam, dan terkadang mungkin terdapat logam – logam berat berbahaya seperti Pb, Cu, Al, dan lain – lain. Logam – logam ini dapat berbahaya bagi tubuh kita bila tidak dengan sengaja terkonsumsi oleh tubuh. Diantara sekian banyak bahan pencemar air ada yang beracun dan berbahaya dan dapat menyebabkan kematian. Telah anda pelajari bahwa bahan pencemar air antara lain ada yang berupa logam-logam berat seperti arsen (As), kadmium (Cd), berilium (Be), Boron (B), tembaga (Cu), fluor (F), timbal (Pb), air raksa (Hg), selenium (Se), seng (Zn), ada yang berupa oksida-oksida karbon (CO dan CO2),


(46)

oksidaoksida nitrogen (NO dan NO2), oksida-oksida belerang (SO2 dan SO3), H2S, asam sianida (HCN), senyawa/ion klorida, partikulat padat seperti asbes, tanah/lumpur, senyawa hidrokarbon seperti metana, dan heksana. Bahan-bahan pencemar ini terdapat dalam air, ada yang berupa larutan ada pula yang berupa partikulat-partikulat, yang masuk melalui bahan makanan yang terbawa ke dalam pencernaan atau melalui kulit.

Bahan pencemar unsur-unsur di atas terdapat dalam air di alam ataupun dalam air limbah. Walaupun unsur-unsur diatas dalam jumlah kecil, sensial/diperlukan dalam makanan hewan maupun tumbuh - tumbuhan, akan tetapi apabila jumlahnya banyak akan bersifat racun, contoh tembaga (Cu), seng (Zn) dan selenium (Se) dan molibdium esensial untuk tanaman tetapi bersifat racun untuk hewan.


(47)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1.PT. Coca-Cola Bottling Indonesia adalah perusahan penghasil minuman yang mengunakan pengolahan dengan menggunakan air tanah sebagai sumber utama produksi nya.

2. Proses pengolahan air nya melalui beberapa tahapan – tahapan, antara lain :

a. Proses pengolahan treated water : - Sumber air

- Degassifier - Floculator tank - Sand Filter tank - Storage tank - Hydrophore tank - Buffer tank

b.Proses pengolahan soft water untuk keperluan utilitas, washer, dan MCK : - Sumber air

- Degassifier - Catcment tank - Multi Media Filter - Carbon filter - Softner Tank - Hydrophore tank - Buffer tank


(48)

- Bag. Filter

5.2 SARAN

1. Agar kotoran – kotoran atau flok yang terbentuk di dalam air dapat mengumpal seluruh nya maka dalam pengolahan air nya pemakaian Asam sulfat ( H2SO4 ) harus di perkecil karena akan menyebabakan pengumpalan yang baik.

2. Untuk menjaga mutu air nya agar pengecekan harus di lakukan dengan sebaik nya, juga agar dapat memberikan maanfaat yang baik terhadap penggunaan air nya.

3. Agar logam – logam berat yang terdapat di dalam air dapat di kenali dan diketahui apkah pengaruh buruk nya terhadap tubuh bila dikonsumsi.


(49)

Daftar Pustaka

Amsyari, F. 1996. “ Membangun Lingkungan Sehat ”. Airlangga University Press, Surabaya.

Brater,E.F. 1959 . “ Hydrology “. Second Edition. John Wiley & Sons, Inc. London.

Brinkley, Stuart.R. 1951. “ Principles of General Chemistry “. Fourth Edition. THE MACMILLAN COMPANY . New York.

Degremont, 1987, Water Treatment Handbooks, Mc Graw Hill Books. Co

Linsye R. K. 1996.”Teknik Sumber Daya Air”. Edisi 3. Penerbit Erlangga. Jakarta

Jenie B.S.L. dan Rahayu, W.P., 1993. Penanganan Limbah industri, Kerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor : Kanisius

Keenan, Kleinfelter & Wood. 1999. “ Kimia Untuk Universitas “ Jilid 2. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kirk-Other. 1964 .” Encyclopedia of Chemical Technology ”. Third Edition. Mc.Graw Hill. New York.

Suripin.2004 . ” Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air”. Penerbit Andi Yogyakarta, Yogyakarta.

Sutrisno, T. 1992. ” Teknologi Penyediaan Air Bersih ”. Penerbit Rieneka Cipta. Jakarta.


(50)

Trieff, N.M., 1981. Environment and Health. Second Printing Miching : An Arbor Scince Publishers, Inc.


(1)

4.2 Pembahasan

PT. Coca-Cola Bottling Indonesia merupakan perushaan minuman ternama dunia yang juga beroprasi di Indonesia juga. Dalam menghasilkan produk nya PT. Coca-Cola Bottling Indonesia sangat menjaga kualitas produk nya, hal ini dapat kita lihat dari proses pengolahan air nya yang merupakan titik terpebting dalam perusahaan ini. Untuk itu berbagai hal yang berhubungan dengan pengolahan air memilki standarisasi yang harus di patuhi dan di jalan kan.

Dalam pengolahan air nya PT. Coca-Cola Bottling Indonesia mengunakan air tanah yang di ambil dari dalam tanah dengan kedalam mencapai 125 – 225 m dan terdapat 4 sumur ( Deep well ) yang semua nya masih di pergunakan dalam proses produksi. Pada proses pengolahan air tersebut banyak jg di pakai berbagai macam bahan – bahan kima yang bertujuan untuk membantu dalam proses produksi, seperti asam sulfat ( H2SO4 ), PAC, CaO, dimana dengan bahan – bahan kimia tersebut apakah

akan berpengaruh terhadap satu dengan lain nya, hal ini dapat terlihat dalam proses pengolahan air di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia dengan penambahan asam sulfat ( H2SO4 ) berpengaruh terhadap pemakaian PAC dan CaO yang di injeksi kan ke dalam

Degassifier. Bila dalam pengolahan air tidak di injeksi kan asam sulfat ( H2SO4 ),

maka pemakaian PAC akan meningkat sedangkan pemakaian CaO ( Kapur ) tidak berpengaruh, dan sebaliknya juga. Oleh karena itu dengan pemakaian asam sulfat ( H2SO4 ) akan membuat proses pengumpalan akan sangat baik dan cepat sehingga

kotoran – kotoran di dalam air akan hilang.

Di dalam air biasanya mengandung beberapa logam – logam, dan terkadang mungkin terdapat logam – logam berat berbahaya seperti Pb, Cu, Al, dan lain – lain. Logam – logam ini dapat berbahaya bagi tubuh kita bila tidak dengan sengaja terkonsumsi oleh tubuh. Diantara sekian banyak bahan pencemar air ada yang beracun dan berbahaya dan dapat menyebabkan kematian. Telah anda pelajari bahwa bahan pencemar air antara lain ada yang berupa logam-logam berat seperti arsen (As), kadmium (Cd), berilium (Be), Boron (B), tembaga (Cu), fluor (F), timbal (Pb), air raksa (Hg), selenium (Se), seng (Zn), ada yang berupa oksida-oksida karbon (CO dan CO2),


(2)

oksidaoksida nitrogen (NO dan NO2), oksida-oksida belerang (SO2 dan SO3), H2S, asam sianida (HCN), senyawa/ion klorida, partikulat padat seperti asbes, tanah/lumpur, senyawa hidrokarbon seperti metana, dan heksana. Bahan-bahan pencemar ini terdapat dalam air, ada yang berupa larutan ada pula yang berupa partikulat-partikulat, yang masuk melalui bahan makanan yang terbawa ke dalam pencernaan atau melalui kulit.

Bahan pencemar unsur-unsur di atas terdapat dalam air di alam ataupun dalam air limbah. Walaupun unsur-unsur diatas dalam jumlah kecil, sensial/diperlukan dalam makanan hewan maupun tumbuh - tumbuhan, akan tetapi apabila jumlahnya banyak akan bersifat racun, contoh tembaga (Cu), seng (Zn) dan selenium (Se) dan molibdium esensial untuk tanaman tetapi bersifat racun untuk hewan.


(3)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1.PT. Coca-Cola Bottling Indonesia adalah perusahan penghasil minuman yang mengunakan pengolahan dengan menggunakan air tanah sebagai sumber utama produksi nya.

2. Proses pengolahan air nya melalui beberapa tahapan – tahapan, antara lain :

a. Proses pengolahan treated water : - Sumber air

- Degassifier - Floculator tank - Sand Filter tank - Storage tank - Hydrophore tank - Buffer tank

b.Proses pengolahan soft water untuk keperluan utilitas, washer, dan MCK : - Sumber air

- Degassifier - Catcment tank - Multi Media Filter - Carbon filter - Softner Tank - Hydrophore tank - Buffer tank


(4)

- Bag. Filter

5.2 SARAN

1. Agar kotoran – kotoran atau flok yang terbentuk di dalam air dapat mengumpal seluruh nya maka dalam pengolahan air nya pemakaian Asam sulfat ( H2SO4 ) harus di perkecil karena akan menyebabakan pengumpalan yang baik.

2. Untuk menjaga mutu air nya agar pengecekan harus di lakukan dengan sebaik nya, juga agar dapat memberikan maanfaat yang baik terhadap penggunaan air nya.

3. Agar logam – logam berat yang terdapat di dalam air dapat di kenali dan diketahui apkah pengaruh buruk nya terhadap tubuh bila dikonsumsi.


(5)

Daftar Pustaka

Amsyari, F. 1996. “ Membangun Lingkungan Sehat ”. Airlangga University Press, Surabaya.

Brater,E.F. 1959 . “ Hydrology “. Second Edition. John Wiley & Sons, Inc. London.

Brinkley, Stuart.R. 1951. “ Principles of General Chemistry “. Fourth Edition. THE MACMILLAN COMPANY . New York.

Degremont, 1987, Water Treatment Handbooks, Mc Graw Hill Books. Co

Linsye R. K. 1996.”Teknik Sumber Daya Air”. Edisi 3. Penerbit Erlangga. Jakarta

Jenie B.S.L. dan Rahayu, W.P., 1993. Penanganan Limbah industri, Kerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor : Kanisius

Keenan, Kleinfelter & Wood. 1999. “ Kimia Untuk Universitas “ Jilid 2. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kirk-Other. 1964 .” Encyclopedia of Chemical Technology ”. Third Edition. Mc.Graw Hill. New York.

Suripin.2004 . ” Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air”. Penerbit Andi Yogyakarta, Yogyakarta.

Sutrisno, T. 1992. ” Teknologi Penyediaan Air Bersih ”. Penerbit Rieneka Cipta. Jakarta.

Tebut, T.H.Y, 1979, Principles of Water Quality Control, Oxford Pergamon Press.


(6)

Trieff, N.M., 1981. Environment and Health. Second Printing Miching : An Arbor Scince Publishers, Inc.