Pendapat Para Ulama Mengenai Ayat Muhkam dan Mutasyabih

2. Ayat-ayat yang mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang dengan

jalan pembahasan dan pengkajian yang mendalam. Contohnya, seperti merinci yang mujmal, menentukan yang musytarak, mengkayyidkan yang mutlak, menertibkan yang kurang tertib, dan sebagainya.

3. Ayat-ayat yang mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar

ilmu dan sain, bukan oleh semua orang, apalagi orang awam. Hal-hal ini termasuk urusan-urusan yang hanya diketahui oleh Allah SWT dan orang- orang yang rasikh mendalam ilmu pengetahuannya.

D. Pendapat Para Ulama Mengenai Ayat Muhkam dan Mutasyabih

Para ulama juga berlainan paham mengenai kemuhkaman Al-Qur’an dan kemutasyabihatannya.Sikap para ulama terhadap ayat-ayat mutasyabih terbagi dalam dua kelompok, yaitu: 1. Madzhab Salaf, yaitu para ulama yang mempercayai dan mengimani ayat- ayat mutasyabih dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah sendiri tafwidh ilallah. Mereka menyucikan Allah dari pengertian-pengertian lahir yang mustahil bagi Allah dan mengimaninya sebagaimana yang diterangkan Al- Qur’an. Di antara ulama yang masuk ke dalam kelompok ini adalah Imam Malik yang berasal dari ulama mutaqaddimin. 2. Madzhab Khalaf, yaitu para ulama yang berpendapat perlunya menakwilkan ayat-ayat mutasyabih yang menyangkut sifat Allah sehingga melahirkan arti yang sesuai dengan keluhuran Allah. Mereka umumnya berasal dari kalangan ulama muta’akhirin. Sebab dalam Al-Quran ada ayat-ayat yang menerangkan bahwa semua Al- Quran itu muhkam, seperti surah Hud ayat 1, dan ada pula ayat-ayat yang menjelaskan bahwa semuanya mutasyabih, seperti ayat 23 surah Az-Zumar. Sebagaimana ada juga ayat-ayat yang menjelaskan ada sebagian Al-Quran yang muhkam dan sebagian lain mutasyabih, seperti ayat 7 surah Ali Imran. Ada tiga pendapat para ulama mengenai masalah tersebut, sebagi berikut: 11 1. Pendapat pertama berpendirian, bahwa semua Al-Qur’an itu muhkam, berdasarkan ayat 1 surah Hud:” ههتهيآتحمنكمححأهبتتكم” suatu Kitab yang ayat-ayatnya tersusun rapih. 2. Pendapat kedua mengatakan, bahwa Al-Qur’an itu seluruhnya mutasyabihat, dalam arti yang saling bersesuaian yang sebagian dengan bagian yang lain. Hal ini berdasarkan ayat 23 surah Az-Zumar: ههنحممرنهعمشنقحتن يننماثنمن اههبماشنتنمه ابهاتنكم ثميحدمحنلحاننسنححان لنزنننن ههللان ننوحشنخحين ننيحذملننادهوحلهجه محههبننرن Artinya: “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik yaitu Al- Qur’an yang serupa mutu ayat-ayatnya lagi berulang ulang. Gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya.” 3. Pendapat ketiga mengatakan, bahwa Al-Qur’an itu terdiri dari dua bagian, yakni muhkam dan mutasyabih. Pendapat ini berdasarkan ayat 7 surah Ali Imran. Jika dilihat sepintas, seolah-olah hanya pendapat ketiga yang benar dan sesuai dengan kenyataan yang ada dalam Al-Qur’an.Tetapi jika diamati secara seksama, sebenarnya semua pendapat itu benar dan sesuai dengan kenyataan yang ada dalam Al-Qur’an itu. Sebab ketiga itu ada dalilnya dalam Al-Qur’an, dan semuanya juga benar cara istidhal masing-masing. Yang berbeda hanya orientasi pendapat masing-masing.

E. Sikap Para Ulama Terhadap Ayat-ayat Muhkam dan Mutasyabih