Shamsub Akoto 2004 mengelompokkan penyebab timbulnya fiscal stress ke dalam 3 tiga kelompok, yaitu:
1. Menekankan bahwa peran siklus ekonomi dapat menyebabkan fiscal stress.
Penyebab utama terjadinya fiscal stress adalah kondisi ekonomi seperti pertumbuhan yang menurun dan resesi.
2. Menekankan bahwa ketiadaan perangsang bisnis dan kemunduran industri
sebagai penyebab utama timbulnya fiscal stress. Kemunduran industri menjadikan berkurangnya hasil pajak tetapi pelayanan jasa meningkat, hal ini dapat
menyebabkan fiscal stress. 3.
Menerangkan fiscal stress sebagai fungsi politik dan faktor-faktor keuangan yang tidak terkontrol. Shamsub Akoto 2004 menunjukkan bahwa sebagian dari
peran ketidakefisienan birokrasi, korupsi, gaji yang tinggi untuk pegawai, dan tingginya belanja untuk kesejahteraan sebagai penyebab fiscal stress.
2.1.3. Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak
Otonomi daerah hingga saat ini masih memberikan berbagai permasalahan. Kondisi geografis dan kekayaan alam yang beragam, differensial potensi daerah,
yang menciptakan perbedaan kemampuan finansial untuk memenuhi kebutuhannya, atau yang biasa disebut fiscal gap celah fiskal. Pemerintah pusat dalam undang-
undang No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, mengalokasikan sejumlah dana dari APBN sebagai dana
perimbangan yaitu: Dana Alokasi Umum DAU, Dana Alokasi Khusus DAK, Dana Bagi Hasil DBH.
Universitas Sumatera Utara
Halim 2002, menjelaskan bahwa Dana Perimbangan merupakan dana yang bersumber dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah. Dana Perimbangan dipisahkan menjadi 5 lima jenis, yaitu:
1. Bagi Hasil Pajak, terdiri dari Pajak Bumi dan Bangunan PBB, Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan, dan Pajak Penghasilan pasal 21. 2.
Bagi Hasil Bukan Pajak, terdiri atas Provisi Sumber Daya Hutan PSDH, pemberian hak atas tanah negara, landrent, dan penerimaan dari iuran eksplorasi.
3. Dana Alokasi Umum
DAU adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan
pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Estimasi untuk perhitungan anggaran DAU dihitung berdasarkan UU No. 25 Tahun 1999 dan PP
No. 104 Tahun 2000. 4.
Dana Alokasi Khusus DAK adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah
untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu. Berdasarkan pasal 19 ayat 1 PP No. 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan, disebutkan bahwa Dana
Alokasi Khusus dapat dialokasikan dari APBN kepada daerah tertentu untuk membantu membiayai kebutuhan khusus, dengan memperhatikan tersedianya
dana dalam APBN. 5.
Dana Darurat, terdiri atas Dana Kontingensi.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4. Pendapatan Asli Daerah
Halim 2002, menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah PAD merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Adapun
kelompok pendapatan asli daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu: 1.
Pajak Daerah. Pajak Daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak.
2. Retribusi Daerah. Retribusi Daerah merupakan pendapatan daerah yang
berasal dari retribusi daerah. Dalam struktur APBD baru dengan pendekatan kinerja, jenis pendapatan yang berasal dari pajak daerah dan
restribusi daerah berdasarkan UU No.34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Rertibusi
Daerah, dirinci menjadi: a.
Pajak Provinsi. Pajak ini terdiri atas: i Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, ii Bea balik nama kendaraan bermotor
BBNKB dan kendaraan di atas air, iii Pajak bahan bakar kendaran bermotor, dan iv Pajak pengambilan dan pemanfaatan
air bawah tanah dan air permukaan. b.
Jenis pajak Kabupatenkota. Pajak ini terdiri atas: i Pajak Hotel, ii Pajak Restoran, iii Pajak Hiburan, iv Pajak Reklame, v
Pajak penerangan Jalan, vi Pajak pegambilan Bahan Galian Golongan C, vii Pajak Parkir.
Universitas Sumatera Utara
c. Retribusi. Retribusi ini dirinci menjadi: i Retribusi Jasa Umum,
ii Retribusi Jasa Usaha, iii Retribusi Perijinan Tertentu. 3.
Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil
pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut:
a. Bagian laba perusahaan milik daerah.
b. Bagian laba lembaga keuangan bank.
c. Bagian laba lembaga keuangan non bank.
d. Bagian laba atas pernyataan modalinvestasi.
4. Lain-lain PAD yang sah. Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah
yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut:
a. Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan.
b. Penerimaan jasa giro.
c. Peneriman bunga deposito.
d. Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.
e. Penerimaan ganti rugi atas kerugiankehilangan kekayaan daerah
TP-TGR Tim Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Review Penelitian Terdahulu Theoritical Mapping