Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
Sejak adanya UU tersebut kebanyakan pelaku kecelakaan yang diakibatkan kelalaian pengemudi tidak lagi dikenakan pasal 359 KUHP yang
berbunyi: “Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang mati, dihukum
dengan hukuman penjara selama- lamanya 5 lima tahun.”
Melainkan dikenakan pasal 310 dalam UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yang berbunyi:
1. Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang karena
kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan kerusakan kendaraan danatau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229
ayat 2, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 enam bulan danatau denda paling banyak Rp. 1.000.000,00 satu juta rupiah.
2. Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang karena
kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan korban luka ringan dan kerusakan kendaraan danatau barang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 229 ayat 3, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 satu tahun danatau denda paling banyak Rp.
2.000.000,00 dua juta rupiah. 3.
Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan korban
luka berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun danatau denda
paling banyak Rp. 10.000.000,00 sepuluh juta rupiah.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
4. Dalam hal kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 yang
mengakibatkan orang lain meninggal dunia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 enam tahun danatau denda paling banyak
Rp. 12.000.000,00 dua belas juta rupiah.
6
Dalam Pasal 310 UU RI No 22 Tahun 2009 dari ayat 1 sampai ayat 4 dijelaskan sanksi-sanksi pidana bagi pengemudi yang mengemudikan
kendaraan bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dari akibat yang ditimbulkan luka ringan sampai meninggal dunia.
Dalam undang-undang ini juga diatur mengenai hak, kewajiban serta tanggungjawab para penyedia jasa terhadap kerugian pihak ketiga sebagai
akibat dari penyelenggaraan angkutan jalan. Karena dalam perkembangannya, pelaku tindak pidana lalu lintas jalan ini berkewajiban memberikan santunan
kepada korbannya. Memang santunan bagi korban tindak pidana lalu lintas jalan pada saat ini seperti sudah menjadi kewajiban, apalagi jika sipelaku
adalah orang yang mempunyai kedudukan ekonomi kuat atau dengan kata lain mempunyai uang yang lebih.
Kasus kecelakaan lalu lintas yang akan menjadi bahan skripsi penulis adalah kasus kecelakaan yang bertempat di Kamp. Padanglampe, Desa
Samaulue, Kecamtan Lanrisang, Kabupaten Pinrang yang terjadi pada hari Kamis tanggal 25 Juni 2015 sekitar pukul 21.00 Wita. Pada awalnya terdakwa
berangkat dari sawah hendak pulang kerumah dengan mengendarai sepeda
6
UU RI NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN, Bandung: Citra Umbara, 2010, h.143.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
motor Honda No. Pol. DD 6519 AG melintas dari arah selatan menuju ke Utara dengan kecepatan 40-50 km per jam. Namun kelengkapan sepeda motor
terdakwa tidak memiliki lampu depan dengan hanya menggunakan lampu gantung yang tidak berfungsi dengan baik, lalu terjadi tabrakan antara sepeda
motor yang di kendarai oleh terdakwa Nurdin dengan sepeda motor dari arah berlawanan yang dikendarai oleh korban Syamsir yang berboncengan dengan
lel. Muh. Wahid yang mengakibatkan syamsir terlempar dan tidak sadarkan diri dan terdakwa juga terjatuh di tengah jalan.
Sehingga kasus dengan No. Perkara: 02Pid.B2016PN. Pin. Tindak pidana mengemudikan kendaraan bermotor yang karena kelalaiannya
menyebabkan orang lain meninggal dunia dalam putusan hakim dijerat dengan pasal 310 ayat 4 UU No. 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan
jalan. Dalam hukum pidana islam juga membahas tentang bagaimana tindak
pidana atau yang dilakukan dengan kelalaian atau secara tidak sengaja atau semi sengaja yang sering dikaitkan dengan tindak pidana atas jiwa yaitu
pembunuhan.
7
Dalam perspektif islam tindak pidana kelalaian atau disebut jarimah tidak sengaja, Abdul Qodir Audah mengemukakan jarimah tidak sengaja bisa
dianalogikan dengan pembunuhan karena kekeliruan semata, yaitu sebagai berikut:
7
Ahmad Wardi Muslih, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005. h.135
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
لتقلا ءا لا ضح لا وه ام ذصق هيف لا ينج و ص شلا هنكلو ءا خا يف هلعف
وا يف هن
“pembunuhan karena kekeliruan semata-mata adalah suatu adalah suatu pembunuhan dimana pelaku sengaja melakukan suatu pebuatan, tetapi tidak
ada maksud untuk mengenai orang, melainkan terjadi kekeliruan, baik dalam perbuatannya maupun dalam dugaannya.”
8
Sedangkan, ulama’ Hanafiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah membagi pembunuhan menjadi 3 macam:
1. Pembunuhan sengaja qatl al-‘amd, yaitu suatu penganiayaan
terhadap seseorang dengan maksud untuk menghilangkan nyawanya.
2. Pembunuhan semi sengaja qatl syibh al-‘amd, yaitu perbuatan
penganiayaan terhadap seseorang tidak dengan maksud untuk membunuhnya tetapi mengakibatkan kematian.
3. Pembunuhan karena kesalahan qatl al-khat}a’.
Berdasarkan hal
tersebut melatar
belakangi penulis
untuk mengangkatnya menjadi topik pembahasan dalam penulisan skripsi dengan
judul ‘’ ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PINRANG NO. 02PID. B2016PN. PIN. TENTANG KELALAIAN BERKENDARA YANG
MENGAKIBATKAN KEMATIAN DI TINJAU DARI HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM”.