PENGARUH MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES TER

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

PENGARUH MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES
TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KLS V SD DI
GUGUS III KECAMATAN TAMPAKSIRING
Km. Wardika1, Md. Sulastri2, Kt.Dibia3
1,3

Jurusan PGSD, 2Jurusan BK, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: wikomangwardika@yahoo.com1, sulastri.made@yahoo.com2,
dibiabhs@yahoo.co.id3
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional; 2) mendeskripsikan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti
pembelajaran examples non examples; 3) mengetahui perbedaan yang signifikan hasil
belajar IPA antara kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran examples
non examples dan kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran

konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus III Kecamatan Tampaksiring Kabupaten
Gianyar Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan jenis penelitian
eksperimen semu (quasi experiment). Populasi penelitian ini adalah kelas V SD di Gugus
III Kecamatan Tampaksiring yang berjumlah 5 kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah
kelas V SD Negeri 1 Sanding berjumlah 23 orang dan kelas V SD Negeri 2 Pejeng Kaja
berjumlah 27 orang. Instrumen pada penelitian ini yaitu tes hasil belajar IPA. Data
dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uj-t
independent). Hasil analisis menunjukan bahwa perbedaan rata-rata skor hasil belajar
IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu
= 21,11 > =17,35.
Dengan menggunakan uji-t diperoleh hasil thitung = 4,302 >ttabel(α=0,05) = 2,021. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA
siswa antara kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran examples non
examples dan kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional.
Kata-kata kunci: hasil belajar IPA, model pembelajaran examples non examples, model
konvensional
Abstract
This research aimed to: (1) to described the science learning outcomes of students who
take conventional model; (2) to described the science learning outcomes of students who
take examples non examples model; (3) to determine the science learning outcomes

differences between students who were thaught by used examples non examples model
and conventional learning model in fifth grade elementary school students in cluster III
Tampaksiring district Gianyar regency 2013/2014 school year. The research was a quasiexperiment. The population was fifth grade in cluster III Tampaksiring district consisted of
5 classes. The samples of this research were fifth grade in SDN 1 Sanding were 23
students and SDN 2 Pejeng Kaja were 27 students. The instrument of this researh is test
instrument. Data were analyzed using descriptive statistic and inferential statistic (t-test).
The results showed that a description of the result of science learning in the experimental
group scores tend to be high then of the students in control group ( = 21,11 > = 17,35).
There are differences science learning outcomes of students who learning with examples
non examples model project based assessment and students who learnt with
conventional learning model, with the value of tcount = 4,302 > ttab = 2.021. Based on the
result, can be concluded that examples non examples model significant effect on student
learning outcomes in science learning compared with conventional learning models.
Key words: science learning outcomes, examples non examples models, conventional
models

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan faktor yang

penting
dalam
setiap
kegiatan
pembangunan, karena sasaran utamanya
adalah peningkatan sumber daya manusia
(SDM). Pendidikan akan menunjang
kualitas dari SDM yang dapat bersaing
pada era globalisasi. SDM yang berkualitas
tidak serta merta mutlak diwariskan secara
herediter, melainkan melalui suatu proses
pembentukan yang sangat panjang melalui
proses belajar. Terjadinya proses belajar
yang baik, ditentukan oleh beberapa faktor
yaitu, tenaga pendidik, anak didik, serta
sarana-prasarana yang memadai. Tanpa
adanya unsur-unsur tersebut, maka output
yang dihasilkan juga akan sangat kurang.
Salah satu faktor penting agar tercapainya
SDM yang berkualitas adalah adanya guru

yang professional.
Guru
sebagai
salah
satu
penyelenggara pendidikan memiliki fungsi
yang sangat penting dalam memajukan
SDM sebagai ujung tombak pembangunan
bangsa. Menjadi seorang guru tidak hanya
berkaitan
dengan
mengajar
atau
mentransfer ilmu kepada siswa, melainkan
penggunaan secara integratif berbagai
keterampilan dalam menyampaikan pesan
kepada peserta didik. Mengingat dalam
kegiatan pembelajaran tidak cukup hanya
menggunakan satu keterampilan saja,
tetapi

harus
dipadukan
dengan
keterampilan lainnya. Dengan demikian
akan dihasilkan SDM yang kreatif, cerdas,
bertanggung jawab serta memiliki daya
saing tinggi daan mampu bersaing di dalam
dunia kerja sesuai dengan perkembangan
zaman.
Dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 3, dijelaskan
bahwa, pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan
kemampuan
dan
membentuk watak serta peradaban bangsa
yang
bermartabat
dalam

rangka
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjad warga
Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Berdasarkan hal tersebut, guru

sebagai bagian dari sistem pendidikan
nasional memiliki peran dan tanggung
jawab yang sangat besar dalam mencapai
tujuan
pendidikan
nasional
yang
diamanatkan dalam Undang-undang. Oleh

karena itu, dibutuhkan seorang guru
professional yang mampu mengemban
tugas
dalam
usaha
mencerdaskan
kehidupan bangsa. Dalam hal ini guru
harus mampu menyelenggarakan proses
pembelajaran yang mendidik kepada siswa
di kelas khususnya dalam mengajarkan
mata pelajaran pokok.
IPA merupakan salah satu pelajaran
pokok di jenjang pendidikan sekolah dasar.
IPA yang sering disebut dengan pendidikan
sains memiliki peranan yang penting dalam
proses
berkembangnya
pengetahuan
peserta didik. Menurut Depdiknas (2006),
IPA mempelajari cara mencari tahu tentang

alam secara sistematis, sehingga IPA
bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan.
Dengan
demikian,
IPA
merupakan kumpulan pengetahuan yang
sistematis tentang alam semesta yang
diperoleh melalui suatu langkah-langkah
atau prosedur penemuan berupa metode
ilmiah.
Menurut
Susanto
(2010),
IPA
diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu
IPA sebagai produk, proses dan sikap. IPA

sebagai produk berkaitan dengan hasil
penelitian dari para ilmuwan dan sudah
membentuk konsep yang telah dikaji. IPA
sebagai produk, yaitu fakta-fakta, prinsip,
hukum, dan teori-teori IPA. Dalam
memperoleh fakta-fakta, prinsip, hukum dan
teori-teori tersebut membutuhkan suatu
proses dan proses tersebut didasari oleh
sikap ilimiah. Oleh karena itu, dalam
penyampaiannya diperlukan suatu strategi
yang tepat dalam pembelajaran IPA.
Mengingat
pembelajaran
IPA
yang
diselenggarakan khususnya di SD tidak
hanya
mengutamakan
hasil,
tetapi

pembelajaran IPA juga dipandang sebagai
produk,
proses,
dan
sikap.
Jadi
pembentukan sikap ilmiah siswa dapat
dibentuk pada proses pembelajaran yaitu
saat siswa mengamati suatu gejala di
lingkungan
(keterampilan
mengamati)

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
menafsirkan dan menarik kesimpulan dari
suatu
gejala
atau
permasalahan

berdasarkan fakta yang ditemukan dan juga
teori
yang
ada,
serta
mengkomunikasikannya (Trianto, 2010).
Dengan
demikian,
nantinya
dapat
membentuk siswa yang mampu bersikap
ilmiah yang meliputi sikap jujur, objektif,
kritis, bertanggung jawab, dan terbuka.
Selama ini pembelajaran IPA di
sekolah dasar masih berpusat pada guru
(teacher centered) dan juga buku paket
saja. Guru dalam pembelajaran terkesan
mendominasi pembelajaran dan guru
merupakan satu-satunya penentu arah
pembelajaran. Di kelas, siswa selalu
dicekoki dengan hafalan melalui transfer
hal-hal yang tercantum dalam buku teks.
Seharusnya siswa dilatih berpikir dan
membuat konsep berdasarkan pengamatan
dan percobaan yang dilakukan melalui
pengalaman
berinteraksi
dengan
lingkungan tanpa memandang sesuai atau
tidaknya konsep yang dikemukakan siswa
dengan buku pegangan. Hal tersebut juga
sesuai
dengan
pendapat
Lapono
(2009:123) yang mengatakan bahwa pada
prinsipnya, dalam pembelajaran yang
mendidik hendaknya berlangsung sebagai

proses atau usaha yang dilakukan peserta
didik untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku sebagai hasil pengalaman
individu beriteraksi dengan lingkungannya.
Oleh karena itu, guru seharusnya kreatif
dan inovatif dalam menerapkan berbagai
model
mengajar
dalam
upaya
meningkatkan
kualitas
pembelajaran
sehingga mampu memenuhi keperluan
pembelajaran untuk setiap siswanya.
Pada kenyataanya, masih terdapat
beberapa penyimpangan metode dan
strategi pembelajaran IPA pada tingkat SD.
Terlebih saat dilakukan kunjungan ke
beberapa SD di Gugus III Kecamatan
Tampaksiring
Kabupaten
Gianyar,
dilakukan wawancara dengan guru mata
pelajaran IPA kelas V. Berdasarkan hasil
observasi dan wawancara, secara umum
diperoleh hasil bahwa: (1) siswa kurang
aktif dalam pembelajaran, (2) guru sangat
mendominasi dalam pembelajaran, (3)
pembelajaran terkesan kurang menarik bagi
siswa, (4) hasil belajar IPA kurang
maksimal.
Berdasarkan
pencatatan
dokumen masing-masing SD di Gugus III
Kecamatan
Tampaksiring
Kabupaten
Gianyar, diperoleh rata-rata hasil belajar
IPA kelas V sebagai berikut.

Tabel 1. Hasil belajar IPA Kelas V di Gugus III Kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianyar
No

Sekolah Populasi

1

SDN 1 Sanding

Nilai Rata-Rata
Siswa
69,78

2

SDN 2 Sanding

3

KKM

Jumlah Siswa

68

23

76,52

69

36

SDN 1 Pejeng Kaja

70,65

68

30

4

SDN 2 Pejeng Kaja

68,24

68

27

5

SDN 3 Pejeng Kaja

68,48

67

17

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar
rata-rata nilai hasil belajar IPA di gugus III
Kecamatan Tampaksiring berada pada
rentangan 68 - 69. Jika dikonversikan ke
dalam PAP skala lima, maka nilai rata-rata
tersebut berada pada kategori cukup.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat diambil
suatu kesimpulan terkait hubungan antara
penggunaan suatu model pembelajaran
dengan hasil belajar yang kurang

memuaskan. Djamarah (dalam Kurniawati,
2012:5) menyatakan bahwa penggunaan
model pembelajaran sangat menentukan
hasil belajar mengajar. Terkait dengan hal
tersebut,
maka
dirasakan
perlu
menerapkan suatu model pembelajaran
inovatif dalam pembelajaran di SD
khususnya pada mata pelajaran IPA.
Salah satu model yang dapat
digunakan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa adalah dengan menerapkan model

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
pembelajaran examples non examples.
Model examples non examples merupakan
model yang menggunakan gambar sebagai
media
penyampaian
pembelajaran.
Examples non examples mendorong siswa
untuk belajar lebih kritis dengan jalan
memecahkan permasalahan-permasalahan
yang terkandung dalam contoh-contoh
gambar yang disediakan (Suyatno, 2009).
Penggunaan
model
pembelajaran
examples
non
examples
lebih
mengutamakan konteks analisis siswa,
karena konsep yang diajarkan diperoleh
dari
hasil
penemuan
dan
bukan
berdasarkan konsep yang terdapat dalam
buku. Dengan memusatkan perhatian siswa
terhadap
examples
non
examples
diharapkan dapat mendorong siswa untuk
menuju pemahaman yang lebih dalam
terhadap
materi
pelajaran.
Dengan
pemahaman yang mendalam, diyakini akan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa
terutama pada mata pelajaran IPA. Untuk
itu, diangkat masalah ini melalui suatu
penelitian apakah terdapat pengaruh model
pembelajaran examples non examples
terhadap hasil belajar ipa siswa kelas v sd
di gugus III kecamatan Tampaksiring
kabupaten
Gianyar
tahun
pelajaran
2013/2014.
METODE
Penelitian ini merupakan jenis
penelitian
eksperimen
semu
(quasi
experiment) karena tidak semua variabel
yang muncul dalam kondisi eksperimen
dapat diatur dan dikontrol secara ketat.
Rancangan yang digunakan adalah posttest only control group design. Pemilihan
desain post-test only control group design
yang hanya melibatkan post-test karena
peneliti hanya ingin mengetahui perbedaan
hasil belajar antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol, bukan untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar setiap
kelompok sehingga dalam penelitian ini
tidak menggunakan skor pretest. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
data tentang hasil belajar IPA siswa kelas V
SD di Gugus III kecamatan Tampaksirirng
kabupaten Gianyar. Sumber data penelitian
ini adalah seluruh siswa kelompok
eksperimen dan kontrol. Pada kelompok
eksperimen diberikan perlakuan khusus

yaitu proses pembelajaran dilakukan
dengan menerapkan model pembelajaran
examples non examples, sedangkan pada
kelompok kontrol diberi perlakuan dengan
model pembelajaran konvensional.
Tempat dilaksanakannya penelitian ini
adalah SD di Gugus III Kecamatan
Tampaksiring Kabupaten Gianyar. Waktu
pelaksanaan penelitian adalah semester
genap tahun pelajaran 2013/2014. Populasi
yang digunakan adalah keseluruhan kelas
V SD di Gugus III Kecamatan Tampaksiring
Kabupaten Gianyar. Waktu pelaksanaan
penelitian adalah semester genap tahun
pelajaran
2013/2014.
Banyak
siswa
seluruhnya 133 orang yang tersebar dalam
5 kelas.
Sebelum
ditentukannya
sampel
penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji
kesetaraan dengan menggunakan anava
satu jalur pada populasi. Setelah dilakukan
uji kesetaraan, kemudian dilakukan random
pada pasangan kelas sebagai sampel
penelitian. Setelah pasangan kelas didapat,
kemudian pasangan tersebut dirandom
kembali
untuk
menentukan
kelas
eksperimen dan kontrol. Sampel dari hasil
random yang dilakukan adalah SDN 1
Sanding berjumlah 23 orang sebagai
kelompok eksperimen dan SDN 2 Pejeng
Kaja berjumlah 27 orang sebagai kelompok
kontrol.
Pengumpulan data dalam penelitian
ini menggunakan metode tes. Metode tes
memerlukan suatu instrumen. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
instrumen hasil belajar IPA bentuk pilihan
ganda. Sebelum instrumen digunakan,
terlebih dahulu diuji oleh dua ahli (judgest)
yakni dosen yang membidangi IPA. Pada
instrumen hasil belajar IPA, soal-soal pada
tes hasil belajar IPA diseleksi dengan
melalukan tes uji coba instrumen. Uji coba
instrumen dilakukan pada siswa kelas VI di
SDN 2 Sanding, SDN 1 Pejeng Kaja dan
SDN 3 Pejeng Kaja. Jumlah siswa yang
dilibatkan dalam validasi soal sebanyak 112
siswa dengan 40 butir soal. Dari 40 butir
soal yang diuji cobakan, sebanyak 31 butir
soal dinyatakan valid sehingga dilakukan
random untuk mengeliminasi 1 butir soal
karena soal yang digunakan pada post test
sebanyak 30 butir. Selain analisis validitas
yang dilakukan, dilakukan juga analisis

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
reliabilitas. Berdasarkan hasil analisis,
didapatkan reliabilitas tes sebesar 0,65 dan
tergolong pada reliabilitas tinggi sehingga
soal-soal yang valid tersebut layak untuk
digunakan pada kegiatan post test.
Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu analisis statistik
deskriptif, yang artinya bahwa data
dianalisis dengan menghitung nilai mean,
modus, median, dan standar deviasi. Data
yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk
grafik poligon. Teknik yang digunakan untuk
menganalisis data untuk menguji hipotesis
penelitian adalah uji-t (polled varians).
Sebelum
melakukan
uji
hipotesis,
dilakukan. Analisis uji prasyarat dengan
Berdasarkan tabel tersebut, hasil post
test yang telah dianalisis pada kelompok
eksperimen disajikan dalam grafik poligon
pada gambar 1 sebagai berikut.

melakukan
uji
homogenitas.

normalitas

dan

uji

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
belajar
IPA
dengan
menggunakan model pembelajaran model
pembelajaran examples non examples dan
dengan model pembelajaran konvensional
menggunakan tes hasil belajar berjumlah
30 butir dalam bentuk tes obyektif pada
post-test. Untuk dapat mendeskripsikan
hasil penelitian, dilakukan analisis statistik
deskriptif pada masing-masing variabel
terikat kelas eksperimen dan kontrol. Hasil
perhitungan statistik deskriptif dapat dilihat
pada
tabel
1
sebagai
berikut.
2012:19). Hal itu menunjukan bahwa, hasil
belajar IPA siswa pada kelompok
eksperimen cenderung tinggi.
Dari tabel 1 tersebut juga dapat

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif
Mean
Median
Modus
Varians
Standar Deviasi
Skor Maksimum
Skor Minimum

Hasil Belajar IPA
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
21,11
17,35
21,7
16,7
22,5
15,5
8,11
10,66
2,85
3,27
25
23
14
13

Frekuensi

8
6
4
2
0
14-15 16-17 18-19 20-21 22-23 24-25

Interval
Gambar 1. Kurva Hasil Belajar IPA
Kelompok Eksperimen
Berdasarkan gambar kurva poligon
tersebut, diketahui skor modus lebih besar
dari median dan mean (Mo>Md>M).
Dengan
demikian,
kurva
tersebut
merupakan kurva juling negatif (Koyan,

diketahui hasil belajar siswa pada kelompok
kontrol yang menunjukan bahwa, nilai mean
lebih kecil dari median dan modus (Mo <
Me < M). Dengan demikian, kurva tersebut
merupakan kurva juling positif (Koyan,
2012:19). Hal ini berarti sebagian besar
skor yang diperoleh oleh siswa pada
kelompok kontrol cenderung rendah. Hasil
post test yang telah dianalisis pada
kelompok kontrol disajikan dalam grafik
poligon pada gambar 2 sebagai berikut.

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Setelah dilakukan analisis statistik
deskriptif, kemudian dilakukan analisis
hipotesis.
Namun
sebelum
analisis
hipotesis
dilakukan,
terlebih
dahulu
dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas
dan uji homogenitas. Uji normalitas data
menggunakan rumus Chi-Kuadrat. Adapun

Frekuensi

10
8
6
4

kriteria pengujian adalah jika χ hit χ tab ,
maka data berdistribusi normal, sedangkan
2

2
0

χ 2 hit

13-14 15-16 17-18 19-20 21-22 23-24

2

χ 2 tab , maka data berdistribusi tidak

normal. Hasil uji normalitas disajikan pada
tabel 2 sebagai berikut.

Interval
Gambar 2. Kurva Hasil Belajar IPA
Kelompok Kontrol

Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Sampel

N

dk
(k-2-1)

χ 2 hitung

χ 2 tabel

Keterangan

Kelompok Eksperimen

23

3

2,31

7,82

Normal

Kelompok Kontrol

27

3

3,03

7,82

Normal

Berdasarkan pada tabel 2, ini berarti
2

2
tab

hitung

sehingga dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar IPA setelah dianalisis
menggunakan rumus Chi-Kuadrat baik
kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol berdistribusi normal.

Selain uji normalitas dilakukan pula uji
homognitas.
Uji homogenitas dianalisis
dengan uji-F dari Havley, dengan kriteria
data homogen jika

Fhit

Ftab

F

F

, dan data tidak

hit
tab .
homogen
jika
Hasil
uji
homogenitas disajikan pada tabel 3 sebagai
berikut.

Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Sampel

Fhitung

Ftabel

Keterangan

1,31

2,01

Homogen

Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
Dari hasil pengujian diperoleh Fhitung = 1,31
sedangkan Ftabel untuk taraf signifikansi 5%
serta dk pembilang 27 – 1 = 26 dan dk
penyebut 23 – 1= 22 adalah 2,01. Ini berarti

Fhit

Ftabel

sehingga hasil belajar IPA siswa
memiliki varians homogen.

Setelah diperoleh hasil uji prasyarat
analisis data, selanjutnya dilakukan analisis
data untuk pengujian hipootsis penelitian
(H1) dan hipotesis nol (H0). Pengujian
hipotesis tersebut dilakukan menggunakan
analisis uji-t sampel independent (tidakberkorelasi) dengan rumus polled varians.
Kriteria pengujian adalah, tolak H0 jika thitung
> ttab dan terima H0 jika thitung < ttab, dimana

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
ttab diperoleh dari tabel distribusi t pada taraf
signifikansi 5% dengan derajat kebebasan

db = n1+n2 – 2. Hasil uji-t disajikan pada
tabel 4 sebagai berikut.

Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Hipoteses
Sampel

N

Rata-rata

s2
(Varians)

Kelopok
Eksperimen

23

21,11

8,11

Kelompok Kontrol

27

17,35

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa
thitung = 4,302 > ttab = 2,021, sehingga H0
ditolak dan H1 diterima.
Secara umum, hasil penelitian ini
dapat dideskripsikan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar IPA siswa antara
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan
model
pembelajaran
examples
non
examples dengan kelompok siswa yang
dibelajarka dengan model pembelajaran
konvensional. Hal ini terlihat dari hasil
analisis yang telah dilakukan pada hasil
post test yang telah diberikan kepada
siswa. Hasil analisis deskriptif data
penelitian pada kedua kelompok diperoleh
bahwa, skor rata-rata hasil belajar IPA pada
kelompok eksperimen adalah = 21,11 dan
kelompok kontrol adalah = 17,35.
Berdasarkan gambar 1 kurva poligon
yang disajikan, diketahui skor modus pada
kelompok eksperimen lebih besar dari
median dan mean (Mo>Md>M). Dengan
demikian, kurva tersebut merupakan kurva
juling negatif. Hal itu menunjukan bahwa,
hasil belajar IPA siswa pada kelompok
eksperimen cenderung tinggi. Sedangkan
pada gambar 2 kurva poligon yang
disajikan, hasil belajar siswa pada
kelompok kontrol menunjukan bahwa, nilai
mean lebih kecil dari median dan modus
(Mo < Me < M). Dengan demikian, kurva
tersebut merupakan kurva juling positif. Hal
ini berarti sebagian besar skor yang
diperoleh oleh siswa pada kelompok kontrol
cenderung rendah.
Selajutnya, data hasil belajar IPA
tersebut diuji dengan Uji Hipotesis yakni

dk
(n1+n2-2)

thit

50

4,302

ttab

2,021

10,66

polled
varians.
Hasil
perhitungan
menunjukkan bahwa, nilai thitung lebih besar
dari ttabel, yakni thitung= 4,302 > ttabel= 2,021.
Hal ini berarti H1 diterima dan H0 ditolak,
sehingga hasil dari penelitian menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara kelompok siswa yang belajar
menggunakan
model
pembelajaran
examples non examples dengan kelompok
siswa yang belajar menggunakan model
pembelajaran konvensional.
Hasil penelitian ini telah membuktikan
hipotesis yang diajukan, yaitu terdapat
perbedaan hasil belajar IPA antara
kelompok siswa yang belajar menggunakan
model
pembelajaran
examples
non
examples dengan kelompok siswa yang
belajar menggunakan model pembelajaran
konvensional.
Perbedaan
hasil
belajar
yang
siginifikan antara kelompok siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran
examples non examples dengan kelompok
siswa yang belajar menggunakan model
pembelajaran konvensional disebabkan
oleh beberapa hal. Pertama, pembelajaran
examples non examples merupakan model
yang menekankan pada aspek analisis
siswa melalui langkah-langkah pengamatan
pada gambar, diskusi, presentasi, dan
penyimpulan. Pada tahap pengamatan,
guru menyiapkan dan menyajikan gambar
di depan kelas. Melalui gambar contoh
(examples) dan bukan contoh (non
examples),
siswa
dituntut
untuk
menganalisis gambar contoh dan bukan
contoh dari materi yang diajarkan. Selain

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
itu, penyajian gambar dapat menarik
perhatian dan minat belajar siswa. Pada
tahap diskusi, berdasarkan gambar-gambar
yang telah disajikan dan dianalisis,
kemudian
guru
memberikan
suatu
permasalahan dengan konteks kehidupan
nyata tentang konsep yag dipelajari dan
harus dipecahkan secara berkelompok.
Berdasarkan gambar tersebut, siswa
diberikan kesempatan untuk menggali
pengetahuannya dan berpendapat melalui
diskusi. Tahap presentasi, siswa diberikan
kesempatan mengemukakan pendapatnya
dalam memecahkan masalah melalui
diskusi yang telah dilakukan. Kemudian,
berdasarkan hasil presentasi siswa, guru
menjelaskan materi yang akan dipelajari.
Melalui presentasi, siswa akan lebih
mengingat konsep yang dipelajari karena
materi yang dipelajari diperoleh dari hasil
penemuan. Tahap penyimpulan, siswa
bersama dengan guru menyimpulkan hasil
dari pembelajaran yang telah dilalui.
Dengan demikian, pembelajaran examples
non examples melibatkan siswa untuk ikut
dalam proses penemuan, sehingga dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap
suatu konsep yang dipelajari. Hal itu sesuai
dengan pendapat Beuhl (dalam kurniawati,
2012) yang menyatakan bahwa siswa
terlibat dalam suatu proses penemuan,
sehingga
mendorong
mereka
untuk
membangun konse secara progresif. Hal itu
juga diperkuat dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Kurniawati (2012) yang
menyatakan
bahwa
melalui
proses
penemuan oleh siswa itu sendiri, konsep
yang tertanam akan lebih lama diingat oleh
siswa.
Kedua,
model
examples
non
examples
merupakan
model
yang
menggunakan media gambar sebagai
media penyampaian materi. Penggunaan
media gambar tersebut membuat proses
pembelajaran menjadi lebih menarik dan
kontekstual. Hal itu dikarenakan siswa
dihadapkan pada masalah-masalah yang
dekat dengan kehidupan mereka sehari
hari.
Melalui
gambar-gambar
yang
berkaitan dengan konteks kehidupan
mereka, siswa akan mampu memecahkan
masalah yang terdapat pada gambar
menggunakan
pengalaman
dan
pengetahuan
sebelumnya
untuk

membangun pengetahuan atau konsep
yang baru. Dengan demikian, penggunaan
media gambar pada model examples non
examples
membantu
siswa
untuk
menanamkan pengetahuan baru dari suatu
materi melalui pengetahuan awal yang
sudah dimiliki siswa dalam konteks
kehidupan siswa, sehingga pembelajaran
menjadi lebih bermakna. Hal ini sesuai
dengan pendapat Trianto (2007: 104) yang
menyatakan bahwa, materi pelajaran akan
tambah berarti jika siswa mempelajari
materi pelajaran yang disajikan melalui
konteks
kehidupan
mereka
dan
menemukan
arti
di
dalam
proses
pembelajarannya, sehingga pembelajaran
akan
menjadi
lebih
berarti
dan
menyenangkan. Hal tersebut juga didukung
oleh teori Ausubel (dalam Trianto, 2007: 25)
yang menyatakan bahwa, agar terjadi
pembelajaran bermakna, konsep baru atau
informasi baru harus dikaitkan dengan
konsep-konsep yang sudah ada dalam
struktur kognitif siswa.
Ketiga, keberhasilan penelitian ini
juga sejalan dengan hasil penelitian. Astuty
(2012). Hasil penelitiannya menunjukan
bahwa
hasil
penerapan
model
pembelajaran examples non examples
dapat
meningkatkan
hasil
belajar
matematika. Hal ini dapat dilihat dari
perbandingan test pada siklus I, rata-rata
nilai hasil belajar siswa hanya mencapai
58,68, meningkat pada siklus II menjadi
72,81, dan meningkat lagi pada siklus III
menjadi 82,34.
Berdasarkan pemaparan di atas,
dapat diinterpretasikan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar IPA antara
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan
model
pembelajaran
examples
non
examples dan kelompok siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran
konvensional pada siswa kelas V SD di
Gugus III Kecamatan Tampaksiring,
Kabupaten Gianyar. Dengan demikian,
pembelajaran examples non examples
berpengaruh terhadap hasil belajar IPA
siswa.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa: (1) deskripsi hasil belajar IPA pada

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
siswa kelompok eksperimen yang mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran examples non examples
menunjukkan bahwa sebagian besar skor
cenderung tinggi, dengan mean 21,11, (2)
deskripsi hasil belajar IPA pada siswa
kelompok
kontrol
yang
mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran
konvensional
menunjukkan
bahwa
sebagian besar skor cenderung rendah,
dengan mean 17,35, (3) hasil uji hipotesis
yang telah dilakukan dengan menggunakan
uji-t ditemukan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan hasil belajar IPA antara
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan
menggunakan
model
pembelajaran
examples non examples dengan siswa
yang dibelajarkan dengan menggunakan
model
pembelajaran
konvensional,
diketahui bahwa thit > ttab (thit = 4,302 > ttab =
2,021). Dari rata-rata hasil belajar diketahui
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan
model
pembelajaran
examples
non
examples lebih baik daripada kelompok
siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran konvensional pada siswa
kelas V semester II tahun pelajaran
2013/2014 di SD Gugus III Kecamatan
Tampaksiring, Kabupaten gianyar ( X 1=
21,11 > X 2 = 17,35). Dengan demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
model
pembelajaran examples non examples
berpengaruh signifikan terhadap hasil
belajar siswa dalam pembelajaran IPA
dibandingkan dengan model pembelajaran
konvensional.
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat disampaikan
beberapa saran sebagai berikut: (1 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara model
examples non examples terhadap hasil
belajar siswa. Untuk itu, para guru
hendaknya menggunakan model examples
non examples sebagai alternatif untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. 2) Materi
pembelajaran yang digunakan dalam
penelitian ini terbatas hanya pada pokok
bahasan cahaya sampai struktur bumi saja
sehingga dapat dikatakan bahwa hasil-hasil
penelitian terbatas hanya pada materi
tersebut. Untuk mengetahui kemungkinan
hasil yang berbeda pada pokok bahasan

lainnya,
Disarankan
kepada
peneliti
selanjutnya untuk melakukan penelitian
yang sejenis pada pokok bahasan yang
lain. 3) Disadari bahwa perlakuan yang
diberikan kepada siswa sangatlah singkat
jika digunakan untuk mengetahui hasil
belajar siswa. Hal ini terjadi karena
keterbatasan pada pokok bahasan yang
telah
ditetapkan
dan
juga
karena
keterbatasan waktu yang disediakan oleh
pihak sekolah. Untuk itu disarankan, agar
diperoleh
gambaran
yang
lebih
menyakinkan mengenai hasil belajar siswa
hendaknya peneliti melakukan penelitian
dalam jangka waktu yang lebih lama.
DAFTAR RUJUKAN
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran
Kontekstual.
Bandung:
Refika
Aditama
Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan:
Teknik Analisis Data Kuantitatif.
Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha Press.
Kurinawati, Putu Evi. 2012. Penerapan
Model Pembelajaran Example Non
Example Berbantuan Media Power
Point Untuk Meningkatkan Aktivitas
dan Hasil Belajar pada Mata
Pelajaran IPS Siswa Kelas V
Semester I SD Negeri 3 Manistutu
Kecamatan Melaya Kabupaten
Jembrana
Tahun
Pelajaran
2012/2013.
Skripsi
(tidak
diterbitkan). Singaraja: Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas
Ilmu
Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha
Lapono, Nabisi, dkk.2008. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Direktorat
Jenderal
Pendidikan
Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No.22 Tahun 2006 Tentang
Standar
Isi
Untuk
Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
2006. Departemen
Nasional

Pendidikan

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan
Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: KencanaPrenada Media
Group.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran
Inovatif. Sidoarjo: Masmeda Buana
Pustka
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran
Inovatif
Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi
Pustaka
-------. 2012. Model Pembelajaran Terpadu.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Undang-Undang Republik Indonesia No 20
tahun
2003
tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional.
2003.
Departemen Pendidikan Nasional
Astuty, Nurul. 2012. “Penerapan Model
Pembelajaran
Kooperatif
Tipe
Examples Non Examples dengan
Menggunakan Alat Peraga untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di
Kelas VIII SMP N 1 Argamakmur”.
Jurnal Exacta, Vol X, No.1.