digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 32
tidak memeperhatikan perkembangan dan kemaslahatan manusia, hal ini tidak sesuai, karena tujuan penetapan hukum antara lain
menerapkan kemaslahatan umat manusia. b. Orang yang mau meneliti penetapan hukum yang dilakukan para
sahabat Nabi, tabi’in dan imam-imam mujtahid akan jelas bahwa banyak sekali hukum yang mereka tetapkan demi menerapkan
kemaslahatan umum, bukan karena ada saksi dianggap oleh syarik.
B. Waka lah
1. Pengertian waka
lah Waka
lah merupakan akad antara dua pihak yang mana pihak satu menyerahkan, mendelegasikan, mewakilkan, atau memberikan
mandat kepada pihak lain, dan pihak lain menjalankan amanat sesuai permintaan pihak yang mewakilkan.
al-Waka lahdapat diartikan
sebagai pelimpahan kekuasaan seseorang kepada orang lain dalam menjalankan amanat tertentu.
33
Waka lah itu berarti perlindungan al-hifzh, pencukupan al-
kifayah, tanggungan al-dhaman, atau pendelegasian al-tafwidh, yang diartikan juga dengan memeberikan kuasa atau mewakilkan.
34
Alquran juga memakai akar kata yang sama pada beberapa ayat. Di
33
Ismail,
Perbankan Syariah
, Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2011, 194.
34
Helmi Karim,
Fiqh Muamalah
, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997. 20.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 33
antara contohnya dapat dilihat firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 173 yang berbunyi:
Artinya: Yaitu orang-orang yang mentaati Allah dan Rasul yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: Sesungguhnya
manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka, Maka Perkataan itu menambah keimanan
mereka dan mereka menjawab: Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung. Q.S. Ali Imran : 173
35
Atau firmanNya dalam surat al-Syura ayat 6 yang berbunyi:
Artinya: Dan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah, Allah mengawasi perbuatan mereka; dan kamu ya
Muhammad bukanlah orang yang diserahi mengawasi mereka. Q.S. Alsyura : 6
36
Adapun penegrtian waka
lah menurut istilah, para ulama merumuskannya dengan redaksi yang amat bervariasi, seperti:
a. Menurut Hashbi Ash Shiddieqy, bahwa waka
lah adalah akad penyerahan kekuasaan, yang pada akad itu seseorang menunjuk
orang lain sebagai penggantinya dalam bertindak bertasharruf.
35
Departemen Agama,
Al- Qur’an dan Terjemahannya
, Jakarta: Al-Fatih, 2013, 155
36
Ibid, Departemen Agama, 1077
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 34
b. Menurut Sayid Sabiq, bahwa waka
lah adalah pelimpahan kekuasaan oleh sesorang kepada orang lain dalam hal-hal yang boleh
diwakilkan.
37
c. Menurut Ulama Malikiah, bahwa waka
lah adalah tindakan seseorang mewakilkan dirinya kepada orang lain untuk melakukan
tindakan-tindakan yang merupakan haknya yang tindakan itu tidak dikaitkan dengan tindakan pemberian kuasa setelah mati,
38
sebab bila dikaitkan dengan tindakan setelah mati berarti sudah berbentuk
wasiat. d. Menurut Hanafiah, bahwa
waka lah itu berarti seseorang
mempercayakan orang lain menjadi ganti dirinya untuk bertasharruf pada bidang-bidang tertentu yang boleh diwakilkan.
39
e. Menurut Ulama Syafi’iah, bahwa waka
lah adalah suatu ungkapan yang mengandung maksud pendelegasian sesuatu oleh seseorang
kepada orang lain supaya orang lain itu melaksanakan apa yang dikuasakan atas nama pemberi kuasa.
2. Rukun dan syarat waka
lah Rukun
waka lah hanyalah ijab kabul. Ijab merupakan pernytaan
mewakilkan sesuatu dari pihak yang memberi kuasa dan kabul adalah
37
Sayyid Sabiq,
Fiqh al-Sunnah, jilid III
, Beirut: Dar al-Fikr, 1983.226.
38
Abdurrahman al-Jaziri,
Kitab al- Fiqh’ala al-Madzahib al-Arba’ah, Juz I, II, III, dan V
, Beirut: Dar al-Fikr, 1986. 167.
39
Wahbah Zuhaili,
Al-Fiqh al-Islamiy wa Adillatuh
,Beirut: Dar al-Fikr, 1984. 72.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 35
penerimaan pendelegasian itu dari pihak yang diberi kuasa tanpa harus terkait dengan menggunakan sesuatu lafaz tertentu. Demikian
pendirian kelompok Hanafiah.Akan tetapi, jumhur ulama tidak sependirian dengan pandangn tersebut. Mereka berpendirian bahwa
rukun waka
lah ada empat yakni: a. Orang yang mewakilkan.
Syarat orang yang mewakilkan adalah orang yang mempunyai kekuasaan atau berwenang untuk itu, dan dia cakap untuk
melakukan perbuatan hukum, yaitu dewasabalig, tidak gilakurang akal dan tidak ditaruh di bawah pengampuan.
b. Orang yang diwakilkan. Syarat orang yang diwakilkan adalah orang yang cakap
bertindak dalam hukum, yaitu dewasabalig, tidak gilakurang akal dan tidak ditaruh di bawah pengampuan.
c. Objek yang diwakilkan. Objek yang boleh diwakilkan
muwakkal fih adalah, bahwa diketahui oleh penerima kuasa, dan dapat dikuasakan, sebab dalam
hukum Islam tidak semua perbuatan dapat dikuasakan kepada pihak lain.
Adapun yang boleh dikuasakan adalah semua perjanjian akad yang boleh diperbuat oleh manusia seperti, menyewa, jual
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 36
beli, membayar hutang, berperkara di depan pengadilan, berdamai, menghibah, sedekah, pinjam-meminjam, perkawinan talak,
mengurus harta dan lain-lain sebagainnya. Sedangkan yang tidak boleh dikuasakan adalah semua
perbuatan yang tidak ada padanya perbuatan tersebut untuk dikuasakan seperti ibadah shalat, sumpah, berwudhu. Sebab
perbuatan seperti ini tidak dapat dikuasakan kepada orang lain, karena tujuan perbuatan tersebut tidak akan mengenai sasaran kalau
perbuatan itu dilakukan oleh orang lain. d. Shighat.
3. Bentuk-bentuk waka
lah Secara umum bentuk pemberian kuasa itu dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu: a. Kuasa umum, dan
b. Kuasa khusus Dinamakan dengan ‚Kuasa Khusus‛ apabila pemberian kuasa
dirumuskan dengan kata-kata yang umum, yaitu meliputi segala kepentingan dari si pemberi kuasa, untuk hal ini Prof. Subekti
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 37
mengemukakan: ‚pemberi kuasa yang dirumuskan dalam kata-kata umu, hanya meliputi perbuatan-perbuatan pengur
usan‛.
40
Sedangkan menurut Subekti, apabila pemberian kuasa itu untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu, maka pemberian kuasa
haruslah dengan ‚kuasa khusus‛, yaitu dengan cara mengemukakan perbuatan yang harus dilakukan oleh penerima kuasa secara jelas .
Adapun perbuatan-perbuatan yang harus dilakukan dengan kuasa khusus ini seperti: memindahtangankan menjual, menghibahkan,
tukar-menukar, mewakafkan sesuatu barang, menggadaikan, membuat suatu perdamaian dan mengajukan perkara di depan
pengadilan. 4. Berakhirnya
waka lah
Menurut Sayid Sabiq Pemberian kuasa berakhir dengan sendirinya apabila terjadi hal-hal sebagai berikut:
a. Pemberi atau penerima kuasa meninggal dunia, atau menjadi tidak waras.
Sebab dengan terjadinya kematian dan ketidak warasan berarti syarat sahnya perjanjian kuasa tidak terpenuhi.
b. Dihentikannya pekerjan dimaksud.
40
Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K Lubis,
Hukum Perjanjian Dalam Islam
.Jakarta: Sinar Grafika. 2004. 24.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 38
Sebab dengan berhentinya pkerjaan yang dikuasakan, secara otomatis pemeberian kuasa tidak bermanfaat lagi.
c. Pencabutan kuasa oleh orang yang memberikan kuasa. d. Penerima kuasa memutuskan sendiri.
e. Orang yang memberikan kuasa keluar dari status pemilikan. 5. Dasar hukum
waka lah
Waka lah disyariatkan dan hukumnya adalah boleh.Ini
berdasarkan Alquran, hadis, ijmak, dan kias. a. Dalil Alquran QS. Alkahfi19:
Artinya: Dan demikianlah kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. berkatalah salah seorang
di antara mereka: sudah berapa lamakah kamu berada disini?. mereka menjawab: Kita berada disini sehari atau setengah hari.
berkata yang lain lagi: Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada di sini. Maka suruhlah salah seorang di
antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah Dia Lihat manakah makanan yang lebih baik,
Maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia Berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan
halmu kepada seorangpun. Q.S. Alkahfi : 19
41
b. Dasar Hadis adalah bahwa Nabi saw.
41
Departemen Agama,
Al- Qur’an dan Terjemahannya
, Jakarta: Al-Fatih, 2013, 633.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 39
َيِنْبَ ناَمْيَلُسْنَعِنَْْ رلاِدْبَعيِبَأِنْبَةَعيِبَرْ نَعكِلاَمْنَعىَيْحَييِنَث دَح ٍراَس
َْْاَتْنِبَةَنوُمْيَُُاَج وَزَ فِراَصْنَْْاْنِم ااُجَرَوٍعِفاَراَبَأَثَعَ بَم لَسَوِهْيَلَعُه للاى لَصِه لل َاوُسَر نَأ ِه لل ُاوُسَرَوِثِرا
َجُرْخَيْ نَََْبَ قِةَنيِدَمْلاِبَم لَسَوِهْيَلَعُه للاى لَص
Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Rabiah bin Abu Abdurrahman dari Sulaiman bin Yasar, bahwa Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam mengutus Abu Rafi dan seorang laki- laki dari kalangan Anshar. Mereka berdua menikahkan beliau
dengan Maimunah binti al Harits, sedangkan beliau masih berada di Madinah dan belum berangkat. H.RMalik : 678
42
c. Dasar Ijmak adalah bahwa dalam kitab al-Mughni disebutkan: ulama sepakat dibolehkannya
waka lah.
d. Dasar Kias, bahwa kebutuhan manusia menuntut adanya waka
lah karena tidak setiap orang mampu menyelesaikan urusan sendiri
secara langsung sehingga ia membutuhkan orang lain untuk menggantikannya sebagai wakil.
C. Ujrah