Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchangnge terhadap hasil belajar matematika siswa

(1)

ABSTRAK

Mas udah, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Rotating Trio

Exchange

Terhadap Hasil Belajar Matematika, Skripsi Jurusan Pendidikan

Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Hasil belajar matematika

siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Rotating Trio

Exchange

dan yang menggunakan pembelajaran konvensional, 2) Pengaruh model

pembelajaran kooperatif tipe

Rotating Trio Exchange

terhadap hasil belajar

matematika siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi

eksperimen dengan desain penelitian hanya menggunakan postes. Populasinya

adalah seluruh siswa SMP Yayasan Miftahul Jannah (YMJ), Jakarta. Dengan

menggunakan teknik

Cluster Random Sampling. Sampel yang terpilih yaitu kelas

VII-1 sebagai kelas eksperimen (yang menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe

Rotating Trio Exchange) dan kelas VII-3 sebagai kelas kontrol

(yang menggunakan pembelajaran konvensional). Sedangkan instrumen penelitian

adalah tes hasil belajar matematika berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal.

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah uji-t, dan berdasarkan

hasil

perhitungan uji-t diperoleh t

hitung

4, 17 dan t

tabel

1, 674 pada taraf signifikansi 5%

yang berarti thitung

> ttabel

(4, 17 > 1, 674), jadi

dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan hasil belajar matematika siswa atau dengan kata lain dapat dikatakan

model pembelajaran kooperatif tipe

Rotating Trio Exchange

berpengaruh terhadap

hasil belajar matematika siswa.

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif tipe

Rotating Trio Exchange, hasil

belajar


(2)

ii

ABSTRACT

Mas'udah, The Impact of Cooperative Learning Model Type Rotating Trio

Exchange on Mathematics Learning Outcomes, Skripsi Department of

Mathematics Education, Faculty of Science and Teacher Training Tarbiyah,

Syarif

Hidayatullah

State

Islamic

University

Jakarta.

This study aims to determine: 1) the result of learning mathematics students

using cooperative learning model type Rotating Trio Exchange and the use of

conventional learning, 2) There are the influence of cooperative learning model

type Rotating Trio Exchange on the results of mathematics learning. The method

used is the method of quasi experimental research design using only posttest. The

population is the entire junior high school students Miftahul Jannah Foundation

(YMJ), Jakarta. And sampling using random cluster sampling technique where

samples will be taken at random, that is class VII-1 as an experimental class

(which uses cooperative learning model type Rotating Trio Exchange) and class

VII-3 as the controlling class (which uses conventional learning) . The instrument

used is a form of mathematics achievement test of 20 multiple choice questions.

The data analysis technique used in this study were t-test, and based on the

calculation of t-test showed t count 4, 17 and ttable 1, 674 at the significance level

of 5% which means tcount> ttable (4, 17> 1, 674), so hypothesis testing results

can be concluded that there is impact of cooperative learning model type Rotating

Trio

Exchange

on

the

results

of

mathematics

learning.

Keywords: cooperative learning model type Rotating Trio Exchange, the learning

outcomes


(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji sukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat,

nikmat akal, serta nikmat yang tiada batas sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Sholawat dan salam atas nabi Muhammad SAW, yang

telah memberikan cahaya dalam hidup penulis berupa agama Islam.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga atas bimbingan, pengarahan,

dukungan serta bantuan dari berbagai pihak kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini. Untuk itu penulis sangat berterima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan.

2. Ibu Mafalinda Fatra, M.Pd, selaku ketua jurusan pendidikan matematika

3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si, selaku sekertaris jurusan pendidikan

matematika.

4. Bapak Dr. Kadir dan Ibu Lia Kurniawati, M.Pd, selaku pembimbing I dan

pembimbing II penulis yang mau meluangkan waktu untuk memberikan

pengarahan dan dukungan kepada penulis selama proses bimbingan.

5. Ibu Dra Afidah Mas ud, selaku penasehat akademik.

6. Seluruh dosen dan staf jurusan pendidikan matematika.

7. Bapak Drs Trisno Yulianto, kepala sekolah SMP YMJ tempat penulis

mengadakan penelitian.

8. Bapak Dhofir, selaku Guru pamong kelas VII di kelas yang peneliti gunakan

sebagai sampel penelitian.

9. Ayahku bapak Asmuri dan Ibu tercinta Afiyatul Munawwarah dan mertuaku

yang senantiasa mendoakan dan memberi dukungan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi.

10. Suamiku Cucun Hendriana yang selalu memberikan dukungan moril dan

materil kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

11. Anakku Isti anatul Maula Az-zakhruf yang selalu memberikan semangatnya

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.


(4)

iv

12. Adik-adik, kakak-kakak, dan keponakanku yang selalu memberikan doa

kepada penulis.

13. Teman-teman seperjuangan di matematika angkatan 2005, semoga sukses

selalu.

14. Sahabat-sahabatku Dina, Dini, Liria, Ilah, Fitri, Nurul, Andre, Wasnila dan

Udin yang selalu membantu penulis dalam mengerjakan skripsi Semoga kita

terus berhubungan baik dan saling silaturahmi walaupun sudah jarang

bertemu.

15. Untuk semua orang yang ada dalam kehidupan penulis yang senantiasa

memberikan semangat dan motivasi.

Semoga Allah membalas semua amal kebaikan atas jasanya yang

diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih

banyak kekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis.

Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi bidang

ilmu pengetahuan, Amin.

Jakarta,

Desember 2010

Penulis

Mas udah

NIM.105017000468


(5)

v

DAFTAR ISI

hal

LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK ...

i

ABSTRACT ...

ii

KATA PENGANTAR...

iii

DAFTAR ISI...

v

DAFTAR TABEL ...

viii

DAFTAR GAMBAR...

ix

DAFTAR LAMPIRAN ...

x

BAB I

PENDAHULUAN ...

1

A. Latar Belakang Masalah...

1

B. Identifikasi Masalah ...

5

C. Pembatasan Masalah ...

5

D. Rumusan Masalah ...

6

E. Tujuan Penelitian ...

6

F. Manfaat Hasil Penelitian...

7

BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN

HIPOTESIS PENELITIAN ...

8

A. Deskripsi Teoretis ...

8

1.

Hasil Belajar Matematika...

8

a. Pengertian

Matematika

...

8

b. Pengertian Belajar ...

9

c. Hasil Belajar Matematika...

11

2.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Rotating Trio Exchange

15

a.

Pengertian Model Pembelajaran ...

15


(6)

vi

c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ...

18

d. Karakteristik

Cooperative Learning

...

19

e. Landasan Teori

Cooperative Learning

...

20

f.

Kelebihan Model

Cooperative Learning...

21

g. Tipe

Rotating Trio Exchange...

21

3. Pembelajaran Konvensional...

27

4. Hasil Penelitian yang Relevan ...

30

B. Kerangka Berpikir...

30

C. Pengajuan Hipotesis...

31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...

32

A. Tempat dan Waktu Penelitian ...

32

B. Metode dan Desain Penelitian ...

32

C. Variabel Penelitian...

33

D. Populasi dan Sampel Penelitian... .

33

E. Instrumen Penelitian ...

33

1. Uji Validitas ...

36

2. Uji Reliabilitas ...

37

3. Uji Taraf Kesukaran...

38

4. Uji Daya Beda ...

39

F. Teknik Analisa Data ...

40

1. Uji Normalitas ...

40

2. Uji Homogenitas...

42

3. Uji Hipotesis...

43

G. Hipotesis Statistik ...

44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

45

A. Deskripsi Data...

45

1. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelompok Eksperimen...

45

2. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelompok Kontrol...

47


(7)

vii

1. Uji Normalitas...

50

2. Uji Homogenitas ...

51

C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan...

52

1.

Pengujian Hipotesis ... 52

2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 53

D. Keterbatasan Penelitian...

57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...

59

A. Kesimpulan ...

59

B. Saran ...

60

DAFTAR PUSTAKA ...

61

LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1

Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ...

22

Tabel 2.2

Perbandingan Kelompok Belajar Kooperatif tipe RTE

dengan Kelompok Belajar Konvensional...

29

Tabel 3.1

Rancangan Penelitian...

32

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar...

34

Tabel 3.3

Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas...

38

Tabel 3.4

Klasfikasi Interpretasi Taraf Kesukaran ...

39

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Kelompok

Eksperimen ...

46

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Kelompok

Kontrol ...

42

Tabel 4.3

Perbandingan

Hasil

Belajar

Matematika

Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol ...

50

Tabel 4.4

Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...

51

Tabel 4.5

Hasil Uji Homogenitas ...

52


(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pola Pasangan Trio Putaran Pertama ... 26

Gambar 2. Pola Pasangan Trio Putaran kedua ... 26

Gambar 3. Salah satu kelompok trio sedang melakukan diskusi ... 54


(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen

64

Lampiran 2.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ...

97

Lampiran 3

Lembar Kerja Siswa (LKS) ...

114

Lampiran 4

Uji Coba Instrumen Tes ...

151

Lampiran 5

Instrumen Tes...

157

Lampiran 6

Jawaban Instrumen Hasil Belajar...

161

Lampiran 7

Perhitungan Validitas Item Uji Coba Instrumen...

162

Lampiran 8

Perhitungan Reliabilitas Item Uji Coba Instrumen ...

164

Lampiran 9

Langkah-Langkah Perhitungan Indeks Kesukaran Tes

Berbentuk Pilihan Ganda ...

165

Lampiran 10 Langkah-Langkah Perhitungan Daya Beda Tes

Berbentuk Pilihan Ganda ...

166

Lampiran 11 Hasil Perhitungan Validitas, Daya Beda dan Tingkat

Kesukaran Tes Soal Postest ...

168

Lampiran 12 Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol.

169

Lampiran 13 Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi Kelompok

Eksperimen...

170

Lampiran 14 Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol ..

173

Lampiran 15 Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas Kelompok

Eksperimen...

176

Lampiran 16 Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas Kelompok

Kontrol ...

177

Lampiran 17 Uji Normalitas Kelas Eksperimen ...

178

Lampiran 18. Uji Normalitas Kelas Kontrol ...

180

Lampiran 19. Perhitungan Uji Homogenitas...

182

Lampiran 20. Perhitungan Uji Hipotesis Statistik ...

183

Lampiran 21. Tabel Nilai r Product Moment...

185


(11)

xi

Lampiran 24. Nilai Kritis Distribusi F ...

187

Lampiran 25. Nilai Kritis Distribusi t...

190

Lampiran 23. Nilai Kritis L untuk Uji Lilliefors ...

191


(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah unsur terpenting dalam mewujudkan manusia

seutuhnya, karena maju mundurnya gerak dan kepribadian suatu bangsa kini

ataupun masa yang akan datang amat ditentukan oleh pendidikan. Melalui

pendidikan, manusia memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman empirik

yang sangat berguna bagi kehidupannya.

Melalui pendidikan suatu masyarakat atau bangsa akan memperoleh

kemuliaan. Kebenaran akan pernyataan ini sebenarnya sudah ditetapkan oleh

Allah SWT sebagai Sang Maha Pengatur, hal ini dapat kita lihat dalam

firman-Nya :

....

.

Dan Allah Mahateliti apa yang kamu

kerjakan.

(QS. Al-Mujadallah [58] : 11).

Allah SWT akan meninggikan orang yang beriman dan berilmu

(berpendidikan) di atas orang yang tidak berilmu, begitu juga halnya

masyarakat atau suatu bangsa, sehingga dapat dianggap betapa penting dan

berharganya sebuah pendidikan dilihat dalam konsep agama Islam.

Adapun tujuan yang ingin diraih dari proses belajar sebagai kegiatan

pendidikan adalah mencetak manusia untuk senantiasa beribadah kepada

Allah SWT. Sebagaimana yang ditegaskan dalam Al-Qur an:


(13)

2

! " # $ " $ %&$ ' (

(QS. Az-Zariyat [51] : 56).

Adapun tujuan pendidikan menurut Sholeh adalah target yang ingin

dicapai suatu proses pendidikan. Dengan kata lain, pendidikan dapat

mempengaruhi

$ )* +)" $

manusia. Tujuan pendidikan mencakup 3 aspek,

yaitu

$ ) "

aspek kognitif, yang meliputi pembinaan nalar, seperti

kecerdasan, kepandaian dan daya pikir, yang

$

aspek afektif, yang

meliputi pembinaan hati, seperti perkembangan rasa, kalbu dan rohani, dan

yang

$ %,

aspek psikomotorik, yaitu pembinaan jasmani seperti kesehatan

badan dan keterampilan-keterampilan.

1

Sebagaimana yang tertuang dalam

tujuan pendidikan nasioanal yaitu:

Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka

mencerdaskan

kehidupan

bangsa,

bertujuan

untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

Negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.

2

Untuk mewujudkan tujuan dari pendidikan nasional tersebut, perlu

adanya peninjauan dari berbagai aspek yang mendukung usaha tersebut,

terutama dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran

akan berpengaruh besar terhadap tinggi rendahnya hasil belajar yang dicapai

oleh siswa. Pembelajaran yang diwujudkan di sekolah dalam semua mata

pelajaran memiliki tujuan dan karakteristik yang berbeda untuk setiap mata

pelajaran, seperti halnya dengan mata pelajaran matematika. Belajar

matematika menuntut kegiatan latihan yang terus-menerus, sehingga siswa

1

Asrorun Niam Sholeh,

- ./ 0 1 . 2 345 1

Pendidikan Islam,

(Jakarta: Elsas , 2006), hal. 78

2

Sisdiknas,

Undang-Undang RI No 20 Th. 2003, Tentang Sisdiknas

(Jakarta: Depdikas.2003),


(14)

3

akan terbiasa untuk berpikir sebagai usaha pemecahan masalah yang

memerlukan abstraksi serta analisis situasi yang berdasar pada nalar.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang

harus dikuasai oleh siswa dari tingkat SD sampai SLTA. Hal ini dikarenakan

matematika sebagai metode berpikir logis dan kritis.

Kenyataan yang ada memperlihatkan banyak siswa yang memiliki

sikap negatif terhadap matematika, seperti banyak siswa yang mengeluhkan

bahwa pelajaran matematika membosankan, tidak menarik, dan bahkan

menakutkan. Kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat rendah

khususnya pelajaran matematika.

Pendidikan matematika di Indonesia memang belum menampakkan

hasil yang diharapkan. Dari hasil studi TIMSS tahun 2007 untuk siswa kelas

VIII, menempatkan siswa Indonesia pada urutan ke

36 dari 49 negara

dengan nilai rata-rata untuk kemampuan matematika secara umum adalah

397. nilai tersebut masih jauh dari standard minimal rata-rata kemampuan

matematika yang ditetapkan TIMSS yaitu 500. Prestasi siswa Indonesia ini

berada di bawah siswa Malaysia dan Singapura. Siswa Malaysia memperoleh

nilai rata-rata 593.

3

Skala matematika TIMSS

Benchmark International

menunjukkan bahwa siswa Indonesia berada pada peringkat bawah, Malaysia

pada peringkat tengah, dan Singapura berada pada peringkat atas.

4

Selain itu, rata-rata nilai Matematika yang diperoleh siswa umumnya

lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai mata pelajaran yang lain.

Mayoritas siswa tidak lulus ujian akhir juga dikarenakan buruknya nilai

matematika, nilai matematika yang diperoleh siswa rata-rata jauh di bawah

standar nilai Ujian Nasional. Hasil observasi pada siswa kelas VII SMP

3

Ina V.S. Mullis, dkk. TIMSS 2007 International Mathamatics Report dari http:

//timss.bc.edu/TIMSS 2007/techreport.html. 6 September 2009, hal. 38


(15)

4

Yayasan Miftahul Jannah Ciputat, rata-rata hasil ulangan harian siswa sebesar

5,70. berdasarkan skor tersebut, rata-rata hasil belajar siswa relatif rendah.

Penyebab mutu akademik yang rendah sering disebabkan karena

pembelajaran matematika adalah alat siap pakai. Apabila pandangan ini

diwujudkan dalam pembelajaran matematika, maka kegiatan pembelajaran

akan cenderung berpusat pada guru (

6 789: 7; <;= 7>6 7?

) karena biasanya guru

hanya mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa.

Pada pembelajaran konvensional, guru beranggapan bahwa siswa

harus selalu diberi tahu tanpa memberi kesempatan pada siswa untuk

mencoba berpikir sendiri dan mengungkapkan pendapatnya. Hal ini

menyebabkan kurang efektifnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran

yang kurang efektif dapat mengurangi minat belajar. Minat siswa yang kurang

tersebut tampak dari kurangnya aktivitas belajar dan interaksi dalam proses

pembelajaran.

Proses pembelajaran bukanlah sekedar menyampaikan informasi pada

siswa, tetapi membutuhkan keterlibatan siswa secara mental maupun fisik.

Karena itu, suatu pengetahuan tidak akan bertahan lama jika proses belajar

pada siswa hanya sekedar menerima informasi dari guru. Seharusnya guru

lebih memberikan kepercayaan kepada siswa untuk mengembangkan

kemampuannya dan memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk

mengungkapkan pendapatnya sendiri.

Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat

untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya guru untuk

membantu siswa melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah

terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan siswa.

Guru sebagai pengelola proses belajar dan salah satu sumber belajar

memang memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa.

Sehingga guru menciptakan tantangan baru dalam belajar agar siswa antusias

dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.


(16)

5

Pemilihan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan kondisi dan

situasi dalam proses pembelajaran. Menurut Sudjana, salah satu pembelajaran

yang berhasil diantaranya dilihat dari kadar kegiatan siswa belajar. Makin

tinggi kegiatan siswa, makin tinggi peluang berhasilnya pengajaran. Ini berarti

guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi, pendekatan dan metode

yang banyak melibatkan keaktifan siswa dalam belajar, baik secara mental,

fisik, maupun sosial.

Berkaitan dengan hal tersebut, peranan guru sebagai salah satu

komponen pembelajaran sangat penting dalam menentukan keberhasilan

pembelajaran. Untuk itu, guru harus menentukan bentuk kegiatan

pembelajaran yang tepat. Salah satu metode yang dapat melibatkan keaktifan

siswa dalam proses pembelajaran adalah metode pembelajaran kelompok.

Seseorang akan lebih baik melakukan tugasnya bila dikerjakan secara

berkelompok.

Berbagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya

bidang studi matematika, salah satu guru harus lebih dapat memahami siswa

secara psikologis. Seperti diketahui bahwa siswa lebih suka bertanya pada

temannya daripada bertanya pada guru, dari titik ini guru dapat mengarahkan

siswa untuk belajar secara kelompok dengan teman-temannya. Pembelajaran

kelompok sejak dahulu sudah dilaksanakan, tapi masih belum efektif.

Berdasar kan wawancara langsung dengan salah satu guru SMP Yayasan

Miftahul Jannah, beliau mengatakan pembelajaran tidak efektif dikarenakan

yang

Pertama, dikarenakan pembelajaran kelompok hanya didominasi oleh

siswa yang pandai.

Kedua, kerjasama antar siswa tidak terjalin dengan rapih.

Ketiga,

penguasaan materi yang minim.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu variasi dari model

pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang

memiliki tingkat kemampuan yang heterogen sehingga mereka saling

membantu antara satu siswa dengan yang lainnya. Dalam pembelajaran


(17)

6

kooperatif, siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan

strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif.

Ada beberapa macam tipe

@ AABCD EF GHC I CEDJ GJ K

yang dapat

diterapkan, salah satunya adalah

LAF EF GJ K MD GA NOPQEJ KC

. Tipe ini

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa

lainnya dalam kelompok. Melalui penerapan

LAF EF GJ K MD GA NOPQEJ KC

diharapkan hasil belajar siswa akan lebih meningkat, karena adanya

optimalisasi partisipasi siswa dalam kegiatan kelompok. Dengan tipe

LAFEFGJ K MD GA NOP QEJ KC

siswa dapat memahami materi yang diberikan guru secara

keseluruhan, proses berpikir setiap siswa dapat diketahui dan menuntut

kemandirian serta kebersamaan siswa untuk menyelesaikan permasalahan.

Allah Swt menyeru agar selalu bermusyawarah (bekerjasama) dalam

segala hal, seperti disitir dalam Surat As-Syura ayat 38. Allah Swt berfirman:

Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Rabbnya dan

mendirikan shalat,

RSTUV WX Y X R UVZ S YS [U\ T]^ X_X R [UV

) dengan musyawarah

antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami

berikan kepada mereka.

(QS. As-Syura: 38)

Ayat tersebut menunjukkan sekaligus menjelaskan tentang pentingnya

kerjasama dalam memutuskan masalah yang mereka hadapi bersama-sama

secara bermusyawarah, karena dengan mengerjakan secara bersama-sama

(cooperative)

maka setiap masalah akan lebih mudah dan cepat diselesaikan.

Dengan begitu hasil yang dicapai pun akan lebih maksimal, karena banyak

yang memberikan pendapatnya. Hal ini senada dengan konsep yang ada pada

pembelajaran kooperatif, dimana siswa dituntut untuk mengerjakan tugas

secara bekerjasama melalui musyawarah.


(18)

7

Mengenai pentingnya bermusyawarah (kerjasama), dalam ayat lain di

Surat Ali Imron 159 dengan jelas Allah Swt berfirman:

...

...

D

`a bcdefg h`i `d ` j k `j lcam`a ec dc n` l`k `e fdfg `a opf

. Kemudian

apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

(QS. Ali Imron:159).

Ayat diatas memperlihatkan bahwa musyawarah dalam berbagai hal

adalah sesuatu yang penting dan harus dilakukan, tak terkecuali dalam proses

belajar mengajar. Kerjasama dan musyawarah dalam setiap pemecahan

masalah adalah sesuatu yang niscaya. Atas dasar itulah, untuk mengaktifkan

siswa dalam proses pembelajaran, peneliti merasa tertarik untuk mengambil

judul pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

Rotating Trio

Exchange

terhadap hasil belajar matematika.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan

dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Rendahnya kemampuan matematika sebagian besar siswa di Indonesia.

2. Dalam proses pembelajaran matematika siswa masih kurang aktif.

3. Sebagian besar siswa mengeluhkan bahwa pelajaran matematika

membosankan dan tidak menarik.

4. Metode pembelajaran matematika yang masih menggunakan metode

konvensional sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar matematika

siswa.


(19)

8

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada masalah perbandingan hasil belajar

matematika siswa yang diajar mengggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe

qrs ts uvw x y ur z{|}tvw ~

dengan siswa yang diajar menggunakan

pembelajaran konvensional.

D. Perumusan Masalah

1. Bagaimana hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

qrs tsuvw x yur z{|}tvw ~

(RTE) dan yang menggunakan pembelajaran konvensional?

2. Apakah terdapat pengaruh yang menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe

qrs ts uvw x y ur z{| }tvw ~

(RTE) terhadap hasil belajar

matematika?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe

qrsts uvw xy ur z{| }tvw ~

(RTE)

dan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan

pembelajaran konvensional pada pelajaran matematika.

2. Mengetahui apakah terdapat pengaruh yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe

qrstsuvw xyur z {| }tvw~

(RTE) terhadap

hasil belajar matematika.


(20)

9

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru: Mengembangkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

€ ‚ ƒ „… † ‡ƒ€ ˆ‰Š‹ ‚„… Œ

dan meningkatkan kemampuan guru dalam

merencanakan dan mengimplementasikan pembelajaran matematika.

2. Bagi siswa: Meningkatkan kompetensi yang ada pada diri siswa

selama proses pembelajaran didalam kelas.

3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian

dan bahan referensi untuk diadakan penelitian lebih lanjut.

4. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini dapat

menambah informasi mengenai pengaruh model pembelajaran

kooperatif tipe

€ ‚ƒ„… † ‡ƒ€ ˆ‰Š‹ ‚„… Œ

terhadap hasil belajar

matematika siswa.


(21)



0

KERANGKA TEORITIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

1. Hasil Belajar Matematika

a. Pengertian Matematika

‘ ’“”• ’“– —’˜”™ ’š’›œ’™–˜’’š’› ’“– ž Ÿ ¡ ¢£Ÿ 

(

¤ ”ž¥ ”“ ’¦’ž’“’

u

– › •

u

)

’“’

u

Ÿ ¡ ¢ §£¨§

y

’ž¥ ˜ ”™ ’™ “– ˜”›’©’™

(

˜ ”™ ¤–—–™

)

’“ ’

u

hal yang dipelajari ,

sedang dalam bahasa Belanda disebut

ª¨« ¬­§®£

atau ilmu pasti. Jadi, secara

epistimologi istilah matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh

dengan bernalar.

1

Johnson dan Myklebust, Lerner, Kline adalah beberapa ahli yang

menitikberatkan matematika sebagai bahasa simbolis. Secara lebih spesifik

Johnson dan Myklebust mengemukakan bahwa matematika adalah bahasa

simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan

kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk

memudahkan berpikir.

2

Paling mengemukakan bahwa matematika adalah suatu cara untuk

menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara

menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan

ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling

penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan

menggunakan hubungan-hubungan.

3

1

Erman Suherman, dkk.

¯

t

° ± ² ³´ µ ¶³·¸³¹ ± º ±°±» ¼ ±² ³ · ±² µ ½± ¾¿» ² ³· À ¿° ³°

,

(Bandung: JICA

Universitas Pendidikan Indonesia, 2001), h. 18.

2

Mulyono Abdurrahman,

¶³»ÁµÁµ½±»

B

± ´µ »± ½

B

³°½³Ã

u

¹ µ²±»

B

³¹ ± º ±°

,

(Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 2003), Cet.II, h. 252.

3

Mulyono Abdurrahman,

¶³»ÁµÁµ½±»

B

±´µ


(22)

Dari beberapa pengertian matematika yang telah dijelaskan, dapat

disimpulkan bahwa matematika adalah salah satu disiplin ilmu yang

diperoleh sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide,

proses, telaah tentang pola dan hubungan, penalaran, dan suatu cara

menggunakan informasi untuk membantu manusia dalam memahami,

menguasai dan menemukan jawaban permasalahan yang dihadapi.

Å Æ ÇÈÉ ÊÈËÌÍÎ ÉÏ ÈÐÎÑÎË

Belajar adalah proses perubahan dari

ÒÓÔÕÖ

mampu menjadi

×ÕØÙÚ

mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu.

4

Sedangkan menurut Oemar

Hamalik belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu

hasil atau tujuan.

5

Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari

itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan

melainkan pengubahan kelakuan.

Sedangkan menurut Winkel (1999: 53) belajar adalah aktivitas

mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan

yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan

dan sikap.

6

Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena

kematangan), menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil

pengalaman.

Pengertian belajar dalam buku Psikologi Pendidikan karangan Ngalim

Purwanto belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian yang

menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa

kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.

7

4

Zikri Neni Iska,

Û Ü ÝÞßàßá ÝÛâãáäã åäæÛâçä è äçä ãé Ýæ Ýé äãê Ý ã áÞ

u

ãá ä ã

,

(Jakarta: Kizi

Brothers, 2006), hal. 76

5

Oemar Hamalik,

Ûæß ÜâÜ

B

âàäëäæìâ ã áäëäæ

,

(Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal. 27

6

Purwanto,

í

v

äàîä ÜÝïä Ü Ý à

B

âàäëäæ

, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009), hal. 39

7

Ngalim Purwanto,

Û Ü ÝÞßàßá Ý


(23)

Dari pengertian yang telah dijelaskan, belajar adalah proses perubahan

tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan. Perubahan tingkah laku

akibat belajar itu dapat berupa memperoleh perilaku yang baru atau

memperbaiki/meningkatkan perilaku yang sebelumnya.

Menurut Winarno Surachmad, tujuan belajar di sekolah itu ditujukan

untuk mencapai:

a) Pengumpulan pengetahuan

b) Penanaman konsep

c) Pembentukan sikap dan perbuatan.

8

Dalam kegiatan yang disebut belajar harus ada 4 kondisi yang

fundamental pada diri orang yang belajar, yaitu adanya:

a) Suatu dorongan atau kebutuhan untuk belajar/mempelajari sesuatu.

b) Suatu perangsangan atau isyarat tertentu sebagai signal/ tanda materi

yang akan dipelajari.

c) Suatu respon utama dari diri orang yang belajar, apakah berupa tindakan

motorik, pengamatan, pemikiran, penghayatan atau perubahan fisiologis.

d) Suatu ganjaran pengukuhan sebagai hasil belajar yang dicapai.

Menurut Alisuf Sabri

9

keempat kondisi fundamental dalam kegiatan

belajar tersebut sekarang sudah harus menjadi dasar orientasi didaktis guru

dalam mengola kegiatan belajar mengajar. Belajar sebagai proses atau

aktifitas yang disyaratkan oleh banyak sekali hal-hal atau faktor-faktor.

Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi belajar tersebut adalah: Faktor

yang berasal dari luar pelajar (Ekstern), yaitu: faktor sosial dan faktor

non-sosial, dan Faktor yang berasal dari dalam pelajar (Intern), yaitu: Faktor

Fisiologis dan Faktor Psikologis.

8

M. Alisuf Sabri,

ó ôõ ö÷ ø ÷ ù õó úû ü õ ü õöý û

(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), cetakan ketiga,

hal. 58

9


(24)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa belajar matematika adalah suatu proses

bagi siswa belajar secara intertaktif yang ditekankan pada

guna mencari tujuan belajar dalam bidang pelajaran matematika.

c. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya, yaitu hasil dan belajar . Pengertian hasil (

menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau

proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil

belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam

sikap dan tingkah lakunya (Winkel, 1996:51).

10

Mulyono Abdurrahman mengemukakan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan

yang

diperoleh

anak

setelah

melalui

kegiatan

belajar .

11

Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang

berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang

menetap. Dalam belajar ada dua faktor yang mempengaruhi anak dalam

belajar. Yang

, faktor yang datang dari dalam diri siswa antara lain

adalah kemampuan, minat, perhatian, motivasi belajar, konsep diri, sikap

dan sebagainya. Sedangkan faktor yang

yang datang dari luar

meliputi orang tua, guru, teman, sekolah dan sebagainya.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Howard Kinsley membagi 3

macam hasil belajar yakni (a) keterampilan dan kebiasaan (b) pengetahuan

dan pengertian (c) sikap dan cita-cita.

12

10

Purwanto,

E

B

.., hal. 44-45

11

Mulyono Abdurrahman ,

B

u

!

B

,

(Jakarta: PT Rineka Cipta,

1999), hal. 37

12


(25)

Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni :

13

1. Informasi verbal, yaitu pengetahuan yang dimiliki seseorang dan

dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa, lisan dan tertulis.

2. Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan untuk berhubungan

dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu

representasi, khususnya konsep dan berbagai lambang/simbol

3. Strategi kognitif (

), orang yang memiliki

kemampuan ini dapat menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

kognitifnya sendiri, khususnya bila sedang belajar dan berpikir.

4. Keterampilan motoris, orang yang memiliki keterampilan motoris,

mampu melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam

urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik

berbagai anggota badan secara terpadu.

5. Sikap, merupakan kemampuan internal yang berperan sekali

dalam mengambil tindakan, lebih-lebih bila terbuka berbagai

kemungkinan untuk bertindak. Orang yang memiliki sikap yang

jelas, mampu untuk memilih secara tegas di antara beberapa

kemungkinan.

Sementara itu, menurut revisi Benjamin S. Bloom ranah

hasil belajar, yaitu:

13


(26)

Mengingat : Mengingat kembali informasi

Memahami

: Menjelaskan ide atau konsep

Menerapkan : Menerapkan informasi pada situasi yang berbeda

Menganalisis : Menguraikan informasi ke dalam bagian lebih rinci,

terkait satu dengan yang lain dan dapat dipahami.

Mengevaluasi : Menetapkan keputusan dari hasil penilaian atau

penghitungan atau melalui beberapa tahap pengujian.

Berkreasi : Merumuskan ide baru, produk, atau cara memandang

sesuatu.

14

Hasil belajar yang dimaksud disini adalah sesuatu yang diketahui,

diperoleh atau didapat setelah melalui proses belajar, baik karena ada guru

yang mengajar ataupun siswa sendiri yang memanfaatkan lingkungannya

untuk belajar. Hasil belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil

interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam

diri (faktor endogen) maupun dari luar diri (faktor eksogen) individu.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa hasil belajar berupa perolehan

perubahan tingkah laku yang meliputi: pengamatan, pengenalan,

pengertian, perbuatan, keterampilan, perasaan, minat dan bakat. Dalam

dunia pendidikan hasil belajar digunakan sebagai pendorong bagi siswa

dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berperan

sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan.

14


(27)

$

6

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

% &' (')* +,- )&. /01 (* +2

(RTE)

a. Pengertian Model Pembelajaran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia model adalah pola atau contoh

dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.

15

34567

dalam kamus

bahasa Inggris adalah

568 9:;4<= 9;5 4>?<45@AB C

16

Dari pengertian tersebut

disimpulkan bahwa model adalah contoh yang akan dilakukan sehingga

menghasilkan sesuatu.

Pembelajaran adalah kegiatan yang menyangkut dua proses yang

saling berkaitan dan berkesinambungan, yaitu proses belajar dan proses

mengajar.

17

Fontana mendefinisikan pembelajaran sebagai upaya penataan

lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan

berkembang secara optimal, dengan demikian proses belajar bersifat

internal dan unik dalam diri individu siswa, sedangkan proses

pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja direncanakan dan bersifat

rekayasa pelaku.

18

Dari beberapa pengertian yang telah dijelaskan, pada proses

pembelajaran menekankan adanya interaksi antara guru dan siswa atau

sebaliknya, sumber belajar dalam lingkungan formal sehingga terjadi suatu

proses yang disebut lingkungan belajar.

Berdasarkan Joyce dari Trianto, model pembelajaran adalah suatu

perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk

15

Tim Penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,

DE F G H

B

IH E J

B

E K E H E LM NOMIH P E

, (Jakarta:Balai Pustaka), 1996, h.589

16

Oxford learner s pocket dictionary, 2005, New York, Oxford university Press, Walton

Street, hal. 276

17

Soedijanto Padmowiharjo,

QH PROSOTP

B

ISEUEJF IMTEUEJ

,

(Jakarta: Universitas Terbuka,

2008), hal. 6.3

18


(28)

menentukan perangkat-perangkat pembelajaran.

19

Dari beberapa pengertian

yang telah diuraikan, model pembelajaran adalah suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman guru untuk melaksanakan aktivitas

pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar.

Model pembelajaran

membahas tentang bagaimana cara membelajarkan siswa dengan berbagai

variasinya sehingga terhindar dari rasa bosan dan tercipta suasana belajar

yang nyaman dan menyenangkan. Untuk membelajarkan siswa sesuai

dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat

dicapai dengan optimal dengan berbagai macam model pembelajaran.

Berdasarkan Kardi dan Nur (2000: 9) dari Trianto, model pengajaran

mempunyai empat ciri ialah: 1) rasional teoritik logis yang disusun oleh

para pencipta atau pengembangnya; 2) landasan pemikiran tentang apa dan

bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai); 3)

tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat

dilaksanakan dengan berhasil; dan 4) lingkungan belajar yan diperlukan

agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

20

\ ] ^_ `\_a bc bdbe

Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat

ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran yang

berpusat pada siswa, dimana guru mendorong siswa untuk melakukan kerja

sama dalam kelompok-kelompok kecil pada waktu menerima pelajaran

atau mengerjakan soal-soal dan tugas-tugas. Pembelajaran kooperatif

muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan

memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan

temannya.

21

19

Trianto,

f g h ij fg hijk ilm i j n o n p nqrq g

v

ns tu

B

i pgptiq sn v twgqvsp

u

xstytvstx

, (Jakarta:

Prestasi Pustaka, 2007), hal. 5

20

Trianto,

f ghij

-

f g hijk i lm ij non p nq

..,

hal. 6

21


(29)

z

8

Cooperative Learning menurut Slavin, Cooperative Learning adalah

suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4

6 orang secara kolaboratif

sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.

Sementara itu,

{|}~ €}

menyebut

‚ ƒƒ„… ~ } † €…|}|‡

dengan

istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang

memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan

siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.

ˆ‰Š}…} ‹

menyebutkan,

‚ƒƒ „… ~ }

v

€…|} |‡

sebagai pembelajaraan kooperatif yang menuntut

diterapkannya pendekatan belajar yang siswa sentries, humanistik, dan

demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan

belajarnya.

22

Pembelajaran

kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi

pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk

mencapai tujuan bersama (Eggen and Kauchak).

23

Sedangkan menurut

Yatim Rianto pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (

 Œ Ž }Œ  }‘ ‘

),

sekaligus keterampilan sosial

(

ƒ Œ} ‘}‘ ‘

)

termasuk

}|~…„… ƒ | ‘ }‘‘

.

24

Pada dasarnya pembelajaran kooperatif mengandung pengertian

sebagai sikap atau perilaku bersama dalam struktur kerja sama yang teratur

dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dengan

keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap individu

dalam kelompok. Proses pembelajaran kooperatif menitikberatkan pada

siswa untuk berperan aktif dalam menemukan, membangun, dan

22

Isjoni,

’““”•–—˜™ š •› •—–œ™œ 

, Bandung: Alfabeta, 2009, hal 15-16

23

Trianto,

ž “ Ÿ • 

-

¡ “ Ÿ•  ¢•¡£•  —¤—–—œ ¥ œ “

v

—˜™ ¦

B

•– “ –™•œ ˜—§™ ¨“ œ §˜ –

u

©

v

™§˜™©

(

¨“ œ §•”

,

›—œ Ÿ—§—œª•“ –™ ˜™§

-

¢ –— © ˜™§Ÿ—œ¥¡”   • ¡ •œ ˜—§™œ

y

—

)

, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h.42

24

Yatim Riyanto,

¢—–—Ÿ™ ¡—

B

—–

u

¢ •¡£• —¤—–—œ«•£ —— ™¬•¦ •–• œ §™

B

—  ™¢ • œ Ÿ™Ÿ™ ©Ÿ—   — ¡ ¥¡”  • ¡ •œ ˜—§™¢ •¡£• —¤—–—œ

y

—œ 

­¦•© ˜™¦

Ÿ— œ

B

•–©

u

— ™˜—§

, Jakarta: Kencana Prenada Group, 2009,


(30)

®

9

mengembangkan pengetahuan melalui interaksi sosial dalam kelompok.

Alur proses belajar dalam pembelajaran kooperatif tidak harus selalu dari

guru ke siswa, melainkan bisa juga melalui alur dari siswa ke siswa.

Dari beberapa pengertian diatas, Pembelajaran Kooperatif adalah suatu

model pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari 2

orang atau lebih yang dimana dalam kelompok itu saling membantu satu

sama lain dalam mengerjakan tugas-tugasnya.

c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar pembelajaran

kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok

bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan

memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan

gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.

Kategori dalam pembelajaran kooperatif adalah yang

¯°± ²³´³µ

adalah

individual yaitu, keberhasilan seseorang ditentukan oleh orang itu sendiri.

¶ °·¸³µ

kompetitif, yaitu keberhasilan seseorang dicapai karena kegagalan

orang lain. Dan yang

¹°²º »³µ

kooperatif, yaitu keberhasilan seseorang

karena keberhasilan orang lain, orang tidak dapat mencapai keberhasilan

dengan sendirian.

25

Sedangkan menurut Ibrahim yang dikutip dalam Isjoni, pembelajaran

kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan,

yaitu:

1). Hasil belajar akademik

Dalam

¼ ½½¯°±³ ²º¾° ¿° ³± ÀºÀ»

meskipun mencakup beragam

tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas

akademi penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini

unggul dalam membantu siswa memahami kpnsep-konsep sulit. Para

pengembang model ini telah menunjukkan model terstruktur

penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada

belajar akademik dan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

25


(31)

È

0

2). Penerimaan terhadap individu

Tujuan lain model

É ÊÊËÌÍ ÎÏ ÐÑÌ Ò ÌÎÍÓ ÐÓ Ô

adalah penerimaan

secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya,

kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.

3). Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga

ÉÊÊËÌ ÍÎÏÐÑÌÒ Ì ÎÍÓÐÓ Ô

adalah mengerjakan

keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.

26

Õ Ö

Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Pada hakikatnya

É ÊÊËÌÍÎÏÐÑÌÒ Ì ÎÍÓ ÐÓ Ô

sama dengan kerja kelompok,

oleh sebab itu banyak guru yang menyatakan tidak ada sesuatu yang aneh

pada

É ÊÊËÌ Í ÎÏÐÑ Ì Ò ÌÎÍ Ó ÐÓ Ô

, karena mereka menganggap telah terbiasa

menggunakannya. Walaupun

É ÊÊËÌ Í ÎÏÐÑÌ Ò Ì ÎÍÓ ÐÓ Ô

terjadi dalam bentuk

kelompok, tetapi tidak setiap kerja kelompok dilakukan

ÉÊÊËÌ Í ÎÏ ÐÑÌ Ò Ì ÎÍÓ ÐÓ Ô×

Ada lima prinsip yang mendasari pembelajaran kooperatif yaitu:

27

1

× ØÊÙÐ

t

ÐÚÐÓÏ ÌÍÛÌËÌÓÜÌ

Artinya adanya saling ketergantungan positif yakni anggota kelompok

menyadari pentingnya kerjasama dalam pencapaian tujuan

Ý× ÞÎÜÌ

t

ÊÚÎÜÌßÓÏÌ Í ÎÜ

t

Ð ÊÓ

Artinya antar anggota berinteraksi dengan saling berhadapan

à× ßÓÛÐ

v

ÐÛá ÎâÎÜÜÊáÓÏ ÎãÐâÐ

ty

Artinya setiap anggota kelompok harus belajar dan aktif memberikan

kontribusi untuk mencapai keberhasilan kelompok.

4.

äÙÌÊÚÜÊââ ÎãÊÍ ÎÏ Ð

v

ÌåÙÊÜÐÎâÙ æÐââ

Artinya

harus

menggunakan

keterampilan

bekerjasama

dan

bersosialisasi. Agar siswa mampu berkolaborasi perlu adanya

bimbingan guru.

26

Isjoni,

çèèéêëìíî ï êð êìëñîñ ò

..., hal.27

27

Yatim Riyanto,

ó ìëì ô îò õì

B

ìë

u

óêõ ö ê÷ìøìëìñùêöìòì îúêû êëê ñüî

B

ì ò îóê ñô î ô î ýôì ÷ ì õ þ õé÷ ê õ êñ íì üîóêõ öê÷ìøìëìñ

y

ìñ òÿûêý íîûô ì ñ

B

êëý

u

ì÷îíì ü

.,hal. 270


(32)

5

Artinya siswa perlu menilai bagaimana mereka bekerja secara efektif.

-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif peran guru sangat penting, karena

dalam pelaksanaannya diperlukan kemauan dan kemampuan serta

kreatifitas guru dalam mengelola kelas. Guru harus menjadi fasilitator,

mediator, director-motivator, dan evaluator.

28

Dan agar dapat mengelola

kelas

lebih

efektif,

guru

harus

melaksanakan

langkah-langkah

pembelajaran kooperatif dengan benar dan tepat. Berikut adalah

langkah-langkah pembelajaran kooperatif yang dinyatakan dalam tabel dibawah

ini:

29

Tabel 2.1

Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Fase

Tingkah Laku Guru

Fase-1

Menyampaikan

tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran

yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan

memotivasi siswa belajar.

Fase-2

Menyajikan

informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa

dengan cara demonstrasi atau lewat bahan

bacaan.

Fase-3

Mengorganisasikan

siswa ke dalam

kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana

caranya membentuk kelompok belajar dan

membantu setiap kelompok agar melakukan

transisi secara efisien.

Fase-4

Guru

membimbing

kelompok-kelompok

28

Isjoni,

!

, h. 62.

29


(33)

Membimbing

kelompok bekerja

dan belajar

belajar pada saat mereka mengerjakan tugas

mereka

Fase-5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang

materi yang telah dipelajari atau

masing-masing kelompok mempresentasikan hasil

kerjanya.

Fase-6

Memberikan

penghargaan

Guru mencari cara untuk menghargai baik

upaya maupun hasil belajar individu dan

kelompok.

, - . /0 1 /2/03 4

ori Cooperative Learning

Landasan teori yang mendukung pembelajaran kooperatif ada dua

kategori, yaitu teori motivasi dan teori kognitif.

30

1) Teori Motivasi

Deutsch (1949) mengidentisifikasikan tiga struktur tujuan:

566 7 89:; <=>

dimana usaha-berorientasi-tujuan dari tiap individu memberi kontribuasi

pada pencapaian tujuan anggota lain;

56? 7 8; <; < =>

dimana

usaha-berorientasi-tujuan dari tiap individu menghalangi pencapaian tujuan

anggota lainnya; dan

<@A< B< AC:D <E;<5

dimana usaha-berorientasi-tujuan dari

tiap individu tidak memiliki konsekuensi apa pun bagi pencapaian tujuan

anggota lainnya. Dari perspektif motivasional (seperti yang dikemukakan

Jhonson dkk, 1981, dan Slavin, 1983), struktur tujuan kooperatif

menciptakan sebuah situasi dimana satu-satunya cara anggota kelompok

bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka bisa

sukses.

30

Robert E.Slavin,

FG GH IJ K LM N IOI KJ P M P Q RL S IG J

y

TJ IU IK JV SK PWHJ K V LM V I

(London:Allymond


(34)

2) Teori Kognitif

Teori kognitif menekankan pada pengaruh dari kerja sama itu sendiri.

Ada beberapa teori kognitif yang berbeda, yang terbagi menjadi dua

kategori utama: teori pembangunan dan teori elaborasi kognitif.

a. Teori Pembangunan

Asumsi dasar dari teori pembangunan adalah bahwa interaksi di antara

para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuaimeningkatkan

penguasaan mereka terhadap konsep kritik.

b. Teori Elaborasi Kognitif

Pandangan dalam teori elaborasi kognitif menyatakan bahwa agar

informasi ingin dipertahankan di dalam memori dan berhubungan dengan

informasi yang sudah ada di dalam memori,orang yang belajar harus

terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi, dari

materi.

Z[

Kelebihan Model Cooperative Learning

Kelebihan model pembelajaran kooperatif menurut Jarolimek dan

Parker (1993), adalah sebagai berikut:

31

1) Saling ketergantungan yang positif

2) Adanya pengakuan dala merespon perbedaan individu

3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas

4) Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan

5) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dan

guru

6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman

emosi yang menyenangkan

31


(35)

jk l m

pe Rotating Trio Exchange (RTE)

Salah satu yang menandai profesionalisme guru adalah komitmennya

untuk selalu memperbaiki dan meningkatkan

kemampuannya dalam

suatu proses bertindak dan berefleksi dalam kegiatan belajar

mengajar.

32

Sebagai seorang guru harus mempunyai pengetahuan

mengenai strategi-strategi pembelajaran kooperatif.

Beberapa tipe yang dikembangkan dalam model pembelajaran

kooperatif adalah.

33

1

nop qrstpu sv w xyz{|s

v

sw stp} |

v

|x |~t

(

ou y }

)

2)

|€xv

3)

‚ƒ~ q„…t †s x

t

|€v x |

(

‚…

)

4)

‡~pvp|t€uƒ |~ˆ‰z{vt€s

5)

‚ƒ~ q„‡s xqw s

Penulis menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

‡~pv |t€ uƒ |~ ˆ‰z{vt€s

. Karena model pembelajaran kooperatif tipe

‡~pv |t€ uƒ|~ ˆ‰z{vt€s

ini memiliki kelebihan antara lain: (1) Keuntungan kognitif

yang diperoleh dari pengalaman belajar. Ada dua aspek keuntungan yang

dapat diperoleh yaitu peningkatan kemampuan berpikir dan komunikasi.

(2) Keuntungan Sosial yaitu dengan bekerjasama dan saling membantu

anggota yang lain, dan (3) Keuntungan Personal yaitu siswa mempunyai

kesempatan untuk menjadi aktif. Selain keuntungan tersebut dengan

dibentuknya kelompok kecil juga menghindari adanya dominasi

kelompok tertentu sehingga dapat mengaktifkan siswa yang pasif.

Isjoni mengemukakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe

‡~p vp |t€uƒ |~ˆ‰z{vt€s

, yaitu: Kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok

yang terdiri dari 3 orang, kelas ditata sehingga setiap kelompok dapat

32

Anita Lie,

Š‹ ‹Œ Ž  ‘ ’ “ Ž ” ‘ ” • – — ˜ Œ Ž  ™ ™ ™ ”Š‹ ‹ŒŽ  ‘ ’ “ Ž ” ‘ ”•š ‘›

u

 ”•œ  ž

(Jakarta:Grasindo, 2002), hal. 54

33


(36)

melihat kelompok lainnya di kiri dan kanannya, berikan pada setiap trio

tersebut pertanyaan yang sama untuk didiskusikan. Setelah selesai berilah

nomor untuk setiap anggota trio tersebut, contohnya nomor 0, 1, dan 2.

Kemudian perintahkan nomor 1 untuk memutar satu trio searah jarum jam

dan nomor 2 sebaliknya, berlawanan arah jarum jam. Sedangkan nomor 0

tetap di tempat. Ini akan mengakibatkan timbulnya trio baru. Berikan

kepada setiap trio baru tersebut pertanyaan-pertanyaan baru untuk

didiskusikan, tambahkanlah sedikit tingkat kesulitan. Rotasikan kembali

siswa sesuai dengan pertanyaan yang telah disiapkan.

34

Sedangkan pembelajaran kooperatif tipe

¡¢£ ¤£ ¥¦§ ¨ © ¥¢

Ex

ª«¤¦§¬

dikutip dari Mel L. Silberman prosedurnya adalah sebagai berikut:

35

1.

Guru membuat berbagai macam pertanyaan yang membantu peserta

didik memulai diskusi tentang isi pelajaran. Guru menggunakan

pertanyaan-pertanyaan dengan tidak ada jawaban betul dan salah.

2.

Peserta didik dibagi menjadi kelompok yang masing-masing

beranggota tiga. Guru mengatur kelompok-kelompok tiga itu di

ruangan, agar masing-masing dari kelompok tiga (trio) itu dapat

dengan jelas melihat sebuah trio disebelah kanannya dan satu trio di

sebelah kirinya. Seluruh konfigurasi trio itu akan menjadi sebuah

lingkaran atau sebuah persegi panjang.

3.

Masing-masing trio diberikan sebuah pertanyaan pembuka

(pertanyaan yang sama bagi tiap-tiap kelompok trio) untuk

didiskusikan. Guru memilih pertanyaan yang paling tidak

menantang yang telah dibuat untuk mulai pertukaran trio. Guru

menganjurkan agar setiap orang dalam trio itu bergiliran menjawab

pertanyaan

34

Isjoni,

­®®¯°±²³´ µ °¶ °²±·´· ¸

,

h. 59.

35

Melvin L, Siberman,

¹ º ³´ µ°¶°²±·´· ¸ » ¼½¼¾ ³ ±²³°¸ ´¿ °À Á°Â²Ã²±² ·¹ Ä ³´ ÅÆ

Jakarta:Pustaka


(37)

Ç

6

4.

Setelah masa waktu diskusi selesai, guru meminta trio-trio itu

menentukan nomor 0, 1, atau 2 bagi masing-masing dari

anggotanya. Para peserta didik diarahkan dengan nomor 1 untuk

memutar satu trio dan nomor 2 untuk memutar dua trio searah

jarum jam. Guru meminta peserta didik nomor 0 untuk tetap di

tempat, sebab mereka merupakan anggota-anggota tetap dari suatu

tempat trio. Guru meminta mereka mengangkat tangan mereka

tinggi-tinggi

agar

peserta

didik

yang

berputar

dapat

menemukannya. Hasilnya akan menjadi trio yang sangat baru.

5.

Guru memulai sebuah pertukaran baru dengan sebuah pertanyaan

baru. Tingkatkan kesulitan atau tingkat ancaman dari pertanyaan

ketika meneruskan pada putaran-putaran baru.

6.

Trio dapat diputar berkali-kali sebanyak pertanyaan yang dimiliki

untuk ditetapkan dan waktu diskusi tersedia. Tiap-tiap waktu,

menggunakan prosedur putaran yang sama. Sebagai contoh, dalam

suatu pertukaran trio dari tiga rotasi, masing-masing peserta didik

akan segera bertemu, secara mendalam, dengan enam peserta didik

yang lain.

Variasi yang dapat digunakan dalam pembelajaran Kooperatif tipe

ÈÉÊË ÊÌÍÎÏ Ð ÌÉÑÒÓÔËÍÎÕÖÈ Ï

E

×

adalah sebagai berikut:

1) Setelah masing-masing putaran pertanyaan, dengan cepat buatlah poll

(jajak pendapat) pada kelompok penuh tentang berbagai respon mereka

sebelum memutar peserta didik pada trio-trio baru.

2) Gunakan pasangan-pasangan atau kuartet-kuartet sebagai ganti trio.

Dari serangkaian langkah yang dikemukakan di atas, maka

pembelajaran kooperatif tipe

ÈÉÊË ÊÌÍÎÏ Ð ÌÉÑÒÓÔËÍÎÕ

ini secara sistematik

adalah sebagai berikut:


(38)

1) Guru membuat berbagai macam pertanyaan dalam bentuk Lembar

Kerja Siswa (LKS) untuk membantu siswa memulai diskusi tentang isi

pelajaran.

2) Siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang

beranggotakan 3 orang siswa. Pengelompokkan siswa dilakukan oeh

guru berdasarkan tingkat kemampuan akademik, yaitu dalam setiap

kelompok terdiri dari siswa kemampuan tinggi (kartu merah), siswa

kemampuan sedang (kartu kuning), dan siswa kemampuan rendah

(kartu biru).

3) Guru memberikan LKS pada setiap kelompok trio dengan pertanyaan

yang sama dan dalam mengerjakan setiap LKS diberikan batas waktu.

4) Setelah batas waktu yang diberikan habis, guru akan berkata

waktunya rotasi . Maka siswa berputar sesuai dengan kartu yang

dimilikinya. Siswa yang memiliki kartu kuning memutar satu trio

searah jarum jam, siswa yang memiliki kartu hijau memutar dua trio

searah jarum jam, sedangkan siswa yang memiliki kartu merah tetap

dikelompoknya.

5) Dalam kelompok trio baru, siswa diberi LKS putaran kedua dengan

tingkat kesulitan berdasarkan tingkatan materi yang berikan.

6) Begitu seterusnya, sampai semua LKS selesai dijawab dan dianalisis.

7) Setelah itu dilakukan diskusi kelas (presentasi kelompok) untuk


(39)

Ú

8

Berikut ini adalah dua contoh pola pasangan kelompok trio putaran

pada putaran I dan putaran II:

A

1

B

1

C

1

C

4

A

2

B

4

B

2

A

4

C

2

C

3

B

3

A

3

Gambar 1. Pola Pasangan Trio Putaran Pertama

A

4

B

1

C

3

C

2

A

1

B

4

B

2

A

3

C

4

C

1

B

3

A

2

Gambar 2. Pola Pasangan Trio Putaran Kedua

kelompok 3

k

el

o

m

p

o

k

2

k

el

o

m

p

o

k

4

kelompok 1

k

el

o

m

p

o

k

2

k

el

o

m

p

o

k

4

kelompok 1

kelompok 3

kelompok 1


(40)

Û

9

Keterangan: A = siswa yang memiliki kartu kuning

B = siswa yang memiliki kartu merah

C = siswa yang memiliki kartu biru

Tahap

tahap yang dijabarkan di atas memperlihatkan bahwa

pembelajaran kooperatif tipe

ÜÝÞ ßÞ à áâ ã ä à Ý

Ex

åæßáâç

memberi

kesempatan kepada siswa untuk bertukar informasi dengan siswa lain.

Siswa

diberikan

tanggung

jawab

untuk

menyelesaikan

tugas

kelompoknya.

Pembelajaran seperti ini memberikan manfaat antara lain: motivasi

belajar siswa lebih besar, pemahaman terhadap pembelajaran lebih

mendalam, penerimaan terhadap individu lebih besar, dll. Dengan

demikian pembelajaran kooperatif dapat efektif digunakan di dalam kelas

untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Pembelajaran Konvensional

Pendekatan pembelajaran konvensional yang di maksud adalah

pendekatan secara klasikal, seperti yang biasa kita lihat sehari-hari di

setiap sekolah pada umumnya. Dalam pendekatan pembelajaran

konvensional ini siswa diasumsikan memiliki minat dan kecepatan belajar

yang relatif sama. Proses pembelajaran konvensional ini lebih berpusat

pada guru.

Beberapa ciri dalam pembelajaran konvensional, yaitu:

1. Tujuan tidak dijelaskan secara spesifik dalam bentuk kelakuan yang

dapat diamati dan diukur.

2. Bahan disajikan kepada kelompok, sebagai keseluruhan tanpa

memperhatikan individual murid

3. Bahan ajar biasanya dalam bentuk ceramah, tugas tulis dan media

lain menurut pertimbangan guru


(41)

è

0

4. Berorientasi pada kegiatan guru dengan mengutamakan proses

belajar

5. Siswa umumnya bersifat pasif dalam pembelajaran

6. Keberhasilan dalam proses belajar dinilai secara subjektif oleh

pengajar

Dalam pembelajaran konvensional biasanya guru menyampaikan

informasi mengenai bahan pelajaran dalam bentuk penjelasan dan

penuturan secara lisan, yang di kenal dengan istilah metode ceramah.

Pembelajaran ini cenderung membuat siswa pasif dalam belajar, karena

komunikasi yang digunakan oleh guru dalam interaksinya dengan siswa

adalah komunikasi satu arah. Siswa hanya mendengarkan, mencatat dan

sekali-kali bertanya mengenai hal-hal yang disampaikan oleh guru.

Beberapa karakteristik dalam pembelajaran konvensional antara lain

menyandarkan kepada hafalan, pemilihan informasi ditentukan oleh guru,

cenderung pada satu bidang tertentu, memberikan sekumpulan informasi

pada siswa tanpa menindak lanjuti apakah siswa tersebut paham atau

tidak.

Proses pembelajaran dengan pendekatan konvensional pada umunya

sebagai berikut:

1) Siswa duduk, mencatat, mendengar dan menghafal

2) Sumber informasi hanya dari guru.

3) Siswa tidak dituntut untuk menemukan konsep.

4) Metode yang digunakan guru adalah metode ceramah.

5) Suasana kelas membosankan.

6) Keaktifan siswa kurang, karena guru lebih aktif.

7) Materi pembelajaran banyak dan berat.


(42)

Berdasarkan uraian diatas, pendekatan konvensioanal merupakan

pembelajaran denagn cara penyampaian pembelajaran yang dilakukan

guru dengan lisan secara langsung terhadap siswa.

Oleh karena itu, kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan

pembelajaran konvensioanal dapat dijadikan sebagai kelompok kontrol,

dalam penelitian yang menggunakan metode eksperimen, yaitu satu kelas

yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

ëìíî íïðñ ò ó ïì

Ex

ôõî ðñö

(RTE) sementara kelas yang lain diberikan

pembelajaran yang menggunakan pembelajaran konvensional.

÷ øù úû

2.2

Perbandingan Kelompok Belajar Kooperatif tipe

ë ìíî íïðñò ó ïìüýô õîðñö

(RTE) dengan Kelompok Belajar Konvensional.

Pembelajaran kooperatif tipe RTE

Pembelajaran konvensional

Guru hanya sebagai fasilitator

Pembelajaran berpusat pada guru

Guru lebih bekerja ekstra dalam

penyusunan penyampaian materi

Guru menyampaikan materi sesuai

buku paket

Guru memberikan contoh langsung

yang berhubungan dengan kehidupan

sehari-hari

Guru langsung memberikan materi

pelajaran

Siswa cenderung lebih aktif dalam

pembelajaran

Siswa cenderung lebih pasif dalam

pemebelajaran

Adanya saling ketergantungan positif,

saling membantu, dan saling

memberikan motivasi sehingga ada

interaksi promotif

Guru sering membiarkan adanya siswa

yang mendominasi kelompok atau

menggantungkan diri pada kelompok


(43)

Guru memperhatikan proses kelompok

yang terjadi dalam kelompok-kelompok

belajar

Guru sering tidak memperhatikan

proses kelompok yang terjadi dalam

kelompok-kelompok belajar

yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Sebuah penelitian

yang dilakukan oleh M. Husni Thamrin dengan judul Implementasi

Ex

dalam Upaya Mengaktifkan Siswa pada Pembelajaran Kebudayaan

Islam. Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sridadi Kabupaten

Batanghari Propinsi Jambi. Penelitian ini diterapkan pada mata pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa

Ex

dapat mengaktifkan siswa dalam rangkaian kegiatan

belajar mengajar

Penelitian yang relevan yang lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Ubay

Nurbaeti dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

.

Penelitian ini dilakukan di MTs

Al-Muawanah Tangerang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

berpengaruh terhadap hasil

belajar matematika siswa.

C. Kerangka Berpikir

Pada umumnya siswa dituntut untuk dapat berpikir kritis dan mampu

memecahkan semua permasalahan dalam belajar matematika. Siswa yang

memiliki pemikiran yang kreatif akan lebih menyukai suatu tantangan atau

masalah dalam proses belajarnya. Tapi tidak sedikit pula siswa yang tidak

menyukai tantangan sehingga dalam proses belajar mereka sering menemukan

kesulitan dalam memahami setiap persoalan.


(44)

Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

!"# $

Ex

%&!"'

ini

diharapkan dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam belajar sehingga

siswa dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa lebih memiliki

tanggung jawab terhadap masalah yang dihadapinya sehingga siswa akan

lebih berpikir kreatif untuk bersosialisasi dengan masyarakat. Siswa dapat

juga mengembangkan keterampilan sosialnya dengan saling bekerjasama dan

saling membantu sesama

temannya

sehingga pada akhirnya akan

meningkatkan hasil belajar siswa.

Dengan digunakannya Model Pembelajaran Kooperatif tipe

!"# $

Ex

%&!"'

pada pelajaran matematika, diharapkan agar lebih meningkatkan

hasil belajar siswa. Karena dalam model pembelajaran kooperatif tipe

!"# $

Ex

% &!"'

siswa dituntut untuk lebih aktif dan fokus pada pokok

bahasan yang akan diajarkan. Sehingga diharapkan akan ada pengaruh

perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang diajarkan dengan

menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe

!" # $

Ex

% &!"'

dengan yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

( )*+, -./0.,12

potesis

Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

!" # $

Ex

% &!"'

(RTE) lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajarkan

dengan metode konvensional.


(45)

5 6577 7

89 : ;< ;= ;>7?9 @9 = 7: 7 6 @

6A : BCD EFGEH

Waktu Penelitian

IJKLMN OMP Q RSLST SU V JW MQ MS NJKL MN L JPJTSNS MP MRMTMU X

M

Y ZMOMV MP

M

S[N MU \T

J

MPP MU

(

Z]

J)

L MRM VJKJV NJ^ Q MP_ST N MU \P M_M^MP `abac YJP JT S NSMP RST MdV MP MdMP LMRM W \T MPeQ\V N\VVMKLMSRJPQMPW \TMPXJL NJKWJ^`abac

B. Metode dan Desain Penelitian

J

JP SV L JP JT S NS MP SP S MRMTMU L JPJTSNS MP

quasi ekspamerimen (eksperimen semu),

dimana tidak memungkinkan penulis untuk mengontrol semua variabel yang relevan

kecuali dari variabel-variabel tertentu. Pelaksanaannya melibatkan dua kelompok,

yaitu kelompok eksperimen yang diberi perlakuan metode pembelajaran kooperatif

tipe

fghi hjkl m n j g opqri kls

(RTE) dan kelompok kontrol yang diberi perlakuan

model pembelajaran konvensional. Penelitian ini menggunakan desain penelitian

berbentuk

m t g ungvw fi kxgy jz sx {v |} sq h ~g  hs h € k‚ƒ

dengan rincian sebagai

berikut:

Tabel 3.1

Rancangan Penelitian

Kelompok

Perlakuan

Postest

R (e)

R (k)

X

„

X

…

T

T

Keterangan:

R = Proses pemilihan subjek secara acak

e = Kelompok eksperimen


(1)

½ ¾

8

¿

(

À

) =

=

1

25

= 0,04

ÁÂÃ

0

ÄÅÆ

6

ÁÇ

= 0

ÄÈÆÉ

ÊËÌÍÎËÁÂ ÁÇ

(0

ÄÅÆ

6

< 0

ÄÈÆÉÏÐ ËÑ ËÒËÓËÇÒÔ ÕÔÐ ÓÖ×Ñ ËÎØËÙÚ ËÕËÐÓÍ×ÑÍ×ËÕ ÍÑ ÕÓÍ ÌÔÐÍÎØÍÌÒÔÕÇÌÔØÖ ÕÔÎÂÌÐ Ë×Û

ÊÍÇ ÍÌËÎ Ü ËÎ Ý

ÞÂÝßËÇ ËØÍÌ ËÕ Ë×ÒËÌÔÓÂÓÖ× ËÕÔ

y

ËÎ ÜØÍÌÒÔ ÕÇ ÌÔØÖ ÕÔÎÂÌÐ Ë×


(2)

ãäåæçèäéê

8

ë ìí îï

ðñòó ôõöìïò

t

ì÷øîï ì÷ø ôù

tr

ôï

2

2

ú úû ü

(

ú

)

ý

(

ú

)

| ( )

( )

|

15

1

1

15

225

225

þ

2

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

25

1

2

25

625

625

þ

1

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

30

1

3

30

900

900

þ

1

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

35

2

5

70

1225

2450

þ

0

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

40

2

7

80

1600

3200

þ

0

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

45

2

9

90

2025

4050

þ

0

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

50

4

13

200

2500

10000

þ

0

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

60

2

19

120

3600

7200

0

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

65

2

21

130

4225

8450

0

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

70

1

22

70

4900

4900

1

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

75

1

23

75

5625

5625

1

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

80

2

25

160

6400

12800 1

ÿ

0

ÿ

0

ÿ

1

0

ÿ

=

15 51,24

16,4

=

þ

2

ü

(

ú

) =

ú

< 0

: 0


(3)

80

! " #$%"&

0

' $#$

: 0

()*%+ $,-.

/

(

%

) =

=

1

25

= 0,04

012

0

(3456

0+

= 0

(789

:$;-<$

01 0+

(0

(

3456

=

0

(789>' $#$?$@$+?" A" '@B. #$<,$CD $A $'@ -.# -. $A -#A@ -;" '-<,- ;?"A+ ;",B A"


(4)

F

81

GHIJKLHMN O

PQ RST UVWXYW VZT S[\[ XQ WTUY]

^_ `a ba bc def bgh ijcakhklc fchkc h e

g

0

:

2

2

2

1

g

1

:

2

2

2

1

m_

`a ba bc def b n

op q r s

tf buvhcavh fwa bxdyhf b

zfvh cf{|a n d bc de yd}|f~ kf}i a|

25

iftf c fvf khxbhh ef k h

(

) 5%

tf b iftf c fvf khxbhh ef bkh

= 0

€ ‚ dbc de

te i a bƒa{dc

(

„fvh f b cav {akfv

) 24

tf b te i a}{h|f bx

(

„fvh fbc avea…h|

) 24

€ th i avj|a~ n op q r s

= 1

€

98

_ uavhcavhf i a bxdyh f b d bc de dyh~j}jxa bhc fk k a{fxf h{avh edc

:

†h efn

‡ ˆo‰ Š‹

<

n

op q r s

€}fefg

0

thcavh}ftf bg

1

th c j|f e

†h efn

‡ ˆo‰ Š‹ n

o p qr s

€}f efg

0

th c j|f etf bg

1

th cavh}f

Œ_ `a ba bc def b n ‡ˆo‰Š‹

05



1

02



269

33



282

Ž‘’“ ” •–“– —˜ Ž ™ ˜– •–“– —˜ š ›œžŸ 

z_ `a}{f bthbxef bn

op q r s

ta bxf bn

‡ ˆo‰ Š‹

zfvh~f kh|iav~h c dbxf bth i avj|a~€

n

‡ ˆo‰ Š‹

<

n

op q r s

1

€

05 < 1

€

98

¡_ uakh}id|f b

zfvhi abxdyh f b ~j}jxa bh c fk ta bxf bdyhnh k~avth i avj|a~ n

‡ˆo‰Š‹

<

n

op q rs

}f ef g

0

th c avh}f €fvchbƒfeatdfea|j}ij ekf}i a|{avf kf|tfvhijid|fkh

y

f bxkf}f f c f d


(5)

¢

82

£¤¥¦§¨¤©ª«

¬­ ®¯° ±²³´µ³ ²¶°¯° ¬· ±­ ¸° ¸ ¸±µ±° ¸±°¹

º» ¼½ ¾½ ¾¿ ÀÁ ¾ÃÄ ÅÆ¿½ÇÄÇÈ¿ ¿ÄÇ¿ Ä Á

Ã

0

:

2

1

Ã

1

:

2

1

É ½¿½ Ê ¾Ë ¾Ì

1

Í

:

Ê ¿Â ÎÊ Â ¿ ÂÏÂÇÄ ÐÑ ½ÐÂÒ Â ÊÓ ¿½Ó ¿ Ä ÁÂÇÄ ÇÔÂÅÂÕÂÁ½ ÐÆ ÓÅÆÁ½ÁÇÅ ½ ÊÄ Ó½ ¾

2

Ö

:

Ê ¿Â ÎÊ Â ¿ ÂÏÂÇÄ ÐÑ ½ÐÂÒ Â ÊÓ ¿½Ó ¿ Ä ÁÂÇÄ ÇÔÂÅÂÕÂÁ½ ÐÆ ÓÅÆÁÁÆ ¾¿ÊÆ Ð

×» ¼½ ¾½ ¾¿ ÀÁ ¾Ø

ÙÚ Û Ü Ý

Õ ¾ÉÊÄ ¿½ÊÄ ÂÞ ½ ¾ËÀÒ Ä Â ¾

ß¾¿ ÀÁ Ó½ ¾à  ÊÄ Ø

ÙÚ Û Ü Ý

á ÁÂ Ê ½ ¾Â ÏÄ ÅÆ¿½Ç Ä Ç¾â Ç ¿ À Å ÄÏÂÁ Ó Á À ¾¿ ÀÁ Ó½ ¾½ ¾¿ ÀÁ ¾

  

ã ä å å

æ

1

çè éê ë

»

ì½ ¾Ë ¾

2

 

25

25

2

48

2

1

í í

îï

Þ Õ ¿Â Ê ð ÇÄ˾ÄðÄ Á ÇÄ

=0

á

05

ÕÄ Å½ ÊÆÐ ½ Ï ¿

Ù Ú ÛÜ Ý

= 1

á

674

» ÉÊÄ¿½ÊÄ Â Å ½ ¾ËÀÒ Ä Â ¾ À ¾¿ ÀÁ À Ò Ä ¾Æ ÊÓ ÐÄ ¿Â ÇǽÑ Ë Äѽ ÊÄ ÁÀ¿

:

ñÄ ÁÂØ

òóÙô õö

<

Ø

ÙÚ Û Ü Ý

áÓÂ ÁÂÃ

0

ÕÄ ¿ ½ ÊÄ ÓÂÕ ¾Ã

1

ÕÄ ¿ ÆÐÂ Á

ñÄ ÁÂØ

òóÙô õö Ø

Ù Ú ÛÜ Ý


(6)

÷

83

øù úû üû üý þÿ ü



 



60

16

675

275

48

4

13232

48

48

6456

92

6775

2

25

25

02

269

1

25

33

282

1

25

2

1

1

2

1

2

2

2

2

1

1

17

4

68

4

56

19

25

1

25

1

60

16

24

51

8

70

1

1

2

1

2

1

ù úû üü ÿ ü

û ü ü

! "# $

%& '()û % &ý þü ü) û% * ( û&+

,

! "# $

4

+ -.,

1

+ /

74

0ù 1 û ')þ( ü

%) û ü þ2 ü&)*ýû ''ûü üþ23ý) û %*( û&ý

, ý

! "# $

ÿ 4

0

ý *( ÿ ü

4

1

ýû% ý þû ü üÿ ý ( ü% ý 3% ý & '(û( 2 % ýû ýÿ ''5 ) ÿû (*)*ÿ