PERBANDINGAN PROSES REKRUTMEN DAN SELEKSI POLITIK CALON ANGGOTA LEGISLATIF TAHUN 2014 PADA PARTAI POLITIK (Studi Pada DPC Partai Demokrat dan DPD Partai Keadilan Sejahtera Lampung Tengah)

(1)

PERBANDINGAN PROSES REKRUTMEN DAN SELEKSI POLITIK CALON ANGGOTA LEGISLATIF TAHUN 2014

PADA PARTAI POLITIK

(Studi Pada DPC Partai Demokrat dan DPD Partai Keadilan Sejahtera Lampung Tengah)

Oleh

Erwin Meraldi

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRACT

THE COMPARATIVE STUDY OF POLITICAL RECRUITMENT AND SELECTION PROCESS OF LEGISLATIVE CANDIDATE MEMBER ON

POLITICAL PARTY IN 2014

(Study On DPC Partai Demokrat and DPD Partai Keadilan Sejahtera in Lampung Tengah)

By

ERWIN MERALDI

The election system in Indonesia which is in the form of direct elections for the implementation has made the open space system being a good representation. One form of the general election is the choice of legislative members. A political party is a core organization of legislative elections. So far, the efforts made by the political parties including Partai Demokrat and Partai Keadilan Sejahtera in creating good quality of legislative members are still minimum. These weaknesses can be seen from the recruitment and selection process that does not take place in an open and participative way. The purpose of this study was to determine the process and comparison of recruitment and selection process of the candidates at DPC Partai Demokrat and DPD Partai Keadilan Sejahtera in Lampung Tengah.

This Study used a qualitative descriptive study that was done by comparing the recruitment and selection process in both parties. There were three indicators from elaborations of several theories used in this study. The three indicators were the implementation of legislative candidate recruitment at the level of political parties, the implementation of the selection legislative members candidates at the party level, and the establishment of legislative candidates and determining the sequence number of political parties. The data in this study were collected through interviews with multiple informants and through the study of documentation.

The results of this study indicated that there were differences in the recruitment and selection process of candidates in both parties. Recruitment and selection of legislative members in DPC Partai Demokrat was open to internal and external parties which were disseminated directly and through mass media. On the other hand, the selection process was done based on the administrative data and based


(3)

the DPC, besides the indications of the use of proximity and the dominance of the elite was found in this party. While in DPD Partai Keadilan Sejahtera, internal recruitment was closed for the party only. The selection was done in the level of electability and personal justification. The selection is carried out exclusively and decentralized territorial. Candidates were determined by the DPW on the recommendation of DPD, while the serial number was assigned by the consensus. In addition, there were no indication of misconducts in this party. Based on the result of the reserch, if it os compared in the part of recruitment and selection process, DPD Partai Keadilan Sejahtera tends to be better than DPC Partai Demokrat, eventhough basically both parties have not done the process of recruitment and selection maximally yet.


(4)

ABSTRAK

PERBANDINGAN PROSES REKRUTMEN DAN SELEKSI POLITIK CALON ANGGOTA LEGISLATIF TAHUN 2014

PADA PARTAI POLITIK

(Studi Pada DPC Partai Demokrat dan DPD Partai Keadilan Sejahtera Lampung Tengah)

Oleh

ERWIN MERALDI

Sistem pemilihan umum di Indonesia dalam bentuk pemilihan langsung membuka ruang bagi terlaksananya sistem perwakilan secara baik. Salah satu bentuk pemilihan umum tersebut yaitu pemilihan anggota legislatif. Partai politik merupakan organisasi inti dari pelaksanaan pemilihan umum legislatif. Selama ini usaha yang dilakukan oleh partai politik yang diantaranya adalah Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera dalam mencetak anggota legislatif berkualitas masih sangatlah minim. Kelemahan tersebut dapat dilihat dari proses rekrutmen dan seleksi yang tidak berlangsung secara terbuka dan partisipatif. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui proses dan perbandingan proses rekrutmen dan seleksi calon legislatif di DPC Partai Demokrat dan DPD Partai Keadilan Sejahtera Lampung Tengah.

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif yang dilakukan dengan membandingkan proses rekrutmen dan seleksi di kedua partai dengan menggunakan tiga indikator yang didapat dari hasil elaborasi beberapa teori. Adapun ketiga indikator tersebut yaitu pelaksanaan rekrutmen calon anggota legislatif di tingkat partai politik, pelaksanaan seleksi bakal calon anggota legislatif di tingkat partai dan penetapan calon anggota legislatif dan penetuan nomor urut oleh partai politik. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui wawancara terhadap beberapa informan dan melalui studi dokumentasi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proses rekrutmen dan seleksi calon legislatif pada kedua partai. Rekrutmen dan seleksi anggota legislatif di DPC Partai Demokrat bersifat terbuka untuk internal dan eksternal partai yang disosialisasikan secara langsung dan melalui media cetak. Sedangkan proses


(5)

dan nomor urut ditetapkan oleh ketua DPC selain itu ditemukan adanya indikasi pemanfaatan kedekatan dan dominasi elit. Sedangkan di DPD Partai Keadilan Sejahtera rekrutmen bersifat tertutup untuk internal partai saja. Seleksi didasarkan pada tingkat elektabilitas dan penilaian personal. Seleksi dilakukan secara eksklusif dan secara desentralisasi teritorial. Calon legislatif ditetapkan oleh DPW berdasarkan rekomendasi DPD sedangkan nomor urut ditetapkan melalui musyawarah. Selain itu tidak ditemukan adanya indikasi kecurangan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, jika dibandingkan proses rekrutmen dan seleksi pada DPD Partai Keadilan Sejahtera cenderung lebih baik dari DPC Partai Demokrat, walaupun pada dasarnya kedua partai belum melakukan rekrutmen dan seleksi secara maksimal.


(6)

(7)

(8)

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Rekrutmen... 10

1. Pengertian Rekrutmen ... 10

2. Prinsip-Prinsip Rekrutmen ... 11

3. Sumber Rekrutmen ... 12

4. Sifat Rekrutmen ... 13

B. Tinjauan Tentang Seleksi ... 13

1. Pengertian Seleksi ... 13

2. Siapa Yang Menyeleksi (Selectrorate) ... 14

3. Dimana Kandidat Di Seleksi ... 15

C. Model dan Jalur Rekrutmen dan Seleksi Politik ... 16

1. Model Rekrutmen dan Seleksi Politik ... 16

2. Jalur Rekrutmen dan Seleksi Politik ... 18

D. Tinjauan Tentang Pemilu Legislatif ... 20

1. Syarat Bakal Calon Legislatif ... 20

2. Tata Cara Pengajuan Bakal Calon Legislatif ... 22

3. Tahapan Pencalonan Pemilu Legislatif 2014 ... 23

E. Indikator Perbandingan Rekrutmen dan Seleksi Calon Legislatif ... 24


(10)

B. Fokus Penelitian ... 31

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

D. Sumber Data ... 34

E. Informan ... 35

F. Teknik Pengumpulan Data ... 36

G. Teknik Pengolahan Data ... 37

H. Teknik Analisis Data ... 38

I. Teknik Validitas Data ... 41

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum DPC Partai Demokrat Lampung Tengah ... 41

1. Visi dan Misi Partai Demokrat... 41

2. Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Rekrutmen dan Seleksi Partai Demokrat ... 42

3. Daftar Calon Tetap Anggota DPRD Lampung Tengah dari Partai Demokrat ... 46

B. Gambaran Umum DPD Partai Keadilan Sejahtera Lampung Tengah 49

1. Visi dan Misi Partai Keadilan Sejahtera ... 49

2. Rancangan Panduan Program Pencalonan Partai Keadilan Sejahtera ... 51

3. Daftar Calon Tetap Anggota DPRD Lampung Tengah dari Partai Keadilan Sejahtera ... 54

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 57

1. Rekrutmen pada Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera. 57

2. Seleksi pada Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera ... 62

3. Penetapan Calon Anggota Legislatif pada Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera ... 63

B. Pembahasan ... 67

1. Rekrutmen dan Seleksi Calon Anggota Legislatif pada DPC Partai Demokrat Lampung Tengah ... 68

2. Rekrutmen dan Seleksi Calon Anggota Legislatif pada DPD Partai Keadilan Sejahtera Lampung Tengah ... 76

3. Perbandingan Rekrutmen dan Seleksi Calon Anggota Legislatif Pada DPC Partai Demokrat dan DPD Partai Keadilan sejahtera Lampung Tengah ... 82


(11)

B. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Daftar Calon Legislatif Partai Demokrat Daerah Pemilihan 1 ... 46

2. Daftar Calon Legislatif Partai Demokrat Daerah Pemilihan 2 ... 47

3. Daftar Calon Legislatif Partai Demokrat Daerah Pemilihan 3 ... 47

4. Daftar Calon Legislatif Partai Demokrat Daerah Pemilihan 4 ... 48

5. Daftar Calon Legislatif Partai Demokrat Daerah Pemilihan 5 ... 48

6. Tahapan Umum Penjaringan dan Penetapan CAD PKS ... 53

7. Daftar Calon Legislatif Partai Keadilan Sejahtera Daerah Pemilihan 1 .. 54

8. Daftar Calon Legislatif Partai Keadilan Sejahtera Daerah Pemilihan 2 .. 54

9. Daftar Calon Legislatif Partai Keadilan Sejahtera Daerah Pemilihan 3 .. 55

10. Daftar Calon Legislatif Partai Keadilan Sejahtera Daerah Pemilihan 4 .. 55

11. Daftar Calon Legislatif Partai Keadilan Sejahtera Daerah Pemilihan 5 .. 56


(13)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam masyarakat politik. Masyarakat yang semakin waktu mengalami peningkatan kualitas tentu saja berpengaruh terhadap jalannya proses demokrasi langsung. Sehingga mekanisme sistem perwakilan menjadi jalan keluar demi terhubungnya penguasa dan masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) secara langsung pada dasarnya merupakan salah satu sarana penyaluran kedaulatan rakyat. Pemilu merupakan praktik politik untuk menyalurkan kedaulatan rakyat yang memungkinkan terbentuknya sebuah pemerintahan perwakilan. Melalui pemilu negara dapat mewujudkan sistem kekuasaan negara yang berkedaulatan rakyat dan juga berdasar permusyawaratan perwakilan.

Adanya pemilu memungkinkan terjadinya pemilihan dan pergantian kepemimpinan pemerintahan secara tertib dan damai. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pemilu yakni memilih wakil rakyat atau wakil daerah dan membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat dan legitimasi dari rakyat. Sistem pemilihan umum di Indonesia dalam bentuk pemilihan langsung mulai dari pemilihan umum presiden, gubernur, walikota, bupati serta pemilihan umum legislatif membuka ruang bagi terlaksananya sistem perwakilan secara


(14)

baik. Partai politik merupakan salah satu institusi inti dari pelaksanaan sistem perwakilan tersebut. Partai politik diharapkan mampu mewujudkan konsep keterwakilan, baik keterwakilan dalam lembaga formal kenegaraan seperti lembaga legislatif/parlemen maupun keterwakilan aspirasi masyarakat dalam institusi kepartaian. Maka dari itu partai politik haruslah bisa menyediakan wakil rakyat di parlemen yang handal demi terwujudnya keterwakilan tersebut. Salah satu cara guna mendapatkan wakil rakyat handal adalah dengan melalui proses rekrutmen dan seleksi yang ketat.

Salah fungsi partai politik adalah sarana rekrutmen politik. Menurut Agustino (2007:104) salah satu fugsi partai adalah melakukan rekrutmen guna mengisi posisi-posisi yang dibutuhkan dalam lembaga negara. Sedangkan Budiarjo (2008:408) rekrutmen politik sangat berkaitan dengan masalah seleksi kepemimpinan, baik kepemimpinan internal partai maupun kepemimpinan nasional yang lebih luas. Pendapat tersebut juga dipertegas dalam UU No. 2 Tahun 2008 tentang partai politik. Undang-Undang tersebut menjelaskan bahwa salah satu fungsi partai politik adalah rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.

Selama ini usaha yang dilakukan oleh partai politik dalam mencetak anggota legislatif berkualitas masih sangatlah minim. Kelemahan tersebut dapat dilihat dari proses rekrutmen yang tidak berlangsung secara terbuka dan partisipatif. Proses rekrutmen seperti itu mengakibatkan ketidaktahuan masyarakat terhadap calon yang nantinya akan mewakili mereka. Selain itu selama ini


(15)

dalam proses rekrutmen, partai politik cenderung menggunakan pendekatan “asal pilih” terhadap kandidat yang akan dicalonkan. Permasalahan tersebut dibuktikan berdasarkan temuan sementara Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Lampung. Permasalahan tersebut antara lain mengenai adanya data daftar calon sementara yang ganda, adanya bakal calon yang berumur dibawah 21 tahun, adanya nama bakal calon ganda di dua parpol dan masih banyaknya berkas bakal calon yang bermasalah. (Tribun Lampung, 29 April 2013)

Permasalahan administratif di atas menjadi pelengkap permasalahan yang kerap terjadi dalam penetapan calon legislatif oleh partai politik. Permasalahan pokok penetapan calon legislatif saat ini pada dasarnya adalah partai politik itu sendiri. Sistem oligarki yang cenderung diabadikan oleh partai membuat penetapan calon legislatif bersifat sentralistis atau terpusat pada satu tangan saja. Kecenderungan ini membuat munculnya calon legislatif potensial akan semakin susah. Adanya faktor kedekatan atau kekeluargaan dengan elit partai, akses politik ataupun politik uang kini seolah menjadi kunci utama guna memuluskan langkah pencalonan. Sedangkan kemampuan dari calon calon legislatif justru dinomorduakan.

Permasalahan di atas menunjukan bahwa rekrutmen politik merupakan hal penting. Rekrutmen politik menjadi sangat penting mengingat fungsi ini selain untuk kepentingan partai politik tetapi juga sangat berperan dalam mencetak pemimpin-pemimpin ataupun wakil rakyat yang berkualitas. Rekrutmen merupakan proses yang menentukan keberlanjutan suatu partai dan juga keberlangsungan suatu sistem pemerintahan. Maka dari itu, bila dilihat secara


(16)

mendalam partai politik mempunyai tanggung jawab yang sangat besar terhadap negara. Agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang baik perlu dimulai dari proses rekrutmen dan seleksi yang baik pula. Maka dari itu, setiap partai politik wajib meningkatkan kualitas proses rekrutmen dan seleksi guna mendapatkan calon pemimpin dan wakil rakyat yang handal. Melalui proses rekrutmen dan seleksi, partai politik bisa memilih calon-calon yang sesuai dengan karakteristik dan ideologi partai bersangkutan.

Menghadapi pemilu legislatif 2014 mendatang, masing masing partai memilki cara tersendiri dalam menjalankan proses rekrutmen dan seleksi bakal calon anggota legislatif. Dasar pelaksanaan rekrutmen dan seleksi bakal calon pada partai politik biasanya dilaksanakan sesuai dengan keputusan internal partai. Namun secara umum tata cara pencalonan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) provinsi maupun kabupaten/kota diatur dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum (P-KPU) Nomor 7 Tahun 2013 serta P-KPU Nomor 13 Tahun 2013. Peraturan-peraturan tersebut memuat secara jelas mengenai syarat bakal calon dan pengajuan bakal calon, tata cara pendaftaran dan aturan lainnya.

Menghadapi pemilihan umum legislatif tahun 2014 mendatang, partai-partai peserta pemilu mulai disibukkan dengan pelaksanaan rekrutmen dan seleksi bakal calon legislatif (caleg). Partai Demokrat salah satunya, Demokrat merupakan partai pemenang pemilu legislatif 2009 dengan perolehan suara nasional 20,85%. Partai berasaskan pancasila ini merupakan salah satu partai politik dengan tingkat pertumbuhan yang cukup pesat. Diawal kemunculannya,


(17)

demokrat seperti membawa harapan baru yang cerah bagi kehidupan politik tanah air. Belakangan ini Demokrat tengah mengalami penurunan tingkat elektabilitas secara nasional yang cukup drastis. Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menunjukan demokrat mengalami penurunan suara 9% dibanding pada pemilu 2009. Menghadapi pemilu legislatif 2014, kesiapan Partai Demokrat pun masih belum maksimal. Ketidaksiapan ini ditunjukkan dengan adanya temuan sementara KPU Kabupaten Lampung Tengah yang menyatakan bahwa masih banyak berkas bakal calon legislatif Partai Demokrat yang bermasalah. Masalah tersebut diantaranya masih ditemukannya nama bakal calon anggota legislatif yang ganda (Koran Editor, Jumat 3 Mei 2013).

Selain Partai Demokrat, partai yang juga mencoba menjadi pencerah kehidupan politik tanah air adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Partai politik yang berasaskan Islam ini muncul dengan kader-kader terbaiknya. Terbukti pada pemilihan umum legislatif pertamanya, PKS berhasil meraup suara nasional 6,06% . Menurut penulis, PKS adalah partai yang bisa dibilang “adem ayem”. Tidak banyak pemberitaan buruk mengenai partai yang salah satu tujuan pembentukannya adalah untuk membangun sistem kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang sesuai dengan nilai-nilai islam. Namun ternyata hal positif tersebut tidak berpengaruh terhadap elektabilitas PKS. Hal ini juga terbukti dari hasil survei LSI yang menyebutkan tingkat elektabilitas PKS hanya 3,7%. Masalah lain muncul menjelang pemilu legislatif 2014, berdasarkan temuan sementara KPU Lampung, ada beberapa partai politik yang belum memenuhi kuota bakal calon legislatif seharusnya dan juga adanya berkas calon legislatif yang belum lengkap. Salah satu partai politik tersebut adalah Partai Keadilan


(18)

Sejahtera (Tribun Lampung, Senin 29 April 2013). Masalah ini menunjukkan kurang maksimalnya persiapan PKS dalam menghadapi pemilu legislatif 2014.

Bila diperhatikan, baik Demokrat maupun PKS merupakan partai yang sama-sama memiliki struktur partai yang kuat dan kader yang solid. Kuatnya struktur partai dan solidnya kader pada dasarnya dapat dilihat dari seberapa jauh setiap komponen di dalam partai dapat saling menguatkan satu sama lain, mampu bersinergi dan bekerja sama dan kejelasan program program yang dimiliki. Partai Demokrat merupakan representasi partai nasionalis yang memiliki struktur partai yang kuat, kepengurusan yang solid dari pusat sampai daerah yang didukung dengan kader-kader yang berkualitas. Sedangkan PKS merupakan representasi partai religius dengan stuktur partai yang kuat dengan dukungan kader yang solid bahkan militan serta memiliki program kerja yang jelas.

Ditengah masalah yang tengah dihadapi, kedua partai tersebut sudah selayaknya menanggapi secara serius. Demokrat yang harus segera berbenah dan bekerja keras untuk mengembalikan popularitas mereka. Sedangkan PKS punya pekerjaan berat untuk bisa membuktikan diri sebagai partai Islam yang punya kekuatan besar. Hal tersebut menunjukan bahwa baik Demokrat maupun PKS saat ini mempunyai tujuan yang sama, yaitu harus meningkatkan suaranya di pemilu legislatif 2014 mendatang. Berkaitan dengan masalah tersebut, supaya dapat meningkatkan suara atau elektabilitas partai, perubahan besar harus segera dilakukan. Salah satunya dengan terlebih dahulu memperbaiki atau mempertahankan suara ditingkat daerah. Perolehan suara ditingkat daerah


(19)

nantinya akan berpengaruh terhadap suara partai ditingkat nasional. Caranya bisa dilakukan dengan merekrut dan menyeleksi calon legislatif yang handal. Partai harus punya standar yang jelas dalam proses rekrutmen dan seleksi guna menghasilkan calon wakil rakyat yang nantinya mampu mengemban tugas sebagai perwakilan rakyat secara maksimal.

Masing-masing partai memang mempunyai cara yang berbeda-beda dalam merekrut dan menyeleksi kader maupun bakal calon legislatif. Cara yang digunakan oleh Demokrat dengan PKS mulai dari tahapan perekrutan, syarat administratif ataupun kriteria pasti terdapat perbedaan. Maka peran partai politik dalam merekrut dan menyeleksi kader partai sangatlah penting. Tanpa adanya faktor elit, faktor kekerabatan, faktor uang atau faktor lain yang menjadi pengaruh, proses penetapan calon legislatif justru akan berkualitas. Hal tersebut mengingat bahwa rekrutmen politik akan berfungsi untuk mencari orang atau kader yang berkualitas serta memiliki kredibilitas dan akuntabilitas.

Berdasarkan pada kenyataan inilah yang menjadikan dorongan bagi penulis untuk meneliti dan mempelajari rekrutmen dan seleksi.politik calon legislatif. Sistem seperti apa yang diterapkan oleh Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) khususnya di Kabupaten Lampung Tengah guna mendapatkan calon legislatif yang berkualitas. Serta penulis juga akan mencoba melihat seperti apa perbandingan dinamika politik yang terjadi di internal kedua partai, apakah faktor elit, faktor kekeluargaan dan faktor uang mempengaruhi proses penetapan calon legislatif di kedua partai.


(20)

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas , yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proses rekrutmen dan seleksi calon legislatif pada DPC Partai Demokrat Kabupaten Lampung Tengah?

2. Bagaimana proses rekrutmen dan seleksi calon legislatif pada DPD Partai Keadilan Sejahtera Kabupaten Lampung Tengah?

3. Bagaimana perbandingan proses politik penetapan calon legislatif mulai dari pelaksanaan rekrutmen, seleksi, penetapan caleg dan penentuan nomor urut pada DPC Partai Demokrat dan DPD Partai Keadilan Sejahtera Kabupaten Lampung Tengah?

C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui proses rekrutmen dan seleksi calon legislatif pada DPC Partai Demokrat Kabupaten Lampung Tengah.

2. Untuk mengetahui proses rekrutmen dan seleksi calon legislatif pada DPD Partai Keadilan Sejahtera Kabupaten Lampung Tengah.

3. Untuk membandingkan proses politik penetapan calon legislatif mulai dari pelaksanaan rekrutmen, seleksi, penetapan caleg dan penentuan nomor urut pada DPC Partai Demokrat dan DPD Partai Keadilan Sejahtera Kabupaten Lampung Tengah.


(21)

D.Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu pengetahuan dan pengembangan pemikiran dibidang politik, khususnya mengenai rekrutmen dan seleksi calon legislatif pada partai politik.

2. Secara praktis hasil penelitian diharapkan menjadi bahan masukan bagi Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera Kabupaten Lampung Tengah untuk dapat memperbaiki kualitas rekrutmen dan seleksi calon legislatif guna mendapankan calon legislatif yang lebih berkualitas.


(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Tentang Rekrutmen 1. Pengertian Rekrumen

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian rekrutmen adalah pemilihan dan pengangkatan orang untuk mengisi peran tertentu dalam sistem sosial berdasarkan sifat dan status (kedudukan), seperti suku, kelahiran, kedudukan sosial dan prestasi atau kombinasi dari kesemuanya. Sedangkan Stoner (Samsudin, 2006:81) mendefinisikan rekrutmen sebagai proses pengumpulan calon pemegang jabatan yang sesuai dengan rencana sumber daya manusia untuk menduduki suatu jabatan atau pekerjaan tertentu. Menurut Wether (Mulyono, 2004:76) rekrutmen adalah suatu proses mendapatkan dan penarikan pelamar-pelamar yang cakap untuk suatu pekerjaan. Daft (2010:110) mendefinisikan perekrutan sebagai aktivitas atau praktik yang menentukan karakteristik pelamar kerja yang menjadi objek diterapkannya prosedur seleksi. Sedangkan menurut Badan Kepegawaian Negara (Wasistiono, 2002:13) rekrutmen dapat diartikan sebagai:

-Pengerahan mendapat calon pegawai. -Menarik orang untuk menjadi pegawai.

-Mencari dan menetapkan calon pegawai untuk menjabat jabatan yang kosong.


(23)

-Pengadaan Pegawai

-Mencari dan menemukan calon pelamar yang memiliki motifasi, kemampuan, keahlian dan pengetahuan yang diperlukan organisasi yang teridentifikasi dalam perencanaan kepegawaian.

Berdasarkan definisi-definisi mengenai pengertian rekrutmen yang telah diuraikan di atas, maka penulis berpendapat bahwa rekrutmen merupakan upaya yang dilakukan untuk mengumpulkan dan mendapatkan seseorang yang dibutuhkan sebagai calon pengisi kekosongan pada jabatan-jabatan tertentu dengan memperhatikan syarat-syarat yang telah ditentukan sebelumnya.

2. Prinsip-Prinsip Rekrutmen

Berdasarkan pada pendapat kepala badan kepegawaian nasional (Rahmadaniza, 2006:10), dalam melakukan rekrutmen sudah seharusnya memperhatikan prinsip-prinsip rekrutmen yaitu :

a) Semua warga negara mempunyai kedudukan hukum yang sama. Bahwa setiap warga mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh haknya setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan pemerintah.

b) Berdasarkan syarat-syarat objektif. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002 pasal 6 disebutkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar yaitu:

1. Warga negara Indonesia.

2. Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang sudah memilikikekuatan hukum yang tetap, karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan.

3. Mempunyai pendidikan, kecakapan, keahlian dan keterampilan yang diperlukan.

4. Berkelakuan baik

5. Sehat jasmani dan rohani

c) Tidak berdasarkan golongan, agama atau ras. Pengangkatan dalam suatu jabatan dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan tersebut.


(24)

Berdasarkan keterangan di atas maka penulis berpendapat bahwa prinsip rekrutmen yaitu proses rekrutmen bisa diikuti oleh semua warga negara tanpa membedakan agama, golongan dan ras dan yang telah memenuhi syarat-syarat objektif yang ditetapkan.

3. Sumber Rekrutmen

Perencanaan rekrutmen harus dilakukan dengan memperhatikan sumber calon peserta karena organisasi atau perusahan tentunya menginginkan calon yang mempunyai kemampuan dan pengalaman. Menurut Samsudin (2006:84) Sumber rekrutmen dibagi kedalam dua sumber yaitu sumber internal dan sumber eksternal.

a) Sumber Internal

Rekrutmen peserta dari sumber internal artinya mengisi jabatan-jabatan yang kosong dengan mengambil individu dari dalam organisasi atau perusahaan itu sendiri. Perekrutan dengan sumber internal ini memiliki beberapa kelebihan yaitu organisasi atau perusahaan pasti telah mengetahui individu yang memiliki kemampuan tinggi untuk mengisi posisi yang kosong. Akan tetapi perekrutan ini pun memiliki kekurangan yaitu kemungkinan peserta tidak memberikan perspektif baru sehingga organisasi atau perusahaan menjadi tidak berkembang.

b) Sumber Eksternal

Rekrutmen peserta dari sumber eksternal dilakukan dengan cara menarik calon pegawai yang berasal dari luar organisasi. Pada sumber ini tentu saja calon pegawai harus memenuhi persyaratan sesuai ketentuan. Kelebihan dari rekrutmen eksternal ini yaitu calon pegawai memiliki gagasan ataupun pemikiran baru bagi perusahaan. Kelemahan dari rekrutmen ini adalah pegawai baru membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mnyesuaikan diri dengan perusahaan. Berdasarkan pendapat diatas, penulis berpendapat bahwa peserta rekrutmen dapat berasal dari dalam organisasi ataupun berasal dari luar/eksternal organisasi dengan tetap berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang telah disepakati organisasi.


(25)

4. Sifat Rekrutmen

Proses rekrutmen merupakan fungsi mencari dan mengajak orang-orang yang memiliki kemampuan untuk turut aktif dalam kegiatan politik. Proses rekrutmen politik juga merupakan proses yang melibatkan seluruh warga negara. Menurut Haryanto (Rahmadaniza, 2006:11) sifat rekrutmen dibagi kedalam dua jenis yaitu:

1. Rekrutmen secara terbuka

Rekrutmen secara terbuka dilaksanakan secara terbuka bagi seluruh warga masyarakat tanpa terkecuali mempunyai kesempatan yang sama untuk ikut dalam proses perekrutan apabila telah memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

2. Rekrutmen secara tertutup

Rekrutmen ini meupakan cara rekrutmen dimana hanya individu tertentu yang dapat ikut dalam proses perekrutan untuk selanjutnya dapat menduduki jabatan tertentu. Kesempatan dalam rekrutmen ini tidak terbuka untuk seluruh masyarakat. Perekrutan hanya dilakukan terhadap individu-individu yang mempunyai persamaan tertentu.

Berdasarkan pernyataan di atas, penulis berpendapat bahwa rekrutmen dapat bersifat terbuka dengan maksud bahwa proses rekrutmen dapat diikuti oleh siapa saja yang telah memenuhi persyaratan. Akan tetapi proses rekrutmen juga dapat bersifat tertutup yang berarti bahwa hanya individu-individu tertentu saja yang bisa mengikuti proses perekrutan.

B.Tinjauan Tentang Seleksi 1. Pengertian Seleksi

Seleksi merupakan hal yang sangat penting karena berbagai keahlian yang dibutuhkan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya melalui proses seleksi. Seleksi secara sederhana diartikan sebagai suatu proses pemilihan


(26)

beberapa orang dari sekumpulan orang-orang dengan kualifikasi tertentu yang dibutuhkan sesuai dengan persyaratan jabatanya. Menurut Samsudin (2006:92) seleksi merupakan proses yang dilakukan untuk mendapatkan individu yang memenuhi syarat dan memilik kualifikasi yang sesuai dengan deskripsi pekerjaanatau jabatan yang ada dan sesuai dengan kebutuhan organisasi atau perusahaan.

Menurut Sunyoto (2012:108) seleksi adalah proses pemilihan dari sekelompok pelamar, orang atau orang-orang yang paling memenuhi kriteria seleksi untuk posisi yang tersedia berdasarkan kondisi yang ada pada saat ini yang dilakukan perusahaan. Nawawi (2005:170) menjelaskan bahwa pengertian seleksi adalah proses menetapkan keputusan dalam menerima atau tidak, setelah mempertimbangkan setiap pelamar untuk suatu pekerjaan tertentu. Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian seleksi, penulis berpendapat bahwa seleksi merupakan kegiatan memilih dan menetapkan individu dari kumpulan-kumpulan individu yang memenuhi persayaratan untuk diterima karena telah sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan.

2. Siapa Yang Menyeleksi (Selectrorate)

Tujuan seleksi adalah mencari seseorang yang memenuhi kriteria atau syarat-syarat yang telah ditentukan sebelumnya, sehingga orang yang menyeleksi menjadi sangatlah penting. Menurut Rahat dan Hazan (Pamungkas, 2011:93), penyeleksi adalah lembaga yang menyeleksi kandidat, lembaga ini dapat berupa satu orang, beberapa atau banyak orang,


(27)

sampai pada pemilih. Rahat dan Hazan juga menjelaskan bahwa penyeleksi dapat diklasifikasikan kedalam dua tingkatan, yaitu:

a) Berdasarkan tingkat inklusifitas

Penyeleksi dikatakan sangat inklusif apabila penyeleksinya adalah pemilih yang memiliki hak memilih dalam pemilihan umum.

b) Berdasarkan tingkat Ekslusifitas

Penyeleksi dikatakan sangat ekslusif apabila penyeleksian ditentukan oleh ketua atau pimpinan partai

Berdasarkan penjelasan mengenai siapa yang menyeleksi (selectrorate), penulis berpendapat bahwa penyeleksi bisa merupakan masyarakat yang menjadi pemilih ataupun penyeleksinya merupakan ketua atau pimpinan partai yang bersangkutan.

3. Dimana Kandidat Di Seleksi

Proses seleksi merupakan serangkaian tahap atau langkah dengan menggunakan berbagai macam teknik atau metode seleksi yang harus dilalui oleh para calon peserta seleksi untuk memilih beberapa orang yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Terkait tempat dimana kandidat diseleksi , Hazan (Pamungkas, 2011:98) membagi kedalam dua tipe yaitu:

a) Sentralistik

Apabila kandidat diseleksi secara eksklusif oleh penyeleksi partai pada tingkat nasional tanpa prosedur yang mengikutinya seperti representasi teritorial atau fungsional.

b) Desentralistik

Apabila kandidat diseleksi secara ekslusif oleh penyeleksi partai lokal atau kelompok sosial intra partai atau kelompok-kelompok seksional. Penyeleksian secara desentralistik terbagi kedalam dua jenis yaitu:


(28)

1) Desentralisasi Teritorial

Adalah ketika penyeleksi lokal menominasikan kandidat partai yang diantaranya dilakukan oleh pemimpin partai lokal, komite dari cabang sebuah partai, semua anggota atau pemilih di sebuah distrik pemilihan.

2) Desentralisasi Fungsional

Adalah ketika seleksi dilakukan oleh korporasi yang kemudian memberikan jaminan representasi untuk representasi kelompok-kelompok dagang, perempuan, minoritas dan sebagainya.

Berdasarkan penjelasan di atas penulis berpendapat bahwa tempat seleksi dapat dilakukan secara sentralistik yang berarti terpusat pada tingkat nasional ataupun secara desentralistik yang berarti penyeleksian dilakukan di tingkat partai lokal.

C.Model dan Jalur Rekrutmen dan Seleksi Politik 1. Model Rekrutmen dan Seleksi Politik

Rekrutmen dan seleksi politik merupakan proses yang menentukan karakteristik bakal calon yang dikehendaki sesuai dengan kebutuhan jabatan atau posisi tertentu. Maka berbagai macam cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan hasil bakal calon atau pelamar yang sesuai kriteria. Menurut Djuhandar (2005:104) terdapat beberapa model rekrutmen dan seleksi politik yang biasa digunakan, yaitu:

a. Seleksi pemilihan melalui ujian dan latihan

Merupakan cara rekrutmen yang dianggap paling penting mengingat cara ini memiliki banyak keragaman dan mempunyai implikasi penting bagi perekrutan politik.

b. Perebutan kekuasaan

Perebutan kekuasaan dilakukan dengan jalan menggunakan atau mengancam kekerasan. Perebutan kekuasaan dapat dilakukan dengan

coup d’etat, revolusi, intervensi militer dari luar, pembunuhan atau

kerusuhan rakyat. Cara tersebut bisa dijadikan sarana untuk mengefektifkan perubahan radikal pada personil di tingkat-tingkat yang


(29)

lebih tinggi dalam partisipasi politiknya. Akibat yang paling langsung dan nyata dari model ini adalah penggantian para pemegang jabatan politik, akan tetapi perubahan perubahan dalam politik birokrasi biasanya menimbulkan hasil lebih lambat, terutama bila berlangsung dalam masyarakat yang kompleks dan sangat maju.

c. Patronage

Model rekrutmen ini merupakan bagian dari sistem penyuapan dan korupsi yang rumit. Model ini merupakan cara yang mapan untuk mempengaruhi pelaksanaan kekuasaan politik melalui pengontrolan terhadap hasil-hasil dari pemilu.

d. Koopsi

Koopsi (co-option) merupakan model rekrutmen pemilihan anggota-anggota baru, meliputi pemilihan seseorang dalam suatu badan oleh anggota-anggota yang ada.

Model rekrutmen dan seleksi politik juga dijelaskan oleh Philip Althop dan Michael Rush (Widya, Afriyanti, Chepico.blogspot.com diakses Minggu, 19 Mei 2013 pukul 22:08). Keduanya membagi model rekrutmen dan seleksi politik kedalam tujuh model, yaitu:

a. Seleksi melalui ujian dan pelatihan

Model ini merupakan model yang umum digunakan, biasanya dilakukan untuk mengisi jabatan-jabatan birokrasi dan administrasi. b. Seleksi melalui penyortiran

Model ini dilakukan dengan melakukan penyortiran atau penarikan undian. Model ini digunakan untuk memperkokoh kedudukan pemimpin politik.

c. Seleksi melalui rotasi dan giliran

Model ini dilakukan untuk mencegah dominasi jabatan dan posisi-posisi berkuasa oleh orang atau kelompok individu tertentu.

d. Melalui perebutan kekuasaan

Model ini biasanya digunakan dengan jalan menggunakan atau mengancamkan kekerasan.

e. Melalui Patronage

Model ini dilakukan dengan penyuapan dan korupsi. Model ini banyak digunakan oleh masyarakat Inggris.

f. Seleksi dengan memunculkan pemimpin-pemimpin alamiah

Model ini merupakan pembenaran kasar terhadap kekuasaan aristokrasi. g. Melalui Koopsi

Model ini dilakukan dengan cara di mana pemimpin yang ada dapat membantu pelaksanaan perekrutan tipe-tipe pemimpin tertentu.


(30)

Sedangkan Rahat dan Hazan (Pamungkas, 2011:99) menyebutkan dua model pengambilan keputusan yaitu:

a) Model pemilihan

Dalam model pemilihan, penominasian kandidat adalah melalui pemilihan diantara penyeleksi. Pada sistem pemilihan murni, semua kandidat diseleksi melalui prosedur pemilihan tanpa seorang penyeleksi pun dapat mengubah daftar komposisi.

b) Model penunjukan

Dalam model penunjukan, penentuan kandidat tanpa melalui pemilihan. Dalam sistem penunjukan murni kandidat ditunjuk tanpa membutuhkan persetujuan oleh agensi partai yang lain kecuali penominasian oleh partai atau pemimpin partai.

Berdasarkan pada pendapat di atas, penulis berpendapat bahwa setidaknya ada delapan model perekrutan dan seleksi politik yang bisa digunakan. Model perekrutan dan seleksi tersebut antara lain berupa seleksi pemilihan dengan menggunakan ujian dan pelatihan, penyortiran, sistem rotasi, perebutan dengan menggunakan kekerasan, pemunculan pemimpin secara alamiah, perekrutan dengan cara penyuapan dan koopsi serta penunjukan. Sedangkan dalam konteks penelitian ini, model rekrutmen dan seleksi yang sesuai dengan tema penelitian adalah model seleksi melalui ujian dan pelatihan. Model ini menjadi sesuai mengingat model ini merupakan model yang paling sering digunakan dalam rekrutmen dan seleksi politik. Model ini juga berimplikasi penting bagi hasil perekrutan dan seleksi politik.

2. Jalur Rekrutmen dan Seleksi Politik

Mendapatkan individu yang memiliki kemampuan dan kualitas terbaik bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu banyak jalur yang digunakan


(31)

untuk dapat melaksanakan rekrutmen dan seleksi politik. Dikutip dari Asyifa (asy-iepha.blogspot.com, Diakses Minggu, 1 September 2013 pukul

23:45) Terdapat beberapa jalur yang bisa digunakan dalam rekrutmen dan

seleksi politik yaitu:

a. Jalur koalisi partai atau pimpinan-pimpinan partai artinya koalisi-koalisi partai merupakan bagian terpenting di dalam rekrutmen politik karena sebagian besar kesepakatan dan pengangkatan politik di adopsi dari hasil koalisi-koalisi antarpartai yang berperan dalam suatu lingkup politik.Artinya rekrutmen politik tidak terlepas dari peranan koalisi partai.

b. Jalur rekrutmen berdasarkan kemampuan-kemampuan dari kelompok atau individu artinya jalur ini menjadi kriteria dasar dalam perekrutan seseorang karena dinilai dari berbagai segi yaitu kriteria-kritreia tertentu, distribusi-distribusi kekuasaan, bakat-bakat yang terdapat di dalam masyarakat, langsung tidak langsung menguntungkan partai politik.

c. Jalur rekrutmen berdasarkan kaderisasi artinya setiap kelompok-kelompok partai harus menyeleksi dan mempersiapkan anggota-anggotanya yang dianggap mampu dan cakap dalam mendapatkan jabatan-jabatan politik yang lebih tinggi jenjangya serta mampu membawa memobilisasi partai-partai politiknya sehingga memberi pengaruh besar dikalangan masyarakat.

d. Jalur rekrutmen politik berdasarkan ikatan primordial. Di zaman modern ini jalur rekrutmen primordial tidak menutup kemungkinan terjadi di dunia politik. Fenomena itu terjadi karena adanya hubungan kekerabatan yang dekat antara orang perorangan yang memiliki jabatan politik sehingga ia mampu memindahtangankan atau memberi jabatan tersebut kepada kerabat terdekatnya yang dianggap mampu dan cakap dalam mengemban tugas kenegaraan. Fenomena ini dikenal dengan nama “rekrutmen politik berdasarkan ikatan primordial”.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa jalur yang bisa digunakan dalam rekrutmen dan seleksi politik antara lain melalui jalur koalisi, berdasarkan kemampuan, kaderisasi ataupun berdasarkan ikatan primordial atau kekerabatan.


(32)

D.Tinjauan Tentang Pemilu Legislatif 1. Syarat Bakal Calon Legislatif

Proses rekrutmen dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan individu yang memiliki kemampuan dan kualitas terbaik. Sehingga dalam pelaksanaan rekrutmen telah ditentukan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh masing masing kandidat. Berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang pemilihan umum anggota DPR, DPD dan DPRD pasal 51 ayat 1 bahwa persyaratan calon legislatif antara lain:

Bakal calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota adalah Warga Negara Indonesia dan harus memenuhi persyaratan:

a) Telah berumur 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih. b) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

c) Bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. d) Cakap berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia

e) Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah atas, madrasah aliyah, sekolah menengah kejuruan, madrasah aliyah kejuruan, atau pendidikan lain yang sederajat.

f) Setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945.

g) Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih. h) Sehat jasmani dan rohani.

i) Terdaftar sebagai pemilih. j) Bersedia bekerja penuh waktu.

k) Mengundurkan diri sebagai kepala daerah, wakil kepala daerah, pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, direksi, komisaris, dewan pengawas dan karyawan pada badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik daerah atau badan lain yang anggarannya bersumber dari keuangan negara, yang dinyatakan dengan surat pengunduran diri yang tidak dapat ditarik kembali.

l) Bersedia untuk tidak berpraktik sebagai akuntan publik, advokat/ pengacara, notaris, pejabat pembuat akta tanah (PPAT), atau tidak melakukan pekerjaan penyedia barang dan jasa yang berhubungan dengan keuangan negara serta pekerjaan lain yang dapat menimbulkan konflik kepentingan dengan tugas, wewenang, dan hak sebagai anggota


(33)

DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

m)Bersedia untuk tidak merangkap jabatan sebagai pejabat negara lainnya, direksi, komisaris, dewan pengawas dan karyawan pada badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik daerah serta badan lain yang anggarannya bersumber dari keuangan negara.

n) Menjadi anggota Partai Politik Peserta Pemilu. o) Dicalonkan hanya di 1 (satu) lembaga perwakilan. p) Dicalonkan hanya di 1 (satu) daerah pemilihan.

Selain persyaratan di atas, dalam pasal 51 ayat 2 dijelaskan bahwa bakal calon juga harus memenuhi persyaratan kelengkapan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dibuktikan dengan:

a) Kartu tanda penduduk Warga Negara Indonesia.

b) Bukti kelulusan pendidikan terakhir berupa fotokopi ijazah, surat tanda tamat belajar (STTB), syahadah, sertifikat kelulusan, atau surat keterangan lain yang dilegalisasi oleh satuan pendidikan atau program pendidikan menengah.

c) Surat pernyataan di atas meterai bagi calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota yang tidak pernah dipidana dengan ancaman hukuman 5 (lima) tahun atau lebih atau surat keterangan dari lembaga pemasyarakatan bagi calon yang pernah dijatuhi pidana.

d) Surat keterangan sehat jasmani dan rohani. e) Surat tanda bukti telah terdaftar sebagai pemilih.

f) Surat pernyataan tentang kesediaan untuk bekerja penuh waktu yang ditandatangani di atas kertas bermeterai cukup.

g) Surat pernyataan kesediaan untuk tidak berpraktik sebagai akuntan publik, advokat/pengacara, notaris, pejabat pembuat akta tanah (PPAT), dan/atau tidak melakukan pekerjaan penyedia barang dan jasa yang berhubungan dengan keuangan negara serta pekerjaan lain yang dapat menimbulkan konflik kepentingan dengan tugas, wewenang, dan hak sebagai anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota yang ditandatangani di atas kertas bermeterai cukup.

h) Surat pengunduran diri yang tidak dapat ditarik kembali sebagai kepala daerah, wakil kepala daerah, pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, atau anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, direksi, komisaris, dewan pengawas dan karyawan pada badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik daerah serta pengurus pada badan lain yang anggarannya bersumber dari keuangan negara


(34)

j) Surat pernyataan tentang kesediaan untuk hanya dicalonkan oleh 1 (satu) partai politik untuk 1 (satu) lembaga perwakilan yang ditandatangani di atas kertas bermeterai cukup.

k) Surat pernyataan tentang kesediaan hanya dicalonkan pada 1 (satu) daerah pemilihan yang ditandatangani di atas kertas bermeterai cukup.

2. Tata Cara Pengajuan Bakal Calon

Sebelum mendapatkan calon-calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota terlebih dahulu dilakukan rekrutmen dan seleksi bakal calon anggota. Kegiatan tersebut dilakukan oleh partai politik. Kegiatan ini dilakukan guna mempersiapkan calon-calon anggota legislatif yang sesuai dengan aturan atau mekanisme yang digunakan oleh masing masing partai. Sehingga setiap partai mempunyai cara seleksi yang berbeda beda. UU No. 8 Tahun 2012 pasal 52-57 menjelaskan bahwa tata cara tata cara pengajuan bakal calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota yaitu:

Pasal 52

1) Partai Politik Peserta Pemilu melakukan seleksi bakal calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota.

2) Seleksi bakal calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara demokratis dan terbuka sesuai dengan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan/atau peraturan internal Partai Politik Peserta Pemilu. Pasal 53

1) Bakal calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 disusun dalam daftar bakal calon oleh partai politik masing-masing.

2) Daftar bakal calon anggota DPR ditetapkan oleh pengurus Partai Politik Peserta Pemilu tingkat pusat.

3) Daftar bakal calon anggota DPRD provinsi ditetapkan oleh pengurus Partai Politik Peserta Pemilu tingkat provinsi.

4) Daftar bakal calon anggota DPRD kabupaten/kota ditetapkan oleh pengurus Partai Politik Peserta Pemilu tingkat kabupaten/kota.

Pasal 54

Daftar bakal calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 memuat paling banyak 100% (seratus persen) dari jumlah kursi pada setiap daerah pemilihan.


(35)

Pasal 55

Daftar bakal calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 memuat paling sedikit 30% (tiga puluh persen) keterwakilan perempuan.

Pasal 56

1) Nama-nama calon dalam daftar bakal calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 disusun berdasarkan nomor urut.

2) Di dalam daftar bakal calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap 3 (tiga) orang bakal calon terdapat sekurang-kurangnya 1 (satu) orang perempuan bakal calon.

3) Daftar bakal calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan pas foto diri terbaru.

Pasal 57

1) Daftar bakal calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 diajukan kepada:

-KPU untuk daftar bakal calon anggota DPR yang ditandatangani oleh ketua umum atau sebutan lain dan sekretaris jenderal atau sebutan lain.

-KPU Provinsi untuk daftar bakal calon anggota DPRD provinsi yang ditandatangani oleh ketua atau sebutan lain dan sekretaris atau sebutan lain.

-KPU Kabupaten/Kota untuk daftar bakal calon anggota DPRD kabupaten/kota yang ditandatangani oleh ketua atau sebutan lain dan sekretaris atau sebutan lain.

2) Pengajuan daftar calon anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota dilaksanakan 12 (dua belas) bulan sebelum hari pemungutan suara.

3. Tahapan Pencalonan Pemilu Legislatif 2014

Kegiatan untuk mendapatkan calon-calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan kpu-(lombokutarakab.go.id, Diakses tanggal 3 Juni 2013 pukul 15:22) yaitu:

a) Pengumuman/sosialisasi pendaftaran pencalonan. b) Pendaftaran pencalonan.

c) Verifikasi kelengkapan administrasi daftar calon dan bakal calon anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota. (dilaksanakan oleh KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten/Kota)

d) Penyampaian hasil verifikasi kelengkapan administrasi daftar calon dan bakal calon kepada partai politik peserta pemilu legislatif. (dilaksanakan oleh KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten/Kota)


(36)

e) Perbaikan daftar calon dan syarat calon serta pengajuan bakal calon pengganti anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota. (dilaksanakan oleh partai politik di masing-masing tingkatannya)

f) Verifikasi terhadap perbaikan daftar calon dan syarat calon anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota.

(dilaksanakan oleh KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten/Kota)

g) Penyusunan dan penetapan daftar calon sementara (DCS) anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota.

(dilaksanakan oleh KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten/Kota)

h) Pengumuman DCS anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota.

(dilaksanakan oleh KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten/Kota)

i) Masukan dan tanggapan masyarakat atas DCS anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota.

j) Permintaan klarifikasi kepada partai politik atas masukan dan tanggapan masyarakat atas DCS anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota.

(dilaksanakan oleh KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten/Kota)

k) Penyampaian klarifikasi dari partai politik kepada KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten/Kota.

(dilaksanakan oleh partai politik kepada KPU di masing-masing tingkatanya)

l) Pemberitahuan pengganti DCS.

m)Pengajuan penggantian bakal calon anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota.

n) Verifikasi pengganti DCS anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota kepada KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten/Kota. (dilaksanakan oleh partai politik di masing-masing tingkatannya)

o) Penyusunan dan penetapan daftar calon tetap (DCT) anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota.

(dilaksanakan oleh KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten/Kota)

p) Pengumam DCT anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota.

(diumumkan oleh KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten/Kota)

E.Indikator Perbandingan Rekrutmen dan Seleksi Calon Legislatif

Proses rekrutmen dan seleksi calon legislatif merupakan langkah awal dalam perbaikan kualitas anggota dewan. Maka dari itu, rekrutmen dan seleksi calon


(37)

legislatif pada partai politik sudah seharusnya dijalankan lebih serius. Mulai dari persyaratan calon sampai penetapan calon harus dipersiapkan secara matang. Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012, Peraturan KPU Nomor 07 Tahun 2013 dan Peraturan KPU Nomor 13 Tahun 2013 sama-sama memuat persyaratan bakal calon anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. Persyaratan tersebut diantaranya mengenai umur, pendidikan, kesehatan, tempat tinggal, status hukum dan lain-lain. Selain UU No. 8 tahun 2012 dan P-KPU No. 07 Tahun 2013, internal masing masing partai juga memiliki acuan dalam proses rekrutmen dan seleksi calon legislatif mereka.

Berdasarkan pada kerangka konsep mengenai rekrutmen dan seleksi (Sadili Samsudin, 2006), model rekrutmen dan seleksi politik Erom Djuhandar (2005) serta Philip Althop dan Michael Rush, Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012, Peraturan KPU Nomor 07 Tahun 2013, Peraturan KPU Nomor 13 Tahun 2013, tahapan pencalonan pemilu legislatif 2014. Maka menurut penulis hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses rekrutmen dan seleksi calon legislatif pada partai politik yaitu:

1. Proses rekrutmen calon anggota legislatif di tingkat partai politik A.Sosialisasi/pengumuman di internal dan eksternal partai politik.

Berdasarkan point ini, penulis akan mencari tahu hal-hal mengenai: a) Kapan proses rekrutmen dan seleksi calon anggota legislatif di

internal dan eksternal partai disosialisasikan.

b) Siapa yang mensosialisasikan adanya proses rekrutmen dan seleksi calon anggota legislatif di internal dan eksternal partai.


(38)

c) Bagaimana proses rekrutmen dan seleksi calon anggota legislatif disosialisasikan di internal dan eksternal partai.

B.Berasal dari mana sumber calon anggota legislatif

C.Apakah syarat menjadi bakal calon anggota legislatif di internal partai D.Bagaimana sifat rekrutmen di internal partai

2. Pelaksanaan seleksi bakal calon anggota legislatif di tingkat partai politik. Berdasarkan point ini, penulis akan mencari tahu hal-hal mengenai:

a) Siapa yang menyeleksi bakal calon yang telah direkrut untuk bisa menjadi calon.

b) Dimana proses seleksi bakal calon legislatif dilakukan. 3. Penetapan calon anggota legislatif oleh partai politik.

Berdasarkan point ini, penulis akan mencari tahu hal-hal mengenai: a) Bagaimana penetapan calon legislatif di internal partai politik.

b) Bagaimana penentuan nomor urut calon legislatif di internal partai politik.

Kelima hal yang harus diperhatikan dalam proses rekrutmen dan seleksi tersebut beserta dengan sub-sub penjelasannya akan penulis jadikan sebagai indikator-indikator pembanding dalam penelitian ini. Indikator tersebut akan penulis gunakan sebagai pembanding proses rekrutmen dan seleksi calon anggota legislatif antara Partai Demokrat dengan Partai Keadilan Sejahtera.

F. Kerangka Pikir

Pemilihan umum merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Salah satu bentuk dari pemilihan umum


(39)

tersebut adalah pemilahan umum legislatif. Pemilihan umum legislatif ini bertujuan untuk mencari perwakilan masyarakat di pemerintahan atau yang biasa disebut dengan anggota dewan perwakilan rakyat. Pemilihan yang berlangsung lima tahun sekali ini sangat menentukan terwujudnya kedaulatan rakyat secara maksimal. Aktor penting dalam pemilihan umum legislatif adalah partai politik. Partai politik merupakan aktor utama dalam pemilu legislatif karena partai merupakan peserta dalam kompetisi ini. Partai politik mempunyai andil yang besar dalam mencetak wakil rakyat berkualitas. Sebab hal tersebut berkaitan dengan salah satu fungsi partai politik yaitu sarana rekrutmen politik. Melalui proses rekrutmen sekaligus proses seleksi ditingkat partai inilah nantinya akan diperoleh calon-calon legislatif yang berkualitas.

Beberapa diantara banyak partai yang melakukan proses rekrutmen dan seleksi calon legislatif adalah Partai Demokrat dan Partai keadilan Sejahtera (PKS). Baik Demokrat atau PKS saat ini tengah mengalami masalah terkait rendahnya elektabilitas partai mereka. Maka dari itu, kedua partai sedang berusaha keras untuk bisa meningkatkan persentase keterpilihan mereka. Salah satunya adalah melalui proses rekrutmen dan seleksi calon legislatif. Demokrat yang berasaskan pancasila sedangkan PKS yang berasaskan Islam pastinya akan ada perbedaan dalam melakukan rekrutmen dan seleksi calon legislatif.

Berdasarkan perbedaan inilah penulis akan mencoba untuk membandingkan proses rekrutmen dan seleksi calon legislatif yang terjadi dikedua partai tersebut. Perbandingan dilakukan dengan berdasarkan pada indikator-indikator perbandingan. Indikator pembanding ini merupakan hasil elaborasi dari


(40)

konsep Sadili Samsudin mengenai rekrutmen dan seleksi serta pendapat Philip Althop dan Michael Rush mengenai model rekrutmen dan seleksi politik, UU Nomor 8 Tahun 2012, P-KPU Nomor 07 Tahun 2013, Peraturan KPU Nomor 13 Tahun 2013, tahapan pencalonan pemilu legislatif 2014. Elaborasi tersebut menghasilkan tiga hal yang harus diperhatikan dalam proses rekrutmen dan seleksi politik. Ketiga hal tersebut akan digunakan menjadi indikator untuk membandingkan proses rekrutmen dan seleksi politik antara Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera. Ketiga indikator tersebut yaitu pelaksanaan rekrutmen calon anggota legislatif di tingkat partai politik, pelaksanaan seleksi bakal calon anggota legislatif di tingkat partai, penetapan calon anggota legislatif dan penentuan nomor urut oleh partai politik. Berdasarkan ketiga indikator itulah penulis akan membandingkan proses reksrutmen dan seleksi bakal calon legislatif menjadi calon legislatif dengan kualitas yang lebih baik.


(41)

Untuk memperjelas gambaran kerangka pikir dapat dilihat pada bagan berikut:

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Pemilu Legislatif 2014

Proses Rekrutmen dan Seleksi Calon AnggotaLegislatif 2014

Calon Anggota Legislatif 2014 yang Lebih Berkualitas

Partai Politik

Indikator Pembanding 1. Pelaksanaan rekrutmen calon

anggota legislatif di tingkat partai politik

2. Pelaksanaan seleksi bakal calon anggota legislatif di tingkat partai.

3. Penetapan calon anggota legislatif dan penetuan nomor urut oleh partai politik.

*Hasil elaborasi dari : - Sadili Samsudin, 2006 - Pamungkas, 2011

- Philip Althop & Michael Rush - UU No. 8 Tahun 2012 - P-KPU No. 07 Tahun 2013 - P-KPU No. 13 Tahun 2013

- Tahapan pencalonan pemilu legislatif 2014

P

a

rta

i Ke

a

d

ila

n S

ej

a

hter

a

Kab u p at en L amp u n g T en gah

P

a

rta

i

D

em

o

k

ra

t

Kab u p at en L amp u n g T 6e n gah


(42)

III. METODE PENELITIAN

A.Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang penulis gunakan adalah tipe penelitian deskriftif kualitatif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan serta menjelaskan fenomena sosial dengan menggunakan analisis data kualitatif. Hal ini didasarkan pada tujuan dari usul penelitian ini yakni untuk mengetahui pola rekrutmen calon legislatif pada partai politik sehingga dengan menggunakan tipe penelitian deskriftif peneliti dapat menggali atau menggambarkan permasalahan yang akan diteliti secara mendalam, luas dan menyeluruh. Peneliti juga menggunakan pendekatan kualitatif karena proses rekrutmen dan seleksi calon legislatif pada partai politik merupakan suatu hal yang dinamis atau terus berkembang . Hal ini merujuk pada pendapat Sugiyono (2012:10) yang mengemukakan bahwa “penelitian kualitatif memandang obyek sebagai sesuatu yang dinamis”. Oleh karena metode penelitian kualitatif ini merupakan metode yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang penulis pilih.

Penulis juga menggunakan metode komparatif atau perbandingan. Metode ini merupakan metode yang digunakan dalam penelitian yang bersifat membandingkan. Komparatif yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu peneliti akan mengumpulkan informasi mengenai pola rekrutmen dan seleksi pada


(43)

Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera Lampung Tengah, kemudian peneliti akan membuat perbandingan dari keduanya.

B.Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan pokok permasalahan yang hendak diteliti. Spradley dalam Sugiyono (2012:208) menyatakan, dalam penelitian kualitatif penentuan fokus dalam proposal penelitian lebih didasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari situasi sosial (lapangan). Penentuan fokus memiliki tujuan, yaitu membatasi studi dengan menentukan fokus dan penetuan tempat penelitian sehingga penelitian menjadi lebih mudah dan layak. Fokus penelitian juga berfungsi untuk memandu serta mengarahkan jalannya penelitian.

Berdasarkan pada kerangka konsep mengenai rekrutmen dan seleksi (Sadili Samsudin, 2006), model rekrutmen dan seleksi politik Erom Djuhandar (2005) serta Philip Althop dan Michael Rush, Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012, Peraturan KPU Nomor 07 Tahun 2013, Peraturan KPU Nomor 13 Tahun 2013, tahapan pencalonan pemilu legislatif 2014. Maka penulis menentukan fokus penelitian sebagai berikut:

I. Proses rekrutmen dan seleksi calon legislatif Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera berdasarkan indikator:

1. Proses rekrutmen calon anggota legislatif di tingkat partai politik A.Sosialisasi/pengumuman di internal dan eksternal partai politik.


(44)

a) Kapan proses rekrutmen dan seleksi calon anggota legislatif di internal dan eksternal partai disosialisasikan.

b) Siapa yang mensosialisasikan adanya proses rekrutmen dan seleksi calon anggota legislatif di internal dan eksternal partai.

c) Bagaimana proses rekrutmen dan seleksi calon anggota legislatif disosialisasikan di internal dan eksternal partai.

B.Berasal dari mana sumber calon anggota legislatif

C.Apakah syarat menjadi bakal calon anggota legislatif di internal partai D.Bagaimana sifat rekrutmen di internal partai

2. Pelaksanaan seleksi bakal calon anggota legislatif di tingkat partai politik.

Berdasarkan point ini, penulis akan mencari tahu hal-hal mengenai: a) Siapa yang menyeleksi bakal calon yang telah direkrut untuk bisa

menjadi calon.

b) dimana proses seleksi bakal calon legislatif dilakukan 3. Penetapan calon anggota legislatif oleh partai politik.

Berdasarkan point ini, penulis akan mencari tahu hal-hal mengenai: a) Bagaimana penetapan calon legislatif di internal partai politik.

b) Bagaimana penentuan nomor urut calon legislatif di internal partai politik.

II. Perbandingan proses rekrutmen dan seleksi antara Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera berdasarkan indikator:

1. Proses rekrutmen calon anggota legislatif di tingkat partai politik A. Sosialisasi/pengumuman di internal dan eksternal partai politik.


(45)

Berdasarkan point ini, penulis akan mencari tahu hal-hal mengenai: a) Kapan proses rekrutmen dan seleksi calon anggota legislatif di

internal dan eksternal partai disosialisasikan.

b) Siapa yang mensosialisasikan adanya proses rekrutmen dan seleksi calon anggota legislatif di internal dan eksternal partai. c) Bagaimana proses rekrutmen dan seleksi calon anggota legislatif

disosialisasikan di internal dan eksternal partai. B. Berasal dari mana sumber calon anggota legislatif

C. Apakah syarat menjadi bakal calon anggota legislatif di internal partai

D. Bagaimana sifat rekrutmen di internal partai

2. Pelaksanaan seleksi bakal calon anggota legislatif di tingkat partai politik.

Berdasarkan point ini, penulis akan mencari tahu hal-hal mengenai: a) Siapa yang menyeleksi bakal calon yang telah direkrut untuk bisa

menjadi calon.

b) Dimana proses seleksi bakal calon legislatif dilakukan.

3. Penetapan calon anggota legislatif oleh partai politik.

Berdasarkan point ini, penulis akan mencari tahu hal-hal mengenai: a) Bagaimana penetapan calon legislatif di internal partai politik.

b) Bagaimana penentuan nomor urut calon legislatif di internal partai politik.


(46)

C.Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat Penelitian dalam penelitian ini adalah di sekretariat DPC Partai Demokrat Lampung Tengah, Jl. Soekarno Hatta No.31, Gunung Sugih, Lampung tengah dan sekretariat DPD Partai Keadilan Sejahtera Lampung Tengah, Jl. Negara Yukum Jaya Terbanggi Besar. Alasan pemilihan tempat di Kabupaten Lampung Tengah adalah karena di kabupaten ini hampir 80% partai politik peserta legislatif belum siap untuk mengikuti pemilu. Hal ini terkait dengan banyaknya temuan masalah-masalah seperti berkas calon yang belum lengkap (Koran Editor, 3 Mei 2013). Sedangkan waktu pelaksanaan penelitian telah penulis lakukan mulai tanggal 24 September 2013 – 4 Oktober 2013.

D.Jenis Data

Data merupakan semua keterangan seseorang yang dijadikan informan/ responden maupun yang berasal dari dokumen-dokumen baik dalam bentuk statistik atau dalam bentuk lainnya guna keperluan penelitian. Jenis data dalam suatu penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder (Subagyo, 2006:87-88) Adapun jenis data-data dalam penelitian ini yaitu:

1. Data primer

Data primer adalah sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan secara langsung dari sumber datanya. Dalam penelitian ini data primer penulis peroleh melalui wawancara dengan beberapa pengurus DPC Partai Demokrat dan pengurus DPD Partai Keadilan Sejahtera Kabupaten Lampung Tengah serta calon anggota legislatif tahun 2014 dari masing-masing partai. Selain itu data primer juga penulis peroleh melalui


(47)

dokumen dokumen yang tersedia di sekretariat Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera Kabupaten Lampung Tengah.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari berbagai sumber yang telah ada seperti buku, jurnal, laporan daln lain-lain. Dalam penelitian ini data sekunder akan diperoleh dari buku-buku, artikel dan lain-lain yang berkaitan dengan proses rekrutmen calon legislatif.

E.Informan

Informan merupakan seseorang yang mempunyai pengetahuan (informasi) tentang objek atau sasaran penelitian. Penentuan informan pada dasarnya dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat pendidikan, tingkat pengalaman dan status pekerjaan (Subagyo, 2006:40) Penentuan informan dalam penilitian ini dilakukan secara purposive (Aswan Zanynu isukomunikasi.blogspot.com. diakses

kamis 9 Mei 2013 pukul 14.25). Artinya informan dipilih berdasarkan kriteria

tertentu yang telah ditetapkan sesuai dengan topik penelitian. Kriteria tersebut yaitu informan terkait langsung dalam proses rekrutmen dan seleksi calon anggota legislatif seperti panitia rekrutmen dan seleksi dimasing-masing partai politik, pengurus partai politik dan peserta rekrutmen dan seleksi calon anggota legislatif. Adapun informan dalam penelitian ini adalah:

1. Rosidi (Wakil Ketua 1 DPC Partai Demokrat Lampung Tengah).

2. Sony Priyanto (Anggota Tim Panitia Penjaringan Calon Legislatif DPC Partai Demokrat Lampung Tengah).


(48)

3. Ali Mahmudi (Sekretaris Umum DPD Partai Keadilan Sejahtera Lampung Tengah).

4. Eko Agustiawan (Ketua Tim Panitia Penjaringan Calon Legislatif DPD Partai Keadilan Sejahtera Lampung Tengah).

5. Ari Yanto (Calon Legislatif Partai Demokrat Daerah Pemilihan Lampung Tengah 3).

6. Sri Wijayanti (Calon Legislatif Partai Demokrat Daerah Pemilihan Lampung Tengah 4).

7. Surya Wijaya (Calon Legislatif Partai Keadilan Sejahtera Daerah Pemilihan Lampung Tengah 4).

8. Juhaiti (Calon Legislatif Partai Keadilan Sejahtera Daerah Pemilihan Lampung Tengah 4)

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematis dengan memperhatikan penggarisan yang telah ditentukan. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari data yang tidak terpakai. Arikunto (2010:266-274) menyatakan secara umum metode pengumpulan dibagi atas beberapa jenis yaitu metode penggunaan tes, kuesioner/angket, wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua metode pengumpulan data yaitu:

1. Wawancara

Susan Stainback (Sugiyono, 2012:232) mengemukakan bahwa “dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal hal yang lebih mendalam


(49)

tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi atau fenomena yang terjadi”. Dalam penelitian ini wawancara penulis lakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada delapan informan berkaitan dengan proses rekrutmen dan seleksi calon anggota legislatif baik dari DPC Partai Demokrat atau DPD Partai Keadilan Sejahtera Kabupaten Lampung Tengah. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yang berisi beberapa pertanyaan yang akan diajukan. Pertanyaan tersebut bisa berkembang apabila ada hal yang memang perlu untuk ditanyakan secara lebih rinci.

2. Studi Dokumentasi

Teknik Pengumpulan data yang tak kalah penting dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi. Studi dokumentasi menurut Arikunto (2010:274) adalah mencari data data mengenai hal hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Dalam penelitian ini, penulis telah mengumpulkan beberapa data terkait proses penetapan calon legislatif dari dokumen-dokumen yang tersedia di sekretariat Partai Demokrat maupun Partai Keadilan Sejahtera Kabupaten Lampung Tengah dan beberapa data yang penulis peroleh dari media internet.

G.Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan salah satu bagian penting dalam sebuah penelitian, karena hasil dari pengolahan data akan berguna dalam memecahkan masalah


(50)

penelitian (Subagyo, 2006:104). Setelah data terkumpul, data akan diolah dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Editing

Pada tahapan ini, data yang terkumpul dari hasil wawancara atau dokumentasi penulis periksa kembali. Pemeriksaan data ini meliputi kelengkapan data baik dari hasil wawancara maupun dokumentasi, kejelasan data atau ketepatan data.

2. Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan proses pemberian makna terhadap pola pola yang ditemukan kedalam sebuah penelitian. Tahapan ini penulis lakukan dengan memahami semua data yang telah diperoleh dalam penelitian secara lebih mendalam

H.Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan mengolah data menjadi informasi supaya data tersebut dapat dengan mudah dipahamai dan dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Menurut Miles and Huberman (Sugiyono, 2012:246) langkah langkah dalam menganalisis data antara lain:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting , mencari tema serta polannya. Dengan mereduksi data akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan terfokus.


(51)

2. Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data bertujuan untuk memudahkan dalam memahami apa yang terjadi serta dapat merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Penyajian data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk teks yang bersifat naratif.

3. Conclusion Drawing (Penarikan Kesimpulan)

Kesimpulan dapat diartikan sebagai makna, arti atau penjelasan inti dari data-data yang dianalisis. Kesimpulan ini akan ditarik berdasarkan data-data yang diperoleh selama proses penelitian.

Ketiga langkah-langkah tersebut akan peneliti gunakan untuk menganalisis data-data yang telah dikumpulkan pada saat pengumpulan data. Peneliti akan mereduksi data yang terkumpul agar data menjadi lebih jelas dan terfokus. Setelah direduksi, peneliti akan menyajikan data dalam bentuk teks naratif dengan tujuan agar analisis data menjadi lebih mudah untuk dipahami. Terakhir peneliti akan menarik kesimpulan dari setiap data yang telah dianalisis. Kesimpulan tersebut merupakan makna inti dari data-data yang telah dianalisis.

I. Teknik Validitas Data

Validitas merupakan ketepatan interpretasi yang dibuat dari hasil suatu pengukuran. Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan dengan data yang sesungguhnya. Teknik validitas data yang digunakan dalam


(52)

penelitian ini adalah teknik triangulasi. Menurut Moleong (2007:330) teknik triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu diluar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut. Menurut Denzim (Moleong, 2007:331) ada empat triangulasi sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan data yaitu:

1. Triangulasi data yaitu menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara atau dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda.

2. Triangulasi teori yaitu penggunaan berbagai teori yang bertujuan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan telah memenuhi syarat. Pada penelitian ini berbagai teori telah dijelaskan dalam bab II untuk digunakan sebagai penguji data data yang dikumpulkan.

3. Triangulasi metode yaitu penggunaan berbagai metode seperti metode wawancara dan dokumentasi untuk mencoba suatu hal. Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara dan dokumentasi.


(53)

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah penulis paparkan terkait rekrutmen dan seleksi calon anggota legislatif pada Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan antara lain: 1. Penjaringan calon anggota legislatif di DPC Partai Demokrat Lampung

tengan dimulai dengan memberikan pengumuman atau sosialisasi melalui sosialisasi langsung kepada internal partai dan melaui media cetak lokal kepada masyarakat umum yang ingin menjadi caleg. Untuk kemudian dilakukan perekrutan yang bersifat terbuka dengan tetap memperhatikan syarat syarat yang ditetapkan oleh KPU dan internal partai. Setelah proses rekrutmen dilaksanakan, selanjutnya akan dilakukan proses seleksi yang melibatkan struktur pengurus partai dan tim penjaringan. Seleksi pada dasarnya seleksi berkas saja. Seleksi dilakukan secara eksklusif secara desentralisasi teritorial. Kemudian dilakukan penetapan caleg yang akan dicalonkan. Penetapan caleg ini dilakukan melalui musyawarah dengan popularitas dan elektabilitas sebagai bahan pertimbangannya. Sedangkan terkait penetapan nomor urut caleg, Partai Demokrat menyerahkan keputusan penuh kepada ketua DPC Partai Demokrat mengingat menetapkan nomor urut cale merupakan hak prerogatif dari ketua DPC.


(54)

2. Penjaringan calon anggota legislatif pada Partai Keadilan Sejahtera terlebih dahulu dengan mensosialisasikan secara langsung hanya kepada anggota internal partai. Hal tersebut mengingat bahwa sumber caleg PKS hanya bersumber dari internal partai saja tanpa adanya penerimaan yang diperuntukan bagi masyarakat luas, hal ini berarti bahwa perekrutan yang dilakukan PKS tersebut bersifat tertutup. Setelah direkrut, selanjutnya kandidat akan diseleksi berdasarkan kelengkapan berkas dan hal lainya. Seleksi dilakukan secara eksklusif dengan sistem desentralisasi teritorial. Sedangkan penetapan caleg pada DPD PKS dilakukan dengan sebelumnya DPD menyerahkan dan merekomendasikan beberapa nama kepada DPW untuk selanjutnya DPW tetapkan sebagai caleg. Sementara itu untuk penentuan nomor urut dilakukan dengan cara musyawarah dengan pertimbangan bahwa caleg di nomor urut satu merupakan caleg dengan perkiraan sumber daya dukung suara terbanyak

3. Secara keseluruhan, jika dilihat dari diproses rekrutmen, rekrutmen yang dilakukan oleh Partai Demokrat menurut penulis lebih baik dibandingkan Partai Keadilan Sejahtera. Hal ini dikarenakan proses rekrutmen pada Partai Demokrat lebih bersifat terbuka. Dari sisi proses seleksi yang terjadi, pada dasarnya kedua partai sama sama masih belum maksimal. Hal tersebut karena seleksi yang dilakukan masih didasarkan pada seleksi berkas dan tingkat kepopuleran serta elektabilitas calon saja. Jika dilihat dari sisi penetapan caleg dan penentuan nomor urut, menurut penulis Partai Keadilan Sejahtera masih lebih baik dibandingkan dengan Partai Demokrat. Hal ini terkait dengan penetapan caleg dan penentuan nomor urut dengan


(55)

cara musyawarah dan tidak ditemukannya kecenderungan pemanfaataan kedekatan dan dominasi elit dalam mengambil keputusan pada Partai Keadilan Sejahtera. Sedangkan pada Partai Demokrat ditemukan adanya kecenderungan kecurangan.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis paparkan, maka penulis memberikan beberapa saran-saran terkait proses proses rekrutmen dan seleksi antar DPC Partai Demokrat dan DPD Partai Keadilan Sejahtera Lampung Tengah yaitu:

1. Sebagai peserta pemilu legislatif 2014 mendatang sudah selayaknya setiap partai bisa meningkatkan kualitas dari calegnya. Untuk dapat meningkatkan kualitas caleg, ada baiknya Partai Demokrat dan PKS melakukan perubahan dari segi persyaratan. Kedua partai sebaiknya lebih berani mematok persyaratan tinggi kepada calon-calon anggota legislatif. Selain itu ada baiknya jika partai merubah cara seleksi yang masih berdasarkan pada seleksi administratif. Partai Demokrat bisa saja merubah menjadi test psikotest atau wawancara secara langsung agar kualitas caleg lebih tergali.

2. Dalam menetapkan siapa yang berhak menjadi caleg, sebaiknya baik Partai Demokrat atau PKS tidak hanya berdasarkan pada popularitas atau elektabilitasnya saja. Lebih dari itu, partai harus bisa membaca secara jeli rekam jejak, kualitas dan kemampuan dari calon yang diusung.


(1)

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah penulis paparkan terkait rekrutmen dan seleksi calon anggota legislatif pada Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan antara lain: 1. Penjaringan calon anggota legislatif di DPC Partai Demokrat Lampung

tengan dimulai dengan memberikan pengumuman atau sosialisasi melalui sosialisasi langsung kepada internal partai dan melaui media cetak lokal kepada masyarakat umum yang ingin menjadi caleg. Untuk kemudian dilakukan perekrutan yang bersifat terbuka dengan tetap memperhatikan syarat syarat yang ditetapkan oleh KPU dan internal partai. Setelah proses rekrutmen dilaksanakan, selanjutnya akan dilakukan proses seleksi yang melibatkan struktur pengurus partai dan tim penjaringan. Seleksi pada dasarnya seleksi berkas saja. Seleksi dilakukan secara eksklusif secara desentralisasi teritorial. Kemudian dilakukan penetapan caleg yang akan dicalonkan. Penetapan caleg ini dilakukan melalui musyawarah dengan popularitas dan elektabilitas sebagai bahan pertimbangannya. Sedangkan terkait penetapan nomor urut caleg, Partai Demokrat menyerahkan keputusan penuh kepada ketua DPC Partai Demokrat mengingat menetapkan nomor urut cale merupakan hak prerogatif dari ketua DPC.


(2)

93

2. Penjaringan calon anggota legislatif pada Partai Keadilan Sejahtera terlebih dahulu dengan mensosialisasikan secara langsung hanya kepada anggota internal partai. Hal tersebut mengingat bahwa sumber caleg PKS hanya bersumber dari internal partai saja tanpa adanya penerimaan yang diperuntukan bagi masyarakat luas, hal ini berarti bahwa perekrutan yang dilakukan PKS tersebut bersifat tertutup. Setelah direkrut, selanjutnya kandidat akan diseleksi berdasarkan kelengkapan berkas dan hal lainya. Seleksi dilakukan secara eksklusif dengan sistem desentralisasi teritorial. Sedangkan penetapan caleg pada DPD PKS dilakukan dengan sebelumnya DPD menyerahkan dan merekomendasikan beberapa nama kepada DPW untuk selanjutnya DPW tetapkan sebagai caleg. Sementara itu untuk penentuan nomor urut dilakukan dengan cara musyawarah dengan pertimbangan bahwa caleg di nomor urut satu merupakan caleg dengan perkiraan sumber daya dukung suara terbanyak

3. Secara keseluruhan, jika dilihat dari diproses rekrutmen, rekrutmen yang dilakukan oleh Partai Demokrat menurut penulis lebih baik dibandingkan Partai Keadilan Sejahtera. Hal ini dikarenakan proses rekrutmen pada Partai Demokrat lebih bersifat terbuka. Dari sisi proses seleksi yang terjadi, pada dasarnya kedua partai sama sama masih belum maksimal. Hal tersebut karena seleksi yang dilakukan masih didasarkan pada seleksi berkas dan tingkat kepopuleran serta elektabilitas calon saja. Jika dilihat dari sisi penetapan caleg dan penentuan nomor urut, menurut penulis Partai Keadilan Sejahtera masih lebih baik dibandingkan dengan Partai Demokrat. Hal ini terkait dengan penetapan caleg dan penentuan nomor urut dengan


(3)

cara musyawarah dan tidak ditemukannya kecenderungan pemanfaataan kedekatan dan dominasi elit dalam mengambil keputusan pada Partai Keadilan Sejahtera. Sedangkan pada Partai Demokrat ditemukan adanya kecenderungan kecurangan.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis paparkan, maka penulis memberikan beberapa saran-saran terkait proses proses rekrutmen dan seleksi antar DPC Partai Demokrat dan DPD Partai Keadilan Sejahtera Lampung Tengah yaitu:

1. Sebagai peserta pemilu legislatif 2014 mendatang sudah selayaknya setiap partai bisa meningkatkan kualitas dari calegnya. Untuk dapat meningkatkan kualitas caleg, ada baiknya Partai Demokrat dan PKS melakukan perubahan dari segi persyaratan. Kedua partai sebaiknya lebih berani mematok persyaratan tinggi kepada calon-calon anggota legislatif. Selain itu ada baiknya jika partai merubah cara seleksi yang masih berdasarkan pada seleksi administratif. Partai Demokrat bisa saja merubah menjadi test psikotest atau wawancara secara langsung agar kualitas caleg lebih tergali.

2. Dalam menetapkan siapa yang berhak menjadi caleg, sebaiknya baik Partai Demokrat atau PKS tidak hanya berdasarkan pada popularitas atau elektabilitasnya saja. Lebih dari itu, partai harus bisa membaca secara jeli rekam jejak, kualitas dan kemampuan dari calon yang diusung.


(4)

95

3. Sebaiknya penetapan calon legislatif pada kedua partai terutama pada Partai Demokrat benar benar didasarkan pada kualitas caleg tersebut, bukan karena adanya kedekatan.

4. Sebaiknya Partai Demokrat dalam menetapkan nomor urut tidak dipegang oleh satu tangan yaitu Ketua DPC. Hal ini mengingat dengan terpusatnya keputusan pada satu orang maka peluang untuk terjadinya penyimpangan seperti politik transaksional menjadi lebih besar. Cara lain yang lebih baik adalah melalui musyawarah.

5. Kepada pemerintah, sebaiknya bisa mengeluarkan peraturan-peraturan yang lebih konkrit dan tegas terkait aturan mengenai pencalegan. Misalnya terkait syarat-syarat pencalonan diri seseorang sebagai anggota legislatif.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo. 2007. Perihal Ilmu Politik: Sebuah Bahasan Memahami Ilmu Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

Daft, Richard L. 2010. Era Baru Manajemen. Jakarta: Salemba.

Djuhandar, Erom. 2005. Sosiologi Politik. Lampung: Universitas Lampung. Duverger, Maurice. 1984. Partai Politik dan Kelompok Kelompok Penekan. Bina

Aksara

IKAPI.2005.Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentujan Istilah. Bandung: CV Pustaka Setia.

Mulyono, Mauled. 2004. Penerapan Produktivitas dalam Organisasi. Yogyakarta: Bumi Aksara.

Pamungkas, Sigit. 2011. Partai Politik Teori dan Praktik Di Indonesia. Yogyakarta: Institute For Democracy and Welfarism.

Philipus, Ng. 2006. Sosiologi dan Politik. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Rahmadaniza, Kartika. 2006. Proses Rekrutmen dan Seleksi Pemilihan Anggota Badan Perwakilan Desa (BPD) Periode 2001-2005 Di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Samsudin, Sadili. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Pustaka Setia.


(6)

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunyoto, Danang. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: CAPS. Tim Unila.2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Universitas

Lampung.

Wasistiono, Sadu. 2002. Manajemen Sumber Daya Aparatur Pemerintah Daerah. Jakarta: Fokus Media.

Dokumen:

P-KPU No. 07 Tahun 2013 tentang Pencalonan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota.

P-KPU No. 13 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P-KPU No. 07 Tahun 2013 tentang Pencalonan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota.

Rancangan Panduan Program Pencalonan Dini Untuk Pemilu Legislatif DPW Partai Keadilan Sejahtera Provinsi Lampung.

SK DPP Partai Demokrat No. 172/SK/DPP.PD/VIII/2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis (juklak-juknis) Mekanisme Penjaringan Calon Anggota Legislatif (DPR-RI, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota).

UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Media:

Aswan Zanynu. Menentukan Informan/ Responden/ Sampel. Isukomunikasi. blogspot.com. diakses kamis 9 Mei 2013 pukul 14.25.

Widya, Afriyanti. Birokrasi dan rekrutmen Politik. Chepico.blogspot.com /2011/ 07/ birokrasi-dan-rekrutmen-politik.html. diakses Minggu, 19 Mei 2013 pukul 22:08

Tribun Lampung. Edisi Senin, 29 April 2013 Koran Editor. Edisi Jumat, 3 Mei 2013