PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF MATERI PEMBIASAN CAHAYA DENGAN STRATEGI INKUIRI

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF MATERI PEMBIASAN CAHAYA DENGAN STRATEGI INKUIRI

Oleh Angga Arbiyanto

Perkembangan teknologi yang ada pada saat ini belum dimaksimalkan oleh pelaku pendidikan untuk mendukung pembelajaran khususnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Fenomena-fenomena IPA yang tidak dapat disajikan secara langsung seharusnya dapat dikemas secara sederhana dan interaktif dengan bantuan teknologi. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan di SMP Muhammadiyah 1 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa ketertariakan siswa terhadap pembelajaran berbasis TIK cukup tinggi. Tujuan penelitian ini untuk (1) membuat Modul Interaktif berbasis TIK Materi Pembiasan Cahaya dengan Strategi Inkuiri, (2) mengungkapkan keefisienaan Modul Interaktif berbasis TIK Materi Pembiasan Cahaya dengan Strategi Inkuiri di SMP Muhammadiyah 1 Gadingrejo yang dikembangkan sebagai suatu sumber belajar, dan (3) mengungkap keefektifan Modul Interaktif berbasis TIK Materi Pembiasan Cahaya dengan Strategi Inkuiri di SMP

Muhammadiyah 1 Gadingrejo yang dikembangkan sebagai suatu sumber belajar. Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 di SMP Muhammadiyah 1 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. Populasi penelitian


(2)

Angga Arbiyanto adalah seluruh siswa kelas VIII pada semester ganjil dengan jumlah 29 siswa. Hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah modul interaktif yang dikembangkan dikategorikan menarik dengan perolehan skor 3,10, modul

interaktif yang dikembangkan mudah digunakan dengan perolehan skor 3,07, modul interaktif yang dikembangkan bermanfaat dengan perolehan skor 3,07, dan modul interaktif yang dikembangkan efektif sebagai suatu sumber belajar dilihat dari hasil belajar siswa lebih dari 75% siswa telah tuntas KKM, yaitu 82,76% dari jumlah seluruh siswa sebanyak 29 siswa dengan nilai tertinggi 87,50 dan nilai terendah 62,50. Kelebihan dari modul interaktif yang dikembangkan adalah format modul merupakanoutputprogramMicrosoft Power Point 2007dengan format.pptxyang telah umum digunakan sehingga dapat langsung diputar pada laptop atau komputer manapun, sajiannya yang interaktif, dan menampilkan fenomena-fenomena fisika yang sulit untuk diamati secara langsung. Kesimpulan dari penelitian ini adalah modul interaktif yang dikembangkan efektif sebagai suatu sumber belajar pada kurikulum 2013 dengan strategi Inkuiri.


(3)

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF MATERI PEMBIASAN CAHAYA

DENGAN STRATEGI INKUIRI

Oleh Angga Arbiyanto

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF MATERI PEMBIASAN CAHAYA

DENGAN STRATEGI INKUIRI

(Skripsi)

Oleh:

ANGGA ARBIYANTO

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Bagan Arus (Stream Chart): Proses Pengembangan Media Instruksional ... 24 4.1 TampilanCoverModul Interaktif ... 43 4.2 Tampilan Fitur Menu Pada Modul Interaktif ... 44


(6)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR... iv

DAFTAR LAMPIRAN... v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Modul ... 7

B. Pembelajaran Interaktif ... 9

C. Modul Interaktif ... 11

D. Strategi Pembelajaran Inkuiri ... 12

III. METODE PENELITIAN A. SettingPengembangan ... 23

B. Prosedur Pengembangan ... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pengembangan... 34


(7)

ii V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 50 B. Saran ... 50 DAFTAR PUSTAKA


(8)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-kisi Angket Analisis Kebutuhan Guru dan Siswa... 54

2. Indikator Angket Analisis Kebutuhan Guru ... 56

3. Indikator Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 58

4. Angket Analisis Kebutuhan Guru ... 60

5. Angket Analisis Kebutuhan Siswa... 63

6. Hasil Angket Analisis Kebutuhan Guru ... 66

7. Hasil Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 68

8. RPP Pertemuan 1 ... 70

9. RPP Pertemuan 2 ... 77

10. Soal Evaluasi Lensa Cembung... 84

11. Kisi-kisi Soal Evaluasi Lensa Cembung... 90

12. Soal Evaluasi Lensa Cekung... 91

13. Kisi-kisi Soal Evaluasi Lensa Cekung ... 97

14. Materi Pembiasan Cahaya... 98

15. Story Board... 103

16. Naskah Awal ... 109

17. LKK Pertemuan Pertama ... 113

18. LKK Pertemuan kedua... 122

19. Kisi-kisi Uji Ahli Desain dan Materi ... 130

20. Instrumen Uji Ahli Desain ... 135

21. Hasil Uji Ahli Desain... 139

22. Instrumen Uji Ahli Materi ... 141

23. Hasil Uji Materi ... 144

24. Kisi-kisi Uji Satu Lawan Satu... 146


(9)

vi

26. Hasil Uji Satu Lawan Satu ... 151

27. Kisi-kisi Instrumen Uji Keefisienan ... 152

28. Instrumen Uji Keefisienan ... 154

29. Hasil Uji Keefisienan ... 157


(10)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Kriteria Penilaian Akhir Modul Uji Keefisienan... 32 4.1 Respon dan Penilaian Siswa dalam Uji Satu Lawan Satu terhadap

Penggunaan Prototipe I... 40 4.2 Hasil Uji Kompetensi Siswa Setelah Menggunakan Prototipe II... 42 4.3 Hasil Uji Keefisienan Modul Interaktif ... 42


(11)

(12)

(13)

(14)

MOTO

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka

mengubahnya sendiri”

(Q.S. Ar-

Ra’d; 11)

Bahagia itu datang dari rasa syukur di dalam hati, maka bersyukurlah atas apa

yang kamu miliki saat ini


(15)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat-Nya. Dengan kerendahan hati, kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana karya kecilku ini kepada:

1. Ibunda Ratnaningsih tercinta yang tanpa henti memperjuangkan nasib anak-anaknya untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya guna menjadi

individu yang berguna bagi nusa dan bangsa, serta dapat mengangkat martabat keluarga.

2. Ayahanda Susianto tercinta yang telah memberikan segala upaya demi kebahagiaan hidup anak-anaknya.

3. Adiku tersayang yang selalu mendukungku baik dukungan moral maupun material.

4. Orang-orang yang meyertai penulis dalam perjalanan ini, yang telah memberikan warna melebihi indahnya langit biru di hari secerah apapun dalam kehidupan penulis.

5. Dosen-dosen Pendidikan Fisika Universitas Lampung yang telah membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikanstudydi Unuversitas Lampung dan menyelesaikan tugas karya tulis ini dengan penuh rasa tanggungjawab. 6. Almamater tercinta.


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Wates, Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu pada tanggal 26 Juni 1993 dan diberi nama Angga Arbiyanto, yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Susianto dan Ibu Ratnaningsih.

Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 4 Wates pada tahun 1998 dan diselesaikan pada tahun 2005, melanjutkan di SMP Negeri 1 Pringsewu pada tahun 2005 yang diselesaikan pada tahun 2008 dan masuk SMA Negeri 1

Pringsewu yang diselesaikan pada tahun 2011. Pada pertengahan tahun 2011 penulis diterima di Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Pada tahun 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) berupa kunjungan pendidikan ke Bali, Yogyakarta, Bandung, dan Malang. Pada pertengahan tahun 2014 (JuliSeptember) penulis melaksanakan KKN-KT di Desa Sukamulya Kecamatan Sukau Kabupaten Lampung Barat, dan sekaligus membina SMP Negeri 2 Sukau Kabupaten Lampung Barat.


(17)

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 menyatakan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses

pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Pemahaman seorang guru terhadap pengertian pembelajaran akan sangat mempengaruhi cara guru itu mengajar.

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) khususnya teknologi telah banyak membantu umat manusia di berbagai bidang. Salah satu bidang yang telah terbantu oleh teknologi adalah pendidikan. Adanya teknologi di bidang pendidikan memudahkan pelaku pendidikan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Pelaku pendidikan memanfaatkan teknologi sebagai media pembelajaran untuk menyampaikan isi pesan pembelajaran itu sendiri. Demi kelancaran dan pencapaian tujuan yang diinginkan, tentu saja pemanfaatan teknologi yang ada harus diimbangi dengan pengetahuan pelaku pendidikan terhadap teknologi tersebut.


(18)

2

Proses pembelajaran yang berlangsung di SMP saat ini sebagian besar masih belum menerapkan IPTEK sebagai kesatuan pembelajaran, dimana ilmu pengetahuan dan teknologi seharusnya dapat secara seimbang digunakan di dalam kelas. Umumnya pembelajaran di SMP/MTs hanya menggunakan buku dan papan tulis sebagai media dalam penyampaian pembelajarannya. Aktivitas belajar siswa lebih banyak pada kegiatan mendengarkan penjelasan guru dan mencatat saat pembelajaran

berlangsung. Aktivitas tersebut dapat menimbulkan kejenuhan bagi siswa, untuk itu perlu adanya pemanfaatan teknologi dalam melakukan

pembelajaran yaitu dengan menggunakan modul intraktif berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai sarana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir siswa yang berguna untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Modul intraktif berbasis TIK sangat baik digunakan untuk pembelajaran di SMP/MTs terutama pada Pembelajaran IPA Fisikanya, dimana siswa tidak hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan dari guru, siswa juga dapat mengamati, menganalisis, dan mengkomunikasikan hasil belajarnya. Hal tersebut dikarenakan pada modul interaktif berbasis TIK merupakan sumber belajar yang sudah memiliki kesediaan yang beraneka ragam seperti media audio-visual contoh video dan film serta media berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Siswa dapat mengamati fenomena-fenomena fisika terkait dalam kehidupan sehari-hari melalui modul interaktif berbasis TIK.


(19)

3 Selain itu Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berperan sebagai media yang dapat menyajian pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan sehingga memudahkan siswa mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Ketertarikan dan respon siswa akan kegunaan TIK sebagai media pembelajaran dapat memberikan dampak besar terhadap keberhasilan belajar siswa.

Modul interaktif berbasis TIK dapat menjadi solusi keterbatasan sumber belajar bagi siswa. Modul interaktif berbasis TIK merupakan format sajian sumber pembelajaran bagi siswa yang dalam penyampaian materinya disajikan dengan memadukan teks, gambar, animasi, dan audio, serta terdapat soal uji kompetensi untuk menguji sebatasmana pemahaman siswa. Berdasarkan hasil observasi di SMP Muhammadiyah 1 Gadingrejo diperoleh fakta bahwa sebanyak 66,67% hasil yang diperoleh dari analisis angket kebutuhan guru dan 58,21% yang diperoleh dari analisis angket kebutuhan siswa, dari kedua data tersebut dapat dikatakan bahwa pada SMP Muhammadiyah 1 Gadingrejo perlu dikembangkan Modul Interaktif materi Pembiasan Cahaya dengan Setrategi Inkuiri dimana dapat dikatakan memenuhi apabila persentase penilaian melebihi 50% dari hasil yang telah deperoleh. Selain itu, pada SMP tersebut mempunyai fasilitas yang

memadai seperti ketersedian Laboratorium Komputer, Laboratorium IPA, dan LCD yang dapat digunakan untuk pembelajaran IPA Fisika terutama pada materi Pembiasan Cahaya. Ketertariakan siswa terhadap


(20)

4 sebanyak 16 dari 20 siswa merasa tertarik dengan pembelajaran berbasis IT.

Dengan demikian, dari hasil data yang telah diperoleh dapat dikatakan bahwa, pembelajaran dengan menggunakan modul interaktif berbasis TIK pada materi Pembisan Cahaya dengan Setrategi Inkuiri dapat

dikembangkan di SMP Muhammadiyah 1 Gadingrejo. Selain itu, pembelajaran dengan menggunakan modul interaktif berbasis TIK pada materi Pembisan Cahaya dengan Setrategi Inkuiri diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara lebih optimal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah bentuk Modul Interaktif berbasis TIK Materi Pembiasan Cahaya dengan Strategi Inkuiri?

2. Apakah Modul Interaktif berbasis TIK Materi Pembiasan Cahaya dengan Strategi Inkuiri di SMP Muhammadiyah 1 Gadingrejo yang dikembangkan efisien sebagai suatu sumber belajar?

3. Apakah Modul Interaktif berbasis TIK Materi Pembiasan Cahaya dengan Strategi Inkuiri di SMP Muhammadiyah 1 Gadingrejo yang dikembangkan efektif sebagai suatu sumber belajar?


(21)

5 C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Membuat Modul Interaktif berbasis TIK Materi Pembiasan Cahaya

dengan Strategi Inkuiri

2. Mengungkapkan keefisienan Modul Interaktif berbasis TIK Materi Pembiasan Cahaya dengan Strategi Inkuiri di SMP Muhammadiyah 1 Gadingrejo yang dikembangkan sebagai suatu sumber belajar.

3. Mengungkap keefektifan Modul Interaktif berbasis TIK Materi Pembiasan Cahaya dengan Strategi Inkuiri di SMP Muhammadiyah 1 Gadingrejo yang dikembangkan sebagai suatu sumber belajar.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian pengembangan ini diantaranya:

1. Memberikan alternatif pemecahan masalah dalam kurangnya media pembelajaran di SMP Muhammadiyah 1 Gadingrejo dalam

mempelajari konsep Pembiasan Cahaya terutama pada submateri Pembentukan Bayangan pada Lensa sehingga dapat diperoleh sifat-sifat bayangan yang terbentuk berdasarkan Hukum Snellius.

2. Menyediakan alternatif/pilihan sumber belajar yang efisien bagi siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan pengalaman serta

meningkatkan motivasi untuk terus belajar, baik secara mandiri maupun berkelompok.


(22)

6 3. Menyediakan alternatif/pilihan sumber belajar yang dapat

meningkatkan efektivitas dalam pembelajaran fisika pada meteri pembiasan cahaya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari berbagai macam perbedaan penafsiran tentang penelitian ini maka diberikan batasan sebagai berikut:

1. Pengembangan adalah proses menerjemahkan spesifikasi desain ke dalam suatu wujud fisik tertentu.

2. Pengembangan yang dimaksud adalah pembuatan Modul Interaktif dengan berbasiskan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) serta dengan menggunakan Strategi Inkuiri.

3. Materi yang disajikan dalam modul ini adalah materi pembiasan cahaya terutama pada submateri pembentukan bayangan pada lensa SMP yang disesuaikan dengan standar isi dari BSNP dan alur penyajian disesuaikan dengan strategi Inkuiri terbimbing.

4. Program yang digunakan dalam penelitian ini adalah Microsoft Office Power Point 2007, Macromedia Flash 8, Photoshop CS4, Pinnacle Studio 12, Format Factory, dan iSpring Pro.

5. Keefektifan dan keefisienan Modul Interaktif Materi Pembiasan Cahaya dengan Strategi Inkuiri yang dibuat dapat dilihat dari hasil tes dan kuisioner.

6. Uji keefisienan mencakup uji kemenarikan, uji kemudahan, dan uji kemanfaatan


(23)

II TINJAUAN PUSTAKA

A. Modul

Istilah modul dipinjam dari dunia teknologi, yaitu alat ukur yang

merupakan satu kesatuan program yang dapat mengukur tujuan. Menurut Purwanto (2007: 9), modul ialah bahan belajar yang dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum tertentu dan dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil dan memungkinkan dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu. Selanjutnya, pengertian modul juga

dikemukakan oleh Suprawoto (2009: 2) sebagai berikut:

Modul adalah sarana pembelajaran dalam bentuk tertulis/cetak yang disusun secara sistematis, memuat materi pembelajaran, metode, tujuan pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar atau indikator pencapaian kompetensi, petunjuk kegiatan belajar mandiri (self instructional), dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menguji diri sendiri melalui latihan yang disajikan dalam modul tersebut.

Sementara itu, dalam sebuah modul menurut Sanjaya (2009: 156), minimal berisi tentang:

1. Tujuan yang harus dicapai, yang biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku yang spesifik sehingga keberhasilannya dapat diukur.

2. Petunjuk penggunaan, yakni petunjuk bagaimana siswa mempelajari modul.

3. Kegiatan belajar, berisi tentang materi yang harus dipelajari oleh siswa.

4. Rangkuman materi, yakni garis-garis besar materi pelajaran. 5. Tugas dan latihan.


(24)

8 6. Sumber bacaan, yakni buku-buku bacaan yang harus dipelajari

untuk mempelajari untuk memperdalam dan memperkaya wawasan.

7. Item-item tes, soal-soal yang harus dijawab untuk melihat keberhasilan siswa dalam penguasaan materi pelajaran. 8. Kriteria keberhasilan, yakni rambu-rambu keberhasilan siswa

dalam mempelajari modul. 9. Kunci jawaban.

Kutipan di atas merupakan penjelasan dari isi modul dalam bentuk cetakan. Berdasarkan kutipan di atas, modul adalah media instruksional yang dibuat dengan tujuan siswa dapat belajar mandiri sesuai dengan kecepatan masing-masing, tanpa terikat oleh waktu, tempat, dan hal-hal lain di luar dirinya sendiri.

Modul memiliki manfaat bagi pelaku pendidikan, yaitu peserta didik dan pendidik. Manfaat modul ini bagi peserta didik, yaitu: 1. peserta didik memiliki kesempatan melatih diri belajar secara

mandiri,

2. belajar menjadi lebih menarik karena dapat dipelajari di luar kelas dan di luar jam pembelajaran,

3. berkesempatan mengekspresikan cara-cara belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya,

4. berkesempatan menguji kemampuan diri sendiri dengan mengerjakan latihan yang disajikan dalam modul, 5. mampu membelajarkan diri sendiri,

6. mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya. Sedangkan, bagi pendidik penyusunan modul ini berguna untuk: 1. mengurangi ketergantungan terhadap ketersediaan buku teks, 2. memperluas wawasan karena disusun dengan menggunakan

berbagai referensi,

3. menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman dalam menulis bahan ajar,

4. membangun komunikasi yang efektif antara dirinya dengan peserta didik karena pembelajaran tidak harus berjalan secara tatap muka,

5. menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku/multimedia dan diterbitkan. Suprawoto (2009: 2)


(25)

9 Keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran dengan penerapan modul menurut Santyasa (2009: 11), sebagai berikut:

1. Meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan.

2. Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar, pada modul yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul yang mana mereka belum berhasil.

3. Siswa mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya. 4. Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester. 5. Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun

menurut jenjang akademik.

Berdasarkan kutipan menurut Suprawoto dan Santyasa di atas dapat disimpulkan bahwa modul bermanfaat bagi peserta didik yaitu peserta didik mengembangkan kemampuannya dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lain sesuai dengan kemampuannya. Sedangkan, bagi pendidik yaitu menambah wawasan dan memudahkan dalam mengevaluasi hasil belajar peserta didik.

B. Pembelajaran Interaktif

Pembelajaran interaktif adalah pembelajaran dimana didalamnya terjadi interaksi baik antara siswa dan guru ataupun siswa dan media/sumber belajar yang digunakan untuk mencapai indikator pembelajaran. Definisi tersebut didukung oleh pendapat Munir dan Sanjaya, seperti kutipan dibawah ini.


(26)

10 Sesuai pendapat Munir (2009: 88), yang mendefinisikan pembelajaran interaktif sebagai berikut:

dalam proses pembelajaran interaktif, terjadi beberapa bentuk komunikasi, yaitu satu arah (one ways communication), dua arah (two ways communication), dan banyak arah (multy ways

communication) berlangsung antara pengajar dan pembelajar. Pengajar menyampaikan materi pembelajaran dan pembelajar memberikan tanggapan (respon) terhadap materinya. Dalam pembelajaran interaktif pengajar berperan sebagai materi, menerima umpan balik dari pembelajar, dan memeberikan penguatan (reinforcement) terhadap hasil belajar yang dicapai pembelajar.

Selanjutnya, definisi pembelajaran interaktif juga dikemukakan oleh Sanjaya (2009: 172), sebagai berikut:

prinsip interaktif mengandung makna, bahwa mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan pengetahuan dari guru ke siswa; akan tetapi mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

Adapun bahan ajar interaktif menurut Guidelines for Bibliographic Description of Interactive Multimedia, p. 1 dijelaskan oleh Majid (2007: 181) sebagai berikut:

Multimedia interaktif adalah kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi dan video) yang oleh

penggunanya dimanipulasi untuk mengendalikan perintah dan atau perilaku alami dari suatu presentasi.

Bahan ajar interaktif dalam menyiapkannya diperlukan

pengetahuan dan keterampilan pendukung yang memadai terutama dalam mengoperasikan peralatan seperti komputer, kamera video, dan kamera foto. Bahan ajar interaktif biasanya disajikan dalam bentuk compact disk (CD).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa multimedia pembelajaran interaktif adalah media yang berisi kombinasi


(27)

11 dua atau lebih media yang dimanipulasi untuk mengendalikan perintah dan atau perilaku alami dari suatu presentasi juga dapat dilakukan dengan beberapa arah.

C. Modul Interaktif

Berdasarkan uraian di atas mengenai modul dan pembelajaran interaktif, maka modul interaktif dapat didefinisikan sebagai sebuah multimedia yang berupa kombinasi dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi dan video) yang disajikan dalam bentuk compact disk (CD) dan terjadi interaksi (hubungan timbal balik/komunikasi dua arah atau lebih) antara media dan penggunanya. Seperti halnya modul dalam bentuk cetakan, modul non cetakan ini bertujuan agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuannya dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lain sesuai dengan kemampuannya secara mandiri.

Perkembangan dan pemamfaatkan kemajuan ICT khususnya pada penggunaan teknologi komputer, pembuatan bahan ajar dapat dibuat menjadi program interaktif karena gambar dan pesan dapat ditampilkan melalui tombol komputer (Miarso, 2009 : 490). Selanjutnya, keunggulan modul interaktif juga dikemukakan oleh Pradirawilaga (1994; 42), sebagai berikut:

Keunggulan pembelajaran berbasis komputer adalah dapat bersifat tutorial dimana pembelajaran dapat diberikan latihan dan pengulangan, permainan dan simulasi.

Keterangan di atas dapat dipahami bahwa bahan ajar cetak dapat dikembangkan menjadi program interaktif termasuk membuat modul


(28)

12 interaktif berbasis komputer. Dikatakan interaktif karena pengguna akan mengalami interaksi dan bersikap aktif misal aktif memperhatikan gambar, memperhatikan tulisan yang bervariasi warna atau bergerak, suara, animasi bahkan video dan film.

D. Strategi Pembelajaran Inkuiri (Inquiry) 1. Pengertian Inkuiri

Inquiry berasal dari kata “to inquire” yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan

melakukan penyelidikan. Pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berfikir) terkait dengan proses-proses berfikir reflektif. Jika berfikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk membangun kemampuan itu.

Berikut merupakan pengertian dari pembelajaran inkuiri menurut Hosnan (2014: 341), sebagai berikut:

pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses mencari dan menemukan sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawabantara pendidik dan peserta didik. Selanjutnya, definisi pengertian inkuiri juga dikemukakan oleh Suyanti (2010: 43), sebagai berikut:

inkuiri merupakan proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk


(29)

13 mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan bertanya dan mencari tahu.

Berdasarkan kutipan menurut Hosnan dan Suyanti di atas dapat dipahami bahwa pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk

memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan bertanya dan mencari informasi sendiri.

2. Ciri-ciri Pembelajaran Inkuiri

Dalam suatu strategi pembelajaran tentunya terdapat ciri-ciri yang membadakan antara strategi pembelajaran satu dengan yang lain. Tidak halnya dengan strategi pembelajaran inkuri, dimana dalam strategi pembelajaran ini mempunyai beberapa ciri-ciri tertentu.

Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri menurut Suryani (2012: 119) sebagai berikut:

a. Strategi inkuri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai objek belajar. Dalam proses pembelajaran, peserta didik tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan utuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

b. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari suatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self-belief). Artinya dalam pendekatan inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.


(30)

14 c. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah

mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, kan tetapi bagai mana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

Selanjutnya ciri utama strategi pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Hosnan (2014: 341) sebagai berikut:

a. Pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya, pembelajaran inkuiri menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar.

b. Seluruh aktivitas dilakukan oleh peserta didik diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).

c. Tujuan dari penggunaan pembelajaran inkuiri adalah

mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dipahami bahwa

pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang

dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri dengan tujuan mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.

3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Inkuiri

Selain mempunyai ciri-ciri seperti yang telah dijabarkan di atas, strategi pembelajaran tentunya harus mempunyai prinsip-prinsip dasar dari pembelajaran itu sendiri. Seperti pada startegi pembelajaran inkuiri yang mempunyai beberapa prinsip dasar diantaranya sebagai berikut:


(31)

15 Penggunaan strategi pembelajaran inkuiri memiliki beberapa prinsip, antara lain yang dijelaskan oleh Hosnan (2014: 341) sebagai berikut:

a. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual

Tujuan utama dari pembelajaran inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar, juga berorientasi pada proses belajar. b. Prinsip Interaksi

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara peserta didik maupun interaksi peserta didik dengan pendidik, bahkan interaksi antar peserta didik dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan pendidik bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. c. Prinsip Bertanya

Peran pendidik yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi ini adalah pendidik sebagai penanya, sebab kemampuan peserta didik untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari peroses berpikir. Karena itu, kemampuan pendidik untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan.

d. Prinsip Belajar untuk Berpikir

Bejar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, melainkan belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yaitu proses mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajarn berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. e. Prinsip Keterbukaan

Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas pendidik adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

Selanjutnya, menurut Suyanti (2010: 45), mengemukakan prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran inkuiri sebagai berikut:

a. Berorientasi pada pengembangan intelektual

Tujuan utama dari pembelajaran inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir dan berorientasi pada proses belajar. b. Prinsip Interaksi

Proses pembelajaran merupakan proses interaksi antara siswa dengan guru dimana guru berperan sebagai pengatur lingkungan dan pengatur interaksi belajar.


(32)

16 c. Prinsip bertanya

Guru juga berperan sebagai penanya karena kemampuan siswa untuk bertanya pada dasarnya sudah merupakan bagian dari proses belajar.

d. Prinsip belajar untuk berpikir

Belajar merupakan proses berpikir yakni proses

mengembangkan potensi seluruh otak secara maksimal. e. Prinsip keterbukaan

Belajar adalah suatu proses untuk mencoba sebagai

kemungkinan. Untuk itu hendaknya siswa diberikan kebebasan untuk mencoba sesuatu sesuai dengan perkembangan

kemampuan logika dan malarnya.

Berdasarkan uraian prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Hosnan dan Suyanti di atas dapat dipahami bahwa prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran inkuiri meliputi 5 komponen utama yaitu 1) Berorientasi pada pengembangan intelektual, 2) Prinsip Interaksi, 3) Prinsip bertanya, 4) Prinsip belajar untuk berpikir, dan 5) Perinsip keterbukaan, dimana dari semua komponen tersebut harus terdapat pada pelaksanaan pembelajaran inkuiri.

4. Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri

Dalam proses pembelajaran melalui kegiatan inkuiri siswa perlu

dimotivasi untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan inkuiri atau keterampilan proses sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan sikap ilmiah seperti menghargai gagasan orang lain, terbuka terhadap gagasan baru, berpikir kritis, jujur, dan kreatif.


(33)

17 Berdasarkan yang disampaikan oleh Hosnan (2014: 342), secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini, pendidik mengondisikan agar peserta didik siap melaksakan proses pembelajaran. Pendidik merangsang dan mengajak peserta didik untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan strategi ini sangat tergantung pada kemampuan peserta didik untuk beraktivitas menggunakan kemampuanya dalam memecahkan masalah, tanpa kemauan dan kemampuan itu tak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar.

b. Merumuskan Masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa peserta didik pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang peserta didik untuk berpikir memecahkan teka-teki itu.

Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan peserta didik didorong untuk mencari jawaban yang tepat.Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam

pembelajaran inkuiri. Oleh sebab itu, melalui proses tersebut, peserta didik akan memperolehpengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

c. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis.

d. Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses mengumpulkan data tidak hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, tetapi membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Karena itu, peran dan tugas pendidik dalam tahap ini adalah mengajukan


(34)

18 pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong peserta didik untuk bepikir mencari informasi yang dibutuhkan.

e. Menguji Hipotesis

Menguji Hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Dalam menguji hipotesis, yang terpenting adalah mencari tingkat keyakinan peserta didik atas jawaban yang diberikan. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.

Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, tetapi harus didukaung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

f. Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, karena banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus pada masalah yang hendakdipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya pendidik mampu menunjukan pada peserta didik data mana yang relevan. Sementara itu, Sanjaya (2009: 202) juga menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

a. Orientasi

Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif.

Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah: 1) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang

diharapkan dapat dicapai oleh siswa

2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini

dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.

3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.

b. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Teka-teki dalam merumuskan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan


(35)

19 memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

c. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis pada siswa adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk merumuskan jawaban sementara atau berbagai perkiraan kemungkinan jawaban.

d. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. e. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban bukan hanya berdasarkan argumentasi tetapi didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

f. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan. Berdasarkan kutipan menurut Hosnan dan Sanjaya di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum proses pembelajaran dengan

menggunakan strategi pembelajaran inkuiri mengikuti enam langkah yaitu 1) orientasi, 2) merumuskan masalah, 3) merumuskan hipotesis, 4)

mengumpulkan data, 5) menguji hipotesis, dan 6) merumuskan

kesimpulan, dimana dari keenam langkah tersebut saling mempengaruhi satu dengan yang lain sehingga tidak dapat terpisahkan.


(36)

20 5. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Inkuiri

Pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang banyak dianjurkan, ditinjau dari keunggulan yang ada pada strategi pembelajaran inkuiri ini ada beberapa keunggulan yang dapat kita peroleh dari pelaksanaan strategi pembelajaran inkuiri.

Strategi inkuiri memiliki beberapa keunggulan, di antaranya seperti yang disampaikan Hosnan (2014: 344)sebagai berikut:

a. Pembelajaran inkuiri menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran inkuiri ini dianggap lebih bermakna. b. Pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada peserta

didik untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. c. Inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan

perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah lakuberkat adanya pengalaman.

d. Pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan peserta didik yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata. Artinya, peserta didik yang mempunyai kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh peserta didik yang lemah dalam belajar. Selanjutnya, keunggulan dari strategi inkuiri juga disampaikan Suyanti (2010: 50) sebagai berikut:

a. Dianggap membantu siswa mengembangkan atau

memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa.

b. Strategi penemuan membangkitkan gairah siswa

c. Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuan.

d. Siswa dapat mengarahkan sendiri cara belajarnya. e. Membantu memperkuat pribadi siswa

f. Strategi berpusat pada anak

g. Membantu perkembangan siswa menuju skeptisisme yang sehat dan menemukan kebenaran akhir dan mutlak.


(37)

21 Berdasarkan uraian keunggulan strategi pembelajaran inkuiri yang

dikemukakan Hosnan dan Suyanti di atas dapat dipahami bahwa

pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang sangat baik digunakan untuk siswa dalam proses memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan bertanya dan mencari tahu. Selain itu dengan menggunakan strategi ini, tanpa disadari kegiatan belajar yang dilakukan siswa dapat memperkuat pribadi siswa dan membantu perkembangan siswa menuju skeptisisme yang sehat dan menemukan kebenaran akhir dan mutlak.

Disamping mempunyai keunggulan, pembelajran inkuiri juga mempunyai kelemahan, di antaranya sebagai berikut:

Strategi inkuiri juga mepunyai beberapa kelemahan diantaranya seperti yang disampaikan Hosnan (2014: 344) sebagai berikut:

a. Jika strategi ini digunakan dalam pembelajaran, aka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan peserta didik.

b. Pembelajaran inkuiri sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan peserta didik dalam belajar. c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan

waktu yang panjang sehingga sering pendidik sulit menyesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan. d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh

kemampuan peserta didik menguasai materi pelajaran, maka pembelajaran inkuiri ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap pendidik.


(38)

22 Selanjutnya, kelemahan dari strategi inkuiri juga dikemukakan oleh

Suyanti (2010: 51), sebagai berikut:

a. Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini.

b. Metode ini kurang berhasil untuk mengajar di kelas besar. c. Harapan yang ditimpahkan pada strategi ini mungkin

mengecewakan guru dan siswa yang sudah terbiasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional.

d. Metode ini dianggap terlalu mementingkan perolehan pengertian dan kurang diperhatikan prolehnya sikap dan keterampilan.

e. Fasilitas untuk memperoleh ide-ide mungkin belum lengkap. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Hosnan dan Suyanti di atas dapat dipahami bahwa selain banyaknya keunggulan yang diperoleh dari menggunakan strategi pembelajran inkuiri, terdapat pula kelemahan yang perlu diperhatikan dalam pembelajran ini seperti kesiapan guru dan siswa dalam menerapkannya, cakupan kegiatan yang tidak terorganisir dengan baik untuk kelas yang besar, serta terkadang kurangnya fasilitas untuk menerapkan strategi pembelajran ini, dengan demikian untuk mensiasati kekurangan ini dibutuhkan inovasi-inovasi pembelajaran baik yang dilakukan oleh guru maupun siswa serta fasilitas yang dapat diterapkan pada strategi pembelajaran inkuiri ini.


(39)

III METODE PENELITIAN

A. Setting Pengembangan

Metode penelitian ini yaitu research and development atau penelitian pengembangan. Pengembangan yang dilakukan adalah pembuatan media instruksional berupa Modul Interaktif. Sasaran pengembangan program berupa materi pembiasan cahaya untuk SMP. Subjek evaluasi terdiri atas ahli bidang isi atau materi, ahli media/desain pembelajaran instruksional, dan uji satu lawan satu. Uji ahli materi dilakukan oleh ahli bidang isi materi untuk

mengevaluasi isi materi pembelajaran pada modul dan ahli media/desain yang merupakan seorang master dalam bidang teknologi pendidikan yang akan mengevaluasi desain dalam modul. Uji satu lawan satu diambil sampel penelitian yaitu 3 orang siswa SMP yang dapat mewakili populasi target. Selanjutnya, uji coba produk dikenakan kepada siswa SMP berjumlah 29 siswa yang belum pernah mendapat materi pembiasan cahaya, disebut juga uji

lapangan.

B. Prosedur Pengembangan

Desain penelitian yang digunakan yaitu memodifikasi proses pengembangan media instruksional oleh Sadiman, dkk.(2008: 39). Prosedur penelitian meliputi


(40)

24 11 tahapan. Bagan arus proses pengembangan media instruksional seperti pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Bagan Arus (Stream Chart): Proses Pengembangan Media Instruksional. Sumber: Sadiman, dkk.(2008).

1. Analisis Kebutuhan

Dalam proses belajar mengajar yang dimaksud dengan kebutuhan adalah kesenjangan antara kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang kita inginkan dengan kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang mereka miliki sekarang. Sebagai perancang program media kita harus dapat mengetahui pengetahuan atau keterampilan awal siswa. Penjelasan yang dimaksud adalah pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki siswa sebelum ia mengikuti kegiatan instruksional.

Analisis kebutuhan penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 1 Gadingrejo dengan cara observasi berupa pemberian angket kebutuhan

Analisis Kebutuhan

(Masalah)

Tujuan

Pokok Materi

Treatment Naskah Awal Produksi Prototipe Evaluasi

Revisi Naskah Akhir

Uji Coba

Program Final


(41)

25 guru dan siswa mengenai metode pembelajaran dan ketersediaan sarana yang mendukung penelitian pengembangan ini.

2. Tujuan

Tujuan dirumuskan berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang dilakukan melalui angket analisis kemampuan guru dan siswa serta hasil wawancara terhadap guru bidang studi terkait.

3. Pokok Materi

Materi pokok yang disusun adalah materi pembiasan cahaya terutama pada submateri pembentukan bayangan pada lensa SMP yang disesuaikan dengan standar isi dari BSNP dan alur penyajian disesuaikan dengan strategi Inkuiri. Materi dikutip dari berbagai sumber, seperti Buku Siswa dan Fisika Edisi Kelima. Materi ini disusun berdasarkan Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, indikator pembelajaran, dan tujuan pembelajaran. Penyajian materi dalam modul ini terbagi menjadi dua, yaitu materi teks yang disajikan dengan menggunakan program Microsoft Office Power Point 2007 dan video dapat dilihat dengan menggunakan program Media Player.

4. Treatment

Treatment adalah uraian yang menggambarkan alur penyajian program yang dikembangkan. Dengan membaca treatment akan didapatkan


(42)

26 percakapan yang akan menyertai gambar yang terdapat pada modul

interaktif yang dibuat. 5. Naskah Awal

Naskah awal pembelajaran berisi materi yang hendak disajikan dalam media pembelajaran yang akan dibuat. Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. menentukan indikator dan tujuan pembelajaran, b. menentukan garis-garis besar isi media,

c. membuat jabaran teks materi yang akan ditampilkan pada media, d. membuat sinopsis.

Berdasarkan naskah awal yang telah dibuat maka naskah siap diproduksi.

6. Produksi Prototipe

Kegiatan produksi ini terbagi menjadi beberapa kegiatan yang dilakukan secara bersamaan. Kegiatan pertama yaitu produksi sajian teks materi yang diolah menggunakan program Microsoft Office Power Point 2007,

Macromedia Flash 8, Quiz Creator, Adobe Audition, dan Corel Draw. Kegiatan kedua yaitu produksi video praktikum yang memiliki tiga kelompok personil yang terlibat, yaitu sutradara atau pemimpin produksi, kerabat kerja, dan pemain. Ketiga kelompok personil itu mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda namun semuanya menuju satu tujuan yaitu menghasilkan program media yang mempunyai mutu teknis yang


(43)

27 baik. Program produksi media memiliki tingkat kerumitan yang berbeda antara media yang satu dengan yang lainnya.

7. Evaluasi

Kegiatan evaluasi dalam program pengembangan modul interaktif dititik beratkan pada kegiatan evaluasi formatif yang bertujuan untuk

mengevaluasi kesesuaian materi yang disajikan dengan kompetensi inti kurikulum 2013, kesesuaian lay out dan komponen isi modul interaktif sebagai sumber belajar.

Terdapat tiga kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, yaitu: a. Uji Ahli Materi

Uji ahli materi merupakan evaluasi formatif 1 bertujuan untuk mengevaluasi kelengkapan materi, kebenaran materi, sistematika materi, dan berbagai hal yang berkaitan dengan materi seperti contoh-contoh dan fenomena serta pengembangan soal-soal latihan.

Prosedur evaluasi formatif 1 menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menentukan indikator penilaian yang akan digunakan untuk menilai prototipe 1 yang telah dibuat.

2) Menyusun instrumen evaluasi formatif 1 berdasarkan indikator penilaian yang telah ditentukan.

3) Melaksanakan evaluasi formatif 1 yang dilakukan oleh ahli isi materi yang digunakan.


(44)

28 4) Melakukan analisis terhadap hasil evaluasi untuk mendapatkan

materi pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan.

5) Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan analisis hasil evaluasi formatif 1.

6) Mengkonsultasikan hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki kepada pembimbing.

Prototipe 1 disempurnakan sesuai rekomendasi perbaikan yang diperoleh dari ahli isi materi. Hasil perbaikan ini akan diperoleh prototipe 2.

b. Uji Ahli Desain Media Pembelajaran

Uji ahli desain merupakan evaluasi formatif 2. Evaluasi ini dilakukan oleh ahli desain media instruksional atau pembelajaran yang

merupakan seorang master dalam bidang teknologi pendidikan. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui ketepatan standar minimal yang diterapkan dalam penyusunan modul interaktif dan juga untuk mengetahui kemenarikan dan efektivitasan visual siswa atau pengguna modul interaktif.

Prosedur evaluasi formatif 2 menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menentukan indikator penilaian yang digunakan untuk menilai prototipe 2 yang telah dibuat.


(45)

29 2) Menyusun instrumen evaluasi formatif 2 berdasarkan indikator

penilian yang telah ditentukan.

3) Melaksanakan evaluasi formatif 2 yang dilakukan oleh ahli desain media pembelajaran, dalam hal ini dosen teknologi pendidikan. 4) Melakukan analisis terhadap hasil evaluasi formatif 2 untuk

memperoleh desain paket pembelajaran yang lebih baik.

5) Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan hasil evaluasi formatif 2.

6) Mengkonsultasikan hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki kepada pembimbing.

c. Uji Satu Lawan Satu

Pada evaluasi ini dipilih tiga siswa atau lebih yang dapat mewakili populasi target dari media yang dibuat. Menyajikan media tersebut kepada mereka secara individual. Kalau media itu didesain untuk belajar mandiri, biarkan siswa mempelajarinya. Ketiga orang siswa yang telah dipilih tersebut, hendaknya satu orang dari populasi target. Prosedur pelaksanaanya sebagai berikut.

1) Menjelaskan kepada siswa tentang media baru yang dirancang dan ingin mengetahui bagaimana reaksi siswa terhadap media yang sedang dibuat.

2) Mengusahakan agar siswa bersikap rileks dan bebas mengemukakan pendapatnya tentang media tersebut.


(46)

30 3) Memberikan instrumen uji satu lawan satu yang berisi tentang

komponen media yang dibuat.

4) Mencatat waktu yang diperlukan siswa untuk mempelajari materi dalam media tersebut.

5) Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan hasil uji satu lawan satu.

6) Mengkonsultasikan hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki kepada pembimbing.

8. Revisi

Setelah melakukan evaluasi berupa uji ahli materi, uji ahli desain pembelajaran, dan uji satu lawan satu maka hasil produksi dikenakan perbaikan atau revisi.

9. Naskah Akhir

Berdasarkan hasil dari evaluasi dan dilakukan revisi naskah awal pengembangan maka naskah awal menjadi naskah akhir yang siap diproduksi kembali untuk dilakukan sebelum kemudian dilakukan uji produk.

10. Uji Coba

Pada tahap ini, uji coba produk yang dilakukan yaitu uji lapangan. Uji lapangan adalah tahap akhir dari evaluasi formatif perlu dilakukan. Uji lapangan ini dikenakan kepada siswa yang belum pernah mendapatkan materi pembiasan cahaya dan berjumlah 29 orang siswa dengan berbagai


(47)

31 karakteristik (tingkat kepandaian, latar belakang, jenis kelamin, kemajuan belajar, dan sebagainya) sesuai dengan karakteristik populasi sasaran. Uji coba dilakukan pada siswa SMP kelas VIII karena siswa SMP kelas IX telah mendapatkan materi tersebut sebelumnya pada kelas VIII semester genap. Hal ini bertujuan agar produk yang dikembangkan benar-benar teruji keefektifan dan keefisienannya.

Prosedur pelaksanaannya sebagai berikut.

a. Menjelaskan bahwa media ini berada pada tahap formatif dan memerlukan umpan balik untuk menyempurnakannya.

b. Melaksanakan pembelajaran secara konvensional. Isi pembelajaran yang disampaikan minimal tujuan pembelajaran yang ada pada media yang dikembangkan.

c. Memberikan penugasan di rumah untuk mempelajari modul interaktif yang dikembangkan di akhir pembelajaran.

d. Memberikan tes untuk mengetahui tingkat tujuan yang dapat tercapai. e. Membagikan kuesioner dan meminta siswa mengisinya. Kuesioner

yang dibagikan yaitu untuk mengetahui keefisienan dan keefektifan media sebagai sumber belajar.

f. Menganalisis hasil uji lapangan untuk melihat kekurangan dan kelebihan modul interaktif yang digunakan.

Keefektifan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keberhasilan siswa memperoleh nilai KKM yang ditetapkan oleh sekolah setelah


(48)

32 menggunakan modul interaktif telah tuntas KKM, maka modul interaktif dapat dikatakan efektif sebagai sumber belajar.

Untuk menentukan keefisienan modul, siswa diberi angket. Rumus yang digunakan untuk menentukan keefisienan modul adalah:

�= �=1��

Keterangan:

�� = �� �ℎ �4

x = rata-rata akhir

x = nilai keefisienan angket tiap siswa n = banyaknya skor rata-rata

Untuk kriteria penilaian akhir modul uji keefisienan dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Skor keefisienan modul

Kriteria

Kemenarikan Kemudahan Kemanfaatan 1,01 - 1,75 Kurang

menarik

Kurang mudah

Kurang bermanfaat 1,76 - 2,50 Cukup

menarik

Cukup mudah

Cukup bermanfaat 2,51 - 3,25 Menarik Mudah Bermanfaat 3,26 - 4,00 Sangat

menarik

Sangat mudah

Sangat bermanfaat Tabel 3.1. Kriteria Penilaian Akhir Modul Uji Keefisienan Sumber: Suyanto (2009: 19)


(49)

33 11. Program Final

Setelah tahap demi tahap dilalui maka diperoleh produk akhir dari pengembangan berupa modul interaktif yang efektif sebagai sumber belajar.


(50)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan penelitian pengembangan ini adalah:

1. Penelitian ini menghasilkan produk Modul Interaktif berbasis TIK Materi Pembiasan Cahaya dengan Strategi Inkuiri untuk siswa kelas VIII SMP. 2. Modul Interaktif berbasis TIK Materi Pembiasan Cahaya dengan Strategi

Inkuiri memiliki kriteria: menarik sebagai suatu sumber belajar dengan rerata skor 3,10 (skor maksimum = 4,00), mudah digunakan sebagai suatu sumber belajar dengan rerata skor 3,07 (skor maksimum = 4,00), dan bermanfaat sebagai suatu sumber belajar dengan rerata skor 3,07 (skor maksimum = 4,00).

3. Modul Interaktif berbasis TIK Materi Pembiasan Cahaya dengan Strategi Inkuiri yang dikembangkan efektif sebagai suatu sumber belajar

berdasarkan perolehan hasil belajar siswa yang mencapai nilai rata-rata 75,71 dengan persentase kelulusan sebesar 82,76 % yang mewakili 24 siswa dari 29 siswa keseluruhan.


(51)

51 B. Saran

Saran dari penelitian pengembangan ini adalah:

1. Bagi guru maupun siswa supaya dapat membaca dan memahami dengan seksama setiap petunjuk yang disajikan dalam modul interaktif ini agar isi modul interaktif tersampaikan secara keseluruhan.

2. Modul interaktif ini dapat digunakan baik secara mandiri, maupun kelompok, karena desain dan isi/materi pembelajaran di dalamnya layak dan sesuai dengan teori sehingga menarik, mudah digunakan, sangat bermanfaat, dan efektif digunakan sebagai suatu sumber belajar. 3. Penelitian pengembangan ini baru dilaksanakan pada kelompok skala

kecil, hendaknya dilakukan penelitian lanjutan pada kelompok skala besar guna mengetahui kelayakan produk ini untuk diterapkan pada kelompok skala besar.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, D. C. 1999.Fisika Edisi Kelima Jilid 2.Jakarta: Erlangga

Hosnan, M. 2014.Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.Bogor: Ghalia Indonesia

Majid, A. 2007.Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan SK Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Miarso, Y. 2009.Menyemai Benih Pendidikan. Jakarta: Kencana

Munir. 2009.Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.Bandung: Alfabeta.

Prawiradilaga. 1994.Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana

Purwanto, A. R. dan Lasmono, S. 2007.Pengembangan Modul.Jakarta: Depdiknas Sadiman, A. S., Raharjo, R., Rahardjito, dan Anung, H. 2008.Media Pendidikan

Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, W. 2009.Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran.Jakarta: Prenada Media Group.

Santyasa, I. W. 2009.Model Pembelajaran Inovatif Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (Makalah).IKIP Negeri Sisingamangaraja.

Sularno. 2012. Pengembangan Multimedia Interaktif pada Materi Fluida Statis SMA. Skripsi. Bandar Lampung: Unila (Tidak Diterbitkan).

Suprawoto, N. A. 2009.Mengembangkan Bahan Ajar dengan Menyusun Modul. Online. http://www.scribd.com/doc/16554502/Mengembangkan-Bahan-Ajar-dengan-Menyusun-Modul. Diakses 20 Desember 2014


(53)

53 Suyanti, R. D. 2010.Strategi Pembelajaran Kimia.Yogyakarta: Graha Ilmu

Suyanto, E. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses Untuk SMA Negeri 3 Bandarlampung.Prosiding Seminar Nasional

Pendidikan 2009.Bandar Lampung: Unila.

Uno, H. B. 2007.Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Viana, D. 2013. Pengembangan Multimedia Interektif Model Tutorial pada Materi Listrik Statis dan Listrik Dinamis SMP/MTs.Skripsi. Bandar Lampung: Unila (Tidak Diterbitkan).


(1)

menggunakan modul interaktif telah tuntas KKM, maka modul interaktif dapat dikatakan efektif sebagai sumber belajar.

Untuk menentukan keefisienan modul, siswa diberi angket. Rumus yang digunakan untuk menentukan keefisienan modul adalah:

�= �=1�� Keterangan: �� = �� �ℎ

� � �4

x = rata-rata akhir

x = nilai keefisienan angket tiap siswa n = banyaknya skor rata-rata

Untuk kriteria penilaian akhir modul uji keefisienan dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Skor keefisienan modul

Kriteria

Kemenarikan Kemudahan Kemanfaatan 1,01 - 1,75 Kurang

menarik

Kurang mudah

Kurang bermanfaat 1,76 - 2,50 Cukup

menarik

Cukup mudah

Cukup bermanfaat

2,51 - 3,25 Menarik Mudah Bermanfaat

3,26 - 4,00 Sangat menarik

Sangat mudah

Sangat bermanfaat Tabel 3.1. Kriteria Penilaian Akhir Modul Uji Keefisienan Sumber: Suyanto (2009: 19)


(2)

33 11. Program Final

Setelah tahap demi tahap dilalui maka diperoleh produk akhir dari pengembangan berupa modul interaktif yang efektif sebagai sumber belajar.


(3)

A. Kesimpulan

Kesimpulan penelitian pengembangan ini adalah:

1. Penelitian ini menghasilkan produk Modul Interaktif berbasis TIK Materi Pembiasan Cahaya dengan Strategi Inkuiri untuk siswa kelas VIII SMP. 2. Modul Interaktif berbasis TIK Materi Pembiasan Cahaya dengan Strategi

Inkuiri memiliki kriteria: menarik sebagai suatu sumber belajar dengan rerata skor 3,10 (skor maksimum = 4,00), mudah digunakan sebagai suatu sumber belajar dengan rerata skor 3,07 (skor maksimum = 4,00), dan bermanfaat sebagai suatu sumber belajar dengan rerata skor 3,07 (skor maksimum = 4,00).

3. Modul Interaktif berbasis TIK Materi Pembiasan Cahaya dengan Strategi Inkuiri yang dikembangkan efektif sebagai suatu sumber belajar

berdasarkan perolehan hasil belajar siswa yang mencapai nilai rata-rata 75,71 dengan persentase kelulusan sebesar 82,76 % yang mewakili 24 siswa dari 29 siswa keseluruhan.


(4)

51 B. Saran

Saran dari penelitian pengembangan ini adalah:

1. Bagi guru maupun siswa supaya dapat membaca dan memahami dengan seksama setiap petunjuk yang disajikan dalam modul interaktif ini agar isi modul interaktif tersampaikan secara keseluruhan.

2. Modul interaktif ini dapat digunakan baik secara mandiri, maupun kelompok, karena desain dan isi/materi pembelajaran di dalamnya layak dan sesuai dengan teori sehingga menarik, mudah digunakan, sangat bermanfaat, dan efektif digunakan sebagai suatu sumber belajar. 3. Penelitian pengembangan ini baru dilaksanakan pada kelompok skala

kecil, hendaknya dilakukan penelitian lanjutan pada kelompok skala besar guna mengetahui kelayakan produk ini untuk diterapkan pada kelompok skala besar.


(5)

Giancoli, D. C. 1999.Fisika Edisi Kelima Jilid 2.Jakarta: Erlangga

Hosnan, M. 2014.Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.Bogor: Ghalia Indonesia

Majid, A. 2007.Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan SK Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Miarso, Y. 2009.Menyemai Benih Pendidikan. Jakarta: Kencana

Munir. 2009.Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan

Komunikasi.Bandung: Alfabeta.

Prawiradilaga. 1994.Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana

Purwanto, A. R. dan Lasmono, S. 2007.Pengembangan Modul.Jakarta: Depdiknas Sadiman, A. S., Raharjo, R., Rahardjito, dan Anung, H. 2008.Media Pendidikan

Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya.Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Sanjaya, W. 2009.Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran.Jakarta: Prenada Media Group.

Santyasa, I. W. 2009.Model Pembelajaran Inovatif Dalam Implementasi Kurikulum

Berbasis Kompetensi (Makalah).IKIP Negeri Sisingamangaraja.

Sularno. 2012. Pengembangan Multimedia Interaktif pada Materi Fluida Statis SMA.

Skripsi. Bandar Lampung: Unila (Tidak Diterbitkan).

Suprawoto, N. A. 2009.Mengembangkan Bahan Ajar dengan Menyusun Modul. Online. http://www.scribd.com/doc/16554502/Mengembangkan-Bahan-Ajar-dengan-Menyusun-Modul. Diakses 20 Desember 2014


(6)

53 Suyanti, R. D. 2010.Strategi Pembelajaran Kimia.Yogyakarta: Graha Ilmu

Suyanto, E. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses Untuk SMA Negeri 3 Bandarlampung.Prosiding Seminar Nasional

Pendidikan 2009.Bandar Lampung: Unila.

Uno, H. B. 2007.Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Viana, D. 2013. Pengembangan Multimedia Interektif Model Tutorial pada Materi Listrik Statis dan Listrik Dinamis SMP/MTs.Skripsi. Bandar Lampung: Unila (Tidak Diterbitkan).