Pengaruh Metode Demonstrasi Untuk Menngkatkan Hasil Belajar Ipa Siswa Pada Materi Pembiasan Cahaya (Eksperimen Di Kelas V Mi Al-Musthofa Sempur)

(1)

(Eksperimen di Kelas V MI Al-Musthofa Sempur)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh AISYAH NIM. 809018300236

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

AISYAH. 2013. Pengaruh Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Pada Materi Pembiasan Cahaya. Skripsi, Program Studi Pendidikan, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Dual Mode System, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini dilaksanakan di MI Al-Musthofa Sempur Kabupaten Sukabumi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa melalui metode Demonstrasi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V Tahun Pelajaran 2012-2013 yang berjumlah 20 orang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Demontrasi dan Demontrasi pre eksperimen.

Dari hasil data yang telah peneliti lakukan selama penelitian, membuktikan bahwa pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil belajar IPA siswa pada materi Pembiasan Cahaya di kelas V MI Al-Musthofa Sempur meningkat dan sangat baik. Karena nilai rata-rata yang diraih siswa telah melebihi nilai KKM yang telah ditentukan yaitu 70. Ketuntasan belajar klasikal yang diraih siswa pada penelitian ini yaitu 90%. Artinya, bahwa ketuntasan belajar klasikal telah melebihi target yang telah ditentukan yaitu 80%.

Kata kunci: Metode Demostrasi, Hasil Belajar, Pembiasan Cahaya.


(7)

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang penguasa alam semesta, yang telah memberikan kehidupan yang penuh rahmat, hidayah dan karunia tak terhingga kepada seluruh makhluk-Nya secara umum, dan secara khusus kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Sholawat serta salam senantiasa kita curahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah memberikan jalan bagi umatnya dengan secercah kemuliaan dan kasih sayang serta ilmu pengetahuan yang tiada ternilai untuk menjalani kehidupan yang lebih berkah.

Tanpa mengurangi rasa hormat, penulis menyampaikan terima kasih yang tiada terhingga kepada pihak-pihak yang telah berperan demi terwujudnya penulisan skripsi ini. Khususnya kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA., Ph.D, Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, S. PI., M. Sc selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan bimbingan, nasehat, motivasi, dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Bapak/Ibu Dosen dan Staff di UIN Syarif Hidayatullah khususnya di Jurusan PGMI (Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah) yang telah memberikan bantuan dan dukunganya.

4. Bapak Apipudin, S. Ag., M. Pd. I selaku Kepala Sekolah MI Al-Musthofa Sempur Kabupaten Sukabumi.

5. Keluarga besar MI Al-Musthofa Sempur Kabupaten Sukabumi yang telah banyak membantu.

6. Teruntuk kedua orangtua tercinta selalu mencurahkan cinta, kasih sayang, do’a, motivasi yang luar biasa dan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis, terima kasih atas kesabarannya. Hanya Allah yang dapat membalas semuanya.


(8)

selalu diberikan dengan ikhlas semoga menjadikannya Imam yang senantiasa selalu membimbing keluarga penulis.

8. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan yang berlipat ganda kepada semuanya dan Semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Jakarta, Januari 2014 Penulis

Aisyah


(9)

LEMBAR PENGESAHAN ……….

ABSTRAK …………...………. i

KATA PENGANTAR ………..………... ii

DAFTAR ISI ..……….. iv

BAB I PENDAHULUAN ………

A. Latar Belakang Masalah ………

B. Identifikasi Masalah ………... C. Pembatasan Masalah ……….. D. Perumusan Masalah ……….………..

E. Tujuan Penelitian ………...

F. Manfaat Penelitian ……….

1 1 5 6 6 6 7

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS ………..…..

A. Deskripsi Teoritis ………... 1. Metode Demonstrasi ……… a. Pengertian Metode Demonstrasi ……… b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi …………. c. Langkah-langkah Penerapan Metode Demonstrasi ………...

2. Hasil Belajar ………...

3. Cahaya dan Pembiasan Cahaya ………...

a. Pengertian Cahaya ……….

b. Sifat-sifat Cahaya ………..

c. Warna Cahaya ………

d. Pembiasan ………..

B. Hasil Penelitian yang Relevan ………...

C. Kerangka Berpikir ………..

D. Hipotesis ………... 8 8 8 8 10 12 21 28 28 29 30 31 34 35 36 iv


(10)

B. Metode dan Desain Penelitian ……… C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ……… D. Teknik Pengumpulan Data ……….

E. Kalibrasi Instrumen ………

F. Teknik Analisis Data ……….

37 38 39 40 43

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... A. Deskripsi Data ………..

B. Analisis Data ………..

C. Pembahasan ………

45 45 54 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….…………

A. Kesimpulan ………

B. Saran ………..

60 60 60

DAFTAR PUSTAKA ………..

LAMPIRAN-LAMPIRAN ………..

- -


(11)

Tabel 4.1 Daftar Nilai Pretes Pertemuan I ………. 39

Tabel 4.2 Daftar Nilai Postes Pertemuan I ………. 40

Tabel 4.3 Distribusi Skor Tes Pretes ………. 44

Tabel 4.4 Distribusi Skor Tes Postes 45

Tabel 4.5 Uji Normalis Pretes………. 49

Tabel 4.6 Uji normalis Pretes…… …………... 50

Tabel 4.7 Uji Normalis Pretes dan Postes……… 51

Tabel 4.8 Uji Homogeitas pretes dan postes………. 52

Tabel 4.9 Uji Hipotesis………. 53 Tabel 4.10 NIlai Pretes dan Postes siswa Kelas V MI Al Musthofa

Sempur………

54


(12)

Gambar 2.1 Cahaya Merambat Lurus ……… 21

Gambar 2.2 Sinar Bias ………... 24

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir Penggunaan Metode Demonstrasi …... 27


(13)

Lampiran 2 Materi Pelajaran ………... 74

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa ………. 75

Lampiran 4 Lembar Soal Pretes ……….. 76

Lampiran 5 Kunci Jawaban Soal Pretes ……….. 79

Lampiran 6 Lembar Soal Postes ……….. 80

Lampiran 7 Kunci Jawaban Soal Postes ……….. 83

Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ……….. 84

Lampiran 9 Lembar Observasi Aktivitas Guru ………... 85

Lampiran 10 Cahaya Pada Cermin ……… 86

Lampiran 11 Siklus Penelitian Tindakan Kelas ……… 90

Lampiran 12 Rumus Uji Validitas dan Reliabilitas ………... 91

Lampiran 13 Rumus Tes Hasil Belajar ………. 93

Lampiran 14 Rumus N-Gain ………. 93

Lampiran 15 Tahap dalam Penelitian ……… 93

Lampiran 16 Daftar Nilai Pretes PertemuanI ……… 94

Lampiran 17 Daftar Nilai postes pertemuan I 96

Lampiran 18 Nilai Pretes Siswa Kelas V MI Al Musthofa

Sempur………

97

Lampiran 19 Nilai Pretes dan Postes Siswa Kelas V MI Al-Musthofa

Sempur ……….

99


(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia. Menciptakan manusia yang cerdas dan maju perlu diimbangi dengan peningkatan mutu pendidikan. Mutu pendidikan sangat erat kaitannya dengan mutu guru. Kunci keberhasilan pelaksanaan sangat ditentukan oleh faktor guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran. Namun semua juga tidak terlepas dari kemampuan siswa dari proses pembelajaran berlangsung, dari proses belajar mengajar ini harus kerja sama antara guru dengan murid ini akan menghasilkan hasil yang maksimal dengan meminimalisir kendala yang ada dengan memaksimalkan keunggulan dari keduanya.

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Negara berkembang selalu berusaha untuk mengejar ketinggalannya, yaitu dengan giat melakukan pembangunan di segala bidang kehidupan. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting untuk mempersiapkan sekolah generasi di masa depan, pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan berbagai cara seperti mengganti kurikulum, meningkatkan kualitas guru melalui penataran-penataran atau melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi”. tugas yang diemban seorang pendidikan semakin berat, karena guru harus mengembangkan potensi dirinya disisi lain harus memberikan pendidikan pada siswanya dan masih ditambah tugas administrasi lainnya. Jika seorang guru atau pendidik tidak berhasil mengembangkan potensi peserta didik maka negara itu tidak akan maju, sebaliknya jika guru atau pendidik berhasil mengembangkan potensi peserta didik, maka terciptalah manusia yang cerdas, terampil, dan berkualitas.1

1

Undang-undang Republik Indonesia, Sistem Pendidikan Nasional No. 20, (Jakarta: BP. Panca Usaha 2003), Cet.1, h. 7.


(15)

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta proses pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Proses Pembelajaran adalah kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif tersebut mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa dengan sumber belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Harapan yang ada pada setiap guru adalah bagaimana materi pelajaran yang disampaikan kepada anak didiknya dapat dipahami secara tuntas. Untuk memenuhi harapan tersebut bukanlah sesuatu yang mudah, karena kita sadar bahwa setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda baik dari segi minat, potensi, kecerdasan dan usaha siswa itu sendiri. Dari keberagaman pribadi yang dimiliki oleh siswa tersebut, kita sebagai guru hendaknya mampu memberikan pelayanan yang sama sehingga siswa yang menjadi tanggung jawab kita di kelas itu merasa mendapatkan perhatian yang sama. Untuk memberikan pelayanan yang sama tentunya kita perlu mencari solusi dadan strategi yang tepat, sehingga harapan yang sudah dirumuskan dalam setiap Rencana Pembelajaran dapat tercapai.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah yang dapat diidentifikasikan. Pembelajaran IPA di tingkat SD/MI menekan pada pemberian pengalaman belajar untuk merancang atau membuat suatu karya melalui penerapan suatu karya, melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi kerja ilmiah secara bijaksana.

Suasana belajar mengajar yang diharapkan adalah menjadikan siswa sebagai subjek yang berupaya menggali sendiri, memecahkan sendiri


(16)

masalah-masalah dari suatu konsep yang dipelajari, sedangkan guru lebih banyak bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Situasi belajar yang diharapkan di sini adalah siswa yang lebih banyak berperan (kreatif). Untuk mencapai tujuan ini peranan guru sangat menentukan. Peran guru adalah: “Sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, dan evaluator”. Sebagai motivator guru harus mampu membangkitkan motivasi siswa agar aktivitas siswa dalam proses pembelajaran berhasil dengan baik. Salah satu cara untuk membangkitkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran adalah dengan mengganti metode pembelajaran yang selama ini tidak diminati lagi oleh siswa, seperti pembelajaran yang dilakukan dengan ceramah dan tanya-jawab, metode pembelajaran ini membuat siswa jenuh dan tidak kreatif2.

Metode yang sering digunakan oleh peneliti selama pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA di Madrasah Ibtidaiyah Al-Mustofa Sempur yaitu metode ceramah. Akibat seringnya menggunakan metode tersebut, maka keaktifan siswa selama belajar tidak muncul sama sekali. Hal itu terjadi karena selama pembelajaran berlangsung siswa hanya duduk, mendengarkan dan menulis apa yang disampaikan guru saja. Suasana belajar menjadi monoton, sehingga timbul kebosanan dari diri siswa dan dapat mengakibatkan siswa tidak bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, akibat dari penggunaan metode tersebut guru lebih mendominasi pembelajaran sehingga siswa enggan untuk bertanya. Maka, tidak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA.

Hasil dari observasi awal yang telah dilakukan oleh peneliti, ditemukan bahwa pelaksanaan pembelajaran di kelas siswa jarang sekali mengajukan pertanyaan apalagi saran. Dikarenakan aktivitas siswa yang rendah seperti itu, maka akibatnya hasil belajar siswapun menjadi rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata IPA siswa pada Ujian Semester Ganjil Tahun pelajaran 2012/2013 hanya mencapai 57, sedangkan nilai KKM mata pelajaran IPA yaitu 70. Itu

2

Tatang Syarifudin, Landasan Pendidikan, (Jakarta: Departemen Agama republik Indonesia, 2009), h. 121, Cet. 1.


(17)

artinya bahwa hasil belajar IPA siswa masih dibawah nilai KKM yang telah ditentukan di MI Al-Musthofa.

Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain rendahnya perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran IPA. Guru sering memberikan pelajaran dalam bentuk ceramah dan tanya-jawab, sehingga siswa tidak terangsang untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif.

Permasalahan yang timbul karena ketidaktepatan penggunaan metode dalam pembelajaran, senantiasa memberikan arahan bagi peneliti dalam melakukan penelitian yaitu dengan mengubah kebiasaan yang sering dilakukan guru dalam memilih metode yang tepat. Maka, dalam penelitian ini peneliti akan memilih salah satu metode yang dianggap dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan menggunakan metode demonstrasi.

Metode demonstrasi “merupakan metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.”3

Metode demonstrasi adalah cara menyampaikan materi pembelajaran dengan peragaan, baik dilakukan oleh dirinya atau meminta orang lain untuk memperagakannya. Metode demonstrasi “berguna untuk menunjukkan keterampilan tertentu, memudahkan penjelasan, menghindari verbalisme (banyak omong padahal tidak perlu) dan melatih keteranpilan.”4

Bagi siswa SD/MI penerapan metode demonstrasi sangat penting, karena dapat meningkatkan kualitas intelektual peserta didik baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Selain itu penggunaan metode demonstrasi diharapkan dapat memberikan pengaruh positif bagi siswa dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

3

Muchlisin Riadi, Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran, Kajian Pustaka, http://www.kajianpustaka.com/2012/10/metode-demonstrasi-dalam-belajar-html, diakses pada tanggal 02 November 2013, 19.45 WIB, h. 1.

4

Lukman Zain, Pembelajaran Fiqih, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), Cet. 1, h. 14.


(18)

Berdasarkan pengalaman yang peneliti hadapi didalam proses pembelajaran IPA yang tidak aktif maka peneliti berusaha mencarikan metode pembelajaran lain, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan lebih berkualitas.

Penerapan metode demonstrasi merupakan salah satu upaya yang dilakukan pendidik dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA di kelas V MI Al-Musthofa Sempur.

Penerapan metode demonstrasi dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas V MI Al-Musthofa Sempur pada pembelajaran IPA juga diharapkan dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Untuk mencapai nilai yang diharapkan sesuai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan.

Berdasarkan permasalahan yang timbul, maka peneliti perlu melakukan suatu penelitian tindakan sebagaimana proposal skripsi yang diajukan dengan judul “Pengaruh Metode demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Pada Materi Pembiasan Cahaya”

B. Identifikasi Masalah

Berdasar pada latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang menjadi fokus dalam penelitian, yaitu:

1. Siswa merasakan pembelajaran yang masih monoton dan menjenuhkan, karena guru masih menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga siswa tidak dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran.

2. Metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi pelajaran, keadaan siswa, juga kemampuan daya pikir siswa.

3. Hasil belajar yang diperoleh siswa kelas V pada tahun 2012/2013 pada materi pembiasan cahaya masih di bawah KKM yang telah ditentukan oleh sekolah.


(19)

C. Pembatasan masalah

Berdasarkan identifikasi area dan fokus penelitian yang telah di paparkan di atas, maka dalam hal ini peneliti membatasi masalah yang dijadikan sebagai fokus dalam penelitian yaitu, sebagai berikut:

1. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu metode demonstrasi pada mata pelajaran IPA di kelas V MI Al-Musthofa Sempur.

2. Penelitian ini dilaksanakan di kelas V MI Al-Musthofa Sempur.

3. Hasil belajar siswa dibatasi pada hasil belajar kognitif C1 (hapalan), C2

(pemahaman) dan C3 (penerapan).

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan Identififasi masalah dan Fokus penelitian maka dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah melalui penerapan Metode demonstrasi dapat Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa pada materi Pembiasan Cahaya di Kelas V MI Al-Musthofa Sempur”.

E. Tujuan Penelitian

Berdasar pada perumusan masalah penelitian yang telah dikemukakan maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui bagaimana penerapan metode Demostrasi pada mata pelajaran IPA siswa Kelas V MI Al-Musthofa Sempur.

2. Mengetahui peningkatan hasil belajar IPA siswa melalui penerapan metode Demostrasi pada mata pelajaran IPA siswa Kelas V MI Al-Musthofa Sempur.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu manfaat secara teoritis dan secara praktis.

1. Manfaat Secara Teoritis

Memberikan wawasan dan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dibidang pendidikan dan ilmu pengetahuan lain yang terkait.


(20)

2. Manfaat Secara Praktis a. Bagi Siswa

1) Dapat meningkatkan aktivitas, kreatifitas, efektifitas siswa dalam mengikuti mata pelajaran IPA.

2) Dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. b. Bagi Guru

1) Memberi wawasan bagi seorang guru mengenai pentingnya penerapan metode-metode dalam menyampaikan materi pelajaran pada mata pelajaran IPA.

2) Dapat menemukan solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran IPA.

c. Bagi Sekolah

Akan mendapatkan informasi dalam peningkatan kualitas pendidikan khususnya pada mata pelajaran IPA.


(21)

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis 1. Metode Demonstrasi

a. Pengertian Metode Demonstrasi

Metode merupakan suatu cara atau jalan yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Adapun manfaat dari penggunaan metode dalam proses belajar mengajar adalah sebagai alat untuk mempermudah seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Hal ini bertujuan untuk memudahkan siswa dalam menyerap materi yang disampaikan oleh guru selain itu juga dapat berfungsi sebagai suatu alat evaluasi pembelajaran.

Secara harfiah, kata metodologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata “metha” yang berarti melalui, “hodos” yang berarti jalan atau cara, dan kata “logos” yang berarti pengetahuan.5 Dengan demikian definisi metode adalah suatu jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.

Pada dasarnya istilah metode telah tercakup dalam pengertian metodologi yaitu sebagai bagian dari kumpulan dari metode-metode didalam pengajaran. Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa metode mengajar merupakan sasaran interaksi antara guru dengan siswa dalam melakukan kegiatan belajar mengajar.

Dengan demikian yang perlu diperhatikan adalah ketepatan sebuah metode mengajar yang dipilih dengan tujuan, jenis dan juga sifat materi pengajaran, serta kemampuan guru dalam memahami dan melaksanakan metode tersebut. Guru hendaknya cermat dalam memilih dan menggunakan metode mengajar terutama yang banyak melibatkan siswa secara aktif.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran dapat pula didefinisikan sebagai “sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar

5

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 136. 8


(22)

yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.”6

Metode demonstrasi adalah cara mengumpulkan materi pembelajaran dengan perayaan, baik diakukan oleh dirinya atau meminta orang lain untuk memperagakannya. Metode demonstrasi berguna untuk “memantapkan pengetahuan siswa, mengaktifkan siswa dalam belajar mandiri, membuat anak rajin melakukan latihan.”7

Metode demonstrasi adalah “metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang sajikan.”8

Guru dituntut “menguasai bahan pelajaran serta mengorganisasi kelas, jangan sampai guru terlena dengan demonstrasinya tanpa memperhatikan siswa secara menyeluruh.”9

Beberapa karakteristik metode mengajar dan hasil belajar siswa. Metode demonstrasi dapat menunjukkan objek yang sebenarnya, proses peniruan, alat bantu yang digunakan, memerlukan tempat yang strategis yang memungkinkan seluruh siswa aktif, guru dan siswa dapat melakukannya.

Metode demonstrasi dapat digunakan pada semua mata pelajaran, dalam pelaksanaan demintrasi guru harus sudah yakin bahwa seluruh siswa dapat memperhatikan (mengamati) terhadap obyek yang akan didemonstrasikan, selama proses demonstrasi tersebut.

Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruan. Metode demonstrasi lebih sesuai untuk mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang

6

Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), h. 3. 7

Abdul Majid, op.cit, h. 135-156. 8

Lukman Zain, op.cit, h. 14 9

Masitoh, Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama, 2007), Cet.1, h. 162.


(23)

merupakan suatu gerakan-gerakan. Suatu proses maupun hal-hal yang bersifat rutin. Dengan metode demonstrasi peserta didik “berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan.

Tujuan pengajaran menggunakan metode demonstrasi adalah untuk memperlihatkan proses terjadinya suatu peristiwa sesuai materi ajar, cara pencapaiannya dan kemudahan unt dipahami oleh siswa dalam pengajaran dikelas.

Manfaat psikologis dari metode demonstrasi adalah “perhatian siswa dapat lebih dipusatkan proses belajar siswa pada materi yang sedang dipelajari, pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.”10

Metode demonstrasi ialah metode metode mengajar dengan menggunakan peragaan yang memperjelas suatu pengertian atau untuk memperhatikan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukkan tertentu pada siswa.

Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat dilakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri. Metode demonstrasi cukup baik apabila digunakan dalam pembelajaran IPA.

b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi

Setiap metode pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya.

1) Kelebihan Metode Demonstrasi

Adapun kelebihan dari metode demonstrasi yaitu:

a) Perhatian siswa dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti, disamping itu perhatian siswa pun lebih mudah dipusatkan kepada proses pembelajaran mengajar dan tidak kepada yang lainnya.

10

Muchlisin Riadi, Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran,

http://www.kajianpustaka.com/2012/10/metode-demonstrasi-dalam-belajar.html#.UmJxolOYljU, diakses pada bulan tanggal 02 Mei 2013, 19:33 WIB.


(24)

b) Dapat membmbing siswa ke arah berfikir yang sama dalam satu pikiran yang sama.

c) Ekonomis dalam jam pelajaran dan ekonomis dalam waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui Demonstrasi dengan waktu yang pendek. d) Dapat mengurangi kesedihan – kesalahan bila dibandingkan dengan hanya

membaca atau mendengarkan karena murid mendapat gambar yang jelas dari hasil pengamatan.

e) Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak. Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan atau keraguan dapat di perjelas waktu Demonstrasi.

Dan adapun sebaiknya dalam mendemonstrasikan pelajaran tersebut guru harus terlebih dahulu mendemonstrasikan dengan sebaik-baiknya, barulah diikuti oleh murid-muridnya yang sesuai dengan petunjuk.

Selain itu yang menjadi kelebihan dari metode demonstrasi, yaitu: a) Siswa dapat memahami sesuai objek sebenarnya.

b) Siswa dapat mengembangkan rasa ingin tahu. c) Siswa dibiasakan untuk kerja secara sstematis. d) Siswa dapat mengamati sesuatu secara proses.

e) Siswa dapat mengetahui hubungan struktural atau rutan objek. f) Siswa dapat membandingkan pada beberapa objek.

2) Kekurangan Metode Demonstrasi

Adapun yang menjadi kekurangan dari metode demonstrasi, yaitu:

a) Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan terkadang terjadi perubahan tidak terkontrol.

b) Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang didemonstrasikan tidak bisa diamati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alat terlalu kecil atau penjelasan tidak jelas.


(25)

c) Demonstrasi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas dimana siswa sediri dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai pengalaman yang berharga.

d) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di kelas karena sebab alat-alat yang terlalu besar atau yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas.

e) Hendaknya dilakukan dalam hal- hal yang bersifat praktis.

f) Sebagai pendahuluan, berikan pengertian dan landasan teori dari apa yang akan didemonstrasikan.11

c. Langkah-langkah Penerapan Metode Demonstrasi

Adapun langkah-langkah dalam penerapan metode demonstrasi adalah: 1) Perencanaan

a) Merumuskan dengan jelas kecakapan atau keterampilan apa yang diharapkan dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi itu dilakukan. b) Mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah metode itu wajar

dipergunakan dan apakah dia merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan.

c) Alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa didapat dengan mudah dan sudah dicoba terlebih dahulu supaya waktu diadakan Demonstrasi tidak gagal.

d) Jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan Demonstrasi dengan jelas.

e) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan sebaiknya sebelum demonstrasi dilakukan, sudah dicoba terlebih dahulu supaya tidak gagal pada waktunya.

f) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan apakah tersedia waktu yang memberi kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan komentar selama dan sesudah demonstrasi.

11


(26)

g) Selama demonstrasi berlangsung, hal-hal yang perlu diperhatikan keterangan-keterangan dapat didengar dengan jelas oleh siswa. Alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap siswa dapat melihat dengan jelas telah diserahkan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan seperlunya. Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa sering perlu diadakan diskusi sesudah demonstrasi berlangsung atau siswa mencoba melakukan demonstrasi. 2) Pelaksanaan

Hal-hal yang mesti dilakukan adalah memeriksa hal-hal tersebut diatas untuk kesekian kalinya melakukan demonstrasi dengan menarik perhatian siswa mengingat pokok-pokok materi yang akan didemonstrasikan agar mencapai sasaran memperhatikan keadaan siswa, apakah semua mengikuti demonstrasi dengan baik, memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif dan menghindari ketegangan.

3) Evaluasi

Dalam kegiatan evaluasi ini dapat berupa “pemberian tugas, seperti membuat laporan, menjawab pertanyaan, mengadakan latihan lanjutan baik disekolah maupun dirumah.”12

Langkah-langkah penerapan metode demonstrasi akan lebih efektif digunakan apabila guru memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Hal-hal yang dapat dicapai oleh siswa sebaiknya dirumuskan terlebih dahulu.

2) Susun langkah-langkah yang akan dilakukan dengan demonstrasi secara teratur sesuai dengan skenario yang telah direncanakan.

3) Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan sebelum demonstrasi dimulai. 4) Usahakan dalam melakukan Demonstrasi tersebut sesuai dengan

kenyataan sebenarnya.

12

Indra Munawar, Psikologi Belajar dan Pembelajaran, www.Infogue.com./view/2009/06/13 hasil belajar /puri http./indra munawar.blogspot.com, diakses pada tanggal 02 Mei 2013, 19:39 WIB.


(27)

Metode Demonstrasi dan Eksperimen

Metode Eksperimen ialah suatu metode mengajar yang di lakukan muriduntuk melakuka percobaan-percobaan pada mata pelajaran tertentu.Sedangkan menurut Zakiyah Daradjat tidak memberikan pengertian jelas, ia hanya mengatakan bahwa Metode Eksperimen adalah metode percobaan yang biasanya di lakuka dalam mata pelajaran tertentu.Sedangkan menurut Departeman Agama memberi definisi bahwa Metode Eksperimen adalah peraktek pengajaran yan melibatkan anak didik pada pekerjaan akademis, latihan dan pemecahanmasalah atau topik seperti: shalat, puasa, haji, pembangunan masarakat dan lain-lainnya.

Adapun target Metode Eksperimen adalah:

1. Murid dapat membuktikan kebenaran riil dari teori-teori hukum yang berlaku

2. Diharapkan dengan metode ini murit dapat kepuasan dari hasil belajarnya Langkah-langkah metode eksperimen

 Menerangkan Metode Eksperimen

 Membicarakan terlebih dahulu permasalahan yang seknifikasi untuk di angkat

 Sebelum guru menetapkan alat yang di perlukan langkah-langkah apa saja yang harus dicatatdan variebel-variebel apa yang harus di control

 Setelah eksperimen di lakukan guru harus mengumpulkan laporan, memproses kegiatan, danmengadakan tes untuk menguji pemahaman murit

 Sanjaya, Sumantri dan Permana mengemukakan bahwa demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan.

 Metode Demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan atau prosedur yang dilakukan misalnya : proses mengerjakan sesuatu, proses


(28)

menggunakan sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, atau untuk mengetahui/melihat kebenaran sesuatu.

 Tujuan :

 (1) Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dikuasai oleh siswa

(2) Mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada siswa.

(3) Mengembangkan kemampuan pengamatan kepada para siswa secara bersama-sama.

Alasan Penggunaan Metode Demonstrasi

1) Tidak semua topik dapat dijelaskan secara gamblang dan konkrit melalui penjelasan atau diskusi.

2) Karena tujuan dan sifat materi pelajaran yang menuntut dilakukan peragaan berupa demonstrasi.

3) Tipe belajar siswa yang berbeda-beda, ada yang kuat visual, tetapi lemah dalam auditif dan motorik, ataupun sebaliknya.

4) Memudahkan mengajarkan suatu proses atau cara kerja.

5) Sesuai dengan langkah perkembangan kognitif siswa yang masih dalam fase operasional konkrit.

Kelebihan Metode Demonstrasi

1) Pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit sehingga tidak terjadi verbalisme.

2) Siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran yang didemontrasikan itu.

3) Proses pembelajaran akan sangat menarik, sebab siswa tak hanya mendengar tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.

4) Siswa akan lebih aktif mengamati dan tertarik untuk mencobanya sendiri.

5) Menyajikan materi yang tidak bisa disajikan oleh metode lain.


(29)

1) Tidak semua guru dapat melakukan demonstrasi dengan baik.

2) Terbatasnya sumber belajar, alat pelajaran, media pembelajaran, situasi yang sering tidak mudah diatur dan terbatasnya waktu.

3) Demonstrasi memerlukan waktu yang lebih banyak dibanding dengan metode ceramah dan tanya jawab.

4) Metode demonstrasi memerlukan persiapan dan perancangan yang matang.

Cara Mengatasi Keterbatasan Metode Demonstrasi 1) Guru harus terampil melakukan demonstrasi.

2) Melengkapi sumber, alat dan media pembelajaran yang diperlukan untuk demonstrasi.

3) Mengatur waktu sebaik mungkin.

4) Membuat rancangan dan persiapan demonstrasi sebaik mungkin.

Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Demonstrasi

1) Kegiatan Persiapan

Merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa • Menyusun materi yang akan diajarkan untuk mencapai tujuan yang

telah dirumuskan.

• Menyiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan untuk mempermudah penguasaan materi yang telah disiapkan.

• Melakukan latihan pendemonstrasian termasuk cara penggunaan peralatan yang diperlukan.


(30)

2) Kegiatan Pelaksanaan Metode Demonstrasi a) Kegiatan Pembukaan

• Aturlah tempat duduk yang memungkinkan setiap siswa dapat memperhatikan apa yang didemonstrasikan guru.

• Tanyakan pelajaran sebelumnya.

• Timbulkan motivasi siswa dengan mengemukakan anekdot atau kasus di masyarakat yang ada kaitannya dengan pelajaran yang akan dibahas. • Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa dan juga tugas -tugas apa yang harus dilakukan disamping dalam demonstrasi nanti. b) Kegiatan Inti Pembelajaran

• Mulailah melakukan demonstrasi sesuai yang telah direncanakan dan dipersiapkan oleh guru.

• Pusatkan perhatian siswa kepada hal-hal penting yang harus dikuasai dari demonstrasi yang dilakukan oleh guru sehingga semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan sebaik- baiknya.

• Ciptakan suasana kondusif dan hindari suasana yang menegangkan. • Berikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan kritis mengikuti proses demonstrasi termasuk memberi kesempatan bertanya dan komentar-komentar.

c) Kegiatan Mengakhiri Pembelajaran

• Meminta siswa merangkum atau menyimpulkan pokok-pokok atau langkah- langkah kegiatan demonstrasi.

• Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami.


(31)

• Melakukan evaluasi, baik evaluasi hasil belajar maupun evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi.

• Tindak lanjut baik berupa tugas-tugas berikutnya maupun tugas-tugas untuk mendalami materi yang baru diajarkan.

Metode Eksperimen . Pengertian

Sagala , Sumantri dan Permana menyatakan bahwa eksperimen adalah percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu. Eksperimen dapat dilakukan pada suatu laboratorium atau diluar laboratorium. Sedangkan metode eksperimen dalam pembelajaran adalah cara penyajian bahan pelajaran yang memungkinkan siswa melakukan percobaan untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari.

Dalam proses pembelajaran dengan metode eksperimen siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses tertentu. Peranan guru dalam metode eksperimen adalah memberi bimbingan agar eksperimen itu dilakukan dengan teliti sehingga tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan.

Tujuan

1) Siswa mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang diperoleh.

2) Siswa mampu merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan percobaannya.

3) Siswa mampu menggunakan logika berpikir induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang dikumpulkan melalui percobaan.

4) Siswa mampu berpikir sistematis, disiplin tinggi, hidup teratur dan rapi. Alasan Penggunaan Metode Eksperimen


(32)

2) Dapat memungkinkan siswa belajar secara aktif dan mandiri.

3) Dapat mengembangkan sikap dan perilaku kritis, tidak mudah percaya sebelum ada bukti-bukti nyata.

Kelebihan Metode Eksperimen

1) Membuat siswa percaya pada kebenaran kesimpulan percobaannya sendiri daripada menurut cerita orang atau buku.

2) Siswa aktif mengumpulkan fakta, informasi atau data yang diperlukan melalui percobaan yang dilakukannya.

3) Dapat digunakan untuk melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berpikir ilmiah.

4) Hasil belajar dikuasai siswa dengan baik dan tahan lama dalam ingatan. 5) Menghilangkan verbalisme.

Kekurangan Metode Eksperimen

• Memerlukan peralatan dan bahan percobaan yang lengkap serta umumnya mahal

.• Dapat menghambat lajunya pembelajaran sebab eksperimen umumnya memerlukan waktu lama.

• Kesalahan dalam eksperimen akan berakibat pada kesalahan kesimpulannya

.• Belum tentu semua guru dan siswa menguasai metode eksperimen. Cara Mengatasi Kelemahan Eksperimen

• Guru harus menjelaskan secara gamblang hasil yang ingin dicapai dengan eksperimen


(33)

• Guru harus menjelaskan prosedur eksperimen, bahan-bahan eksperimen yang diperlukan, peralatan yang diperlukan dan cara penggunaannya, variabel yang perlu dikontrol, dan hal yang perlu dicatat selama eksperimen.

• Mengawasi pelaksanaan eksperimen dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan.

• Meminta setiap siswa melaporkan proses dan hasil eksperimennya, membanding-bandingkannya dan mendiskusikannya, untuk mengetahui kekurangan dan kekeliruan yang mungkin terjadi.

Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Eksperimen 1) Kegiatan Persiapan

2) • Merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai dengan metode eksperimen.

3) • Menyiapkan materi pembelajaran yang diajarkan melalui eksperimen.

4) • Menyiapkan alat, sarana, dan bahan yang diperlukan dalam eksperimen.

5) • Menyiapkan panduan prosedur pelaksanaan eksperimen, termasuk LKS.

2) Kegiatan Pelaksanaan Eksperimen a) Kegiatan Pembukaan

• Jika diperlukan, tanyakan materi pelajaran yang telah diajarkan minggu lalu (apersepsi).

• Memotivasi siswa dengan mengemukakan cerita anekdot yang ada kaitannya dengan materi pelajaran yang akan diajarkan.

• Mengemukakan tujuan pemelajaran yang ingin dicapai, dan prosedur eksperimen yang akan dilakukan.


(34)

b) Kegiatan Inti Pembelajaran

• Siswa diminta membantu menyiapkan alat dan bahan yang akan dipakai dalam eksperimen.

• Siswa melaksanakan eksperimen berdasarkan panduan dan LKS yang telah disiapkan guru.

• Guru memonitor dan membantu siswa yang mengalami kesulitan. • Pelaporan hasil eksperimen dan diskusi balikan.

c) Kegiatan Mengakhiri Pembelajaran

• Guru meminta siswa untuk merangkum hasil eksperimen. • Guru mengadakan evaluasi hasil dan proses eksperimen.

• Tindak lanjut, yaitu meminta siswa yang belum menguasai materi eksperimen untuk mengulang lagi eksperimennya, dan bagi yang sudah menguasai diberi tugas untuk pendalaman.

2. Hasil Belajar

Belajar adalah satu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat lingkungan akademik seperti di lingkungann sekolah, pelajar, siswa dan siswi serta mahasiswa yang mempunyai tugas untuk belajar. Karena kegiatan belajar merupakan kegiatan yang tak mungkin dapat dipisahkan dari mereka.

Beberapa para ahli telah mengungkapkan arti dari belajar itu sendiri, salah satunya adalah seperti yang diungkapkan oleh Gagne bahwa belajar adalah suatu proses dimana satu organism berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.13

Sedangkan hasil dapat dikatakan kemampuan yang dimiliki soswa setelah menerima pelajaran. Menurut Oemar Hamalik, bahwa hasil belajar tampak

13


(35)

sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan.14

Belajar merupakan suatu proses yang benar-benar bersifat internal. Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi didalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Menurut James O. Whittaker: “Learning may be defined as a process by wibh behavior organites or

is altered through training or experience.” 15

Atau dapat dikatakan prosesnya yang terjadi secara internal di dalam diri individu dalam usahanya memperoleh pengalaman baru.

Hubungan-hubungan baru itu dapat berupa: antara perangsang-perangsang, antara reaksi-reaksi, atau antara perangsang dan reaksi. Faktor-faktor penting yang sangat erat hubungannya dengan proses belajar ialah: kematangan, penyesuaian diri/adaptasi, menghafal/mengingat, pengertian, berpikir dan latihan.

Para ahli mencoba membuat kategori jenis-jenis belajar yang dikenal dengan taksonomi belajar salah satu yang terkenal adalah taksonomi yang disusun oleh Benyamin S. Bloom. Tujuan pendidikan dapat dirumuskan pada tiga tingkatan, pertama, tujuan umum pendidikan yang menentukan perlu tidaknya suatu program diadakan. Kedua, tujuan yang didasarkan atas tingkah laku, yang dimaksud berhasilnya pendidikan dalam bentuk tingkah laku yang dimaksud dengan taksonomi. Ketiga, tujuan yang lebih jelas yang dirumuskan secara operasional. Kaum behavioris berpendapat bahwa taksonomi yang dikemukakan oleh Bloom dan kawan-kawan adalah bersifat mental.16 Taksonomi ini merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk mengevaluasikan mutu tujuannya. Salah satu manfaat taksonomi adalah bahwa guru didorong untuk bertanya adakah dia menekankan segi tertentu atau tidak.

Taksonomi Bloom terdiri dari tiga kategori yaitu yang dikenal sebagai domain atau ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Yang dimaksud

14

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 155.

15

H. M Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2010), Cet. IV, h. 55.

16

Suharsini Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 115.


(36)

dengan ranah-ranah ini oleh Bloom adalah perilaku-perilaku yang memang diniatkan untuk ditunjukkan oleh peserta didik atau pelajar dalam cara-cara tertentu, misalnya bagaimana mereka berpikir (kognitif), bagaimana mereka bersikap dan mereka merasakan sesuatu (afektif), dan bagaimana mereka berbuat (psikomotorik).17 Dalam mengukur kemampuan seorang siswa maka para guru harus memperhatikan ketiga ranah tersebut.

Ranah kognitif memiliki enam taraf mulai pengetahuan sampai evaluasi. 1) Menghapal mencakup ingatan dan pengenalan,

2) Pemahaman mencakup interpretasi, pemberian contoh, klasifikasi, meringkas, menyimpulkan, membandingkan, menjelaskan,

3) Aplikasi mencakup melakukan, implementasi,

4) Analisis mencakup membedakan, mengorganisasikan dan memberikan atribut,

5) Mengevaluasi mencakup pengecekan, memberi kritik,

6) Mencipta mencakup membangkitkan, merencanakan, memproduksi. Ranah afektif18 dibagi menjadi lima taraf, yaitu:

1) Memperhatikan, taraf ini mengenai kepekaan siswa terhadap fenomena-fenomena dan perangsang-perangsang tertentu, yaitu menyangkut kesediaan siswa untuk memperhatikannya.

2) Merespon, Pada taraf ini siswa memiliki motivasi yang cukup untuk merespon.

3) Menghayati nilai, siswa sudah menghayati nilai tertentu.

4) Mengorganisasikan, siswa menghadapi situasi yang mengandung lebih dari satu nilai.

5) Memperhatikan nilai atau seperangkat nilai, siswa sudah dapat digolongkan sebagai orang yang memegang nilai atau seperangkat nilai tertentu.

Ranah Psikomotorik, meliputi hal-hal:

17

Ibid, h. 117. 18

Harun Rasyid dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h. 13.


(37)

1) Persepsi, langkahnya melakukan kegiatan yang bersifat motoris ialah menyadari objek, sifat atau hubungan-hubungan melalui indera,

2) Persiapan, kesiapan untuk melakukan suatu tindakan atau bereaksi terhadap suatu kejadian menurut

3) Respon terbimbing, pada tahap ini penekanan pada kemampuan-kemampuan yang merupakan bagian dari keterampilan yang lebih kompleks.

4) Respons mekanis, siswa sudah yakin akan kemampuannya dan sedikit banyak terampil melakukan suatu perbuatan,

5) Respons kompleks, taraf ini individu dapat melakukan perbuatan motoris yang dianggap kompleks, karena pola gerakan yang dituntut sudah kompleks.

Dalam kehidupan sehari-hari tak ada seseorang berbuat tanpa melibatkan pikiran dan perasaan walaupun kecil porsinya. Setiap orang merespon dalam berbagai bentuk aktivitas sebagai makhluk yang utuh. Kategori jenis belajar ini disusun untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran yang mereka lakukan.

Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian kompetensi secara operasional dari kompetensi dasar dan standar kompetensi. Ada tiga aspek kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar capaian kompetensi tersebut, yaitu penilaian terhadap:19

1) Hasil Belajar Penguasaan Materi Akademik (Kognitif)

Domain kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan-kemampuan intelektual, seperti mengaplikasikan prinsip atau konsep, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Sebagian besar tujuan-tujuan instruksional berada dalam domain kognitif. Pada ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berfikir, mulai dari yang tingkatan rendah sampai tinggi, yakni: Pengetahuan/ingatan

19

Diah Indah Puspita, PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI ANTARA SISWA YANG DIAJARKAN MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF TEKNIK Student Team Achievement Divisions (STAD) DAN TEKNIK Group Investigation (GI), Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah, (Jakarta: 2011), h. 18, tidak dipublikasikan.


(38)

(knowledge), Pemahaman (comprehension), Penerapan (aplication), Analisis (analysis), Sintesis (synthesis) dan Evaluasi (evaluation).

Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif oleh Bloom dkk. Dikategorikan lebih rinci ke dalam enam jenjang kemampuan, yaitu:

a) Hafalan (C1)

Jenjang hafalan meliputi kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang telah dipelajarinya.

b) Pemahaman (C2)

Jenjang pemahaman meliputi kemampuan menangkap arti dari informasi yang diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram atau grafik. c) Penerapan (C3)

Yang termasuk jenjang penerapan adalah kemampuan menggunakan prinsip, aturan, metode yang dipelajarinya pada situasi baru atau situasi konkrit.

d) Analisis (C4)

Jenjang analisis meliputi kemampuan menguraikan suatu informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponennya sehingga struktur informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut menjadi jelas.

e) Sintesis (C5)

Yang termasuk jenjang sintesis ialah kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah-pisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Termasuk di dalamnya kemampuan merencanakan eksperimen, menyusun cara baru untuk mengklasifikasikan obyek-obyek, peristiwa dan informasi lainnya.

f) Evaluasi (C6)

Kemampuan pada jenjang evaluasi ialah kemampuan untuk mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjan, berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan.

2) Hasil Belajar Yang Bersifat Proses Normatif (Afektif)

Domain afektif mencakup pemilikan minat, sikap, dan nilai yang ditanamkan melalui proses belajar mengajar. Hasil belajar proses berkaitan


(39)

dengan sikap dan nilai, berorientasi pada penguasaan dan pemilikan kecakapan proses atau metode. Ciri-ciri hasil belajar ini akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti: perhatian terhadap pelajaran, kedisiplinan, motivasi belajar, rasa hormat kepada guru dan sebagainya. Ranah afektif dirinci menjadi lima jenjang, yakni: Perhatian, Tanggapan, Penilaian, Pengorganisasian, dan Karakterisasi terhadap suatu atau beberapa nilai. Untuk menilai hasil belajar dapat digunakan instrumen evaluasi yang bersifat non tes, misalnya kuesioner dan observasi.

3) Hasil Belajar Aplikatif (Psikomotor)

Hasil belajar ini merupakan ranah yang berkatian dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif, akan tampak setelah siswa menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung pada kedua ranah tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Ranah ini diklasifikasikan kedalam tujuh kategori yakni: Persepsi (perception), Kesiapan (set), Gerakan terbimbing (guided response), Gerakan terbiasa (mechanism), Gerakan kompleks (complex overt response), Penyesuaian pola gerakan (adaptation), Kreatifitas/keaslian (Creativity/origination).

Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya.20

Perbedaan hasil belajar di kalangan para siswa disebabkan oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar,

20

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 155.


(40)

minat, dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

Sedangkan menurut Oemar Hamalik hasil belajar dikalangan siswa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor kematangan akibat dari kemajuan umur kronologis, latar belakang pribadi masing-masing, sikap, danbakat terhadap suatu bidang pelajaran yang diberikan.21

Penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

1) Sasaran Penilaian

Sasaran atau objek evaluasi hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang. Masing-masing bidang terdiri dari sejumlah aspek. Aspek-aspek tersebut sebaiknya dapat diungkapkan melalui penilaian tersebut. Dengan demikian dapat diketahui tingkah laku mana yang sudah dikuasainya oleh peserta didik dan mana yang belum sebagai bahan bagi perbaikan dan penyempurnaan program pengajaran selanjutnya.

2) Alat Penilaian

Penggunaan alat penilaian hendaknya komprehensif meliputi tes dan bukan tes sehingga diperoleh gambaran hasil belajar yang objektif. Penilaian hasil belajar sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan agar diperoleh hasil yang menggambarkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.

3) Prosedur Pelaksanaan Tes

Penilaian hasil belajar dilaksanakan dalam bentuk formatif dan sumatif. Penilaian formatif dilakukan pada setiap pengajaran berlangsung, yakni pada akhir pengajaran. Hasilnya dicatat untuk bahan penilaian dan untuk menentukan derajat keberhasilan peserta didik seperti untuk kenaikan tingkat. Penilaian sumatif biasanya dilakukan pada akhir suatu program atau pertengahan program. Hasilnya digunakan untuk mengetahui program mana yang belum dikuasai oleh peserta didik.

21


(41)

3. Cahaya dan Pembiasan Cahaya a. Pengertian Cahaya

Dalam kehidupan sehari-hari, kamu pasti telah mengenal cahaya, seperti cahaya matahari dan cahaya lampu. Cahaya penting dalam kehidupan, sebab tanpa adanya cahaya tidak mungkin ada kehidupan. Jika bumi tidak mendapat cahaya dari Matahari, maka bumi akan gelap gulita dan dingin sehingga tidak mungkin ada kehidupan. Para ahli telah meneliti cahaya untuk mengetahui sifat-sifatdan karakteristik cahaya. Ada dua pendapat mengenai cahaya, yaitu cahaya dianggap sebagai gelombang dan cahaya dianggap sebagai partikel. Setiap pendapat ini mempunyai alasan masing-masing dan keduanya telah dibuktikan secara eksperimen.

Cahaya adalah partikel-partikel kecil yang disebut korpuskel. Bila suatu sumber cahaya memancarkan cahaya maka partikel-partikel tersebut akan mengenai mata dan menimbulkan kesan akan benda tersebut.cahaya merupakan gelombang, karena sifat-sifat cahaya mirip dengan sifat-sifat gelombang bunyi. Perbedaan antara gelombang cahaya dan gelombang bunyi terletak pada panjang gelombang dan frekuensinya.sesungguhnya cahaya merupakan gelombang elektromagnetik karena kecepatan gelombang elektromagnetik sama dengan kecepatan cahaya, yaitu sebesar 3 × 108 m/s. Gelombang elektromagnetik tercipta dari perpaduan antara kuat medan listrik dan kuat medan magnet yang saling tegak lurus. Gelombang elektromagnetik juga termasuk gelombang transversal, yang ditunjukkan dengan peristiwa polarisasi.

Berdasarkan penelitian-penelitian lebih lanjut, cahaya merupakan suatu gelombang elektromagnetik yang dalam kondisi tertentu dapat berkelakuan seperti suatu partikel. Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang tidak memerlukan medium untuk merambat. Sehingga cahaya dapat merambattanpa memerlukan medium. Oleh karena itu, cahaya matahari dapat sampai ke bumi dan memberi kehidupan di dalamnya.Cahaya merambat dengan sangat cepat, yaitu


(42)

dengan kecepatan 3 × 108 m/s, artinya dalam waktu satu sekon cahaya dapat menempuh jarak 300.000.000 m atau 300.000 km.22

b. Sifat-sifat Cahaya

Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik. Karenanya cahaya memiliki sifat-sifat umum dari gelombang, antara lain:

1) Dalam suatu medium homogen (contoh: udara), cahaya merambat lurus. Perambatan cahaya disebut juga sebagai sinar. Cahaya yang dipancarkan oleh sebuah sumber cahaya merambat ke segala arah. Bila medium yang dilaluinya homogen, maka cahaya merambat menurut garis lurus. Bukti cahaya merambat lurus tampak pada berkas cahaya matahari yang menembus masuk ke dalam ruangan yang gelap. Demikian pula dengan berkas lampu sorot pada malam hari. Berkas-berkas itu tampak sebagai batang putih yang lurus.

Gambar 2.1 Cahaya merambat lurus

2) Pada bidang batas antara dua medium (contoh: bidang batas antara udara dan air), cahaya dapat mengalami pemantulan atau pembiasan.

3) Jika melewati celah sempit, dapat mengalami lenturan. 4) Dapat mengalami interferensi.

5) Dapat mengalami polarisasi. 4.

22

Baiq Hana Susanti dan Iwan Setiawan, Penentuan Percobaan Konsep Dasar IPA,


(43)

Setiap benda yang dapat memancarkan cahaya sendiri disebut sumber cahaya, contohnya: matahari, bintang, lampu, lilin, dan lain-lain. Sedangkan, benda-benda yang tidak dapat memancarkan cahaya disebut benda gelap.

a. Warna Cahaya

Pelangi terdiri atas warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Deretan warna itu dapat disingkat menjadi mejikuhibiniu. Ketujuh warna pelangi itu sebenarnya berasal dari satu warna., yaitu putih. Warna putih sering disebut. Polikromatis, poli berarti banyak, sedang kromatis berarti warna. Adapun ketujuh warna pelangi sering disebut monokromatis, mono berarti tunggal.

Cahaya putih merupakan gabungan dari beberapa warna. Warna putih dari matahari terurai menjadi beberapa warna.

Peruraian warna putih menjadi tujuh warna pelangi disebut dispersi. Dispersi dapat kita temukan pada saat terjadi pelangi. Ketika hujan reda, udara banyak mengandung titik-titik air. Jika cahaya matahari mengenai titik-titik air. Jika cahaya cahaya matahari mengenai titik-titik air itu. Akan terjadi gajala pembiasan. Pemantulan, dan dispersi titik-titik air. Pelangi baru akan terlihat jika matahari berada dibelakang dan titik-titik air. Didepan kita.

Tiap warna penyusun cahaya matahari akan dibelokkan dengan dengan sudut yang berada ketika melewati medium yang berbeda kerapatannya. Peristiwa inilah yang menyebabkan terbentuk pelangi. Cahaya matahari merupakan campuran dari berbagai warna. Ketika melewati perbatasan medium air dengan udara., cahaya itu dibelokkan sesuai dengan warnanya. Akibatnya, cahaya matahari terurai menjad warna-warna pelangi.23

Secara umum cahaya adalah gelombang tepatnya gelombang elektromagnetik. Ciri utama dari cahaya adalah ia tidak pernah diam sebalikanya cahaya selalu bergerak.

Cahaya merambat lurus seperti yang dapat kita lihat pada cahaya yang keluar dari sebuah lampu teater diruangan yang gelap atau laser yang meelintasi asap atau debu, oleh karena itu cahaya yang merambat digambar sebagai garis

23

S. Rositawaty dan Aris Muharam, Senang Belajar IPA V, ( Jakarta: Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008), Cet 8, h. 98-102.


(44)

lurus berarah yang disebut sinar cahaya, sedang berkas cahaya terdiri dari beberapa garis berarah. Berkas cahaya bisa pararel divergen (menyebar) dan konvergen (mengumpul)

Cahaya sangat penting bagi kita dalam kehidupan, cahaya sangat penting dalam proses fotosintesis benda-benda yang dapat memancarkan cahaya disebut sumber cahaya, seperti lilin menyala senter dan lampu.

Cahaya ada dua macam yaitu :

1) Cahaya yang berasal dari benda itu sendiri seperti cahaya matahari, senter, lilin dan lampu.

2) Cahaya yang mencari dari benda akibat memantulnya cahaya pada permukaan bena tersebut dari sumber cahaya, misalnya, jika melihat benda berwarna biru, artinya benda tersebut memantulkan cahaya berwarna biru. Cahaya tampak sebenarnya tersususn atas semua warna pelangi, jika sinar matahari menembus butiran air hujan, akan dibelukkan dan diuraikan menjadi tujuh warna. Tujuh warna tersebut antara lain, merah jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu warna hitam akan tampak jika benda tersebut menyerap semua warna cahaya.24

b. Pembiasan

Sebelum belajar lebih lanjut mengenai pemantulan dan pembiasan, dasar yang harus dimiliki adalah siswa mampu membedakan sinar datang, sudut datang, sinar pantul, sudut pantul, sinar bias dan sudut bias.

Berikut ini sedikit penjelasan mengenai sinar-sinar dan sudut-sudut tersebut.

Sudut datang : Sudut yang dibentuk oleh sinar datang dengan garis normal.

Sudut pantul : Sudut yang dibentuk oleh sinar pantul dengan garis normal.

Sudut bias : Sudut yang dibentuk oleh sinar bias dengan garis normal.

24

Yeni Darliana dan Hendriana, Alam Sekitar IPA, (Jakarta: Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996), Cet. 2, h. 71-99.


(45)

Pada peristiwa pembiasan, cahaya yang datang akan diteruskan namun mengalami pembiasan atau pembelokkan arah. Besarnya sudut yang dibentuk oleh sinar bias dengan garis normal dinamakan sebagai sudut bias. Besar kecilnya sudut bias dipengaruhi oleh sifat dari medium yang biasa disebut sebagai indeks bias (n). Indeks bias merupakan perbandingan antara laju cahaya dalam ruang hampa (c) dengan laju cahaya dalam medium (v) atau bila dirumuskan secara matematis:

n = c/v

Dari rumusan di atas terlihat bahwa indeks bias n berbanding terbalik dengan v. Artinya semakin besar n maka v semakin kecil. Hal ini yang menyebabkan cahaya yang datang dari medium dengan n besar ke medium dengan n lebih kecil akan dibiaskan menjauhi garis normal. Sebaliknya cahaya yang datang dari medium dengan n lebih kecil ke medium dengan n lebih besar akan dibiaskan mendekati garis normal. Lihat gambar di bawah ini!

Gambar 2.2 Sinar Bias

Cahaya dapat dibiaskan melalui percobaan sebagai berikut:

Ketika kita berenang dikolam yang jernih kaki terlihat lebih pendek, ketika minum dengan gelas, menggunakan sedotan plastik. Sedotan tersebut terlihat seperti patah dan lebih pendek.


(46)

Ikan dikolam yang jernih kelihatan lebih besar dari aslinya, dasar kolam kelihatan lebih dangkal, jalan beraspal pada siang hari yang panas kelihatan seperti berair, kejadian ini disebut fatamorgana.

Dan dari semua percobaan diatas menunjukkan salah satu sifat cahaya, cahaya bersifat dapat dibiaskan.

1) Sedotan dalam gelas berisi air terlihat seperti bengkok

2) Sinar datang merupakan sinar yang menuju dinding pantul.

3) Sinar bias merupakan sinar yang dibiaskan setelah dibiaskan oleh dinding pantul.

4) Bidang pembatas antara dua medium yang dapat memantulkan atau membiaskan cahaya

5) Garis normal merupakan garis yang dibuat tegak lurus dengan bidang pantul atau bidang bias.

6) Sudut datang merupakan sudut yang dibentuk oleh sinar datang dan garis normal.

7) Sudut bias merupakan sudut yang dibentuk oleh sinar bias dan garis normal.

Dari gambar diatas cahaya dapat dibiaskan mendekati garis normal. Hal ini terjadi apabila cahaya datang dari zat yang kurang rapat menuju zat yang lebih rapat dalam hal itu, air lebih rapat dari pada udara, sebalikanya jika cahaya datang

Udara Air Bidang batas

Sudut bias Sudut datang

Sinar datang Garis Normal


(47)

dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat, akan dibaskan menjauhi garis normal.

B. Penelitian Yang Relevan

Berbagai penelitian dengan menggunakan metode demonstrasi telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Diantara sekian banyak penelitian tersebut diantaranya, sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Eka Yuliana Rahmawati, menyimpulkan bahwa: Pemahaman siswa pada mata pelajaran PAI di SDN Pandean Kota Madiun setelah diterapkannya metode demonstrasi mengalami peningkatan dan sangat baik. Peningkatan itu ditandai dengan kemampuan siswa dalam memahami dan mencerna materi pelajaran dengan cermat dan tepat dalam memahami serta melaksanakan materi ibadah yang disampaikan oleh guru.25

2. Penelitian yang dilakukan oleh Akhmad Marsuki, yang menyatakan bahwa: Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penerapan metode demonstrasi dan resitasi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di SDN Merjosari III Malang.26

3. Penelitian yang dilakukan oleh Ainul ‘Ati Prabawati, menyimpulkan bahwa: Keterampilan siswa untuk mengenal pecahan setelah diterapkannya model pembelajaran Demonstrasi pada mata pelajaran Matematika Kelas V B MI Nurul Huda Mulyorejo Malang, sangat baik dan ada peningkatan. Dan hasil yang dapat disimpulkan dari lembar observasi tentang peningkatan keterampilan mengenal pecahan adalah pada pertemuan I 23,4%, pertemuan II 36,2% dan pertemuan III 27,7%.

25

Eka Yuliana Rahmawati, Aplikasi Metode Demonstrasi Dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Di SDN 01 Pandean Kota Madiun, Skripsi, S1 UIN Maulana Malik Ibrahim. (Malang: 2009), h. 102, tidak dipublikasikan.

26

Akhmad Marsuki, Penerapan Metode Demonstrasi dan Pemberian Tugas Belajar (Resitasi) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam Meningkatkan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas IV SDN Merjosari III Malang, Skripsi, S1 UIN Maulana Malik Ibrahim. (Malang: 2009), h. 98, tidak dipublikasikan.


(48)

Pada pertemuan I dengan perolehan nilai rata-rata 43,7, pada pertemuan II 52,9 dan pada pertemuan III 90,9 jadi peningkatan sebesar 19 poin.27

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, dapat dipahami bahwa untuk mencapai hasil belajar yang maksimal pada siswa diperlukan metode pembelajaran yang bervariatif. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pembelajaran demonstrasi. Dalam metode ini, siswa diberikan tugas-tugas mandiri, sehingga siswa diharapkan bisa lebih bersifat aktif, mampu bekerja sama dengan teman dan menemukan sendiri pemecahan permasalahan yang dihadapi.

Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa dengan penggunaan metode demonstrasi secara tepat, akan dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa.

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan berikut ini:

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir Penggunaan Metode Demonstrasi

27Ainul ‘Ati Prabawati,

Penerapan Metode Demonstrasi untuk Meingkatkan Keterampilan Mengenal Pecahan pada Pembelajaran Matematikan Siswa Kelas 3 MI Nurul Huda Mulyorejo Malang, Skripsi, S1 UIN Maulana Malik Ibrahim. (Malang: 2011), h. 104-105, tidak dipublikasikan.

Proses Pembelajaran

Pembelajaran konvensional dengan metode ceramah yang berpusat pada siswa

Pola berpikir siswa dari abstrak ke keonkrit Hasil belajar siswa rendah Perbaikan pembelajaran dengan metode demonstrasi Pelaksanaan metode demonstrasi

Pretes Postes Hasil Belajar


(49)

D. Hipotesis

Permasalahan-permasalahan yang telah diungkapkan di atas bagi peneiliti akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mencarikan solusi perbaikan hasil belajar IPA siswa yang semakin menurun.

Hipotesi ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk mencapai keberhasilan dalam penelitian yang akan dilakukan. Adapun hipotesis pada penelitian ini yaitu: Pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil belajar IPA siswa pada materi Pembiasan Cahaya di kelas V MI Al-Musthofa Sempur.


(50)

37 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012-2013. Pelaksanaan penelitian tersebut dimulai dari tanggal 25 April s.d 20 Mei 2013.

Tempat yang dijadikan sebagai lokasi penelitian yaitu Madrasah Ibtidaiyah Al-Musthofa Sempur Kabupaten Sukabumi.

B. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian, hal ini penting karena desain penelitian merupakan strategi untuk mendapatkan data yang dibutuhkan untuk keperluan pengujian hipotesis atau untuk menjawab pertanyaan penelitian dan sebagai alat untuk mengontrol variabel yang berpengaruh dalam penelitian.28

Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain.29

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah berupa metode pre-eksperimen melalui pendekatan kuantitatif.

2. Desain Penelitian

Berdasarkan tujuan dan masalah yang diteliti, desain penelitian ini termasuk penelitian pre eksperimen dengan pendekatan one group pra-post test design. Desain one group pra-post test design adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek

28

Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 49. 29


(51)

diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi.30

Dalam penelitian ini yang dieksperimenkan adalah pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil belajara siswa pada mata pelajaran IPA. Sebelum dilakukan eksperimen terhadap metode demonstrasi akan dilakukan pretest mata pelajaran IPA pada kelas V MI Al-Musthofa Sempur.

Setelah dilakukan pretes kemudian siswa diberikan perlakuan (treatment) yaitu dengan melakukan metode demonstrasi pada pembelajaran sebagaimana tersebut di atas. Dan setelah diberikan perlakukan (treatment) terhadap kelas kemudian dilakukan evaluasi hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA yang telah disampaikan pada periode pelaksanaan eksperimen melalui pemberian soal postes.

Desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:31 Tabel 3.1

Desain Penelitian Kelompok

Eksperimen

Pretes Variabel Bebas Postes

Y1 Xe Y2

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MI Al-Musthofa Sempur sedangkan populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas V MI Al-Musthofa Sempur.

2. Sampel

Sampel adalah bagian atau wakil dari yang diteliti. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling yaitu teknik

30

Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. (Jakarta: Salemba Medika, 2008), h. 55.

31


(52)

pengambilan sampel dengan memilih salah satu kelompok atau beberapa kelompok yang ada didalam populasi secara simpel random sampling.32

Gambar 3.1

Cluser Random Sampling

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini merupakan pengumpulan data yang akan menghasilkan data yang akurat dan objektif.

Adapun teknik yang digunakan dalan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Instrumen Tes

Peneliti memberikan tes kepada siswa berupa soal pretes yang diberikan sebelum tindakan dan soal postes yang diberikan setelah dilakukannya tindakan penelitian.

Soal pretes dan postes yang diberikan kepada siswa berupa soal pilihan ganda yang memberikan 4 pilihan jawaban pada setiap nomornya dan berjumlah 20 soal.

32

Rony Kountur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. (Jakarta: CV Taruna Grafika, 2003), h. 102.

x o x o x o x o

x o x o


(53)

2. Instrumen non-tes a. Observasi

Observasi yang dilakukan peneliti adalah dengan mengamati aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan aktivitas guru dalam menyampaikan materi pelajaran dengan penerapan metode demonstrasi yang digunakan.

b. Dokumentasi

Peneliti menggunakan teknik dokumentasi bertujuan untuk memperoleh data nilai IPA siswa kelas V MI Al-Musthofa Sempur.

E. Kalibrasi Instrumen 1. Validasi Instrumen

Instrumen yang valid akan memiliki validitas tinggi, sedangkan instrumen yang kurang valid akan memiliki validitas rendah.

Mengukur validitas instrumen penelitian, peneliti terlebih dahulu mengujicobakan instrument tersebut pada kelas lain yang telah memiliki pengetahuan tentang materi pembiasan cahaya. Lalu, hasil uji coba tersebut dihitung dengan menggunakan rumus poin biserial.

Adapun rumus poin biserial dalam menghitung validitas butir soal, sebagai berikut:33

Keterangan:

: Koefisien korelasi biserial antara skor butir soal nomor i dengan skor total

: Mean skor darisubjek-subjek tang menjawab betul item yang dicari korelasinya dengan tes.

: Mean skor total (skor rata-rata dari seluruh pengikut tes).

33

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-XII. h. 252.


(54)

: Standar deviasi skor total.

: Proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut. : 1 – p

Mencari standar deviasi:34

2

Keterangan:

SD = Standar deviasi skor total

= Tiap skor dikuadratkan lalu dijumlahkan kemudian dibagi N = Semua skor dijumlahkan, dibagi N, lalu dikuadratkan.

2. Realibilitas Instrumen

Setelah melakukan uji validitas, langkah selanjutnya adalah dengan melakukan pengukuran reliabilitas. Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Uji reliabilitas untuk butir soal objektif dilakukan dengan menggunakan rumus Kuder Richardson atau yang dikenal dengan K-R 20, yaitu:35

Keterangan:

: reliabilitas tes secara keseluruhan

P : proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

Q : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)

Σ pq : jumlah hasil perkalian antara p dan q N : banyaknya item

S : standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar dari devians) Kriteria validitas dan reliabilitas adalah sebagai berikut:

Antara 0,80 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi

34

Ibid, h. 265. 35


(55)

Antara 0,60 sampai dengan 0,80 : tinggi Antara 0,40 sampai dengan 0,60 : cukup Antara 0,20 sampai dengan 0,40 : rendah

Antara 0,00 sampai dengan 0,20 : sangat rendah 3. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Untuk menentukan daya pembeda, maka digunakan rumus sebagai berikut:36

Keterangan:

DP : Daya pembeda

: Jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok bawah : Jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok atas : 27% x n

Klasifikasi harga daya pembeda (DP) 0.40 and up : Very good items

0.30 – 0.39 : Reasonably good, but possibly subject to improvement. 0.20 – 0.29 : Marginal items, usuaslly needing and being subject to

improvement.

Below – 0.19 : Poor items, to be reject or improved by revision.

4. Tingkat Kesukaran

Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal itu apakah sukar, sedang, atau mudah maka soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu. Rumus dari uji ini yaitu:

36


(56)

Keterangan:

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal yang benar N : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria tingkat kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut: P = 0,00 - 0,25 = soal sukar

P = 0,26 - 0,75 = soal sedang P = 0,76 - 1,00 = soal mudah F. Teknik Analisis Data

Analisis data diawali dengan pengujian persyaratan analisis, yaitu uji normalitas dan homogenitas. Kemudian dilanjutkan dengan pengujian hipotesis.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan yaitu uji Lilliefors.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi homogen atau tidak.Uji homogenitas yang digunakan adalah Uji Fisher.

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk menghitung korelasi antara variabel X dan variabel Y dengan menggunakan rumus uji t (t-test) pada taraf signifikasi 5 % (0,05), yaitu:

Keterangan: to = t score

x = Mean kelas eksperimen Y = Mean kelas kontrol


(57)

S = Standar Deviasi gabungan

nA = Jumlah sampel kelas eksperimen

nB = Jumlah sampel kelas kontrol

Hasil perhitungan statistik tersebut digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis statistik, sedangkan pengujian t-tes dalam tabel dilakukan pada taraf signifikasi 0,05. Apabila thitung≤ ttabel, berarti dapat dikatakan bahwa tidak terdapat

pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil belajar IPA siswa, sedangkan apabila thitung≥ ttabel, berarti dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh metode demonstrasi

terhadap hasil belajar IPA siswa, artinya siswa yang diajar dengan menggunakan metode demonstrasi hasil belajarnya lebih tinggi dari pada siswa yang diajar dengan tidak menggunakan metode demonstrasi.


(1)

UJI NORMALITAS DATA LILIFORS

No x z f(z) s(z) [s(z)-f(z)]

No Interval Kelas Nilai Tengah Frekuensi

1 13 -0.88163 0.188988 0.50 0.311012 Absolut Relatif (%)

2 13 -0.88163 0.188988 0.50 0.311012 1 55.00-64.49 0 0 0

3 13 -0.88163 0.188988 0.50 0.311012 2 65.00-74.49 66 13 65

4 13 -0.88163 0.188988 0.50 0.311012 3 75.00-84.49 75 7 35

5 13 -0.88163 0.188988 0.50 0.311012 4 85.00-94.49 0 0 0

6 13 -0.88163 0.188988 0.50 0.311012 5 95.00-100 0 0 0

7 13 -0.88163 0.188988 0.50 0.311012 Jumlah 20 100

8 13 -0.88163 0.188988 0.50 0.311012 9 13 -0.88163 0.188988 0.50 0.311012 10 13 -0.88163 0.188988 0.50 0.311012 11 14 0.097959 0.539018 0.65 0.110982 12 14 0.097959 0.539018 0.65 0.110982 13 14 0.097959 0.539018 0.65 0.110982 14 15 1.077549 0.859382 0.95 0.090618 15 15 1.077549 0.859382 0.95 0.090618 16 15 1.077549 0.859382 0.95 0.090618 17 15 1.077549 0.859382 0.95 0.090618 18 15 1.077549 0.859382 0.95 0.090618 19 15 1.077549 0.859382 0.95 0.090618 20 16 2.057138 0.980164 1.00 0.019836 0.20033

Mean = 13.9 Max = 0.311012


(2)

UJI NORMALITAS DATA LILIFORS

No x z f(z) s(z) [s(z)-f(z)]

No Interval Kelas Nilai Tengah Frekuensi

1 13 -1.2254 0.110212 0.30 0.189788 Absolut Relatif (%)

2 13 -1.2254 0.110212 0.30 0.189788 1 55.00-64.49 0 0 0

3 13 -1.2254 0.110212 0.30 0.189788 2 65.00-74.49 67 10 50

4 13 -1.2254 0.110212 0.30 0.189788 3 75.00-84.49 77 10 50

5 13 -1.2254 0.110212 0.30 0.189788 4 85.00-94.49 0 0 0

6 13 -1.2254 0.110212 0.30 0.189788 5 95.00-100 0 0 0

7 14 -0.35012 0.363126 0.50 0.136874 Jumlah 20 100

8 14 -0.35012 0.363126 0.50 0.136874 9 14 -0.35012 0.363126 0.50 0.136874 10 14 -0.35012 0.363126 0.50 0.136874 11 15 0.525173 0.700268 0.80 0.099732 12 15 0.525173 0.700268 0.80 0.099732 13 15 0.525173 0.700268 0.80 0.099732 14 15 0.525173 0.700268 0.80 0.099732 15 15 0.525173 0.700268 0.80 0.099732 16 15 0.525173 0.700268 0.80 0.099732 17 16 1.400461 0.919312 1.00 0.080688 18 16 1.400461 0.919312 1.00 0.080688 19 16 1.400461 0.919312 1.00 0.080688 20 16 1.400461 0.919312 1.00 0.080688 0.130368

Mean = 14.4 Max = 0.189788


(3)

UJI NORMALITAS DATA LILIFORS

No x z f(z) s(z) [s(z)-f(z)]

No Interval Kelas Nilai Tengah Frekuensi

1 13 -1.2254 0.110212 0.30 0.189788 Absolut Relatif (%)

2 13 -1.2254 0.110212 0.30 0.189788 1 55.00-64.49 0 0 0

3 13 -1.2254 0.110212 0.30 0.189788 2 65.00-74.49 67 10 50

4 13 -1.2254 0.110212 0.30 0.189788 3 75.00-84.49 78 9 45

5 13 -1.2254 0.110212 0.30 0.189788 4 85.00-94.49 85 1 5

6 13 -1.2254 0.110212 0.30 0.189788 5 95.00-100 0 0 0

7 14 -0.35012 0.363126 0.50 0.136874 Jumlah 20 100

8 14 -0.35012 0.363126 0.50 0.136874 9 14 -0.35012 0.363126 0.50 0.136874 10 14 -0.35012 0.363126 0.50 0.136874 11 15 0.525173 0.700268 0.80 0.099732 12 15 0.525173 0.700268 0.80 0.099732 13 15 0.525173 0.700268 0.80 0.099732 14 15 0.525173 0.700268 0.80 0.099732 15 15 0.525173 0.700268 0.80 0.099732 16 15 0.525173 0.700268 0.80 0.099732 17 16 1.400461 0.919312 1.00 0.080688 18 16 1.400461 0.919312 1.00 0.080688 19 16 1.400461 0.919312 1.00 0.080688 20 16 1.400461 0.919312 1.00 0.080688 0.130368

Mean = 14.4 Max = 0.189788


(4)

Pretes Postes F-Test Two-Sample for Variances

60 65

70 75 Pretes Postes

70 80 Mean 64.75 69.5

60 65 Variance 30.19736842 26.05263158

60 65 Observations 20 20

70 75 df 19 19

75 75 F 1.159090909

65 70 P(F<=f) one-tail 0.375462839

70 75 F Critical one-tail 2.168251601

65 65

75 75 t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances

60 70

65 70 Pretes Postes

65 65 Mean 64.75 69.5

55 65 Variance 30.19736842 26.05263158

60 65 Observations 20 20

60 65 Pooled Variance 28.125

65 65 Hypothesized Mean Difference 0

60 65 df 38

65 75 t Stat -2.832352771

64.75 69.5 P(T<=t) one-tail 0.003676088

33.1891 26.05263 t Critical one-tail 1.68595446

P(T<=t) two-tail 0.007352177

1295 t Critical two-tail 2.024394164

11.28125 1.49901


(5)

Pretes Postes F-Test Two-Sample for Variances

65 75

75 80 Pretes Postes

80 80 Mean 72 76.25

70 75 Variance 32.63157895 28.61842105

65 70 Observations 20 20

75 80 df 19 19

80 85 F 1.140229885

80 80 P(F<=f) one-tail 0.388905737

75 80 F Critical one-tail 2.168251601

70 75

80 80 t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances

75 80

75 80 Pretes Postes

70 80 Mean 72 76.25

65 65 Variance 32.63157895 28.61842105

65 75 Observations 20 20

65 70 Pooled Variance 30.625

70 75 Hypothesized Mean Difference 0

65 65 df 38

75 75 t Stat -2.428571429

72 76.25 P(T<=t) one-tail 0.00999991

34.47115 28.61842 t Critical one-tail 1.68595446

P(T<=t) two-tail 0.019999819

t Critical two-tail 2.024394164


(6)