Sebelah Timur berbatasan dengan desa Palas Aji dan desa Rejomulyo Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Palas Pasemah dan desa Palas Jaya
Sebelah Barat berbatasan dengan desa Bali Agung.
Keseluruhan topografi Desa Mekar Mulya adalah datar, terletak di dataran rendah dengan ketinggian 1- 30 m dpl dengan ketinggian 1-30 m dpl. Jenis tanah
umumnya tanah liat, kemasaman tanah berkisar 4,5 – 6,5 dengan kemiringan
tanah 5-10 persen. Iklim termasuk zone B 1 Oldeman dengan curah hujan rata- rata 10 tahun mencapai 2114 mmtahun dengan rata-rata bulan basah 3 - 6 bulan
dan bulan kering 3 - 6 bulan. Suhu udara antara 25
o
C – 31
o
C dengan kelembaban rata-rata 60 persen.
F. Sarana dan Prasarana
Tiap masyarakat membutuhkan sarana prasaran untuk menunjang aktivitas dan kehidupan, Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat dibutuhkan bagi
terlaksananya kegiatan penduduk, khususnya bidang pertanian, Sarana dan prasarana transportasi bisa menghubungkan Desa Bandan Hurip dan Desa Mekar
Mulya dengan daerah lain di sekitarnya. Kegiatan hasil-hasil pertanian khususnya usahtani padi, memerlukan sarana dan prasarana transportasi bagi pemasaran hasil
ke pasar, Desa Bandan Hurip memiliki kios saprodi sebanyak 3 buah, BP3K, Balai Benih Induk BBI, pos keswan sebanyak 1 buah. Prospek pasar hasil
produksi kelompok tani di Desa Bandan Hurip sebanyak 60 persen terserap di pasar lokal, sedangkan 40 persen terserap di pasar luar lokal, Hal ini terjadi
karena produk yang berlimpah di Desa Bandan Hurip melebihi kebutuhan masyarakat lokal. Desa Mekar Mulya memiliki satu KUD, empat Kios saprodi,
satu sumur bor, 116 pompa air, dan satu pasar, dengan adanya sarana kios pertanian yang cukup maka petani akan mudah mendapatkan sarana pertanian
seperti pupuk, benih, dan obat-obatn, Petani tidak mengalami kesulitan dalam pemasaran padi karena sarana transportasi yang baik dan dekat dengan pasar.
G. Pengembangan Beras di Kabupaten Lampung Selatan
Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan akan mepertahankan surplus beras setiap tahun. Hal ini terbukti selama tiga tahun terakhir, produksi beras mengalami
peningkatan di atas 5 persen setiap tahunnya, dan melampaui target nasional. Pada 2010, produksi capai 229.981 ton, konsumsi 99.151 ton maka surplus
sebesar 130.423 ton. Tahun 2011 produksi mencapai 262.184 ton, konsumsi 95.191 ton dan surplus 166.993 ton. Sementara untuk 2012, surplus beras
mencapai 209.299 ton. BadanPusat Stastistik 2012. Namun, jumlah produksi yang ada tidak semuanya menjadi stok untuk
ketersediaan konsumsi masyarakat Lampung Selatan. Sebagian besar produksi beras di Lampung Selatan ini justru mengalir keluar daerah.
Luas lahan di Kabupaten Lampung Selatan sebesar 200.710 hektar ha yang terdiri dari lahan sawah seluas 45.354 ha dan lahan bukan sawah seluas 122.178
ha dan lahan bukan pertanian seluas 33.169 ha. Total luas sawah pertanian yang
seluas 45.354 ha sebanyak 33.217 ha atau 73,24 persen adalah sawah tadah hujan, sedangkan sawah irigasi seluas 10.734 ha yang terdiri dari irigasi teknis, irigasi
setengah teknis, irigasi sederhana dan irigasi Desa. Kabupaten Lampung Selatan
termasuk tiga besar penghasil produksi beras se-Provinsi Lampung setelah
Lampung Tengah dan Lampung Timur. Badan Pusat Statistik 2012.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1 Tingkat efisiensi teknis usahatani padi lahan irigasi teknis berbeda secara nyata dengan lahan tadah hujan. Tingkat efisiensi teknis pada MT 1 sebesar
76,33 persen untuk lahan irigasi teknis dan 67,08 persen untuk lahan tadah hujan, sedangkan pada MT 2 tingkat efisiensi pada lahan irigasi teknis
sebesar 87, 81 persen dan pada lahan tadah hujan sebesar 69,26 persen. 2 Pendapatan tunai petani padi sawah pada lahan irigasi teknis berbeda secara
nyata dengan pendapatan tunai petani padi lahan tadah hujan. Pendapatan pada MT 1 adalah masing-masing Rp 15.954.296,80 ha untuk lahan irigasi
teknis dan Rp 14.965.568,58 ha untuk lahan tadah hujan. Pada MT 2 pendapatan adalah Rp 15.078.263,50ha untuk lahan irigasi teknis dan
Rp 11.672.920,22ha untuk lahan tadah hujan. 3 Risiko produksi, harga, dan pendapatan yang dihadapi petani padi sawah
pada lahan irigasi teknis berbeda nyata dengan lahan sawah tadah hujan. 4 Sebagian besar petani padi sawah pada lahan irigasi teknis dan pada lahan
tadah hujan baik pada MT 1 dan MT 2 berperilaku netral terhadap risiko. 5 Faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku petani terhadap risiko usahatani
padi sawah pada lahan irigasi teknis dan lahan tadah hujan adalah jumlah tanggungan keluarga, pendapatan dan jenis pengairan. Selain itu risiko tidak
berpengaruh terhadap efisiensi produksi sedangkan perilaku petani padi sawah berpengaruh terhadap tingkat efisiensi produksi padi sawah.
B. Saran
1 Rendahnya produktivitas aktual di daerah penelitian jika dibandingkan
dengan produktivitas potensial per hektar yang diperoleh petani berkaitan dengan tidak adanya perilaku petani yang berperilaku berani terhadap risiko,
oleh karena itu petani dapat lebih berani mengadopsi teknologi baru, seperti penggunaan benih unggul sehingga dapat meningkatkan produktivitas
produksi padi sehingga pendapatan juga akan meningkat. 2 Bagi Pemerintah pengembangan irigasi teknis yang ada dan pembangunan
irigasi teknis yang baru sangatlah penting dalam upaya meningkatkan produksi padi dan peningkatan efisiensi padi.
3 Kelemahan dari studi ini dengan menggunakan pendekatan Stochastic Production Frontier adalah ketidakmampuannya untuk mengukur efisiensi
alokatif dan ekonomis pada tingkat individu. Kelemahan tersebut dapat dijadikan bagi peneliti lain untuk melihat pencapaian tingkat efisiensi dengan
menggunakan pendekatan yang berbeda. Di dalam teori produksi ada beragam pendekatan yang dapat digunakan
untuk menghitung tingkat efisiensi secara menyeluruh diantaranya menggunakan pendekatan Stochastic Cost Frontier yang masih merupakan
pendekatan parametrik.