Sekolah Menengah Atas SMA

95 kondusif, sebagai faktor pendukung keberhasilan dalam berwirausaha. Kemampuan kewirausahaan akan semakin baik apabila lingkungan keluarga dapat memberikan pengaruh positif dimana sikap dan aktivitas anggota keluarga dapat menjadi contoh terhadap individu, misalnya melalui suatu usaha keluarga yang bersifat turun menurun.

2.1.7 Sekolah Menengah Atas SMA

Sekolah Menengah Atas SMA adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat. Tujuan utamanya diantara menghasilkan lulusan yang siap untuk menempuh pendidikan lebih tinggi PT. Pada sistem Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, sekolah memiliki “full authority and responsibility” dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan. Untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan tersebut, sekolah dituntut untuk mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam indikator kompetensi, mengembangkan strategi, menentukan prioritas, mengendalikan pemberdayaan berbagai potensi sekolah dan lingkungan sekitar, serta mempertanggungjawabkannya kepada masyarakat dan pemerintah. Struktur kurikulum SMA meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai Kelas X sampai dengan Kelas 96 XII. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran. Pengorganisasian kelas-kelas pada SMA dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelas X merupakan program umum yang diikuti oleh seluruh peserta didik, dan kelas XI dan XII merupakan program penjurusan yang terdiri atas dua program: 1 Program Ilmu Pengetahuan Alam, 2 Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Sekolah Menengah Atas SMA sebagai sub sistem pendidikan nasional juga mempunyai peluang untuk ikut dalam pembangunan perekonomian melalui kewirausahaan. Siswa SMA yang menempuh pendidikan diharapkan memiliki jiwa dan perilaku atau karakteristik kewirausahaan, sehingga lulusan SMA juga dapat mengisi peluang kerja dengan baik. Pembelajaran kewirausahaan di SMA Adiguna Bandar Lampung dimasukkan dalam kurikulum untuk kelas X dan kelas XI dengan pertemuansesi tatap muka di kelas yaitu 2 jam per minggu. Pelaksanaan pembelajaran tidak jauh berbeda dengan mata pelajaran lainnya yaitu dalam bentuk klasikal pengajaran teori di dalam kelas yang diharapkan proses pembelajaran menjadi efektif

2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan

Berikut ini, beberapa penelitian yang relevan dan terkait dengan metode pembelajaran Role Playing dan metode pembelajaran Examples Non Examples yang pernah dilakukan. 1. Hasil penelitian Fera Edyani 2010 dengan judul “Penerapan model pembelajaran role playing untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X