Sejarah SMA Negeri 1 Yogyakrata Visi dan Misi SMA Negeri 1 Yogyakrata

40 internasional. Proses penjalinan kemitraan yang akan dilakukan terkadang tergantung pada calon mitranya, hal tersebut merupakan kesepakatan antara pihak yang saling bermitara. Dalam membangun kemitraan internasional SMA Negeri 1 Yogyakarta mempunyai prosedur penjalinan kemitraan yang telah disepakati oleh pihak bermitra. Dalam hal ini kedua pihak yang bermitra pertama-tama yang harus dilakukan adalah saling mengenal antara pihak yang bermitra, setelah saling mengenal kemudian kedua pihak harus saling mengkomunikasikan niatnya untuk menjalin kemitraan, sehingga kedua pihak yang akan bermitra mencapai kata sepakat untuk menjalin kemitraan, dan pada akhirnya kedua pihak dapat menjalin kemitraan. Kemitraan yang dijalin oleh pihak yang bermitra harus diikat oleh MoU. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan bapak MM selaku wakil kepala sekolah dibidang kesiswaan, dan didukung oleh bapak DO selaku wakil kepala sekolah dibidang humas. Berikut pernyataan bapak MM: Kemitraan internasional dijalin atas kesepakatan kedua pihak yang bermitra. Kemitraan tersebut diikat dengan MoU, terkadang kemitraan dijalin melalui komunikasi antara guru disini dengan guru yang ada luar negeri, setelah itu guru yang bersangkutan memberitahukan kepada kepala sekolah jika kepala sekolah bersedia diajak bermitra, maka MOU akan dibuat, kemudian MoU akan disepakati oleh kedua pihak dan MoU akan dilaksanakan. 02.280515 41 Didukung oleh bapak DO: Pada dasarnya dalam melakukan kemitraan internasional adalah harus saling mengenal dengan lembaganya dulu, setalah itu bagaimana dengan prosesnya tergantung kesepakatan bersama. Pembuatan MoU adalah bentuk perjanjian yang telah di sepakati anatara pihak yang bermitra. 02.270515 Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa prosedur dalam menjalin kemitraan internasional terlebih dahulu harus saling mengenal, kedua pihak yang akan bermitran dapat memulai tahap pengenalanan melalui siapa saja yang menjadi anggota sekolah. Setelah itu kedua pihak yang akan bermitra harus saling sepakat satu sama yang lain, dan membuat perjanjian yang biasa disebut dengan MOU. Surat perjanjian atau MOU harus di disepakati oleh kedua pihak yang bermitra. Seperti yang dijelaskan pada gambar dibawah ini. Penjalinan Kemitraan Gambar 5: Penjalinan Kemitraan Sumber: Diolah dari Hasil Wawancara Calon mitra Pihak sekolah Pertukran informasi Pembuatan MOU Kunjungan kesekolah Kedua pihak siap bermitra 42 Dari bagan diatas dapat dijelaskan bahwa prosedur penjalinan kemitraan tidaklah begitu rumit. Pada tahap awalnya setiap calaon mitra dapat bertukar informasi dengan siapa saja yang menjadi warga sekolah. Setalah pertukaran informasi atau dapat juga dikatakan tahap pengenalan, calon mitra dapat berkunjung ke sekolah untuk memastikan informasi yang diterima. Kepala sekolah menyetujui diadakannya kemitraan. Setalah itu pada tahap terakhir calon mitra harus membuat MOU Memorandum of Understanding . Prosedur tersebut berlaku juga untuk sebaliknya, ketika sekolah SMA Negeri 1 Yogyakarta yang menjadi calon mitranya. 2 Sosialisasi Program Kemitraan Internasional Kebijakan yang telah dibuat oleh sekolah untuk membantu sekolah dalam mencapai visi dan misi, dapat dikatakan berhasil atau tidaknya kebijakan tersebut tergantung pada pelaksanaan kebijakaan itu sendiri. Pada pelaksanaan kebijakan kemitraan internasional di SMAN 1 Yogyakarta pada umumnya memiliki cara yanag sama dengan sekolah-sekolah yang lain dalam melaksanakan kebijakan kemitraan internasional. SMAN 1 Yogyakarta dapat dikatakan berjalan dengan maksimaal. hal tersebut dapat dilihat dari antusiame siswa dalam mengikuti program tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan bapak MM selaku wakil kepala sekolah dibidang kesiswaan, dan