PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SD NEGERI SUKABUMI

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SD NEGERI SUKABUMI

Oleh

ALDONA MEYLINA MANALU

Masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dengan rata-rata nilai mid semester sebesar 60, dari 12 siswa hanya 5 orang siswa yang mendapat nilai ≥ 66 atau 42% dan sebanyak 7 orang siswa atau 58% belum mencapai KKM yang ditentukan yaitu 66. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan menerapkan model cooperative learning tipe rotating trio exchange (RTE).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Prosedur dilaksanakan melalui dua siklus, setiap siklusnya terdiri dari; (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) observasi (observing), (4) refleksi (reflecting). Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui observasi dan tes, menggunakan lembar panduan observasi dan soal-soal tes untuk mengukur hasil belajar siswa. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model cooperative learning tipe RTE dalam pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri Sukabumi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan belajar siswa yang mencapai 75%, dari rata-rata aktivitas siswa pada siklus I (63,81%) dan pada siklus II menjadi (79,95%) dengan peningkatan 16,14%. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I (67,5) dan pada siklus II menjadi (83,3) dengan peningkatan 15,8.


(2)

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SD NEGERI SUKABUMI

Oleh

ALDONA MEYLINA MANALU

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

i RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Panutan pada tanggal 24 Mei 1993. Peneliti adalah anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan bapak Manoto Manalu dan ibu Supriyani. Pendidikan TK diselesaikan di Taman Kanak-kanak Dharma Wanita Panutan, Pagelaran. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 2 Panutan, Pagelaran tahun 2005. Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Negeri 1 Pringsewu pada tahun 2008. Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Negeri 1 Pringsewu pada tahun 2011. Tahun 2011, peneliti terdaftar sebagai mahasiswa S-1 PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung.


(7)

ii MOTO

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.

(Filipi 4:13)

Jatuh adalah cara maju yang rasanya tidak enak. Bangkit, move on! Jangan menyerah!

(Mario Teguh)

Semakin sulit perjuanganya semakin besar kemenangannya (Thomas Paine)


(8)

iii

PERSEMBAHAN

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan kerendahan hati dan segenap jiwa karya ini kupersembahkan untuk:

Ayahanda dan ibunda tercinta Manoto Manalu dan Supriyani yang senantiasa melimpahkan kasih sayang dan doa kepada anak-anaknya. Terimakasih atas pendidikan yang telah diberikan sehingga aku mampu menjadi seseorang yang kuat, tegar dan sabar dalam menghadapi berbagai permasalahan dengan rasa syukur. Karya ini aku persembahkan sebagai bukti bahwa anak kalian ini mampu untuk menjadi seseorang yang berguna bagi diri sendiri, dan banyak orang, seperti

yang ayahanda dan ibunda harapkan.

Kedua adikku tercinta, Brilian Patar Novenda Manalu dan Chelsea Xenidya Manalu yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan kasih sayang serta

memberikan kesadaran bagiku akan tugas dan tanggung jawabku dalam menyelesaikan skripsi ini dengan luar biasa.

Markus Eko Wahyudi yang telah mendukung peneliti dalam keadaan apapun.

Bapak dan Ibu dosenku tercinta yang selalu memberikan ilmu yang bermanfaat kepada peneliti.


(9)

iv SANWACANA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul ”Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Rotating Trio Exchange untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri Sukabumi”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini dapat terwujud berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Lampung yang telah memberikan semangat kemajuan serta dorongan untuk memajukan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., sebagai Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan program studi PGSD.

3. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan dukungan untuk kemajuan program studi PGSD dan membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.


(10)

v 4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., Ketua Program Studi PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung sekaligus Dosen Pembimbing Dua yang telah banyak membantu, membimbing, dan memberikan saran serta waktu kepada peneliti dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan benar.

5. Bapak Drs. Siswantoro, M.Pd., sebagai Koordinator Kampus B FKIP Unila sekaligus Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran yang sangat bermanfaat bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Muncarno, M.Pd., Dosen Pembimbing Utama sekaligus Dosen Pembimbing Akademik (PA) yang telah banyak membantu, membimbing, dan memberikan saran serta waktu kepada peneliti dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan benar.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf PGSD UPP Metro yang telah banyak membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.

8. Bapak Sahperi, S.Pd.I., Kepala SD Negeri Sukabumi, serta Dewan Guru dan Staf Administrasi yang telah membantu peneliti selama penyusunan skripsi ini.

9. Ibu Erhalina, S.Pd., guru kelas yang banyak membantu peneliti dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

10. Siswa-siswi kelas IV SD Negeri Sukabumi yang telah berpartisipasi aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

11. Sahabat terbaikku, Antonina Meilani Asta S.N, Anyta MJ, Adi Prasetyo, Fitri Yani, Meilina Budiawati, Noviana Purnama Sari, Gita Prawita Utami, Deti


(11)

vi agar dapat menyelesaikan skripsi.

12. Rekan-rekan senasib dan seperjuangan, mahasiswa Program S-1 PGSD angkatan 2011, terimakasih kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan selama ini sehingga menumbuhkan semangat kepada peneliti untuk penyusunan skripsi ini.

13.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan namanya satu per satu yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, peneliti menyadari bahwa tulisan ini masih kurang sempurna, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dan peningkatan dunia pendidikan khususnya di bidang ke SD-an.

Metro, Maret 2015 Peneliti

Aldona Meylina Manalu NPM 1113053006


(12)

vii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C.Rumusan Masalah ... 6

D.Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Model Pembelajaran Cooperative Learning ... 9

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 9

2. Model Cooperative Learning ... 10

a. Pengertian Model Cooperative Learning ... 10

b. Tujuan Cooperative Learning ... 11

c. Jenis-jenis Cooperative Learning ... 12

d. Model Cooperative Learning Tipe Rotating Trio Exchange 14 1) Pengertian Model Cooperative Learning Tipe Rotating Trio Exchange ... 14

2) Kelebihan dan Kelemahan Model Cooperative Learning Tipe Rotating Trio Exchange ... 15

3) Langkah-langkah Model Cooperative Learning Tipe Rotating Trio Exchange ... 16

B. Belajar ... ...17

1. Pengertian Belajar ... 17

2. Aktivitas Belajar ... 18

3. Hasil Belajar ... 19

C.Kinerja Guru ... 21

D.Matematika ... 21

1. Pengertian Matematika ... 21

2. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ... 23

E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 25

F. Kerangka Pikir ... 25


(13)

viii

A. Prosedur Penelitian ... 28

B. Setting Penelitian ... 29

1. Tempat Penelitian ... 29

2. Waktu Penelitian ... 29

3. Subjek Penelitian ... 30

C. Teknik Pengumpulan Data ... 30

1. Teknik Non Tes ... 30

2. Teknik Tes ... 30

D. Alat Pengumpul Data ... 31

1. Lembar Panduan Observasi ... 31

2. Soal-soal Tes ... 31

E. Teknik Analisis Data ... 31

1. Data Kualitatif ... 32

2. Data Kuantitatif ... 35

F. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas ... 37

Siklus I ... 37

Siklus II ... 40

G. Indikator Keberhasilan ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Awal ... 44

1. Profil SD Negeri Sukabumi ... 44

2. Deskripsi Awal ... 45

3. Refleksi Awal ... 46

B. Pelaksanaan Penelitian ... 46

1. Siklus I ... 46

a. Siklus I Pertemuan Pertama ... 47

b. Siklus I Pertemuan Kedua ... 48

c. Hasil Observasi Siklus I ... 48

1) Kinerja Guru ... 48

a) Siklus I Pertemuan Pertama ... 48

b) Siklus I Pertemuan Kedua ... 49

c) Peningkatan Kinerja Guru pada Siklus I ... 50

2) Aktivitas Belajar Siswa... 51

a) Siklus I Pertemuan Pertama ... 51

b) Siklus I Pertemuan Kedua ... 52

c) Peningkatan Aktivitas Siswa Siklus I ... 53

3) Hasil Belajar Siswa ... 54

d. Refleksi Siklus I ... 55

e. Saran Perbaikan/Tindakan Kelas untuk Siklus II ... 57

2. Siklus II ... 58

a. Siklus II Pertemuan Pertama ... 58

b. Siklus II Pertemuan Kedua ... 59

c. Hasil Observasi Siklus II ... 60


(14)

ix

a) Siklus II Pertemuan Pertama ... 60

b) Siklus II Pertemuan Kedua ... 61

c) Peningkatan Kinerja Guru Siklus II ... 62

2) Aktivitas Belajar Siswa... 63

a) Siklus II Pertemuan Pertama ... 63

b) Siklus II Pertemuan Kedua ... 64

c) Peningkatan Aktivitas Siswa Siklus II ... 66

3) Hasil Belajar Siswa ... 67

d. Refleksi Siklus II ... 68

C. Pembahasan ... 69

1) Kinerja Guru... 69

2) Aktivitas Belajar Siswa ... 71

3) Hasil Belajar Siswa ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79 LAMPIRAN


(15)

x

Tabel Halaman

3.1 Observasi aktivitas siswa ...32

3.2 Rubrik penilaian tiap aspek yang diamati ...33

3.3 Kualifikasi persentase skor hasil observasi aktivitas belajar siswa ...34

3.4 Kualifikasi persentase penilaian kinerja guru ...35

3.5 Kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa dalam % ...37

4.1 Kinerja guru pada siklus I pertemuan pertama ...49

4.2 Kinerja guru pada siklus I pertemuan kedua ...50

4.3 Peningkatan kinerja guru siklus I ...50

4.4 Data aktivitas siswa siklus I pertemuan pertama...52

4.5 Data aktivitas siswa siklus I pertemuan kedua ...53

4.6 Data peningkatan aktivitas siswa siklus I pertemuan pertama dan pertemuan kedua ...54

4.7 Hasil belajar siswa pada siklus I ...55

4.8 Kinerja guru pada siklus II pertemuan pertama ...60

4.9 Kinerja guru pada siklus II pertemuan kedua ...61

4.10 Peningkatan kinerja guru siklus II ...62

4.11 Data aktivitas siswa siklus II pertemuan pertama ...64

4.12 Data aktivitas siswa siklus II pertemuan kedua...65

4.13 Data peningkatan aktivitas siswa siklus I pertemuan pertama dan pertemuan kedua ...66

4.14 Hasil belajar siswa pada siklus II ...67

4.15 Rekapitulasi hasil penilain kinerja guru ...70

4.16 Rekapitulasi nilai aktivitas siswa ...71


(16)

xi DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Kerangka pikir penelitian ... 26

3.2 Tahapan siklus penelitian tindakan kelas ... 29

4.1 Grafik peningkatan kinerja guru selama PTK ... 70

4.2 Grafik nilai rata-rata aktivitas siswa ... 72

4.3 Grafik rekapitulasi rata-rata hasil belajar siswa... 73


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar diri dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran secara aktif mengembangkan kepribadian dan kemampuan baik di dalam maupun di luar sekolah. Oleh karena itu pendidikan hendaknya melihat jauh kedepan dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Berdasarkan undang-undang di atas, diharapkan pendidikan dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki oleh siswa agar mereka tidak hanya pintar dalam teori, namun diharapkan mereka juga dapat menjadi manusia cerdas yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia sehingga kecerdasan yang mereka miliki akan serasi dan seimbang.


(18)

2

Zarkasi (2009: 10) mengungkapkan bahwa secara mikro pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beretika, memiliki nalar, berkemampuan berkomunikasi sosial, dan berbadan sehat sehingga menjadi manusia yang mandiri.

Pendidikan akan terlaksana dengan baik apabila adanya sebuah landasan dalam pelaksanaanya. Landasan yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan pendidikan adalah kurikulum. Kurikulum berkembang sesuai dengan kemajuan dan tuntutan zaman. Kurikulum yang tidak asing bagi kita salah satunya adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau kurikulum 2006. Dimana kurikulum tersebut merupakan sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia.

Peran pendidikan dalam upaya pembentukan generasi dimasa mendatang menuntut guru sebagai bagian dari elemen pendidikan untuk proaktif dalam meningkatkan mutu pembelajaran di kelas sehingga terjadi peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang mengarah pada tujuan pendidikan. Usaha untuk mewujudkan tujuan pendidikan yaitu melalui proses pembelajaran, salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar adalah matematika. Sebagaimana kita ketahui tujuan pembelajaran matematika dalam kurikulum 2006, Depdiknas (2011: 22) untuk jenjang Sekolah Dasar adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam


(19)

pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan rumusan tujuan matematika di atas, tujuan akhir dari mata pelajaran matematika adalah adanya paradigma dalam diri siswa terhadap kegunaan matematika dalam kehidupan. Namun, tidak mudah untuk dapat menumbuhkan sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, sebab konsep matematika disajikan dalam bentuk abstrak. Sebagaimana diungkapkan oleh Adjie (2006: 37) bahwa substansi materi pelajaran matematika bersifat abstrak, karena sifat abstraknya itu maka guru harus memulai dalam belajar matematika dari konkret menuju abstrak.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 25 Oktober 2014 dengan guru kelas IV SD Negeri Sukabumi menunjukkan bahwa nilai rata-rata mid semester masih rendah, khusunya pada mata pelajaran matematika yaitu di bawah nilai ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 66. Hal ini terlihat dari nilai mid semester yaitu memperoleh nilai rata-rata 60. Dari 12 siswa hanya 5 orang


(20)

4

siswa yang mendapat nilai ≥ 66 atau 42% dan sebanyak 7 orang siswa atau 58% belum mencapai KKM yaitu mendapat nilai < 66. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas IV SD Negeri Sukabumi masih rendah karena 58% siswa masih mendapat nilai di bawah KKM.

Setelah diamati ternyata penyebab rendahnya nilai rata-rata mid semester pada mata pelajaran matematika dikarenakan terdapat beberapa masalah yang timbul dalam proses pembelajaran, antara lain yaitu: (1) Pada saat pembelajaran masih bersifat konvensional yakni guru aktif dan siswa pasif, ini terlihat dari kurangnya partisipasi siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapat, (2) Pembelajaran masih bersifat teacher centred yakni pembelajaran yang masih berpusat kepada guru serta penggunaan metode ceramah yang sangat dominan, sehingga siswa kurang berminat dalam mengikuti proses pembelajaran, (3) Guru juga belum pernah menerapkan model cooperative learning tipe rotating trio exchange di kelas, sehingga dengan kondisi tersebut menjadikan penguasaan siswa terhadap materi kurang optimal.

Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, diperlukan model pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu guru untuk dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan model cooperative learning.


(21)

Cooperative learning merupakan model pembelajaran yang penerapannya dilakukan dengan cara bekerja sama dan berkelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari beberapa siswa. Setiap siswa harus bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran terutama dalam mata pelajaran matematika. Sehingga pada akhirnya, siswa dapat memahami dan mampu memecahkan berbagai permasalahan dan dapat mempermudah pemahaman siswa dalam belajar matematika.

Lie dalam Isjoni (2011: 18) menyebut cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong royong, yakni sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lainnya dalam tugas- tugas terstruktur. Cooperative learning saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa, terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru untuk mengaktifkan siswa dalam belajar. Model cooperative learning banyak memiliki variasi salah satunya adalah tipe rotating trio exchange.

Selanjutnya Silberman (2009: 85) berpendapat bahwa model cooperative learning tipe rotating trio exchange merupakan suatu cara yang efektif bagi siswa untuk berdiskusi tentang berbagai masalah pembelajaran dengan beberapa teman sekelasnya. Dengan adanya pertukaran tiga anak yang dirotasikan, akan berjalan dengan mudah jika dilengkapi dengan materi pelajaran yang mendukung. Dengan rotating trio exchange, diharapkan siswa dapat belajar bekerja sama untuk menyelesaikan berbagai persoalan terutama dalam pembelajaran matematika.


(22)

6

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa perlu melakukan perbaikan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Rotating Trio Exchange untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri Sukabumi”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, identifikasi permasalahan yang ada yakni sebagai berikut:

1. Rendahnya aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas IV SD Negeri Sukabumi.

2. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas IV SD Negeri Sukabumi.

3. Pembelajaran yang diterapkan guru masih bersifat konvensional. 4. Pembelajaran masih bersifat teacher centred.

5. Penggunaan metode ceramah yang sangat dominan.

6. Belum pernah menggunakan model cooperative learning tipe rotating trio exchange dalam pembelajaran di kelas.

C.Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pembelajaran matematika dengan menggunakan model cooperative learning tipe rotating trio exchange dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri Sukabumi?


(23)

2. Bagaimanakah pembelajaran matematika dengan menggunakan model cooperative learning tipe rotating trio exchange dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Sukabumi?

D.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar kelas IV SD Negeri Sukabumi pada mata pelajaran matematika melalui model cooperative learning tipe rotating trio exchange.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Sukabumi pada mata pelajaran matematika melalui model cooperative learning tipe rotating trio exchange.

E.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi:

1. Siswa

Dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika melalui model cooperative learning tipe rotating trio exchange. 2. Guru

Sebagai bahan pertimbangan, menambah wawasan, meningkatkan kemampuan penguasaan penerapan pembelajaran matematika dengan model cooperative learning tipe rotating trio exchange, sehingga dapat


(24)

8

menciptakan guru yang profesional yang dapat memberikan manfaat bagi siswa.

3. Sekolah

Merupakan bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran matematika melalui model cooperative learning tipe rotating trio exchange.

4. Peneliti

Menambah pengetahuan tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dan dapat meningkatkan pengetahuan dan penguasaan menggunakan model cooperative learning tipe rotating trio exchange pada pembelajaran matematika, guna meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.


(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Cooperative Learning 1. Pengertian Model Pembelajaran

Saat guru melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas, pada dasarnya guru tersebut sedang mempraktekkan model pembelajaran. Model pembelajaran ini menggambarkan keseluruhan urutan atau langkah-langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran.

Menurut Suprihatiningrum (2013: 145) model pembelajaran merupakan suatu rancangan yang didalamnya menggambarkan proses pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru dalam mentransfer pengetahuan maupun nilai-nilai kepada siswa. Selanjutnya Arends dalam Suprijono (2013: 46) model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Hanafiah & Cucu Suhana (2010: 41) mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun


(26)

10

generatif. Selain itu Sani (2013: 89) model pembelajaran merupakan kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rancangan atau gambaran proses pembelajaran yang mengacu pada pendekatan secara menyeluruh yang memuat tujuan, tahapan-tahapan kegiatan, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas, sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai dengan baik.

2. Model Cooperative Learning

a. Pengertian Model Cooperative Learning

Salah satu model pembelajaran yang digunakan pada kegiatan pembelajaran adalah model cooperative learning. Model cooperative learning adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam bentuk kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran.

Hanafiah & Cucu Suhana (2010: 41) mengemukakan bahwa cooperative learning, yaitu model pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil peserta didik untuk bekerja sama dalam rangka mengoptimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.


(27)

Selanjutnya Wena (2013: 189) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama.

Selain itu Suprijono (2010: 54) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa cooperative learning merupakan model pembelajaran berdasarkan kelompok kecil dimana pembelajaran dilaksanakan secara berkelompok untuk saling bertukar informasi dan gagasan untuk mencapai suatu tujuan dalam pembelajaran juga menanamkan sikap kerja sama siswa dengan saling menghargai pendapat orang lain.

b. Tujuan Cooperative Learning

Setiap model pembelajaran memiliki tujuan yang akan dicapai, sama halnya dengan cooperative learning. Huda (2012: 78) mengemukakan tujuan dari cooperative learning adalah menempatkan semua siswa dalam kelompok kecil dan diminta untuk mempelajari materi tertentu dan saling memastikan semua anggota kelompok juga mempelajari materi tersebut. Selain itu


(28)

12

Trianto (2010: 60) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.

Selanjutnya Martati (2010: 15) mengemukakan tiga tujuan cooperative learning, yaitu meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademis yang penting, toleransi dan penerimaan yang lebih luas terhadap orang-orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, atau kemampuannya dan mengajarkan keterampilan kerja sama dan berkolaborasi kepada siswa.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan cooperative learning adalah memaksimalkan belajar siswa secara berkelompok agar mereka dapat bekerja bersama-sama dan saling menghargai pendapat satu sama lain.

c. Jenis- jenis Cooperative Learning

Rusman (2012: 213-224) mengemukakan jenis-jenis model cooperative learning adalah sebagai berikut:

(1) student teams achievement (STAD), (2) jigsaw,

(3) group investigation (GI),


(29)

(5) teams games tournaments (TGT).

Selanjutnya Isjoni (2010: 51) mengungkapkan dalam model cooperative learning terdapat beberapa variasi jenis-jenis model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, diantaranya:

(1) Student Team Achievment Division (STAD), (2) Jigsaw,

(3) Group Investigation (GI), (4) Rotating Trio Exchange, (5) Group Resum.

Suprijono (2013: 89) mengemukakan bahwa jenis-jenis model cooperative learning diantaranya:

(a) Jigsaw,

(b) Think Pair Share,

(c) Number Heads Together, (d) Group Investigation, (e) Two Stay Two Stray, (f) Make A Match.

Berdasarkan teori dari beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa model cooperative learning merupakan model pembelajaran secara berkelompok yang mempunyai berbagai macam variasi dalam pembelajarannya, sesuai dengan kebutuhan yang dapat menggerakkan siswa untuk belajar aktif. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti akan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe rotating trio exchange.


(30)

14

d. Model Cooperative Learning Tipe Rotating Trio Exchange 1) Pengetian Model Cooperative Learning Tipe Rotating Trio

Exchange

Pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchange merupakan pembelajaran kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari tiga orang yang berpindah searah jarum jam.

Isjoni (2010: 59) mengungkapkan bahwa model cooperative learning tipe rotating trio exchange adalah model pembelajaran dimana dalam satu kelompok terdiri dari 3 orang siswa, yang diberi nomor 0, 1, dan 2, nomor 1 berpindah searah jarum jam dan nomor 2 sebaliknya berlawanan arah jarum jam sedangkan nomor 0 tetap di tempat. Setiap kelompok diberikan pertanyaan untuk didiskusikan. Setelah itu, kelompok dirotasikan kembali dan terjadi trio yang baru. Dan setiap trio baru tersebut diberikan pertanyaan baru untuk didiskusikan, dengan cara pertanyaan yang diberikan ditambahkan sedikit tingkat kesulitannya. Silberman (2009: 85) mengungkapkan bahwa model cooperative learning tipe rotating trio exchange merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif bagi siswa untuk berdiskusi tentang berbagai masalah pembelajaran dengan beberapa teman sekelasnya. Dengan adanya pertukaran tiga anak yang dirotasikan, akan berjalan dengan mudah jika dilengkapi dengan materi pelajaran yang mendukung.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model cooperative learning tipe rotating trio exchange adalah salah satu model pembelajaran cooperative learning yang menerapkan pembelajaran secara berkelompok dimana setiap kelompok terdiri atas tiga orang siswa yang akan di putar


(31)

searah dan berlawanan dengan jarum jam sehingga akan membentuk kelompok dan anggota kelompok yang baru.

2) Kelebihan dan Kelemahan Model Cooperative Learning Tipe Rotating Trio Exchange

Model pembelajaran cooperative learning tipe rotating trio exchange meiliki berberapa kelebihan dan kekurangan diantaranya:

Kelebihan Model Cooperative Learning Tipe Rotating Trio Exchange

Riad (2012) menyatakan bahwa kelebihan model pembelajaran cooperative learning tipe rotating trio exchange adalah:

(a) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pandangan dan pengalaman yang diperoleh siswa secara bekerja sama.

(b) Melatih siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan mengemukakan pendapat.

(c) Memiliki motivasi tinggi karena mendapat dorongan teman sekelompok.

(d) Dengan adanya pembaharuan anggota dalam setiap kelompok setelah diskusi selesai, siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir lebih baik.

(e) Siswa tidak merasa bosan karena dalam setiap diskusi mereka selalu dirotasikan sehingga menemukan teman diskusi yang selalu baru.

Kelemahan Model Cooperative Learning Tipe Rotating Trio Exchange

Riad (2012) menyatakan bahwa kelemahan model pembelajaran cooperative learning tipe rotating trio exchange adalah:

(a) Dalam setiap pembelajaran yang menggunakan model cooperative learning tipe rotating trio exchange, guru harus mempersiapkan pembelajaran dengan sungguh-sungguh.

(b) Saat diskusi berlangsung, terkadang didominasi oleh seseorang dalam setiap kelompok.

(c) Lebih baik diterapkan pada jumlah siswa berkelipatan tiga, namun tidak menutup kemungkinan diterapkan pada jumlah siswa yang tidak berkelipatan tiga.


(32)

16

(d) Memerlukan waktu yang banyak dalam pelaksanaannya, karena setiap kelompok harus dirotasikan sehingga selalu membentuk kelompok baru.

Berdasarkan kelebihan dan kelemahan model cooperative learning tipe rotating trio exchange di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam setiap model pembelajaran memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing dalam setiap pelaksanaannya, sehingga guru harus bisa lebih variatif untuk meminimalisir kekurangan tersebut agar pelaksanaaan pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe rotating trio exchange dapat berjalan dengan menyenangkan dan siswa tidak merasa bosan dalam pembelajaran.

3) Langkah-langkah Model Cooperative Learning Tipe Rotating Trio Exchange

Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe rotating trio exchange menurut Isjoni (2010: 59) adalah sebagai berikut: (a) Penjelasan materi pembelajaran yang akan disampaikan

oleh guru dan materi yang akan didiskusikan.

(b) Pembentukan kelompok oleh guru secara heterogen yang terdiri dari 3 orang siswa masing-masing diberi simbol 0, 1, dan 2.

(c) Penyampaian prosedur yang akan dilakukan yaitu rotating trio exchange dengan cara:

(1) Setelah terbentuknya kelompok, guru memberikan bahan diskusi untuk dipecahkan trio tersebut.

(2) Setelah selesai mengerjakan permasalahan yang didiskusikan, kelompok menyajikan hasil diskusi di depan kelas.

(3) Selanjutnya berdasarkan waktu, siswa yang mempunyai simbol 1 berpindah searah jarum jam dan


(33)

simbol nomor 2 berlawanan jarum jam, sedangkan nomor 0 tetap di tempat.

(4) Guru memberikan pertanyaan baru atau bahan diskusi baru untuk didiskusikan oleh trio baru tersebut.

(5) Penyajian hasil diskusi oleh kelompok.

(6) Setelah peputaran kelompok kembali terjadi yakni siswa dengan simbol 1, dan 2 kembali bertukar tempat. (7) Setelah itu bahan diskusi berupa LKS kembali

dibagikan, untuk dikerjakan oleh kelompok siswa. (8) Penyajian hasil diskusi kelompok oleh siswa.

B. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang sangat dibutuhkan oleh setiap individu untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya kearah yang lebih baik. Konsep belajar dalam teori konstruktivisme yaitu pengetahuan baru dikonstruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya.

Gagne dalam Suprijono (2010: 2) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.

Belajar menurut Suprihatiningrum (2013: 15) adalah suatu proses usaha yang dilakukan secara individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung sebagai pengalaman langsung dengan lingkungan.


(34)

18

Pengertian belajar yang cukup komprehensif juga diberikan Hamalik (2008: 27) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman men`urut pengertian ini belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.

Berdasarkan pengertian dari para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku, kepribadian dan sikap pada setiap individu yang bertujuan mendapatkan sebuah ilmu, pengetahuan, pengalaman dan pemahaman yang dapat membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman dan pengetahuan yang sudah di dimiliki.

2. Aktivitas Belajar

Sardiman (2010: 100) menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Selanjutnya Hanafiah (2010: 23) berpendapat bahwa aktivitas belajar melibatkan seluruh aspek baik jasmani maupun rohani peserta didik sehingga akselerasi perubahan prilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar.

Selain itu Abdurrahman (2006: 34) menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan jasmani maupun kegiatan rohani yang mendukung keberhasilan belajar.

Kunandar (2010: 277) menyatakan bahwa aktivitas yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa. Aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna


(35)

menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Indikator aktivitas siswa dapat dilihat dari mayoritas siswa beraktivitas, aktivitas pembelajaran didominasi oleh kegiatan siswa, mayoritas siswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru dalam LKS. Aspek aktivitas siswa yang diamati dalam pembelajaran yaitu:

1. Partisipasi

a) Mengajukan pertanyaan

b) Merespon aktif pertanyaan dari guru c) Mengemukakan pendapat

d) Mengikuti semua tahapan pembelajaran dengan baik 2. Minat

a) Antusias/ semangat dalam mengikuti pelajaran b) Tertib terhadap instruksi yang diberikan

c) Menampakkan keceriaan dan kegembiraan dalam belajar d) Tanggap terhadap instruksi yang diberikan

3. Perhatian

a) Tidak mengganggu teman b) Tidak membuat kegaduhan

c) Mendengarkan penjelasan guru dengan seksama d) Melaksanakan perintah guru

4. Presentasi

a) Mengikuti pelajaran dari awal sampai akhir b) Mengerjakan tugas yang diberikan

c) Mengumpulkan semua tugas yang diberikan guru

d) Menggunakan prosedur dan strategi pemecahan masalah dalam mengerjakan tugas yang diberikan

Berdasarkan pendapat ahli di atas, mengenai pengertian aktivitas belajar dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa guna memperoleh perubahan perilaku sebagai hasil dari proses belajar baik secara fisik maupun mental, dimana aspek yang diamati adalah parrtisipasi, minat, perhatian, dan presentasi.


(36)

20

Setiap kegiatan pembelajaran pada hakikatnya tentu memiliki suatu tujuan, yaitu hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Pada kegiatan akhir dalam proses pembelajaran adalah proses evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa.

Menurut Kunandar (2011: 276) berpendapat bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Hamalik (2008: 159) mengemukakan hasil belajar merupakan keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Reigeluth dalam Suprihatiningrum (2013: 37) mengemukakan bahwa hasil belajar atau pembelajaran dapat juga dipakai sebagai pengaruh yang memberikan suatu ukuran nilai dari metode (strategi) alternatif dalam kondisi yang berbeda. Ia juga mengemukakan secara spesifik bahwa hasil belajar adalah suatu kinerja (performance) yang diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh. Selanjutnya Purwanto (2008: 3) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data, data tersebut harus sesuai dan mendukung tujuan evaluasi/hasil belajar yang direncanakan.

Berdasarkan pengertian hasil belajar dan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil


(37)

setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar melalui evaluasi yang berupa data kuantitatif atau kualitatif.

C. Kinerja Guru

Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi atau kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 39 ayat (2), menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Selanjutnya Andayani (2009: 77) mengemukakan beberapa aspek kemampuan yang dinilai dalam kinerja guru adalah:

(1) mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran; (2) melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran; (3) mengelola interaksi kelas;

(4) bersikap terbuka dan luwes serta membantu mengembangkan sikap positif siswa terhadap belajar;

(5) mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam perbaikan pembelajaran mata pelajaran tertentu;

(6) melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar; (7) kesan umum pelaksanaan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa kinerja guru merupakan aspek-aspek yang dinilai dari kualitas guru dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga profesional mulai dari merencanakan sampai mengevaluasi pembelajaran

D. Matematika


(38)

22

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dasar bukanlah hanya pelajaran yang menghimpun angka-angka tanpa makna. Adjie (2006: 34) mengemukakan bahwa matematika adalah bahasa, sebab matematika merupakan bahasa simbol yang berlaku secara universal dan sangat padat makna dan pengertian.

Soedjadi dalam Adjie (2006: 34) memberikan enam definisi atau pengertian tentang matematika, yaitu:

(1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir dengan baik,

(2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi,

(3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan,

(4) Matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk,

(5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik,

(6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Berbeda halnya dengan pendapat Suwangsih (2006: 3) bahwa Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris. Kemudian, pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara analisis dengan penalaran dalam struktur kognitif sehingga terbentuklah konsep-konsep matematika yang dimanipulasi melalui bahasa matematika atau notasi matematika yang bernilai universal.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa matematika adalah suatu ilmu yang tersusun dari konsep-konsep yang memiliki pola dan urutan yang diwujudkan dalam bahasa matematika serta penaralan logik yang mengekspresikan gagasan, ide-ide, hubungan kuantitatif sehingga memudahkan manusia untuk berpikir yang logis.


(39)

2. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Pembelajaran matematika diberikan disetiap jenjang pendidikan, termasuk di sekolah dasar. Namun pada jenjang sekolah dasar, pelajaran matematika masih diberikan dalam bentuk yang dasar. Menurut Permendiknas No. 22 yang berisi tentang standar isi tujuan matematika menyebutkan bahwa pembelajaran matematika di SD/MI memiliki ruang lingkup yang meliputi aspek-aspek yaitu bilangan, geometri dan pengukuran, serta pengolahan kata.

Sebagaimana yang kita ketahui bahkan kita alami sendiri bahwa matematika selalu menjadi pelajaran yang mengerikan. Tidak sedikit anak yang menganggap bahwa matematika itu sulit, terlalu banyak hafalan, rumus, dan lain-lain. Karena di dalam matematika sendiri menurut Suwangsih (2006: 15) merupakan ilmu yang deduktif, formal, hierarki, dan menggunakan bahasa simbol yang memiliki arti yang padat.

Anak sekolah dasar rata-rata berada pada usia 7-11 tahun, menurut Piaget dalam Kurnia, dkk. (2008: 3-7) anak pada tahapan usia tersebut masih berada pada tahap konkret operasional. Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir konkret sebagaimana kenyataannya, mampu mengkonservasi angka, dan memahami konsep melalui pengalaman sendiri.


(40)

24

Matematika di dalam sekolah dasar mempunyai karakteristik pembelajaran tersendiri karena pembelajaran matematika di sekolah dasar selalu berbeda. Suwangsih (2006: 25-26) menjelaskan karakterisktik pembelajaran matematika di sekolah dasar yaitu:

a. Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral. Dimana pembelajaran konsep suatu topik selalu mengaitkan atau menghubungkan dengan topik sebelumnya.

b. Pembelajaran matematika bertahap. Yaitu dimulai dari konsep-konsep yang sederhana, menuju konsep-konsep yang lebih sulit. Dimulai dari yang konkret ke semi konkret dan akhirya kepada konsep yang abstrak.

c. Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif. Matematika merupakan ilmu deduktif, namun sesuai pada tahap perkembangan siswa sekolah dasar, maka pembelajaran matematika di sekolah dasar menggunakan pendekatan induktif. Contohnya: pembelajaran matematika tidak dimulai dari definisi, tetapi dimulai dengan memperhatikan contoh-contoh dan mengenalnya sehingga pemahaman konsep tersebut terasa lebih konkret.

d. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi. Kebenaran yang konsisten artinya tidak ada pertentangan antara kebenaran yang satu dengan yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan sebelumnya telah diterima.

e. Pembelajaran matematika hendaknya bermakna. Maksudnya lebih mengutamakan pengertian dibanding hafalan. Aturan-aturan, sifat-sifat, dan dalil-dalil tidak diberikan dalam bentuk jadi, melainkan melalui contoh-contoh secara induktif di sekolah dasar dan kemudian secara deduktif pada jenjang setelahnya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika di sekolah dasar bertujuan untuk memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa yang hendaknya mengkaitkan topik dan konsep yang sedang dipelajari dengan yang sebelumnya agar siswa dapat lebih memahami materi yang diajarkan.


(41)

E. Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini hasil penelitian yang relevan dengan penelitian tindakan kelas dalam skripsi ini:

1. Tia (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Rotating Trio Exchange untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas V A SD Negeri 1 Palapa Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013”, membuktikan bahwa penerapan model rotating trio exchange dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

2. Ulan (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange (RTE) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Burau Kabupaten Luwu Timur”, membuktikan bahwa penerapan rotating trio exchange (RTE) dapat meningkatkan hasil belajar matematika.

F. Kerangka Pikir

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti menghasilkan data fakta yang mendasari dilakukannya penelitian ini. Berdasarkan permasalahan yang ditemukan, peneliti melakukan identifikasi masalah untuk menemukan alternatif perbaikan yang dapat dilakukan. Sehingga,


(42)

26

upaya perbaikan yang dilakukan dapat mengubah kondisi pembelajaran lebih baik dari sebelum dilakukan perbaikan. Adapun kerangka pikir penelitian dapat digambarkan sebagai berikut.

INPUT PROSES OUTPUT

Gambar 2.1. Kerangka pikir

Model cooperative learning tipe rotating trio exchange merupakan model pembelajaran yang mengembangkan kemampuan berpikir dan mengemukakan pendapat, dengan adanya perputaran dan pembaharuan anggota kelompok diskusi siswa tidak akan merasa bosan. Model cooperative learning tipe rotating trio exchange memiliki langkah-langkah dalam penerapannya yaitu:

(1) penjelasan materi pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru dan materi yang akan didiskusikan;

Penjelasan materi Pembagian kelompok Diskusi

Penyajian ke depan kelas Perputaran anggota kelompok Diskusi pertanyaan baru Penilaian

Aktivitas dan hasil belajar rendah

Penerapan model cooperative learning tipe

rotating trio exchange

Aktivitas dan hasil belajar


(43)

(2) pembentukan kelompok oleh guru secara heterogen yang terdiri dari 3 orang siswa masing-masing diberi simbol 0, 1, dan 2;

(3) setelah terbentuknya kelompok, guru memberikan bahan diskusi untuk dipecahkan trio tersebut;

(4) setelah selesai mengerjakan permasalahan yang didiskusikan, kelompok menyajikan hasil diskusi di depan kelas;

(5) selanjutnya berdasarkan waktu, siswa yang mempunyai simbol 1 berpindah searah jarum jam dan simbol nomor 2 berlawanan jarum jam, sedangkan nomor 0 tetap di tempat;

(6) guru memberikan pertanyaan baru atau bahan diskusi baru untuk didiskusikan oleh trio baru tersebut;

(7) penyajian hasil diskusi oleh kelompok.

Hasil yang diharapkan melalui penerapan model cooperative learning tipe rotating trio exchange dalam pembelajaran matematika adalah meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa.

G. Hipotsis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis

penelitian tindakan kelas sebagai berikut “Apabila dalam pembelajaran matematika guru menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe rotating trio exchange dengan menggunakan langkah-langkah secara tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada siswa kelas IV SD Negeri Sukabumi.


(44)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK), dalam bahasa Inggris penelitian tindakan kelas sering disebut dengan classroom action research, yaitu satu action research yang dilakukan di kelas.

Arikunto, dkk. (2011: 16) mengemukakan bahwa secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui dalam PTK yaitu (a) perencanaan, (b) pelaksaanaan, (c) pengamatan, (d) refleksi.

Menurut Wardhani, dkk. (2007: 24) setiap siklus terdiri dari empat tahapan pokok yang saling terkait dan berkesinambungan, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Ada kemungkinan sesudah tindakan dilaksanakan, diobservasi masalahnya belum terselesaikan atau tidak jadi lebih baik. Demikian dilakukan secara berulang (siklus) sampai masalah menjadi lebih baik atau terselesaikan.

Siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:


(45)

Gambar 3.1

Alur siklus PTK (diadopsi dari Wardhani, dkk., 2007: 24)

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Sukabumi, Jl. Raden Intan Pekon Sukabumi, Kecamatan Talang Padang, Kabupaten Tanggamus.

2. Waktu Penelitian

Kegiatan ini telah dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 selama lima bulan dari persiapan (penyusunan proposal, seminar proposal, dan perbaikan proposal) sampai laporan hasil penelitian.

SIKLUS II

Refleksi I Pengamatan/

Observasi I

Pelaksanan Tindakan II Perencanaan

Tindakan II Permasalahan baru

hasil refleksi

Refleksi II Pengamatan/ Observasi II SIKLUS I

Permasalahan Perencanaan

Tindakan I Pelaksanan


(46)

30

3. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini telah dilaksanakan secara kolaborasi antara peneliti dengan guru kelas IV SD Negeri Sukabumi. Adapun subjek penelitian tindakan kelas ini adalah guru dan siswa kelas IV SD Negeri Sukabumi yang berjumlah 12 siswa yang terdiri atas 6 laki-laki dan 6 perempuan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat dalam penelitian ini digunakan teknik non tes dan tes.

1. Teknik non tes (observasi)

Teknik non tes dilakukan dengan mengobservasi, untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama penelitian tindakan kelas yang sedang berlangsung di kelas IV dalam pembelajaran matematika dengan model cooperative learning tipe rotating trio exchange.

2. Teknik Tes

Teknik tes dirancang untuk mendapatkan data yang bersifat kuantitatif (angka). Melalui tes ini akan diketahui hasil belajar siswa di kelas IV dalam pembelajaran matematika dengan model cooperative learning tipe rotating trio exchange.


(47)

D. Alat Pengumpulan Data

Instrument atau alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Lembar panduan observasi: instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru kelas. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran matematika dengan model cooperative learning tipe rotating trio exchange.

b. Soal-soal tes: merupakan alat pengumpul data untuk tes tertulis berupa soal-soal yang digunakan untuk mengukur ketercapaian hasil belajar siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menerapkan model cooperative learning tipe rotating trio exchange dalam bentuk tes akhir (post test).

E. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis aktivitas belajar siswa, dan kinerja guru. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menghitung hasil belajar siswa dalam hubungannya dalam penguasaan materi yang diajarkan guru yaitu dengan menerapkan model cooperative learning tipe rotating trio exchange akan dijelaskan sebagai berikut:


(48)

32

1. Data Kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data aktivitas siswa dan kinerja guru selama pembelajaran berlangsung. Data diperoleh dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas siswa dan kinerja guru dengan menggunakan lembar observasi. Data aktivitas siswa diperoleh dari perilaku yang relevan dengan tujuan pembelajaran.

a) Aktivitas Siswa

Penilaian aktivitas dalam penelitian ini, menggunakan analisis rata-rata dan tabel observasi aktivitas siswa. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.1 Observasi aktivitas siswa

(sumber Kunandar, 2010: 234) Keterangan:

1) Partisipasi

a) Mengajukan pertanyaan

b) Merespon aktif pertanyaan lisan dari guru c) Mengemukakan pendapat

d) Mengikuti semua tahapan pembelajaran dengan baik No

Na-ma

Aspek yang diamati JS SM NA (%)

Partisipasi Minat Perhatian Presentasi 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2 3 4 12

Jumlah Skor


(49)

2) Minat

a) Antusias/semangat dalam mengikuti pembelajaran b) Tertib dalam instruksi yang diberikan

c) Menampakkan keceriaan dan kegembiraan dalam belajar d) Tanggapan terhadap instruksi yang diberikan

3) Perhatian

a) Tidak mengganggu teman b) Tidak membuat kegaduhan

c) Mendengarkan penjelasan guru dengan seksama d) Melaksanakan perintah guru

4) Presentasi

a) Mengikuti pelajaran dari awal sampai akhir

b) Mengerjakan tugas yang diberikan (LKS, latihan, dll) c) Mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru

d) Menggunakan prosedur dan strategi pemecahan masalah dalam mengerjakan tugas yang diberikan

(Kunandar, 2010: 234)

Tabel 3.2 Rubrik penilaian tiap aspek yang diamati

Skor Keterangan

4 Jika keempat poin dalam setiap aspek yang diamati muncul selama pengamatan berlangsung.

3 Jika hanya tiga poin pada aspek yang diamati muncul. 2 Jika hanya dua poin pada aspek yang diamati

munncul.

1 Jika hanya satu poin pada aspek yang diamati muncul.

Rumus penilaian dengan persen dari aktivitas siswa adalah sebagai berikut:

JS

NA= X 100% SM

Keterangan :

NA = Nilai aktivitas


(50)

34

SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan

100 = Bilangan tetap (Sumber: Aqib, 2009: 41)

Tabel 3.3 Kualifikasi persentase skor hasil observasi aktivitas belajar siswa

Rentang Nilai (%) Kualifikasi

81-100 Sangat aktif

66-80 aktif

41-65 Cukup aktif

21-40 Kurang aktif

<20 Sangat kurang aktif

(Modifikasi: Prayitno, dkk., http://ptk di SD.com: 2009) b) Kinerja Guru

Aspek-aspek yang diamati pada kinerja guru dalam proses pembelajaran yaitu meliputi, 1) prapembelajaran, 2) membuka pembelajaran, 3) kegiatan inti pembelajaran, dan 4) penutup. Untuk mengetahui seberapa baik kinerja guru dalam pembelajaran maka peneliti menggunakan Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG) dengan rumus penilaian kinerja guru adalah sebagai berikut:

R

NP = X 100% SM

Keterangan:

NP = Nilai yang diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh SM = Skor mentah


(51)

100 = Bilangan tetap

(Sumber: Adaptasi Purwanto, 2008: 102)

Tabel 3.4 Kualifikasi persentase penilaian kinerja guru

Modifikasi: Prayitno, dkk. (dalam http://ptk di SD.com: 2009)

2. Data Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan berbagai dinamika kemajuan kualitas belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru. a. Untuk menghitung ketuntasan belajar siswa secara individual

digunakan rumus: R

S = X 100 N

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan

R = Jumlah skor/ item yang dijawab benar N = Skor maksimum dari tes

100 = Bilangan tetap

(Sumber: Adaptasi Purwanto, 2008: 112)

Rentang Nilai (%) Kualifikasi

86 – 100 76 - 85 66 - 75

≤ 66

Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik


(52)

36

b. Nilai rata- rata seluruh siswa menggunakan rumus: ∑ Xi

X = —— N Keterangan:

X = Rata-rata hitung nilai N = Banyaknya siswa Xi = Nilai siswa

(Herrhyanto, dkk., 2009: 4.2)

c. Untuk menghitung ketuntasan belajar siswa klasikal digunakan rumus:

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Ketuntasan Klasikal = x 100% Jumlah seluruh siswa

Keterangan:

Ketuntasan individual : jika siswa mencapai ketuntasan ≥ 75% Ketuntasan Klasikal : Jika ≥ 60% dari seluruh siswa

mencapai ketuntasan ≥ 75% Diadopsi dari Purwanto (2008: 102)

Analisis ini dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil analisis ini digunakan untuk melakukan perencanaan lanjut dalam siklus selanjutnya, sebagai bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran (Aqib,dkk., 2009: 41).


(53)

Tabel 3.5 Kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa dalam %

Tingkat Keberhasilan (%) Arti >80%

66-79% 40-65% 20-39% <20%

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah (modifikasi: Aqib, dkk., 2009: 44)

F. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas

Urutan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di Kelas IV SD Negeri Sukabumi adalah sebagai berikut:

Siklus I

1. Tahap Perencanaan

a. Berdiskusi dengan guru kelas mengenai materi pembelajaran matematika untuk menyesuikan perangkat pembelajaran.

b. Menganalisis Standar Kompetensi (SK)/ Kompetensi Dasar (KD) dan materi pembelajaran yang kemudian dijadikan beberapa indikator yang akan diajarkan dengan menggunakan model cooperative learning tipe rotating trio exchange.

c. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran, yaitu: pemetaan, silabus, Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP), media pembelajaran, soal (LKS), lembar panduan observasi aktivitas dan kinerja guru.


(54)

38

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe rotating trio exchange meliputi beberapa tahap antara lain:

Kegiatan Awal

a. Membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam b. Mengkondisikan siswa

c. Berdoa d. Absensi

e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

f. Guru menyampaikan apersepsi berupa kegiatan tanya jawab tentang materi yang dipelajari.

Kegiatan inti

a. Guru menjelaskan materi matematika yaitu “Menjumlahkan

Pecahan”

b. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 3 orang siswa.

c. Setiap anak di dalam kelompok diberikan simbol 0, 1, dan 2.

d. Guru membagi LKS kepada masing-masing kelompok untuk didiskusikan.

e. Setelah LKS selesai dikerjakan, kelompok menyajikan hasil diskusi tersebut di depan kelas.

f. Setelah penyajian hasil diskusi selesai, guru memberi instruksi atau perintah bahwa siswa dengan simbol 1 berpindah searah jarum jam


(55)

dan simbol nomor 2 berlawanan jarum jam, sedangkan nomor 0 tetap di tempat sehingga akan terbentuk kelompok dengan anggota yang baru.

g. Kelompok baru yang telah dirotasikan kembali diberikan LKS kemudian didiskusikan.

h. Selanjutnya hasil diskusi kembali disajikan di depan kelas.

Kegiatan Akhir

a. Guru membagikan lembar soal kepada masing-masing siswa untuk melihat tingkat penguasaan materi pembelajaran.

b. Guru mengapresiasi kegiatan siswa selama proses pembelajaran pada hari ini.

c. Guru bersama dengan siswa menarik kesimpulan dari apa yang telah dipelajari.

d. Menutup pelajaran dengan doa dan salam penutup. 3. Observasi

Peneliti melakukan kegiatan observasi yakni mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu observasi tentang keaktifan dan keantusiasan siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. Selama proses pembelajaran, aktivitas siswa dan kinerja guru diamati dengan menggunakan lembar observasi, yaitu dengan memberikan tanda ceklis (√).

4. Refleksi

Pada tahap ini, tim peneliti kembali menganalisis keberhasilan dan kekurangan didalam proses pembelajaran. Data-data yang


(56)

40

diperoleh dari hasil refleksi digunakan sebagai acuan untuk melanjutkan tindakan ke siklus berikutnya.

Siklus II

Pada akhir silus I telah dilakukan refleksi untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus II. Siklus II dilakukan sebagai usaha untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa menggunakan model coperative learning tipe rotating trio exchange. Hasil dari siklus II ini diharapkan lebih baik dari siklus I.

1. Tahap Perencanaan

a. Berdiskusi dengan guru kelas mengenai materi pembelajaran matematika untuk menyesuaikan perangkat pembelajaran.

b. Menganalisis Standar Kompetensi (SK)/ Kompetensi Dasar (KD) dan materi pembelajaran yang kemudian dijadikan beberapa indikator yang akan diajarkan dengan menggunakan model cooperative learning tipe rotating trio exchange.

c. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran, yaitu: pemetaan, silabus, Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP), media pembelajaran, soal (LKS), lembar panduan observasi aktivitas dan kinerja guru.


(57)

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe rotating trio exchange meliputi beberapa tahap antara lain:

Kegiatan Awal

a. Membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam b. Mengkondisikan siswa

c. Berdoa d. Absensi

e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

f. Guru menyampaikan apersepsi berupa kegiatan tanya jawab tentang materi yang dipelajari.

Kegiatan inti

a. Guru menjelaskan materi matematika yaitu “Mengurangkan

Pecahan”

b. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 3 orang siswa.

c. Setiap anak di dalam kelompok diberikan simbol 0, 1, dan 2.

d. Guru membagi LKS kepada masing-masing kelompok untuk didiskusikan.

e. Setelah LKS selesai dikerjakan, kelompok menyajikan hasil diskusi tersebut di depan kelas.

i. Setelah penyajian hasil diskusi selesai, guru memberi instruksi atau perintah bahwa siswa dengan dengan simbol 1 berpindah searah


(58)

42

jarum jam dan simbol nomor 2 berlawanan jarum jam, sedangkan nomor 0 tetap di tempat sehingga akan terbentuk kelompok dengan anggota yang baru.

f. Kelompok baru yang telah dirotasikan kembali diberikan LKS kemudian didiskusikan.

g. Selanjutnya hasil diskusi kembali disajikan di depan kelas.

Kegiatan Akhir

a. Guru membagikan lembar soal kepada masing-masing siswa untuk melihat tingkat penguasaan materi pembelajaran.

b. Guru mengapresiasi kegiatan siswa selama proses pembelajaran pada hari ini.

c. Guru bersama dengan siswa menarik kesimpulan dari apa yang telah dipelajari.

d. Menutup pelajaran dengan doa dan salam penutup. 3. Observasi

Peneliti melakukan kegiatan observasi yakni mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu observasi tentang keaktifan dan keantusiasan siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. Selama proses pembelajaran, aktivitas siswa dan kinerja guru diamati dengan menggunakan lembar observasi, yaitu dengan memberikan tanda ceklis (√).

4. Refleksi

Pada tahap ini, tim peneliti kembali menganalisis keberhasilan dan kekurangan didalam proses pembelajaran. Data-data yang


(59)

diperoleh dari hasil refleksi digunakan sebagai acuan untuk melanjutkan tindakan ke siklus berikutnya.

G. Indikator Keberhasilan

Penerapan model cooperative learning tipe rotating trio exchange

pada mata pelajaran matematika dapat dikatakan berhasil apabila:

1. Terdapat peningkatan aktivitas belajar setiap siklusnya.

2. Adanya peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa yaitu 75 dan

tingkat keberhasilan belajar siswa yang tuntas secara klasikal mencapai 75% (dengan KKM 66).


(60)

76

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil tindakan dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat dirumuskan kesimpulan tentang pembelajaran dengan model cooperative learning tipe rotating trio exchange, pada mata pelajaran matematika kelas IV SD Negeri Sukabumi sebagai berikut:

a. Pembelajaran matematika melalui model cooperative learning tipe rotating trio exchange dengan menerapkan langkah-langkah yang tepat yaitu penjelasan materi, pembagian kelompok, diskusi, penyajian di depan kelas, perputaran anggota kelompok, diskusi LKS baru, dan penilaian dapat meningkatkan aktivitas belajar. nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 63,81 termasuk dalam kualifikasi keaktifan “cukup aktif”, pada siklus II sebesar 79,95 termasuk dalam kualifikasi keaktifan “aktif”, peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 16,14. b. Pembelajaran matematika melalui model cooperative learning tipe

rotating trio exchange dengan menerapkan langkah-langkah yang tepat yaitu penjelasan materi, pembagian kelompok, diskusi, penyajian di depan kelas, perputaran anggota kelompok, diskusi LKS baru, dan


(61)

penilaian dapat meningkatkan hasil belajar, nilai rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 67,5, siklus II sebesar 83,3, peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 15,8. Persentase ketuntasan pada siklus I sebesar 50% termasuk dalam kategori “sedang”, siklus II sebesar 83,3% termasuk dalam kategori “sangat tinggi”.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas, berikut ini disampaikan saran-saran dalam menerapkan pembelajaran dengan model cooperative learning tipe rotating trio exchange yaitu:

1. Siswa

Siswa diharapkan aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan dapat menyelesaikan tugas yang diberikan sehingga dapat mempermudah memahami materi pembelajaran dan hasil belajar meningkat.

2. Guru

a.Guru perlu memperhitungkan waktu yang tersedia agar semua rencana pembelajaran dapat terlaksana secara maksimal.

b.Guru harus memegang prinsip-prinsip pelaksanaan, dan mengoptimalkan sumber belajar yang tersedia. Penggunaan media LKS dan model cooperative learning tipe rotating trio exchange yang berkualitas, harus saling seimbang sehingga guru harus terus mencoba


(62)

78

memperbaiki kekurangan penyusunan LKS dan penerapan model pembelajaran yang dipilih.

3. Sekolah

a. Perlu dilakukan pengembangan proses pembelajaran dengan menerapkan model cooperative learning tipe rotating trio exchange dan model pembelajaran lainnya untuk menambah wawasan dan kemampuan guru dalam pembelajaran matematika maupun pembelajaran lainnya.

b. Dapat memfasilitasi sarana pendukung untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran demi meningkatnya mutu pendidikan di sekolah.

4. Peneliti Lanjutan

Penelitian ini mengkaji implementasi perbaikan pembelajaran dengan model cooperative learning tipe rotating trio exchange pada pembelajaran matematika dengan materi yang berbeda pada setiap siklusnya, untuk itu kepada peneliti berikutnya, dapat melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan model pembelajaran sejenis pada mata pelajaran lain tentunya dengan materi lainnya yang bervariasi.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2006. Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar. Rineka

Cipta. Jakarta.

Adjie, Nahrowi dan Maulana. 2006. Pemecahan Masalah Matematika. UPI Press. Bandung.

Andayani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. CV. Yrama Widya. Bandung.

Depdiknas. 2008. Kriteria dan Indikator Keberhasilan Pembelajaran. Dikti.

Jakarta.

.2011. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Kelas IV. Kemendiknas. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika

Aditama. Bandung.

Hartati, Tatat. 2006. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. UPI PRESS. Bandung.

Herrhyanto, Nar, dkk. 2009. Struktur Dasar. Universitas Terbuka: Jakarta.

Huda, Miftahul. 2012. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapannya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Isjoni. 2010. Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Alfabeta. Bandung.


(64)

80

. 2011. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Pustaka Belajar. Yogyakarta.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Kurnia, Ingridwati, dkk. 2008. Perkembangan Belajar Peserta Didik 2 SKS. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Martati, Badruli. 2010. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Genesindo. Bandung.

Poerwanti. 2009. Asesmen Pembelajaran SD Direktorat Jendral. Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Prayitno, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas di SD. http://ptk di SD.com. Diakses 28 Desember 2014. Pukul 14.00 WIB.

Purwanto. Ngalim. 2008. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Rosda. Bandung. Riad. 2012. Kekurangan dan kelebihan cooperative learning tipe rotating trio

exchange. http://www.Riad.kekurangan dan kelebihan rotating trio exchangeRTE.blog.com.html./2012/. Diakses pada tanggal 28/11/14.13:45 WIB.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sani, Ridwan Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Prenada Media. Jakarta.

Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta. Silberman, Melvin. 2009. Active Learning 101 Startegi Pembelajaran.Yappendis.

Yogyakarta.

Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran: Teori & Aplikasi.. Ar Ruzz Media. Yogyakarta.

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Pustaka. Belajar. Yogyakarta.


(65)

. Agus. 2013. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Pustaka. Belajar. Yogyakarta.

Suwangsih, Erna & Tiurlina. 2006. Model Pembelajaran Matematika. UPI PRESS. Bandung.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana. Jakarta.

Wardhani, IGAK.Dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Wena, Made. 2013. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Bumi Aksara. Jakarta.

Zarkasi, Firdaus. 2009. Belajar Cepat dengan Diskusi. Penerbit dan Percetakan Offset Indah. Surabaya.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil tindakan dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat dirumuskan kesimpulan tentang pembelajaran dengan model cooperative learning tipe rotating trio exchange, pada mata pelajaran matematika kelas IV SD Negeri Sukabumi sebagai berikut:

a. Pembelajaran matematika melalui model cooperative learning tipe rotating trio exchange dengan menerapkan langkah-langkah yang tepat yaitu penjelasan materi, pembagian kelompok, diskusi, penyajian di depan kelas, perputaran anggota kelompok, diskusi LKS baru, dan penilaian dapat meningkatkan aktivitas belajar. nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 63,81 termasuk dalam kualifikasi keaktifan “cukup aktif”, pada siklus II sebesar 79,95 termasuk dalam kualifikasi keaktifan “aktif”, peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 16,14. b. Pembelajaran matematika melalui model cooperative learning tipe

rotating trio exchange dengan menerapkan langkah-langkah yang tepat yaitu penjelasan materi, pembagian kelompok, diskusi, penyajian di depan kelas, perputaran anggota kelompok, diskusi LKS baru, dan


(2)

penilaian dapat meningkatkan hasil belajar, nilai rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 67,5, siklus II sebesar 83,3, peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 15,8. Persentase ketuntasan pada siklus I sebesar 50% termasuk dalam kategori “sedang”, siklus II sebesar 83,3% termasuk dalam kategori “sangat tinggi”.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas, berikut ini disampaikan saran-saran dalam menerapkan pembelajaran dengan model cooperative learning tipe rotating trio exchange yaitu:

1. Siswa

Siswa diharapkan aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan dapat menyelesaikan tugas yang diberikan sehingga dapat mempermudah memahami materi pembelajaran dan hasil belajar meningkat.

2. Guru

a.Guru perlu memperhitungkan waktu yang tersedia agar semua rencana pembelajaran dapat terlaksana secara maksimal.

b.Guru harus memegang prinsip-prinsip pelaksanaan, dan mengoptimalkan sumber belajar yang tersedia. Penggunaan media LKS dan model cooperative learning tipe rotating trio exchange yang berkualitas, harus saling seimbang sehingga guru harus terus mencoba


(3)

memperbaiki kekurangan penyusunan LKS dan penerapan model pembelajaran yang dipilih.

3. Sekolah

a. Perlu dilakukan pengembangan proses pembelajaran dengan menerapkan model cooperative learning tipe rotating trio exchange dan model pembelajaran lainnya untuk menambah wawasan dan kemampuan guru dalam pembelajaran matematika maupun pembelajaran lainnya.

b. Dapat memfasilitasi sarana pendukung untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran demi meningkatnya mutu pendidikan di sekolah.

4. Peneliti Lanjutan

Penelitian ini mengkaji implementasi perbaikan pembelajaran dengan model cooperative learning tipe rotating trio exchange pada pembelajaran matematika dengan materi yang berbeda pada setiap siklusnya, untuk itu kepada peneliti berikutnya, dapat melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan model pembelajaran sejenis pada mata pelajaran lain tentunya dengan materi lainnya yang bervariasi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2006. Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar. Rineka

Cipta. Jakarta.

Adjie, Nahrowi dan Maulana. 2006. Pemecahan Masalah Matematika. UPI Press. Bandung.

Andayani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. CV. Yrama Widya. Bandung.

Depdiknas. 2008. Kriteria dan Indikator Keberhasilan Pembelajaran. Dikti.

Jakarta.

.2011. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Kelas IV. Kemendiknas. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika

Aditama. Bandung.

Hartati, Tatat. 2006. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. UPI PRESS. Bandung.

Herrhyanto, Nar, dkk. 2009. Struktur Dasar. Universitas Terbuka: Jakarta.

Huda, Miftahul. 2012. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapannya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Isjoni. 2010. Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Alfabeta. Bandung.


(5)

. 2011. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Pustaka Belajar. Yogyakarta.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Kurnia, Ingridwati, dkk. 2008. Perkembangan Belajar Peserta Didik 2 SKS. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Martati, Badruli. 2010. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Genesindo. Bandung.

Poerwanti. 2009. Asesmen Pembelajaran SD Direktorat Jendral. Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Prayitno, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas di SD. http://ptk di SD.com. Diakses 28 Desember 2014. Pukul 14.00 WIB.

Purwanto. Ngalim. 2008. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Rosda. Bandung. Riad. 2012. Kekurangan dan kelebihan cooperative learning tipe rotating trio

exchange. http://www.Riad.kekurangan dan kelebihan rotating trio exchangeRTE.blog.com.html./2012/. Diakses pada tanggal 28/11/14.13:45 WIB.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sani, Ridwan Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Prenada Media. Jakarta.

Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta. Silberman, Melvin. 2009. Active Learning 101 Startegi Pembelajaran.Yappendis.

Yogyakarta.

Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran: Teori & Aplikasi.. Ar Ruzz Media. Yogyakarta.

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Pustaka. Belajar. Yogyakarta.


(6)

. Agus. 2013. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Pustaka. Belajar. Yogyakarta.

Suwangsih, Erna & Tiurlina. 2006. Model Pembelajaran Matematika. UPI PRESS. Bandung.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana. Jakarta.

Wardhani, IGAK.Dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Wena, Made. 2013. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Bumi Aksara. Jakarta.

Zarkasi, Firdaus. 2009. Belajar Cepat dengan Diskusi. Penerbit dan Percetakan Offset Indah. Surabaya.


Dokumen yang terkait

Upaya peningkatan hasil belajar siswa pada konsep persamaan dasar akuntansi dengan menggunakan model pembelajaran rotating trio exchange ( penelitian tindakan kelas di kelas X SMK Arrahman Bintaro)

2 21 243

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchangnge terhadap hasil belajar matematika siswa

0 5 203

Perbedaan hasil belajar biologi siswa menggunakan model Rotating Trio Exchange (RTE) dengan Think Pair Share (TPS) pada konsep virus

1 7 181

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VA SD NEGERI 1 PALAPA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

10 137 48

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI 3 SIMBARWARINGIN

0 6 83

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE COURSE REVIEW HORAY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 METRO TIMUR

1 4 79

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ROTATING TRIO EXCHANGE PADA Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Strategi Pembelajaran Rotating Trio Exchange Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V SD Negeri 04 M

0 3 15

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ROTATING TRIO EXCHANGE PADA Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Strategi Pembelajaran Rotating Trio Exchange Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V SD Negeri 04 M

0 2 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROTATING TRIO EXCHANGE DENGAN MENGGUNAKAN SUPERITEM UNTUK MENINGKATKAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROTATING TRIO EXCHANGE DENGAN MENGGUNAKAN SUPERITEM UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA POKOK

0 0 18

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE (RTE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FISIKA KELAS XI IPA 3 SMA NEGERI 1 POLONGBANGKENG UTARA

1 4 90