menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk dapat meningkatkan pertumbuhan, meningkatkan produksi, dan mutu hasil produksi serta mutu hasil
tanaman Sanchez, 1992. Berdasarkan uraian diatas dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut: 1.
Apakah pemupukan nitrogen jangka panjang dengan berbagai dosis mempengaruhi pertumbuhan dan produksi padi gogo?
2. Apakah sistem olah tanah jangka panjang mempengaruhi pertumbuhan dan
produksi padi gogo? 3.
Apakah terdapat pengaruh interaksi antara pemupukan nitrogen dengan berbagai dosis dan sistem olah tanah terhadap pertumbuhan dan produksi padi
gogo?
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Mengetahui pengaruh pemupukan nitrogen jangka panjang dengan berbagai dosis terhadap pertumbuhan dan produksi padi gogo.
2. Mengetahui pengaruh sistem olah tanah jangka panjang terhadap
pertumbuhan dan produksi padi gogo. 3.
Mengetahui pengaruh interaksi antara pemupukan nitrogen dengan berbagai dosis dan sistem olah tanah jangka panjang terhadap pertumbuhan dan
produksi padi gogo.
1.3 Kerangka Pemikiran
Kebutuhan padi sebagai salah satu makanan pokok masyarakat Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya, seiring dengan pertambahan jumlah penduduk per
tahunnya. Tetapi hal ini tidak didukung dengan ketersediaan lahan yang ada, saat ini sering terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi daerah industri, perumahan,
tempat rekreasi dan sebagainya. Oleh sebab itu, kedepan pemanfaatan lahan kering sebagai media tanam padi gogo
akan sangat dibutuhkan. Akan tetapi pertanian lahan kering rentan terhadap kahat hara. Kahat unsur hara dapat tejadi karena pengolahan lahan secara intensif,
sehingga permukaan tanah bersih dari gulma. Permukaan tanah yang bersih tidak mampu menahan laju air permukaan yang mengalir deras, sehingga tanah yang
banyak mengandung humus dan unsur hara tergerus. Sehingga mengakibatkan tanah miskin unsur hara. Kekurangan unsur hara pada tanah, mengakibatkan
pertumbuhan tanaman menjadi tidak baik. Tanaman yang tumbuh tidak baik pula dapat mempengaruhi hasil produksi menjadi menurun.
Menurut Utomo 1995, pada percobaan jangka panjang pada tanah Ultisol di
Lampung menunjukkan bahwa sistem Olah Tanah Konservasi OTK yaitu olah tanah minimum dan tanpa olah tanah mampu memperbaiki kesuburan tanah lebih
baik daripada sistem olah tanah intensif. Menurut Hakim dkk. 1986, pengolahan tanah secara temporer dapat
memperbaiki sifat fisik tanah, tetapi pengolahan tanah yang dilakukan berulang kali dalam setiap tahun dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerusakan
tanah, karena a pelapukan bahan organik dan aktifitas tanah mikroorganisme tanah menjadi rusak b pengolahan tanah sewaktu penyiangan banyak
memutuskan akar-akar tanaman yang dangkal, c mempercepat penurunan kandungan bahan organik tanah, d meningkatkan kepadatan tanah pada
kedalaman 15-25 cm akibat pengolahan tanah dengan alat-alat berat yang berlebihan yang dapat menghambat perkembangan akar tanaman serta
menurunkan laju infiltrasi, dan e lebih memungkinkan terjadinya erosi. Selain sistem olah tanah, pemupukan merupakan suatu tindakan yang dilakukan
untuk menambah unsur hara dalam tanah yang bertujuan untuk memenuhi dan mempercepat penyediaan unsur hara bagi tanaman. Pemenuhan unsur hara dalam
jumlah yang optimum bagi tanaman dapat mengoptimumkan pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya meningkatkan produksi yang dihasilkan oleh
tanaman. Menurut Sutejo 2002, nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, yang pada umumnya sangat diperlukan untuk
pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang, dan akar.
Menurut Buckman dan Brady 1992, nitrogen yang pada umumnya diberikan
sebagai pupuk, dapat memberikan efek yang menguntungkan bagi tanaman, sebagai contoh nitrogen dapat menstimulir pertumbuhan di atas tanah yaitu
batang, dan memberikan warna hijau pada daun serta memperbesar butir-butir dan protein tanaman serealia. Menurut Sirappa 2003, nitrogen merupakan salah satu
hara makro yang menjadi penentu dalam produksi tanaman baik di daerah tropis maupun di daerah-daerah beriklim sedang.
Menurut Partohardjono dan Makmur 1989 dosis maksimum nitrogen untuk padi gogo adalah 90 kg N ha
-1
. Penelitian Pirngadi dkk. 2002 pada padi gogo tumpangsari dengan HTI jati muda dan penelitian Pirngadi dkk. 2003 di
Pabuaran padi gogo secara monokultur, menunjukkan dosis maksimum yang sama yaitu 90 kg N ha
-1
. Hasil penelitian Amir 1985 di Tamanbogo, Lampung menyebutkan bahwa pemakaian 90 kg N ha
-1
merupakan dosis maksimum sehubungan dengan perkembangan penyakit blas yang lebih parah pada tingkat
pemupukan di atas 90 kg N ha
-1
.
Interaksi antara sistem olah tanah dengan pemberian pupuk nitrogen berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi padi gogo. Pada olah tanah intensif unsur
hara yang ada di dalam tanah akan mudah tercuci karena permukaan tanah yang tercuci akibat aliran permukaan air sehingga pertumbuhan dan produksi padi gogo
rendah. Sementara sistem tanpa olah tanah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produksi, karena gulma yang terdapat di atas permukaan tanah
dapat meminimalisir laju aliran air permukaan, sehingga tidak terjadi kehilangan unsur hara. Selain itu, gulma di atas permukaan tanah dapat menjadi bahan
organik bagi tanah karena serasahnya dapat digunakan sebagai mulsa organik dan dapat menyediakan unsur hara makro ataupun mikro.
Berdasarkan penelitian jangka panjang setelah 23 tahun kekerasan tanah tiga sistem olah tanah pada kedalaman tanah 0-30 cm menunjukkan bahwa tanpa olah
tanah memiliki kekerasan permukaan lebih tinggi dibandingkan olah tanah intensif OTI. Sedangkan pada kedalaman lebih dari 50 cm terjadi sebaliknya,
tanpa olah tanah memiliki kekerasan permukaan lebih rendah dibandingkan