4.1.1.1 Tensile Test Dengan Besar Arus 120 Ampere
Spesimen 1 : Dari data pengujian tensile test spesimen 1, dapat dilihat bahwa beban Fy
gaya luluh rata-rata yang tercatat adalah sebesar 30800 N, dan besar beban rata Fu adalah 38600 N.
Spesimen 2 : Dari data pengujian tensile test spesimen 2, dapat dilihat bahwa beban Fy
gaya luluh rata-rata yang tercatat adalah sebesar 30300 N, dan besar beban rata Fu adalah 38000 N.
Spesimen 3 : Dari data pengujian tensile test spesimen 3, dapat dilihat bahwa beban Fy
gaya luluh rata-rata yang tercatat adalah sebesar 36000 N, dan besar beban rata Fu adalah 45066,67 N.
Gambar 4.1 Spesimen Uji Tarik dengan Besar Arus 120 Ampere Untuk nilai regangan dari setiap spesimen yang telah diuji tarik, akan dihi-
tung dengan menggunakan rumus regangan :
51
Universitas Sumatera Utara
Dimana : = Nilai Regangan
∆L = Pertambahan panjang mm
Lo = Panjang awal spesimen mm Maka, nilai regangan dari masing-masing spesimen adalah :
Spesimen 1 :
Spesimen 2 :
Spesimen 3 :
Berikut ini tabel hasil pengujian spesimen dengan arus 120 Ampere: Tabel 4.1 Hasil Pengujian Tensile untuk Variasi Arus 120 Ampere
Spesi men
Panjang Awal
Lo mm
Panjang Akhir
Li mm
Lebar Benda
mm Tebal
Benda mm
Fy N
Fu N
σ
y
N mm
2
σ
u
N mm
2
1 50 55,555
11,36 7,30
29500 37000
355,72 446,16
11,11 2 50
58,355 11,37
7,28 32800
41000 396,95
446,18 16,71
3 50 54,93
11,38 6,97
30100 37800
377,80 474,45
9,86 Rata-rata
376,82 472,26
12,56
52
Universitas Sumatera Utara
4.1.1.2 Tensile Test Dengan Besar Arus 145 Ampere
Spesimen 1 : Dari data pengujian tensile test spesimen 1, dapat dilihat bahwa beban Fy
gaya luluh rata-rata yang tercatat adalah sebesar 29400 N, dan besar beban rata Fu adalah 37000 N.
Spesimen 2 : Dari data pengujian tensile test spesimen 2, dapat dilihat bahwa beban Fy
gaya luluh rata-rata yang tercatat adalah sebesar 31300 N, dan besar beban rata Fu adalah 39200 N.
Spesimen 3 : Dari data pengujian tensile test spesimen 3, dapat dilihat bahwa beban Fy
gaya luluh rata-rata yang tercatat adalah sebesar 30200 N, dan besar beban rata Fu adalah 37800 N.
Gambar 4.2 Spesimen Uji Tarik dengan Besar Arus 145 Ampere
53
Universitas Sumatera Utara
Untuk nilai regangan dari setiap spesimen yang telah diuji tarik, akan dihi- tung dengan menggunakan rumus regangan :
Dimana : = Nilai Regangan
∆L = Pertambahan panjang mm
Lo = Panjang awal spesimen mm Maka, nilai regangan dari masing-masing spesimen adalah :
Spesimen 1 :
Spesimen 2 :
Spesimen 3 :
54
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini tabel hasil pengujian spesimen dengan arus 145 Ampere : Tabel 4.2 Hasil Pengujian Tensile untuk Variasi Arus 145 Ampere
4.1.1.3Tensile Test Dengan Besar Arus 170 Ampere
Spesimen 1 : Dari data pengujian tensile test spesimen 1, dapat dilihat bahwa beban Fy
gaya luluh rata-rata yang tercatat adalah sebesar 37800 N, dan besar beban rata Fu adalah 47300 N.
Spesimen 2 : Dari data pengujian tensile test spesimen 2, dapat dilihat bahwa beban Fy
gaya luluh rata-rata yang tercatat adalah sebesar 35600 N, dan besar beban rata Fu adalah 44600 N.
Spesimen 3 : Dari data pengujian tensile test spesimen 3, dapat dilihat bahwa beban Fy
gaya luluh rata-rata yang tercatat adalah sebesar 34600 N, dan besar beban rata Fu adalah 43300 N.
Spesi men
Panjang Awal
Lo mm
Panjang Akhir
Li mm
Lebar Benda
mm Tebal
Benda mm
Fy N
Fu N
σ
y
N mm
2
σ
u
N mm
2
1 50 56,420
10,45 7,88
29400 37000
357,06 449,35
12,84 2 50
56,555 10,46
7,78 31300
39200 384,61
481,69 13,11
3 50 56,040
10,78 7,51
30200 37800
373,07 466,95
12,08 Rata-rata
371,58 465,99
12,67
55
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3 Spesimen Uji Tarik dengan Besar Arus 170 Ampere Untuk nilai regangan dari setiap spesimen yang telah diuji tarik, akan dihi-
tung dengan menggunakan rumus regangan :
Dimana : = Nilai Regangan
∆L = Pertambahan panjang mm
Lo = Panjang awal spesimen mm Maka, nilai regangan dari masing-masing spesimen adalah :
Spesimen 1 : Spesimen 2 :
Spesimen 3 :
56
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini tabel hasil pengujian spesimen dengan arus 170 Ampere : Tabel 4.3 Hasil Pengujian Tensile untuk Variasi Arus 170 Ampere
Berikut ini grafik hasil uji tarik dari ketiga spesimen :
Gambar 4.4 Grafik tegangan vs regangan spesimen 120 Ampere, 145 Ampere dan 170 Ampere
Spesi men
Panjang Awal
Lo mm
Panjang Akhir
Li mm
Lebar Benda
mm Tebal
Benda mm
Fy N
Fu N
σ
y
N mm
2
σ
u
N mm
2
1 50 70,240
10,45 7,88
37800 47300
459 574,4
40,48 2 50
69,840 10,46
7,78 35600
44600 437
550,5 39,68
3 50 64,020
10,78 7,51
34600 43300
427,3 534,8
28,04 Rata-rata
441.1 553,233
36,06
57
Universitas Sumatera Utara
Kesimpulan ntuk ketiga spesimen hasil pengujian tensile ini, patahan ter- jadi pada daerah hasil pengelasan. Semakin tinggi nilai tegangan, semakin menu-
run nilai keuletan baja, seperti yang terlihat di grafik, pada spesimen 170 Ampere. Untuk pengaruh arus pengelasan, dapat dilihat nilai untuk spesimen yang dilas
menggunakan arus 170 Ampere adalah 36.06 dimana nilai ini lebih besar dari- pada spesimen dengan arus pengelasan 120 Ampere dan 145 Ampere yang hanya
12,56 dan 12,67, maka dapat disimpulkan bahwa semakin besar arus penge- lasan, pada daerah lasan akan menjadi semakin kaku karena arus yang tinggi
membuat hasil pengelasan semakin matang yang mengakibatkan nilai tegangan spesimen semakin tinggi.
4.2 Hasil Pengujian Kekerasan Hardness
Pengujian kekerasan terhadap spesimen jenis pengelasan menggunakan metode Brinell hardness test. Cara pengujian kekerasan menggunakan alat ukur
Equatip Hardnessn Tester, hasil pengujian sampel dapat dilihat pada skala alat,. Sampel berjumlah total 3 buah spesimen dan 9 titik uji di daerah lasan, dinyatakan
dalam satuan BH Brinell Hardness. 4.2.1 Hasil Pengujian Hardness
Setelah dilakukam pengujian kekerasan hardness yang diberi beban load 1500 kg, serta ukuran indentor bola baja yang dipakai berukuran diameter, d =10
mm, dengan spesimen dilas dengan variasi arus 120 Ampere, 145 Ampere dan 170 Ampere, maka telah diperoleh hasil pengujian.
4.2.1.1 Hasil Pengujian Kekerasan Dengan Arus 120 Ampere
Hasil pengujian kekerasan pada spesimen dengan variasi arus 120 Am- pere, dapat dilihat pada gambar berikut:
58
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.5 Hasil Pengujian Kekerasan dengan Arus 120 Ampere Berikut ini adalah tabel hasil pengujian kekerasan spesimen dengan arus
120 Ampere : Tabel 4.4 Pengujian Kekerasan pada 3 Titik Uji dengan Arus 120 Ampere
4.2.1.2 Hasil Pengujian Kekerasan Dengan Arus 145 Ampere
Hasil pengujian kekerasan pada spesimen dengan variasi arus 145 Am- pere, dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.6 Hasil Pengujian Kekerasan dengan Arus 145 Ampere
Titik Pengujian Diameter Indentation
mm Brinell Hardness Number
BHN 1
3,50 151
2 3,50
151
3 3,50
151 Rata-rata
151
59
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini tabel hasil pengujian kekerasan spesimen arus 145 Ampere : Tabel 4.5 Pengujian Kekerasan pada 3 Titik Uji dengan Arus 145 Ampere
4.2.1.3 Hasil Pengujian Kekerasan Dengan Arus 170 Ampere
Hasil pengujian kekerasan pada spesimen dengan variasi arus 170 Am- pere, dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.7 Hasil Pengujian Kekerasan dengan Arus 170 Ampere Berikut ini adalah tabel hasil pengujian kekerasan spesimen dengan arus
170 Ampere :
Titik Pengujian Diameter Indentation
mm Brinell Hardness Number
BHN 1
3,50 151
2 3,40
160
3 3,40
160 Rata-rata
157
60
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 Pengujian Kekerasan pada 3 Titik Uji dengan Arus 170 Ampere
Hasil uji kekerasan dari 9 spesimen di atas dengan 3 variasi arus dapat di- rangkumkan dalam grafik berikut :
Gambar 4.8 Tiga Spesimen dengan 9 Titik Uji dalam Brinell Hardness Number Dari hasil analisa data untuk pengujian kekerasan di atas, jelas terlihat
bahwa, ketika arus pengelasan yang diberikan semakin besar, nilai kekerasan pada titik pengelasan akan semakin rendah. Tetapi juga, bila arus pengelasan terlalu
kecil maka nilai kekerasan juga tidak akan terlalu besar, maka arus pengelasan yang tepat sangat dibutuhkan agar nilai kekerasan spesimen semakin tinggi.
Titik Pengujian Diameter Indentation
mm Brinell Hardness Number
BHN 1
3,70 135
2 3,50
151
3 3,60
142 Rata-rata
142,667
61
1 2
3
Universitas Sumatera Utara
4.3 Hasil Pengujian Impact
Dalam pengujian impak ini, tujuannya adalah untuk mengukur tingkat kegetasan bahan atau keuletan suatu bahan terhadap beban load tiba-tiba dengan
cara mengukur perubahan energi potensial sebuah bandul yang dijatuhkan pada ketinggian tertentu. Perbedaan tinggi ayunan bandul merupakan ukuran energi
yang diserap oleh benda uji. Besar energi yang diserap tergantung pada keuletan bahan uji. Bahan yang ulet menunjukkan nilai ketangguhan impak yang besar.
Suatu bahan yang diperkirakan ulet ternyata dapat mengalami patah getas. Patah getas ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: adanya takikan notch,
kecepatan pembebanan yang tinggi yang menyebabkan kecepatan regangan yang tinggi pula.
4.3.1 Hasil Pengujian Impact Dengan Variasi Arus