PENGATURAN HUKUM MENGENAI ANGKUTAN BARANG

BAB III PENGATURAN HUKUM MENGENAI ANGKUTAN BARANG

DENGAN CONTAINER A. Pengertian Container dan Jenis Container Pada dewasa ini perkembangan pengangkutan barang baik melalui laut, darat maupun udara sudah menunjukkan suatu kemajuan yang pesat, yaitu suatu kemajuan yang pesat, yaitu suatu penyelenggaraan pengangkutan dengan menggunakan sistem container peti kemas. Hal ini berarti bahwa di dalam pengangkutan barang melalui laut di samping menggunakan sistem angkutan konvensional, juga ada penyelenggaraan angkutan laut yang menggunakan sistem angkutan laut berupa container. Container itu merupakan peti kemas yang terbuat dari loham dan dari beberapa macam ukuran serta tipe. Untuk lebih jelasnya maka menurut Herman A. Carel Lawalata bahwa: Peti kemas atau container dapat dikatakan sebagai the moving go down, ukuran kecil yaitu gudang mini yang bergerak dari satu tempat ke tempat lain tempat sebagai akibat dari adanya pengangkutan. 29 Container Dalam pengertian dunia perniagaan internasional ialah berupa sebuah peti tempat persegi panjang terbuat dari besi, aluminium, plastik, fibreglass atau kayu yang berpintu dan dilengkapi dengan alat-alat kemudahan pada ke-empat sudut atau pada atapnya untuk mengangkutnya dan digunakan untuk mengepak atau mengkemas barang guna dapat diangkut melalui laut. Menurut Widodo Soedjono menyebutkan mengenai pengertian sebagai berikut : 30 29 Herman A. Carel Lawalata, Tekhnik Operasi Peti Kemas dan Perasuransiannya, Bina Aksara, Jakarta, 2000, hal. 70. 30 Wiwoho Soedjono, Hukum Dagang, Bina Aksara. Jakarta, 1982, hal. 16. 41 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Selanjutnya Amir, MS, mengemukakan pendapatnya mengenai container sebagai berikut: “Peti kemas adalah peti yang terbuat dari logam ke dalam mana barang-barang yang disebut muatan General Cargo yang akan dikirimkan melalui laut dimasukkan ke dalamnya”. 31 Mengenai container ini di Indonesia masih merupakan hal yang baru, sehingga tidaklah heran jika dunia Business kita belum menyadari tentang manfaat dalam keuntungan dari penggunaan peti kemas atau container ini. Adapun manfaat atau keuntungan dari penggunaan peti kemas ini dalam dunia pengangkutan barang melalui laut sebagai berikut : Menurut pendapat para sarjana tersebut di atas bahwa yang dimaksud dengan container atau peti kemas itu adalah peti tempat memuat barang-barang yang akan dikirim, yang akan dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lain, dengan berbagai macam ukuran serta tipe. 32 1. Bongkar muat barang dapat dilakukan secara cepat bila dibandingkan dengan bongkar muat barang-barang dengan sistem pengepakan konvensional. 2. Persentase kerusakan dapat diturunkan karena barang-barang disusun secara mantap di dalam container dan hanya disentuh pada saat pengisian dan pengosongan container itu saja. 3. Barang-barang yang hilang karena dicuri berkurang persentasenya karena barang-barang tertutup di dalam container dari logam tersebut. 4. Memudahkan pengawasan oleh pemilik barang yang bila perlu dapat 31 Amir MS, Hal Ikhwal Peti Kemas dan Dokumen Pengangkutan Gabungan, Balai Aksara, Jakarta, 1984, hal. 69. 32 Ibid., hal. 80. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA menyimpan barangnya ke dalam peti kemas di arena pergudangannya sendiri. Begitupun si penerima dapat dengan mudah mengawasi pembongkaran pengundangnya sendiri bilamana dikehendakinya. 5. Dapat dihindarkan percampuran barang-barang yang sebenarnya tidak boleh bercampur satu sama lain. Di samping manfaat serta keuntungan yang diperoleh dari penggunaan container ini, ternyata container juga membawa masalah-masalah yang rumit khususnya bagi negara berkembang seperti Indonesia. Masalah-masalah itu antara lain sebagai berikut : 33 1. Sebuah container yang berkapasitas isi rata-rata antara 15 sampai 20 ton sudah barang tentu memerlukan peralatan bongkar muat di darat maupun di atas kapal dengan kapasitas yang sesuai seperti deret darat maupun derek kapal yang berkapasitas di atas 20 ton. 2. Barang-barang yang dimuat dengan container apabila mana pengangkutan didasarkan pada kontrak angkutan “ door to door “, sesungguhnya tidak memerlukan dermaga untuk pelaksanaan bongkar muat serta terminal container yang luas di wilayah pelabuhan sebagai penumpukan container. 3. Container dengan kapasitas 20 ton itu jelas memerlukan alat angkutan darat seperti trailer dengan kapasitas di atas 20 ton. Sebagai konskwensi logis diperlukan perombakan struktur dan daya tahan jalan raya sesuai untuk keperluan container ini. Dengan adanya 33 Ibid., hal. 105. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kemungkinan kontrak pengangkutan bersyarat door to door maka dengan sendirinya memerlukan pula perluasan dan perombakan urusan kepabeanan dan dokumen pengangkutan serta kondisi perasuransian. 4. Oleh karena penggunaan container lebih cocok barang-barang hasil industri, maka khusus bagi Indonesia dengan hasil eksport sebagian besar terdiri dari hasil pertanian dan perkebunan maka perlu kiranya pengembangan pengepakan yang sesuai container. 5. Mengingat jumlah dan penyebaran pelabuhan import eksport di Indonesia maka pemikiran ke arah pengembangan pelayaran “ Feeders Service “ serta “Lash“ dan “Sea Train“ kiranya akan lebih cocok untuk negara kepulauan seperti Indonesia, sebagai pengusahaan container dibatasi pada satu atau dua pelabuhan utama dan juga dibatasi pada pelayaran port to port. Peti kemas atau container pada umumnya mempunyai berbagai macam ukuran seperti ukuran 20 kaki yang dikenal dengan istilah “ twenty footercontainer “ atau D20 dengan berat kosong 2 ½ ton yang bila diisi dengan muatan maka berat container dapat mencapai 15 – 18 ton. Di samping itu ada juga peti kemas atau container yang berkurang 40 kaki yang dikenal dengan istilah “fourty footer container“ dengan berat kosong 4 yon, yang bila diisi dengan muatan maka berat container dapat mencapai 30 ton bruto. Pengangkutan barang melalui laut dengan menggunakan container haruslah disesuaikan dengan jenis barang muatan yang akan diangkut. Untuk keperluan itu maka dikenal berbagai jenis container, antara lain sebagai UNIVERSITAS SUMATERA UTARA berikut: 34 1. General Purposes Container. Jenis container ini lebih umum dan banyak dipergunakan, khususnya untuk pengangkutan barang jadi industri seperti tekstil, barang kelontong dan sebagainya. General Purpose container umumnya terbuat dari besi dan ada pula diantaranya terbuat dari aluminium dan fibreglass. Container ini tidak memerlukan perlakuan khusus. Ukuran standart general purposes container adalah sebagai berikut : a. Twenty footers 20 I Container Panjang : 20 I 20 feet = 6,055 m. Lebar : 8 I 8 feet = 2,425 m Tinggi : 8 I 8 feet = 2,425 m. Berat kosong : 2.210 kg. Kapasitas : 30 m 3 3 isi atau berat muatan umum = 18.111 kg. Twenty footer container biasa juga dijadikan dasar satuan sebagai TEU Twenty Feet Equivalent unit misalnya : 100 TEU berarti terdapat 100 unit container dengan ukuran 20 feet atau sejumlah container sebanding dengan 100 TEU. b. Fourty footers 40 I Container Panjang : 40 I 40 feet = 12.192 m. 34 Ibid., hal. 171-173. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Lebar : 8 I 8 feet = 2,425 m Tinggi : 8 I 8 feet = 2,425 m. Berat kosong : 3.801 kg. Container ini dilengkapi dengan pintu yang dikunci dari luar, pada pintu disediakan tempat pemasangan materai sedemikian rupa sehingga apabila dikunci dan dibubuhi materi Segel tidak dapat dimasukkan atau dikeluarkan barang tanpa meninggalkan bekas yang nyata atau tanpa merusak materai. Permukaan lantai dalam container berupa lantai besi yang bergelombang dan biasa pula dilapisi dengan lantai kayu. 2. Open Top Container. Jenis container ini merupakan container tanpa tutup pada dinding atau sisi atas. Container ini biasanya digunakan untuk mengangkut muatan-muatan yang tinginya lebih dari 8 feet atau 8,6 feet. Setelah container ini diisi dengan muatan kemudian bagian atasnya ditutup dengan kain terpal. Open top container ini terdiri dari 20 footer dan 40 feet footer. 3. Flat Rack Container. Jenis container ini tidak berdinding sama sekali, kecuali keempat tiang penyangganya dan pilar serta lantai. Tiang penyangga dan pilar ini dapat dicabut-cabut. Container ini dipergunakan untuk muatan yang ukurannya melebihi container. Cara pemakaian container ini adalah dengan memasukkan terlebih dahulu UNIVERSITAS SUMATERA UTARA muatan seperti : motor, mesin, traktor, kemudian memasang tiang dan pilar container tersebut. 4. Reefer Container. Reefer container adalah jenis container yang mempunyai atau dilengkapi dengan mesin pendingin yang dipergunakan khusus mengangkut muatan disingin beku, misalnya : buah-buahan, daging mentah, ikan, udang, dan sebagainya. Mesin pendingin container ini dipasang pada bagian depan ujung container di maksud. Container ini selain dibuat dari besi, ada juga yang terbuat dari aluminium dari fibreglass, tetapi rangkanya tetap dari besi. 5. Tank Container. Tank container ini adalah jenis container yang berbentuk tangki, yang rangkanya tetap rangka container, dan biasanya dipergunakan untuk mengangkut muatanmuatan cair. Misalanya : Latex, minyak nilam, minyak kelapa sawit, minyak kelapa dan lain sebagainya. B. Aturan-Aturan Hukum Tentang Container Aturan-aturan hukum tentang container dapat dilihat dari uraian berikut ini: 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran 3. PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah KabupatenKota. 4. PP Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan. 5. PP Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan. 6. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 14 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Bongkar Muat Barang dari dan ke kapal. C. Dokumen-Dokumen Yang Dipergunakan Dalam Pengoperasional Container Di dalam pengoperasian container pihak pemakai haruslah terlebih dahulu mengurus dan mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan dalam pengoperasian container tersebut. Adapun dokumen Surat yang dipergunakan di dalam pengoperasian container tersebut ialah dalam teorinya adalah sebagai berikut : 35 1. SI Shipin Instruction. Untuk dapat mempergunakan container peti kemas seorang shipper haruslah menyerahkan SI perintah pengapalan terlebih dahulu. Di dalam SI ini berfungsi sebagai bukti bahwa telah adanya keinginan dari seorang shiper untuk mengirimkan barangnya melalui perusahaan pelayaran tersebut. 2. DO Delevery Order. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Yakni perintah pelepasan container. Seorang shiper baru dapat mengambil container dari depot apabila shiper tersebut telah mempunyai delivery order yang diberikan perusahaan pelayaran. Dan juga DO ini baru dapat diberikan setelah shiper tersebut menyerahkan shipping intruction seperti yang dikemukakan di atas. 3. EIR Equipment Interchange Receipt. Adalah merupakan dokumen sebagai hasil survey yang mencatat keterangan mengenai kondisi atau kerusakan pada bagian container pada waktu penyerahan dari satu lingkungan ke lingkungan kerja lainnya. Misalnya : Pada waktu pengambilan container dari depot dan juga pada waktu penyerahan pada CFS atau pihak pemakai Shipper, selalu dibuatnya EIR-nya. Pembuatan EIR pada waktu penerimaan atau penyerahan container merupakan keharusan, mengingat pada hadling atau penggunaan container dapat terjadi kerusakan tambahan atau meneliti di lingkungan mana kerusakan terjadi untuk dipertanggung jawabkan pada pihak yang bersangkutan. Seperti : Jika container yang dimuat ke kapal dalam keadaan baik tetapi setelah diserahkan kepada pemiliknya rusak maka pihak kapal haruslah bertanggung jawab dalam hal perbaikan atau penggantian container tersebut. 4. Manifest. 35 Ibid., hal. 54. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Merupakan surat muatan barang. Manifest ini berfungsi untuk menerangkan barang-barang yang dimuat di dalam container. Di dalam manifest ini haruslah tertera : a. Sipper pengirim, b. Nityfi atau cosignee penerima c. Nama barang. d. Jumlah barang. Apabila dilihat dari prakteknya maka pada PT. Sumatera Madya Jaya, perihal pengadaan dokumen-dokumen tersebut khususnya dalam pelaksanaan pengangkutan barang di laut dengan menggunakan container maka dibutuhkan dokumen-dokumen tersebut sebagaimana diterangkan di atas ditambah copy bill of lading yaitu bukti adanya kontrak antara maskapai pelayaran dan pengirimpenerima. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB IV ASPEK HUKUM PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG DENGAN

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Pihak Pengangkut dalam Perjanjian Pengangkutan Pulp antara PT. Toba Pulp Lestari, Tbk dengan CV. Anugrah Toba Permai Lestari (Studi pada CV. Anugrah Toba Permai Lestari)

0 119 99

Tanggung Jawab Hukum Pemborong Terhadap Pemerintah dalam Kontrak Pengadaan varang/Jasa Pemerintah (Studi Kasus Pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan)

4 71 82

Prinsip Tanggung Jawab Pengangkut Dalam Pengangkutan Laut Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran

12 141 80

INSIP-PRINSIP HUKUM TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT DALAM PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MELALUI LAUT DENGAN KAPAL LAYAR

1 28 17

TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT PADA PENGANGKUTAN BARANG MELALUI LAUT (Studi Pada PT. samudera Indonesia Tbk cabang padang).

1 2 6

PERIODE TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT PADA PENGANGKUTAN BARANG DENGAN CONTAINER DALAM ANGKUTAN LAUT - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 180

BAB III PENGATURAN HUKUM MENGENAI ANGKUTAN BARANG DENGAN CONTAINER - Tanggung Jawab Hukum Pihak Pengangkut Dalam Angkutan Barang Melalui Laut Dengan Menggunakan Container (Studi Pada PT. Sumatera Madya Jaya)

0 0 27

Tanggung Jawab Hukum Pihak Pengangkut Dalam Angkutan Barang Melalui Laut Dengan Menggunakan Container (Studi Pada PT. Sumatera Madya Jaya)

0 0 28

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tanggung Jawab Hukum Pihak Pengangkut Dalam Angkutan Barang Melalui Laut Dengan Menggunakan Container (Studi Pada PT. Sumatera Madya Jaya)

0 0 8

TANGGUNG JAW AB PENGANGKUT PADA ANGKUTAN BARANG DENGAN KAPAL LAUT

0 5 86