Cara-cara Menyalakan Busur Pengaruh Panjang Busur Pada Hasil Las. Pengaruh Besar Arus Pengelasan

troda untuk pelapis keras dapat diklasifikasikan dalam tiga macam, antara lain se- bagai berikut: a. Elektroda tehan kikisan. Elektroda jenis ini dibuat dari tabung chrom karbida yang diisi dengan serbuk-serbuk karbida. Elektroda dengan diameter 3,25 mm - 6,5 mm dipakai peda pesawat las AC atau DC kutub terbalik. Elektroda ini dapat dipakai untuk pelapis keras permukaan pada sisi potong yang tipis, peluas lubang dan beberapa type pisau. b. Elektroda tahan pukulan. Elektroda ini dapat dipakai pada pesawat las AC atau DC kutub terbalik. Dipakai untuk pelapis keras bagian pemecah dan palu. c. Elektroda tahan keausan. Elektroda ini dibuat dari paduan-paduan non ferro yang mengan- dung Cobalt, Wolfram dan Chrom. Biasanya dipakai untuk pelapis keras permukaan katup buang dan dudukan katup dimana temperatur dan keau- san sangat tinggi.

2.4.4 Memilih Besar Arus Listrik Pengelasan

Besarnya arus listrik untuk pengelasan tergantung pada ukuran diameter dan macam elektroda las. Pada prakteknya dipilih ampere pertengahan. Sebagai contoh; untuk elektroda E 6010 ampere minimum dan maximum adalah 80 amp. sampai 120 amp. Sehingga dalam hal ini ampere pertengahan 100 amp.

2.4.4.1. Cara-cara Menyalakan Busur

Untuk mamperoleh busur yang baik di perlukan pangaturan arur ampere yang tepat sesuai dengan tipe dan ukuran elektroda, Menyalahkan busur dapat di- lakukan dengan dua cara: a. Bila pesawat Ias yang dipakai pesawat Ias AC, menyalakan busur di- lakukan dengan menggoreskan elektroda pada benda kerja. b. Untuk menyalakan busur pada pesawat Ias DC, elektroda disentuhkan. 17 Universitas Sumatera Utara Gambar 2.6 Cara menyalakan busur dengan cara digoreskan dan disentuhkan. sumber : www.http-tl.ppns.ac.id

2.4.4.2 Pengaruh Panjang Busur Pada Hasil Las.

Panjang busur L Yang normal adalah kurang lebih sama dengan diameter D kawat inti elektroda: 1. Bila panjang busur tepat L = D, maka cairan elektroda akan mengalir dan mengendap dengan baik. Hasilnya rigi-rigi las yang halus dan baik, tembusan las yang baik, perpaduan dengan bahan dasar baik, percikan teraknya halus. 2. Bila busur terlalu panjang L D, maka timbul bagian-bagian yang berbentuk bola dari cairan elektroda. Hasilnya rigi-rigi las kasar, tem- busan las dangkal, percikan teraknya kasar dan keluar dari jalur las. 3. Bila busur terlalu pendek, akan sukar memeliharanya, bisa terjadi pembekuan ujung elektroda pada pengelasan. Hasilnya rigi las tidak merata, tembusan las tidak baik, percikan teraknya kasar dan berben- tuk bola.

2.4.4.3. Pengaruh Besar Arus Pengelasan

Besar arus pada pengelasan mempengaruhi hasil las. Bila arus terlalu ren- dah akan menyebabkan sukarnya penyalaan busur listrik dan busur listrik yang terjadi tidak stabil. Panas yang terjadi tidak cukup untuk melelehkan elektroda dan bahan dasar sehingga hasilnya merupakan rigi-rigi las yang kecil dan tidak rata serta penembusan yang kurang dalam. Sebaliknya bila arus terlalu besar maka elektroda akan mencair terlalu cepat dan menghasilkan permukaan las yang lebih lebar dan penembusan yang dalam. Besar arus untuk pengelasan tergantung pada jenis kawat las yang dipakai, posisi pengelasan serta tebal bahan dasar. 18 Universitas Sumatera Utara

2.5 Struktur Mikro Daerah Las 


Daerah las-lasan terdiri dari tiga bagian yaitu: daerah logam las, daerah pengaruh panas atau heat affected zone, biasa disingkat menjadi HAZ dan logam induk yang tak terpengaruhi panas. 2.5.1 Daerah Logam Las Daerah logam las adalah bagian dari logam yang pada waktu pengelasan mencair dan kemudian membeku. Komposisi logam las terdiri dari komponen logam induk dan bahan tambah dari elektroda. Karena logam las dalam proses pengelasan ini mencair kemudian membeku, maka kemungkinan besar terjadi pemisahan komponen yang menyebabkan terjadinya struktur yang tidak homogen, ketidakhomogennya struktur akan menimbulkan struktur ferit kasar dan bainit atas yang menurunkan ketangguhan logam las. Pada daerah ini struktur mikro yang terjadi adalah struktur cor. Struktur mikro di logam las dicirikan dengan adanya struktur berbutir panjang columnar grains. Struktur ini berawal dari logam in- duk dan tumbuh ke arah tengah daerah logam las Sonawan, 2004. Gambar 2.7 Arah pembekuan dari logam las Wiryosumarto, 2000 Proses pertumbuhan dari kristal-kristal logam las yang pilar ditunjukkan secara skematik pada gambar 2.7 di atas. Titik A pada gambar adalah titik mula dari struktur pilar yang terletak dari logam induk. Titik ini tumbuh menjadi garis lebur dengan arah sama dengan sumber panas. Pada garis lebur ini sebagian dari logam dasar ikut mencair selama proses pembekuan logam las tumbuh pada butir- butir logam induk dengan sumbu kristal yang sama. Penambahan unsur paduan pada logam las menyebabkan struktur mikro cenderung berbentuk bainit dengan sedikit ferit batas butir, kedua macam struktur mikro tersebut juga dapat terben- 19 Universitas Sumatera Utara tuk, jika ukuran butir austenitnya besar. Waktu pendinginan yang lama akan meningkatkan ukuran batas butir ferit, selain itu waktu pendinginan yang lama akan menyebabkan terbentuk ferit Widmanstatten. Struktur mikro logam las bi- asanya merupakan kombinasi dari struktur mikro dibawah ini: b. Batas butir ferit, terbentuk pertama kali pada transformasi austenit-ferit bi- asanya terbentuk sepanjang batas austenit pada suhu 1000-650ºC. Gambar 2.8 Struktur mikro batas butir ferit Sonawan, 2004 c. Ferrite Widmanstatten atau ferrite with aligned second phase, struktur mikro ini terbentuk pada suhu 750-650ºC di sepanjang batas butir austenit, ukuran- nya besar dan pertumbuhannya cepat sehingga memenuhi permukaan bu- tirnya. Gambar 2.9 Ferrite Widmanstatten atau ferrite with aligned second phase http:www.twi-global.com d. Ferit acicular, berbentuk intragranular dengan ukuran yang kecil dan mem- punyai orientasi arah yang acak. Biasanya ferit acicular ini terbentuk sekitar 20 Universitas Sumatera Utara suhu 650ºC dan mempunyai ketangguhan paling tinggi dibandingkan struktur mikro yang lain. Gambar 2.10 Struktur mikro ferit acicular http:www.twi-global.com e. Bainit, merupakan ferit yang tumbuh dari batas butir austenit dan terbentuk pada suhu 400-500ºC. Bainit mempunyai kekerasan yang lebih tinggi diband- ingkan ferit, tetapi lebih rendah dibanding martensit. Gambar 2.11 Struktur mikro bainit ASM, 1989 21 Universitas Sumatera Utara f. Martensit akan terbentuk, jika proses pengelasan dengan pendinginan sangat cepat, struktur ini mempunyai sifat sangat keras dan getas sehingga ketang- guhannya rendah. Gambar 2.12 Struktur mikro martensit Sonawan, 2004

2.5.2 Heat Affected Zone HAZ