PERAN UNI EROPA DALAM MENGATASI KRISIS EKONOMI YUNANI (2008-2014)

(1)

SKRIPSI

PERAN UNI EROPA DALAM MENGATASI KRISIS

EKONOMI YUNANI (2008-2014)

Oleh: AINUL ICHSAN

20090510133

PROGRAM HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Alasan pemilihan Judul……… 1

B. Tujuan Penulisan……….. 2

C. Latar Belakang Masalah………... 2

D. Rumusan Pokok Permasalahan……….... 4

E. Kerangka Dasar Teori………... 4

1. Teori Peranan………... 4

2. Konsep Organisasi Internasional……….. 10

3. Teori Structural Adjusment……….. 15

F. Hipotesis………... 19

G. Teknik Pengumpulan Data……… 19

H. Sistematika Penulisan……… 20

BAB II : FUNGSI KELEMBAGAAN UNI EROPA DALAM MENGHADAPI KRISIS EKONOMI A. Integrasi Uni Eropa……… 22

1. Pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE)... 23

2. Perjanjian Maastricht, Treaty on European Union 1992……… 24


(3)

B. Lembaga Pengambil Kebijakan Di Uni Eropa

1. Komisi Eropa………... 28

2. Dewan Uni Eropa……… 30

3. Parlemen Eropa………... 31

4. Bank Sentral Eropa……….. 31

C. Proses Pengambilan Keputusan di Dalam Uni Eropa………. 33

D. Peranan Uni Eropa Sebagai Badan Internasional kawasan dan juga regionalism………. 41

BAB III : KRISIS KEUANGAN YUNANI DAN KONDISI EKONOMI EROPA A. Krisis Yunani………. 45

B. Kondisi Eropa Dalam Menghadapi Kisis Yunani………….. 57

BAB IV : SKEMA BANTUAN UNI EROPA TERHADAP YUNANI A. Skema Bantuan Fiskal Uni Eropa Terhadap Yunani………... 70

1. Mendirikan The Eropean Stabiliti Facility (EFSF)….. 70

2. Bantuan Melaui ESM TerhadapYunani………... 72

3. Pembentukan Satuan Tugas Pemberian Bantuan Terhadap Yunani………. 74

B. Program Penyesuaian Ekonomi Untuk Yunani………... 75

1. Program Penyesuaian Ekonomi Pertama yunani……. 76

2. Program Penyesuaian Ekonomi Kedua yunani……… 77


(4)

BAB V : KESIMPULAN……… 94


(5)

i

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa SKRIPSI ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik sarjana, baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ataupun di Perguruan Tinggi Lain.

Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis jelas dicantumkan dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Yogyakarta, 26 December 2016


(6)

ii MOTTO

 “Kebenaran sejati adalah ketika orang meyakini hal itu dengan keyakinannya” Ainul Ichsan

 “You don’t get another chance, life is no nitendo game” Eminem

 “Dead people receive more flowers than the living ones because regret is stronger than gratitude

Anna Frank

 “Keep it simple and be yourself” Bilhuda Amirur Rachman

 “Lets find some fun” Ainul ichsan


(7)

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk Kedua orang tua

Bapak H. Arkoni Md dan Ibu Hj. Najla Husni yang telah melahirkan saya, dan membesarkan saya hingga saat ini. Terima kasih atas kesabaran yang luar biasa besar

buat saya. Dan kalian terlalu istimewah untuk dijadikan rangkaian kalimat. Kakak dan adikku

M.Iqbal huseini, M.Irfan Ilhami dan Warda Soraya, terima kasih atas dukungan yang diberikan, kalianlah orang yang selalu menjadi garda utama ketika saya butuh motivasi.

HOW CAN WE NOT TALK ABOUT FAMILY WHEN FAMILYS ALL THAT WE GOT

Pasukan stabil kos

Abang-abang ku, Billy, Sogan, Imam, Husan, Bams, Ai. Dan para sahabat seperjuangan yang selalu ada kapanpun dibutuhkan, Yahya safrian, Dzikie, Hendy, Maleo, Apex, terima kasih atas semua waktu yang telah kita lewati bersama, semoga persahabatan kita

terus berlanjut hingga anak cucu. Hhaaa HI C 09

Woi.. aku lulus ni.. akhirnya aku bisa juga kayak kalian, mekipun kalian sudah pada kerja bahkan nikah, jangan lupa reunian.


(8)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji shukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah dan hidayah Nya serta junjunganku Nabi Muhammad SAW. Dengan penuh rasa shukur penulis menyadari bahwa terselesaikanya skripsi ini tidak lepas dari berkah yang di berikan Allah SWT sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi berjudul : PERAN UNI

EROPA DALAM MENGATASI KRISIS EKONOMI YUNANI

(2008-2014),

yang mana dalam penyusunanya telah dibantu oleh banyak pihak agar dapat memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata I (SI) Ilmu Hubungan Internasional. Penulis ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Takdir Ali Mukti, S.Sos, M.Si sebagai pemimbing saya 2. Ibu Siti Muslihati, S,IP, M.Si selaku penguji 1 skripsi

3. Ibu Drs. Nur Azizah, M.Si

4. Para dosen HI yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang sangat berharga.

5. Bapak Waluyo, Bapak Ayub, Bapak Jumari yang telah membantu melayani semua dengan baik.

6. Almamater

7. Dan semua pihak yang tidak bisa diseutkan satu persatu yang telah membantu saya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak mungkin sempurna. Untuk itu penulis meminta kesediaan untuk memberi saran dan masukan agar jauh lebih baik lagi. Dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang baik bagi semua yang membaca


(9)

v

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan………... i

Pernyataan Keaslian………. ii

Motto……… iii

Halaman Persembahan………. iv

Kata Pengantar………. v

Daftar Isi……….. vi

BAB I : PENDAHULUAN A. Alasan pemilihan Judul……… 1

B. Tujuan Penulisan……….. 2

C. Latar Belakang Masalah………... 2

D. Rumusan Pokok Permasalahan……….... 4

E. Kerangka Dasar Teori………... 4

1. Teori Peranan………... 4

2. Konsep Organisasi Internasional……….. 10

3. Teori Structural Adjusment……….. 15

F. Hipotesis………... 19

G. Teknik Pengumpulan Data……… 19


(10)

vi

BAB II : FUNGSI KELEMBAGAAN UNI EROPA DALAM MENGHADAPI KRISIS EKONOMI

A. Integrasi Uni Eropa……… 22

1. Pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE)... 23

2. Perjanjian Maastricht, Treaty on European Union 1992……… 24

B. Lembaga Pengambil Kebijakan Di Uni Eropa 1. Komisi Eropa………... 28

2. Dewan Uni Eropa……… 30

3. Parlemen Eropa………... 31

4. Bank Sentral Eropa……….. 31

C. Proses Pengambilan Keputusan di Dalam Uni Eropa………. 33

D. Peranan Uni Eropa Sebagai Badan Internasional kawasan dan juga regionalism………. 41

BAB III : KRISIS KEUANGAN YUNANI DAN KONDISI EKONOMI EROPA A. Krisis Yunani………. 45


(11)

vii

BAB IV : SKEMA BANTUAN UNI EROPA TERHADAP YUNANI

A. Skema Bantuan Fiskal Uni Eropa Terhadap Yunani………... 70 1. Mendirikan The Eropean Stabiliti Facility (EFSF)….. 70 2. Bantuan Melaui ESM TerhadapYunani………... 72 3. Pembentukan Satuan Tugas Pemberian Bantuan

Terhadap Yunani………. 74 B. Program Penyesuaian Ekonomi Untuk Yunani………... 75 1. Program Penyesuaian Ekonomi Pertama yunani……. 76 2. Program Penyesuaian Ekonomi Kedua yunani……… 77 3. Program Penyesuaian Ekonomi Ketiga yunani……… 86

BAB V : KESIMPULAN……… 94


(12)

(13)

ABSTRACT

As one of the largest regionalism in the world, the Eroupean Union has a duty to provide help member countries that are affected by the problem in a variety of sectors, including in the economic sector. Yunani is the one of the countries in the EU are affected by the global economic crisis in 2008. As a regionalism thaht overshadow yunani, the European Union has a duty to help yunani out of the economic crisis. The mechanism that is run by the European Union is to establish EFSM, a mechanism to overcome the problem yunani crisis. The mechanism will be established an agreement between the yunani with the European Commision by yunani and European Central Bank to create targets to be achived by yunani for getting financial from the European Commision with Economic Adjustment Programme.


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

Integrasi negara-negara Eropa yang berujung pada pembentukan Uni Eropa memiliki motif ekonomi yang sangat signifikan. Motif ekonomi integrasi di Eropa ini adalah keyakinan bahwa bahwa dengan pasar yang lebih besar dapat meningkatkan persaingan, yang akhirnya juga akan meningkatkan produktivitas dan standar hidup yang lebih tinggi. Ini didukung dengan kekuatan hubungan internasional telah berubah secara drastis pasca Perang Dingin, dunia diwarnai oleh polarisasi yang telah mendorong kawasan Dunia Berkembang dan Dunia Maju mempertegas kembali keberadaannya. Dengan perkembangan massif dari pertumbuhan ekonomi dunia yang tidak terkontrol, terdapat masalah-masalah lain yang timbul kemudian, masalah yang menyangkut utang luar negeri, pertumbuhan penduduk, macetnya arus modal, korupsi, pemerintahan yang tumpul yang dahulu hanya terjadi di bagian selatan dunia, sekarang mulai menggerogoti Uni Eropa.

Salah satunya adalah terjadinya krisis Yunani baru-baru ini, krisis ini memiliki implikasi pada stabilitas ekonomi di Eropa jika dibiarkan terlalu lama,. Dengan kata lain, krisis yang melanda yunani memberikan dampak negatif pada perekonomian negara-negara yang khususnya tergabung dalam Uni Eropa. Kenyataan ini tidak bisa dibaikan begitu saja, mengingat Yunani sebagai anggota Uni Eropa. Dampak krisis dan peran Uni Eropa dalam mengatasi krisis ekonomi yunani tersebut sangat menarik untuk ditelusuri. Oleh sebab itu, melalui tulisan ini, penulis akan mencoba melakukan


(15)

2

penelusuran lebih jauh terkait upaya-upaya Uni Eropa dalam perannya yang memiliki posisi penting dalam perdagangan internasional untuk mengatasi kebangkrutan ekonomi Yunani.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan utama dari penulisan ini selain memang ketertarikan penulis tentang upaya Uni Eropa dalam mengatasi krisis ekonomi yang melanda Yunani. Terlepas dari itu alasan utama pemilihan judul ini adalah untuk sebagai gambaran awal dan sebagai tambahan pengetahuan tentang fenomena krisis ekonomi negara Yunani dan pengaruh Uni Eropa di dunia Internasional. Tujuan akhir dari penulisan ini dimaksudkan sebagai manifestasi dan implementasi dari penerapan teori yang pernah diperoleh penulis dibangku kuliah yang juga akan dijadikan Skripsi sebagai syarat memperoleh gelar sarjana S-1 pada Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadyah Yogyakarta.

C. Latar Belakang Masalah

Krisis Eropa dimulai dengan kejatuhan perekonomian Negara anggota Uni Eropa yang dipicu oleh melonjaknya beban utang dan defisit fiskal negara anggota Uni Eropa. Keserakahan pemerintah di beberapa negara Eropa, seperti Yunani, Portugal, Irlandia, dan Spanyol sertapengelolaan budget pemerintah buruk, pengeluaran pemerintahyang dibiaya hutangamat boros. Semua sebab-sebab tersebut diatas membuat negara-negara tersebut kesulitan membayar hutang. Hal ini juga tidak didukung dengan lembaga pemberi hutang, yang mengetahui kondisi politik negara


(16)

3

tersebut tetapi tetap terus berani memberikan hutang pada pemerintah di negara negara tersebut.

Imbas dari itu semua membuat negara-negara ini mengalami kesulitan membayar hutang mereka. Kalau mereka gagal membayar hutang merekaakan ada banyak pihak pemberi hutang, yang akan menderita rugi besar. Yang jugaakan menjalar ke pihak lain. Kesaling-terkaitan antara berbagai bank dan lembaga keuangan akan berdampak pada meluasnya dampak krisis keuangan ini ke banyak negara Eropa. Regionalism Unieropa yang sedari dahulu kuat perlahan mulai menemukan titik nadirnya

Negara yang paling merasakan akibat dari krisis ini adalah Yunani. negara ini sedang berjuang untuk menyelesaikan krisis moneter yang terjadi di negaranya. Meskipun memang tidak dapat dipungkiri bahwa ini juga merupakan imbas dari buruknya stabilitas ekonomi politik dunia yang menyebabkan krisis. Negara ini tengah berusaha menangani utang luar negri yang semakin menumpuk. Ironisnya dari segi pendapatan negara ini termasuk kecil tapi dengan pengeluaran yang boros.

Dalam keanggotaan Unieropa, Yunani hanyalah sebuah negara kecil yang menyumbangkan sekitar 2,6% dari keseluruhan GDP di Eurozone, tetapi Yunani sebenarnya memiliki potensi investasi yang cukup menarik bagi para investor, namun krisis yang melanda daratan Eropa belakangan ini telah menimbulkan ketidakpercayaan para investor terhadap sektor keuangan di Eropa khususnya Yunani dan hal ini tentu akan memperparah krisis di Yunani dan jika krisis ini tidak ditanggulangi maka Yunani terancam benar-benar bangkrut.


(17)

4

Yunani adalah salah satu anggota Uni eropa yang menggunakan mata uang Euro sehingga ketika salah satu negara anggotanya mengalami krisis dapat diperkirakan negara-negara lain khususnya yang menggunakan mata uang Euro akan terkena efek dari krisis ini secara langsung sejalan dengan Domino effect Theory yang sering digunakan oleh banyak ekonom untuk menggambarkan penyebaran krisis ekonomi di seluruh dunia.

Karena itu sangat menarik membahas peran Uni eropa sebagai sebuah organisasi Internasional dan juga kerjasama regional di eropa. Di skripsi ini penulis mencoba untuk mengelaborasi lebih lanjut tentang bagaimana peran unieropa terhadap krisis di Yunani.

D. Rumusan Pokok Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penyusun dapat merumuskan pokok permasalahan penelitian sebagai berikut:

“Bagaimana Peran Uni Eropa sebagai organisasi Internasional dalam mengatasi krisis yang melanda ekonomi Yunani tahun 2008-2014 ?”

E. Kerangka Dasar Teori 1. Teori Peranan

Menurut pendapat K.J. Holsti, konsep peran yang berhubungan dengan organisasi internasional, bahwa peranan merefleksikan kecenderungan pokok serta sikap terhadap lingkungan eksternal, terhadap variabel sistem, geografi dan ekonomi. Dalam teori peran perilaku individu harus dipahami dan dimaknai dalam konteks


(18)

5

sosial. Peran (role) adalah perilaku yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang yang menduduki posisi. Baik posisi berpengaruh dalam organisasi maupun dalam sikap negara. Setiap orang yang menduduki posisi itu diharapkan berperilaku sesuai dengan sifat posisi itu. (Holsti, 1987)

Menurut John Wahlke, teori peranan memiliki dua kemampuan yang berguna bagi analis politik. Pertama, ia menunjukkan bahwa aktor politik pada umumnya berusaha menyesuaikan perilakunya dengan norma perilaku yang berlaku dalam peran yang dijalankannya. Jadi kegiatan politik individu selalu ditentukan oleh kontek sosialnya. Kerangka berpikir teori peranan memandang individu sebagai seorang yang tergantung pada dan bereaksi terhadap perilaku orang lain. Kedua, teori peranan mempunyai kemampuan mendeskripsikan institusi secara behavioral. Dalam pandangan teorisasi peranan, institusi politik adalah serangkaian pola perilaku yang berkaitan dengan peranan.Model teori peranan langsung menunjukkansegi-segi perilaku yang membuat suatu kegiatan sebagai institusi.Dengan demikian teori peranan menjembatani jurang yang memisahkan pendekatan individualistic dengan pendekatan kelompok. Dalam kata lain institusi bisa didefinisikan sebagai serangkaian peran yang saling berkaitan yang berfungsi mengorganisasikan dan mengkoordinasikan perilaku demi mencapai suatu tujuan.(Holsti, 1987)

Teori peranan menegaskan bahwa ”perilaku politik adalah perilaku dalam menjalankan peranan politik”. Teori ini berasumsi bahwa perilaku politik adalah akibat dari tuntutan atau harapan terhadap peran yang kebetulan dipegang oleh seorang aktor politik. Dalam teori ini juga menjelaskan bahwa aktor politik umumnya berusaha menyesuaikan perilakunya dengan norma yang berlaku dalam peran yang


(19)

6

dijalankannya. Jadi kegiatan politik individu selalu ditentukan oleh konteks sosialnya. (Mas’oed, 1989)

Dalam pengertian ini peranan dilihat sebagai suatu tugas atau kewajiban dan hak suatu posisi. Suatu posisi merupakan apa yang menjadi tujuan dari keberadaan organisasi itu. Mohtar Maso’ed juga menyatakan bahwa peranan adalah suatu organisasi. Secara umum peranan dapat dikatakan sebagia pelaksanaan dari fungsi oleh ogranisasi tertentu dan harapan lingkungan sekitar terhadap keberadaan dari organisasi tersebut.

Mengacu pada hal diatas, peranan sangat terkait dengan fungsionalitas yang berhubungan erat dengan sejauh manakah fungsi dan kedudukan dapat diimplemantasikan dalam perwujudan dilapangan.Dalam hal ini, tidak ada lagi kesenjangan antara tujuan yang ingin dicapai dengan aturan-aturan, nilai-nilai yang melekat pada fungsi dan kedudukan tersebut.

Pada dasarnya, hukum Uni Eropa secara eksplisit tidak menyebutkan adanya kewajiban untuk membantu negara anggota yang mengalami permasalahan ekonomi. Beberapa perjanjian Uni Eropa, khususnya Perjanjian Maastricht melarang pemberian bailout (dana pinjaman) kepada negara anggota Eurozone (Zona Eropa). Bahkan Perjanjian Lisboa mengatur klausa tentang larangan bailout (dana pinjaman). Keputusan untuk memberikan bantuan kepada Yunani adalah keputusan yang kontroversial. Bailout (dana pinjaman) dilarang oleh Uni Eropa untuk mencegah negara anggota secara sengaja melanggar aturan yang ditetapkan dalam SGP dan dikhawatirkan bailout (dana pinjaman) yang diberikan pada satu negara akan


(20)

7

mendorong negara lain untuk mengajukan bailout (dana pinjaman). Akan tetapi, ada klausa pengecualian yaitu klausa pada pasal 122 Perjanjian Lisboa yang dapat dijadikan dasar bagi Uni Eropa untuk memberikan bantuan ekonomi kepada Yunani. Pasal 122 Perjanjian Lisboa mengenai fungsi Uni Eropa menyebutkan bahwa pemberian bantuan ekonomi memungkinkan untuk dilakukan tapi hanya apabila terjadi kondisi luar biasa.

Krisis Ekonomi Yunani dirasa dapat digolongkan sebagai kondisi luar biasa yang diatur oleh klausa ini.

“Apabila suatu negara anggota dalam kesulitan atau sangat terancam dengan kesulitan yang disebabkan oleh bencana alam atau kejadian luar biasa di luar kendali, Dewan, pada proposal dari Komisi, dapat memberikan, dalam kondisi tertentu, Union bantuan keuangan kepada negara anggota” (Valiante, 2011:45).

Alasan utama Uni Eropa menyelamatkan Yunani adalah karena Krisis Ekonomi Yunani telah berhasil mengancam stabilitas Uni Eropa dan menyebabkan kerentanan pada pemulihan ekonomi Eropa secara keseluruhan setelah terjadinya krisis finansial global pada tahun 2008. Sepanjang terjadinya Krisis Ekonomi Yunani, nilai euro terhadap dolar terus mengalami depresiasi. Salah satu peranan dari Uni Eropa memberikan bantuan penyelamatan bagi Yunani adalah untuk menghindari efek domino akibat Krisis Ekonomi Yunani ke negara-negara lain anggota Eurozone (Zona Eropa), khususnya negara-negara yang sedang berada di posisi ekonomi yang sulit seperti Irlandia, Italia, Portugal, dan Spanyol. Injeksi bailout (dana pinjaman) yang diberikan Uni Eropa tidak hanya bertujuan untuk meringankan beban Yunani,


(21)

8

melainkan juga untuk menahan Irlandia, Italia, Portugal, dan Spanyol dari kejatuhan perekonomian.

Dengan memberikan bailout (dana pinjaman) kepada Yunani akan menjaga likuiditas Yunani, sehingga dapat memberikan waktu kepada Irlandia, Italia, Portugal, dan Spanyol untuk merekapitalisasi perbankan dan memangkas defisit. Namun dalam hal ini ada beberapa langkah konkrit Uni Eropa untuk menyelamatkan Yunani dari masalah utang dan defisit anggaran serta fiskal sangatlah diperlukan. Karena bila tidak segera dilakukan, akibatnya akan fatal yaitu dapat meruntuhkan kepercayaan para investor kepada Yunani secara khusus dan Uni Eropa secara umum dan hal itu sangat mengancam eksistensi negara dan regional. Uni Eropa memiliki tugas yang cukup berat, dimana pejabat kawasan ini harus bisa meyakinkan pasar atas pemecahan masalah defisit anggaran. Jika gagal mencari solusi atau masalah kian meningkat, pemodal akan semakin bertambah lari ke pasar (negara/kawasan) lain. Kondisi ini dapat menyebabkan tergantikannya posisi Uni Eropa sebagai kawasan dengan iklim usaha yang prospektif. Uni Eropa harus segera menerapkan sejumlah aturan dan menjaga kestabilan instrumen dan lembaga-lembaga mereka agar krisis tidak menyebar ke wilayah lain di dunia.

Melihat dampak buruk yang telah dan yang akan ditimbulkan oleh terjadinya krisis ekonomi Yunani, Uni Eropa tentunya terdorong untuk segera mengatasi krisis ekonomi yang mengancam eksistensi regionalnya tersebut. Hal yang mendorong Uni Eropa adalah:


(22)

9

Adanya kesadaran (awareness) dari Uni Eropa akan tanggung jawab moralnya sebagai organisasi regional yang telah menyatukan 28 negara di kawasan benua Eropa dalam satu mata uang tunggal yakni euro terkecuali bagi beberapa negara yang belum mau bergabung (negara non zona euro). Situasi ini dipahami oleh Uni Eropa, dan lembaga-lembaga keuangan untuk ikut terlibat dalam masalah krisis ekonomi tersebut.

Uni Eropa bertanggung jawab bagi negara anggotanya sebagai satu kesatuan. Apalagi setelah dibentuknya European Central Bank (Bank Sentral Eropa) dalam tubuh Uni Eropa yang memiliki tanggung jawab dalam masalah moneter negara zona euro serta adanya bentuk kesepakatan yang dilakukan oleh ECB, IMF dan Uni Eropa melalui Economic Adjustment Programme (Program Penghematan Ekonomi), The European Financial Stability Facility dan The Stability and Grow Pact yang merupakan bentuk program Uni Eropa yang diterapkan untuk perekonomian yunani.

Alasan kenapa Uni Eropa dan lembaga lainnya memilih untuk tidak membiarkan Yunani sebagai akar krisis ekonomi zona Eropa bangkrut adalah karena mereka telah terlibat jauh dan banyak lembaga keuangan Eropa turut menggelontorkan dananya. Jika Yunani tidak diselamatkan maka akan terjadi reaksi berantai dan turut meruntuhkan negara-negara lainnya di kawasan.

Uni Eropa tentu tidak ingin kehilangan citra (image) sebagai organisasi regional terbaik dunia yang pernah ada khususnya dengan sejumlah keberhasilan yang telah dicapai misalnya penyatuan mata uang sebagai pertanda full integration (integrasi keseluruhan) dan pembentukan Pasar Tunggal Eropa yang di dalamnya diatur penghapusan hambatan-hambatan dalam perdagangan di antara sesama negara anggota


(23)

10

Uni Eropa. Dicermati kebijakannya dalam berbagai hal seperti dalam hal pengambilan keputusan (decision making) karena keputusan ini merupakan suara bersama dari semua negara anggota. Untuk itu, Uni Eropa tentu berusaha untuk mengatasi krisis ekonomi Yunani meskipun itu mungkin dalam waktu yang cukup lama. Namun ada beberapa langkah program yang dilakukan oleh Uni Eropa untuk mengatasi krisis ekonomi di Yunani, baik itu berupa kesepakatan yang dilakukan oleh ketiga troika (European Commision, European Central Bank and International Monetary Fund) dalam menjalankan programnya (Verney. 2009:77).

2. Konsep Organisasi Internasional

Organisasi internasional dapat didefinisikan sebagai :

“ Suatu struktur formal dan berkelanjutan yang dibentuk atas suatu kesepakatan antara angggota ( pemerintah dan non pemerintah) dari dua atau lebih Negara berdaulat dengan tujuan mengejar kepentingan bersama para anggotanya”.(Yani, 2005)

Perkembangan pesat dalam bentuk serta pola kerjasama melalui organisasi internasional, telah makin menonjolkan peran organisasi internasional yang bukan hanya melibatkan Negara beserta pemerintah saja. Negara tetap merupakan aktor paling dominan didalam Bentuk-bentuk kerjasama internasional, namun perlu diakui eksistensi organiasasi-organisasi internasional non-pemerintah yang makin hari semakin banyak jumlahnya.

Dengan demikian, Organisasi Internasional, akan lebih lengkap dan menyeluruh jika didefinisikan sebagai “Pola kerjasama yang melintasi batas-batas neagara, dengan


(24)

11

didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapankan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesame kelompok non-pemerintah pada Negara yang berbeda”. (Drs. Teuku May Rudy, 1993)

Perkembangan organisasi internasional merupakan kebutuhan yang timbul dari pergaulan Internasinal dimana dituntut untuk dapat mengatur permasalahan yang muncul darinya ( pergaulan Internasional). Isu perdamaian semakin berkembang seiring meningkatnya permaslahan internasioanal. Maka semakin penting peran organisasi internasioanal yang bertindak sebagai pihak ketiga untuk membantu Negara dalam menyelesaikan konflik yang dialami.

Menurut Holsti Administrasi dan Organisasi Internasional :

“Pola interaksi hubungan internasional tidak dapat dipisahkan dengan segala bentuk interaksi yang berlangsung dalam pergaulan masyarakat internasional, baik oleh pelaku Negara-negara (state-actors), maupun oleh pelaku-pelaku buakan Negara ( non- state actors)”.

Dari konsep diatas memaparkan bahwa aktor dalam HubunganInternasional meliputi Negara-negara, organisasi non-pemerintah, serta individu. Pola hubungan internasional ialah suatu interaksi yang saling membutuhkan satu sama lain baik itu kerjasama, persaingan maupun pertentangan, dan yang paling diutamakan disini adalah


(25)

12

suatu hubungan kerjasama dimana hubungan tersebut akan menghasilkan keuntungan terhadap semua pihak yang berkecimpung.

Karen Mingst memberikan jabaran yang lebih luas lagi tentang fungsi Organisasi internasioanal. Ada beberapa fungsi yang bisa diajalankan oleh Organisasi internasional baik ditingkat internasional, Negara, maupun individu. (Mingst, 1999)

Dalam tingkat internasional, Organisasi Internasioanal berperan/ berfungsi dalam

1. Memberikan kontribusi untuk terciptanya suasana kerja sama diantara Negara/aktor. Dengan adaya Organisai internasional, diharapkan Negara dapat bersosialisasi secara regular sehingga dapat tercipta suatu kondisi yang dianjurkan oleh kaum fungsionalis.

2. Menyediakan informasi dan pengawasan. Fungsi ini sejalan dengan pemikiran tentang Collective Good, dimana Organisasi Internasioanal menyediakan informasi, hasil-hasil survey dan pengawasan.

3. Memberikan bantuan terhadap penyelesaian krisis yunani yang merupakan isu internasional dan menyita perhatian dunia, terutama Uni Eropa sebagai Organisasi internasional yang sangat memperhatikan persoalan di benua Eropa.

4. Menyediakan arena untuk bargaining bagi Negara-negara dalam menyelesaikan suatu masalah.

Sejak berdirinya organsasi internasioanal Uni eropa semua masalah yang berkaitan dengan benua Eropa tidak dapat dilepaskan dari domain fungsi Uni Eropa,


(26)

13

Oleh karena itu setiap masalah yang terjadi disebuah negara di eropa yang berkaitan dengan masalahekonomi maka secara otomatis dunia internasional akan ikut didalamnya.

Krisis yang terjadi di Yunani sudah menjadi isu internasioanal dan menajadi perhatian bagi organisasi internasional untuk berperan didalamnya. Yunani yang beberapa tahun belakangan mengalami krisis yang sangat mempengaruhi perekonomian eropa menjadi perhatian khusus bagi Uni Eropa yang merupakan organisasi yang berwenang penuh dalam permasalahan yang terjadi di benua Eropa.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh Uni Eropa untuk membantu menyelamatkan Yunani dan negara-negara anggota EU yang menjadi suspect krisis. Pertemuan para petinggi Uni Eropa dilakukan di Brussel, Belgia pada 28-29 Juni 2012. European Council telah berjuang selama 2,5 tahun dengan tujuan agar krisis yang melanda Yunani tidak meluas dan menimbulkan efek buruk di kawasan tersebut.

Jerman dan Perancis berusaha keras mencari solusi menangani krisis Euro. Kanselir Jerman Angela Merkel menyerukan pembentukan kesatuan fiskal Eropa, dan mengatakan tidak ada cara lain untuk menyelesaikan krisis utang Zona Euro. Merkel telah mencoba membujuk Uni Eropa dan mitra Zona Euro untuk menegosiasikan perubahan perjanjian Uni Eropa guna menegakkan disiplin anggaran dan kontrol utang di Zona Euro.


(27)

14

Beberapa point yang dihasilkan dalam Uni Eropa Summit tersebut adalah sebagai berikut:

a. Membentuk pengawas tunggal bagi bank-bank di wilayah Uni Eropa baik itu Bank Sentral Eropa/European Central Bank (ECB) atau badan di bawahnya.

b. Setelah hal itu dilakukan, dua lembaga Eurozone yaitu EFSF (European Financial Stability Facility) dan ESM (European Stability Mechanism), akan dapat merekapitulasi bank-bank secara langsung daripada menyerahkan dana tersebut kepada pemerintah di negara basis bank-bank tersebut. Langkah ini bertujuan untuk menghentikan penumpukan utang bank-bank tersebut kepada pemerintah yang tengah mengalami krisis.

c. Negara-negara Uni Eropa bersepakat bahwa negara-negara yang bekerja untuk mengontrol anggaran mereka, bisa memanfaatkan dana penyelamatan tersebut tanpa perlu melaksanakan langkah-langkah penghematan seperti yang dipaksakan kepada Yunani, Irlandia dan Portugal.

d. Obligasi yang dibeli EFSF/ESM untuk dana penyelamatan Spanyol tidak akan lagi menikmati perlakukan istimewa dibandingkan dengan pemegang obligsi lainnya jika terjadi default. Hal ini dilakukan karena sebelumnya mereka menikmati fasilitas senior bond (senior status) yang secara tidak sengaja,telah menjauhkan investor swasta.

e. Negara-negara Uni Eropa bersepakat untuk melanjutkan negosiasi dalam koridor reformasi jangka pangjang untuk Euro, termasuk sertifikat perbankan yang berarti bahwa asuransi Dana Pihak Ketiga Perbankan Eropa terutama deposito


(28)

15

dan pengawasan terhadap bank-bank besar akan ditangani di tingkat Eropa,daripada di tingkat nasional masing-masing negara.

f. Negara-negara Uni Eropa juga menginginkan sertifikat fiskal yang lebih besar sehingga Brussel (Belgia) akan memiliki suara yang lebih besar atas anggaran nasional. Namun begitu, sebagai prasyarat untuk keanggotaan di Eurozone,semua negara telah sepakat untuk membatasi defisit anggaran hingga 3% terhadap PDB dan tingkat utang total tidak lebih dari 60% terhadap PDB.

Apa yang dihasilkan oleh EU Summit ini telah memberikan sentimen positif terhadap pasar. Hal ini tandai dengan hampir semua seluruh pasar ( Forex, Indeks, Commodity ) mengalami penigkatan yang cukup signifikan seperti mata uang Euro menguat lebih kurang 260 pips daily range terhadap Us Dollar.

3. Teori Structural Adjusment

Menurut Abouharb dan Cingranelli, Structural Adjustments adalah perubahan kebijakan yang diterapkan oleh International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia (Bretton Woods Institutions) di negara-negara berkembang Perubahan kebijakan ini adalah kondisi (persyaratan) untuk mendapatkan pinjaman baru dari IMF atau World Bank, atau untuk memperoleh suku bunga yang lebih rendah atas pinjaman yang ada. Persyaratan diterapkan untuk memastikan bahwa uang yang dipinjamkan akan digunakan sesuai dengan tujuan dari keseluruhan pinjaman. Structural Adustment Programs (SAPs) dibuat dengan tujuan mengurangi ketidak seimbangan fiskal negara peminjam itu. Bank dari Negara peminjam menerima besar pinjaman tergantung dari jenis kebutuhan. SAPs seharusnya memungkinkan perekonomian negara-negara


(29)

16

berkembang untuk menjadi lebih berorientasi pasar. Hal ini kemudian memaksa mereka untuk lebih berkonsentrasi pada perdagangan dan produksi sehingga dapat meningkatkan perekonomian mereka. (Greenberg, 1997)

Pada perkembangannya structural adjusment tidak hanya diterapkan oleh IMF dan Bank Dunia, melainkan telah diadopsi oleh sejumlah lembaga keuangan internasional International Finance Institutions (IFI). Hal ini kemudian diterapkan oleh Eropean Central Bank (ECB) yang bertanggung jawab atas kebijakan moneter untuk 16 negara yang menggunakan mata uang euro.

Program ini termasuk perubahan internal (terutama privatisasi dan deregulasi) maupun perubahan eksternal, terutama pengurangan hambatan dalam perdagangan. Negara-negara yang gagal untuk menetapkan program-program ini dapat dikenakan disiplin fiskal parah. Beberapa kondisi untuk Structural Adjustments atau juga sering juga disebut sebagai The Washington Consensus dapat mencakup: (Ibid)

 Memotong pengeluaran, juga dikenal sebagai Austerity.

 Fokus output ekonomi terhadap ekspor langsung dan ekstraksi sumberdaya,

 Devaluasi mata uang,

 Liberalisasi perdagangan, peningkatan impor dan pembatasan ekspor,  Meningkatkan stabilitas investasi (dengan melengkapi investasi

langsung asing dengan pembukaan pasar saham domestik),  Menyeimbangkan anggaran dan tidak overspending,  Menghapus kontrol harga dan subsidi negara,


(30)

17

 Privatisasi, atau pelepasan semua atau bagian dari perusahaan milik negara,

 Meningkatkan hak-hak investor asing vis-a-vis hukum nasional,  Meningkatkan tata pemerintahan dan memerangi korupsi.

Dalam kaitannya dengan krisis yang terjadi di Yunani, terdapat tiga lembaga yang terlibat dalam menyelesaikan permasalahan krisis Yunani, yaitu Uni Eropa (UE), International Monetary Funds (IMF) dan European Central Bank (ECB). Hutang Yunani dimulai sejak tahun 1947, dengan banyaknya penggunaan alokasi dana hingga akhirnya gagal membayar hutangnya. Dana pinjaman tersebut terus saja menumpuk, hingga diperkirakan mulai tahun 1993 nilai hutang Yunani telah melampaui GDP-nya. Bahkan saat ini hutang Yunani diperkirakan telah mencapai 120% dari posisi GDP negaranya (Gunawan, 2012). Hingga kemudian memerlukan suntikan dana untuk memperbaiki kondisi ekonomi negara tersebut, Yunani mengajukan bail out terhadap Komisi Eropa, Bank Sentral Eropa, dan Dana Moneter Internasional. Pada tanggal 2 Mei 2010, IMF akhirnya menyetujui paket bail out (pinjaman) sebesar € 110 milyar untuk Yunani dengan syarat penaikan pajak dan pemotongan belanja. (Sari, 2016) Yunani juga diberikan konsekuensi-konsekuensi atas bantuan dana talangan tersebut diantaranya:

1. Yunani harus menerapkan kebijakan penghematan yang sistematik (Austerity) dimana hal ini akan memberikan dampak besar bagi kehidupan masyarakat Yunani

2. Yunani juga diwajibkan untuk memprivatisasi aset-aset kenegaraan 3. Yunani didesak untuk mereformasi struktur-struktur politiknya.


(31)

18

Economic adjustment program dari IMF tersebut didapatkan melalui KTT Uni Eropa menggunakan pendekatan implementation problem approach yaitu dengan melakukan pendekatan yaitu pada pengaturan dan pengawasan sektor keuangan. Kebijakan Fiskal, kebijakan fiskal menjadi sasaran implementasi EAP karena melalui pendapatan dan pengeluaran pemerintah yang berupa pajak. Serta reformasi dalam sektor labour market dan Product market reforms. (Economy, 2016) Dalam pelaksanaan implementasi economic adjustment program dari IMF tidak berjalan dengan baik, dimana setelah bail out yang diajukan pada 2010, ternyata masih belum bisa memulihkan ekonomi dari Yunani. Keadaan ini berujung pada kegagalan Yunani untuk membayar utang sebesar US$1,7 miliar kepada Dana Moneter Internasional, atau IMF, dengan tenggat waktu yang ditentukan. Menyikapi kondisi darurat utang ini, sejumlah petinggi negara-negara Uni Eropa pun menggelar Emergency Summit di Brussels, Belgia. Mereka meminta Yunani melakukan reformasi keuangan untuk bisa mendapatkan tambahan pinjaman dari kreditor Eropa maupun IMF. Inisiatif yang ditawarkan adalah dengan mengurangi dana pensiun, menaikan pajak penjualan dan pajak usaha. (Supriadi, 2016) Sehingga disini posisi Yunani berada ditangan IMF dan Uni Eropa, karena IMF dan UE akan memberikan dana talangan atau bantuan terhadap Yunani.


(32)

19 F. Hipotesa

Berdasarkan kerangka teori diatas maka penulis mengambil hipotesa sebagai berikut.

1. Uni Eropa membentuk European Financial Stabilisation Mechanism (EFSM) dan Fasilitas Stabilisasi Keuangan Eropa (European Financial Stability Facility/EFSF)

2. Uni Eropa meminta Yunani untuk menyetujui Economic Adjustment Programme (Program Penghematan Ekonomi) yang akan ditetapkan oleh Uni Eropa sebagai timbal balik atas pinjaman yang diberikan.

G. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini disusun dengan konsep deskriptif analitis. Penulis akan memaparkan data-data dan teori yang digunakan dalam penulisan penelitian ini, kemudian dengan konsep dari teori yang telah dipaparkan, data-data tersebut akan dianalisa. Spesipikasi data yang diperlukan dalam menyusun penelitian antara lain yang mendukung. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan (Library Research) yaitu dengan menerapkan pola pengolahan data yang diperoleh dari berbagai literatur, media massa, data-data dari berbagai macam website, serta dari berbagai sumber yang mempunyai keterkaitan dan mendukung permasalahan yang ada. Teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif.


(33)

20 H. Sistematika Penulisan

Penulisan yang sistematis merupakan salah satu syarat mutlak untuk kaidah penulisan ilmiah, karena itu baik dan buruknya hasil penelitian akan sangat ditentukan oleh bagaimana cara menyajikan hasil penelitian. Adapun sistematika yang terdapat dalam skripsi ini adalah :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini terdiri dari Latar Balakang Masalah, Tujuan Penelitian,Pokok Permasalahan, Kerangka Teoritik, Hipotesa, Merode Penelitian,Jangkauan Penelitian, Sistematika Penulisan, Kerangka Penulisan dan Sistematika Penulisan.

BAB II : FUNGSI KELEMBAGAAN UNI EROPA DALAM MENGHADAPI KRISIS EKONOMI

Pada bab ini akan mendeskripsikan gambara tentang fungsi-fungsi Uni Eropa dan harapan dengan adanya bantuan Uni eropa pada anggotanya yang mengalami krisis ekonomi.

BAB III : KRISIS KEUANGAN YUNANI DAN KONDISI EKONOMI EROPA Pada bab ini akan menjelaskan secara singkat tentang krisis yunani, dan faktor-faktor major penyebab adanya krisis yunani


(34)

21

BAB IV : SKEMA BANTUAN UNI EROPA KEPADA YUNANI

Pada bab ini akan dibahas tentang peran Uni Eropa dalam menangani dan membantu yunani dalam menyelsaikan masalah krisis ekonominya serta kendala-kendala Uni Eropa dalam menanganinya.

BAB V : KESIMPULAN

Di bab ini akan menyimpulkan hasil dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dan menjelaskan hasil penelitian ini.


(35)

22

BAB II

FUNGSI KELEMBAGAAN UNI EROPA DALAM MENGHADAPI KRISIS

EKONOMI

Bab ini akan mendeskripsikan gambara umum tentang Uni Eropa kaitannya dengan integrasi Uni Eropa hingga terbentuknya masyrakat ekonomi eropa sebagai pilar dalam transaksi ekonomi antar negara serta fungsi-fungsi badan di Uni Eropa dalam menyelesaikan permasalahan ekonomi di negara-negara di wilayah Eurozone. A. Integrasi Uni Eropa

Gagasan untuk menyatukan negara-negara Eropa telah dimulai sejak akhir abad ke-18 ketika Napoleon berupaya menyatukan Eropa di bawah kekaisaran Perancis. Kemudian berulan ketika Adolf Hitler mencoba menundukkan Eropa dengan gerakan Nazi nya. Upaya menyatukan Eropa secara damai dimulai pada tahun 1923 oleh PAN-European Movement dari Austria melalui gagasan “United States of Europe”. Pada tahun 1929, Menteri Luar Negeri Perancis, Aristide Briad mengusulkan dibentuknya “Eropean Union” dalam kerangka Liga Bangsa-Bangsa. Akan tetapi usaha gagal terutama disebabkan oleh kuatnya rasa nasionalitas dan kekuatan imperialitas pada saat itu. Pemikiran untuk membentuk Eropa bersatu kembali diperkenalkan oleh Perdana Menteri Inggris, dimana Winston Churchill dalam pidatonya di Basel, Swiss tahun 1946. Churchill mengharapkan bahwa masyarakat Eropa dapat hidup secara damai dalam rasa aman dan kebebasan melalui suatu “Eropa Serikat”. (Muclis, 1997)

Rencana rekonstruksi Negara – Negara di kawasan eropa barat pasca perang dunia II mendapatkan dukungan dari Amerika Serikat. Pada tahun 1949, Amerika


(36)

23

Serikat dan beberapa Negara Eropa Barat membentuk aliansi keamanan North Atlantic Treaty Organization (NATO), sejak saat itu Amerika Serikat memberikan bantuan ekonomi, Marshall Plan tergabung dalam Organization For Europa Econimic Develoment (OEED). Tujuan utama Amerika Serikat pada saat itu adalah berupaya menciptakan suatu aliansi di kawasan Eropa Barat untuk menghadapi kekuatan komunis serta mencegah konflik di kawasan ini. (mansbach, 1997)

1. Pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE)

Sebelum Uni Eropa terbentuk pada tahun 1993, negara-negara kawasan Eropa terlebih dahulu terjadi pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa (European Economic Community) melalui Pakta Roma pada bulan Maret 1957 yang negara perintisnya adalah Jerman Barat, Perancis, Italia, Belgia, Belanda dan Luxemburg. Di mana saat itu telah terjadi kesepakatan kebijakan ekonomi berkenaan dengan penurunan hambatan perdagangan diantara mereka dan penyeragaman tarif kepada non-anggota yang secara resmi dipraktikan mulai 1 Januari 1958.

Uni Eropa yang berawal dari European Community terbentuk atas tiga traktat yang menjadi dasar pendirian European Coal, Steel Commmunity, The European Economic Community, dan European Atomic Energy Community. Ketigatraktattersebut incorporated menjadi European Community. Setelahmelalui proses dantahapantertentu, berhasildiformasikantraktat yang mengaturpersekutuan Negara-negaraeropa yang di kenaldengan ECT (European Community Treaties), yang menjadikonstitusimasyarakatEropa.

Inilah momentum penting yang menjadi tonggak perkembangan Uni Eropa pada masa selanjutnya. Komunitas ini selanjutnya semakin berkembang dengan


(37)

24

bertambahnya anggota baru, yakni Inggris, Irlandia dan Denmark pada tahun 1973, kemudian Yunani menyusul pada 1981, dan selanjutnya pada 1986 diikuti oleh Portugal dan Spanyol. Selain perkembangan jumlah anggota, seiring dengan waktu komunitas ini juga mengembangkan berbagai kesepakatan strategis yang berorientasi utama pada aspek ekonomi. Seperti penghapusan segala bentuk hambatan perdagangan demi menstimulasi kemudahan perpindahan arus barang dan jasa antar anggota. Hasilnya adalah terjadi peningkatan perdagangan yang signifikan di dalamnya. Dan pada masa sekarang, integrasi ekonomi di negara-negara eropa telah mencapai tahap paling dewasa yakni Economic Union (EU). Di mana telah tercapai penyeragaman kebijakan fiskal dan moneter. Salah satu praktiknya yakni penyamaan mata uang antar anggota. Akhirnya hingga kini dikenal mata uang Euro sebagai mata uang resmi yang dipakai dalam Uni Eropa.

2. Perjanjian Maastricht, Treaty on European Union 1992

Treaty on Eropean Union ditandatangani di Maastricht pada tanggal 7 Februari 1992 dan mulai berlaku tanggal 1 November 1993 yang mengubah masyarakat eropa menjadi uni eropa. Perjanjian ini mendorong pembentukan euro, dan menciptakan struktur pilar Uni Eropa. Perjanjian ini menetapkan tiga pilar Uni Eropa, yaitu Komunitas Eropa (EC), Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Bersama (CFSP), dan Urusan Keadilan dan Dalam Negeri. Pilar pertama adalah tempat institusi supranasional UE, yaitu Komisi, Parlemen Eropa dan Mahkamah Eropa, memiliki kekuasaan dan pengaruh tebresar. Dua pilar lainnya bersifat antarpemerintah dengan keputusan dibuat oleh komite yang terdiri dari politisi dan pejabat negara-negara anggota.


(38)

25

Ketiga pilar tersebut adalah perpanjangan dari struktur kebijakan sebelumnya. Pilar Komunitas Eropa adalah kelanjutan Komunitas Ekonomi Eropa dengan kata "Ekonomi" dihapuskan untuk mewakili dasar kebijakan yang lebih luas sesuai Perjanjian Maastricht. Koordinasi kebijakan luar negeri dilaksanakan sejak awal 1970-an di bawah nama Kerjasama Politik Eropa (EPC), yang telah dicantumkan dalam perjanjian-perjanjian oleh Undang-Undang Eropa Tunggal, namun bukan sebagai bagian dari EEC. Sementara pilar Urusan Keadilan dan Dalam Negeri memperpanjang kerjasama dalam hal penegakan hukum, keadilan kriminal, perlindungan, dan imigrasi dan kerjasama yudisial pada masalah-masalah publik, sejumlah bidang tersebut telah dijadikan agenda kerjasama antarpemerintah di bawah Konvensi Implementasi Schengen 1990.

Penciptaan sistem pilar ini adalah wujud keinginan berbagai negara anggota untuk memperluas Komunitas Ekonomi Eropa ke bidang kebijakan luar negeri, militer, keadilan kriminal, kerjasama hukum, dan keraguan negara anggota lain, terutama Britania Raya, mengenai bidang tambahan yang dianggap terlalu sensitif untuk dikelola oleh mekanisme supranasional Komunitas Ekonomi Eropa. Persetujuannya adalah daripada mengganti nama Komunitas Ekonomi Eropa menjadi Uni Eropa, perjanjian ini akan menetapkan Uni Eropa yang secara hukum terpisah dan terdiri dari Komunitas Ekonomi Eropa, dan bidang-bidang kebijakan antarpemerintah berupa kebijakan luar negeri, militer, keadilan kriminal, dan kerjasama hukum. Struktur ini sangat membatasi kekuasaan Komisi Eropa, Parlemen Eropa dan Mahkamah Eropa untuk mempengaruhi bidang kebijakan antarpemerintah yang baru, yang ditangani oleh pilar kedua dan ketiga: kebijakan luar negeri dan urusan militer (CFSP) dan keadilan kriminal dan kerjasama urusan sipil (JHA).


(39)

26 a) Kriteria Maastricht

Perjanjan Maastricht menetapkan kriteria Maastricht dan pasar tunggal UE yang menjamin kebebasan pergerakan barang, modal, manusia dan jasa. (prangko Jerman tahun 2003 yang merayakan ulang tahun ke-10 pemberlakuan Perjanjian Maastricht tahun 1993)

Kriteria Maastricht (juga dikenal sebagai kriteria pergeseran) adalah kriteria bagi negara-negara anggota Uni Eropa untuk memasuki tahap ketiga Persatuan Ekonomi dan Moneter Eropa (EMU) dan mengadopsi euro sebagai mata uangnya. Keempat kriteria utama ini didasarkan pada Pasal 121(1) Perjanjian Komunitas Eropa.

1) Tingkat inflasi: Tidak boleh lebih dari 1,5 poin persen lebih tinggi daripada rata-rata tiga negara anggota dengan inflasi terendah di UE.

2) Keuangan pemerintah:Defisit pemerintah tahunan, Rasio defisit pemerintah tahunan dengan produk domestik bruto (PDB) tidak boleh lebih dari 3% pada akhir tahun fiskal selanjutnya. Jika tidak, negara tersebut diwajibkan mencapai tingkat mendekati 3%. Hanya ekses pengecualian dan sementara yang diperbolehkan untuk dikecualikan.

Utang pemerintah:Rasio utang pemerintah bruto dengan PDB tidak boleh lebih dari 60% pada akhir tahun fiskal selanjutnya. Bahkan jika target ini tidak tercapai karena kondisi tertentu, rasio tersebut harus setidaknya berkurang dan mendekati nilai referensi dengan progres yang memuaskan. Pada akhir 2010, hanya dua negara anggota UE, Polandia dan Republik Ceko, yang mencapai target ini.


(40)

27

3) Nilai tukar: Negara pendaftar harus menjalani mekanisme nilai tukar (ERM II) di bawah Sistem Moneter Eropa (EMS) selama dua tahun berturut-turut dan tidak boleh mendevaluasi mata uangnya selama periode tersebut.

4) Tingkat suku bunga jangka panjang: Tingkat suku bunga jangka panjang nominal tidak boleh lebih dari 2 poin persen lebih tinggi daripada di tiga negara anggota yang mengalami inflasi terendah.

Tujuan penetapan kriteria ini adalah untuk mempertahankan harga kestabilan di Zona Euro meski ada negara anggota baru sekalipun.

b) Penandatanganan

Penandatanganan Perjanjian Maastricht dilakukan di Maastricht, Belanda pada tanggal 7 Februari 1992. Pemerintah Belanda, yang memegang jabatan Kepemimpina Dewan Uni Eropa selama negosiasi pertengahan kedua tahun 1991, mengadakan upacara di dalam gedung pemerintahan provinsi Limburg di sungai Meuse. Perwakilan dari 12 negara anggota Komunitas Eropa hadir, dan menandatangani Perjanjian ini sebagai plenipotensiari, sehingga menandakan akhir masa negosiasi.

c) Ratifikasi

Proses ratifikasi perjanjian ini menghadapi sejumlah kesulitan di tiga negara. Di Denmark, referendum Perjanjian Maastricht Denmark pertama diadakan tanggal 2 Juni 1992, namun karena memperoleh kurang dari 50.000 suara, perjanjian pun tidak diratifikasi. Setelah kegagalan tersebut, pengubahan perjanjian tersebut dilakukan melalui penambahan Persetujuan Edinburgh yang berisikan empat eksepsi Denmark.


(41)

28

Perjanjian tersebut akhirnya diratifikasi tahun selanjutnya pada 18 Mei 1993 setelah referendum kedua diadakan di Denmark.Pada bulan September 1992, sebuah referendum di Perancis mendapatkan perolehan suara tipis yang mendukung ratifikasi perjanjian ini, sebanyak 51,05%. Ketidaktentuan pada referendum Denmark dan Perancis adalh salah satu penyebab krisis pasar mata uang September 1992, yang mendorong penarikan pound Britania dari Mekanisme Nilai Tukar Eropa.

Di Britania Raya, sebuah opsi keluar dari pengawasan sementara sosial perjanjian ini ditentang di Parlemen oleh AP oposisi Buruh dan Liberal Demokrat dan perjanjian itu sendiri oleh Pemberontak Maastricht di dalam tubuh Partai Konservatif yang berkuasa. Jumlah pemberontak melebihi mayoritas Konservatif di Majelis Umum, sehingga pemerintahan John Major hampir kehilangan kepercayaan Majelis.

B. Lembaga Pengambil Kebijakan Di Uni Eropa

Dalam Uni Eropa, terdapat beberapa lembaga yang menjalankan roda pemerintahan dan menjaga agar arah dan tujuan organisasi agar dapat dicapai. Beberapa lembaga tersebut di antaranya

1. Komisi Eropa (Commission of the European Communities)

Adalah badan eksekutif Uni Eropa. Komisi Eropa merupakan badan administrasi tertinggi dalam Uni Eropa yang ditunjuk oleh negara-negara anggota dan secara politis bertanggung jawab kepada Parlemen Eropa. Lembaga ini menyusun naskah perundang-undangan baru Eropa yang kemudian diajukan kepada Parlemen Eropa dan Dewan Uni Eropa. Lembaga ini memastikan keputusan-keputusan yang diambil oleh Uni Eropa dilaksanakan menurut ketentuan dan juga mengawasi


(42)

29

penggunaan dana-dana Uni Eropa. Komisi Eropa memastikan pula agar setiap warga mematuhi Traktat Eropa dan hukum yang berlaku di Eropa. Komisi Eropa terdiri dari 25 komisioner yang dibantu oleh kurang lebih 25.000 pegawai negeri. Presiden komisi Eropa dipilih oleh pemerintah para negara anggota Uni Eropa dan harus mendapat persetujuan dari Parlemen Eropa. Komisi Eropa bertindak secara independen dan tidak bisa mengikuti instruksi dari negara yang menunjuk mereka.

Komisi Eropa merupakan lembaga eksekutif independen UE. Tugas utamanya adalah merepresentasikan dan menjaga kepentingan Uni Eropa secara keseluruhan. Komisi Eropa bertanggung jawab dalam membuat draft proposal untuk hukum-hukum Eropa yang harus dipresentasikan ke parlemen dan dewan menteri. Sebagai lembaga eksekutif, komisi Eropa menjalankan segala keputusan yang ditetapkan oleh parlemen UE dan dewan menteri, dengan kata lain lembaga yang menjalankan tugas harian UE, menerapkan kebijakan, menjalankan program-program dan mendistribusikan dana serta mewakili UE di forum-forum internasional. (Kajian Eropa, 2009)

Kondisi ini menyeabkan Uni Eropa sebagai lembaga yang menaungi Yunani sebagai anngota mengambil langkah cepat dan tepat dalam menangani krisis Yunani. Di dalam Uni Eropa keputusan sepenuhnya di ambil oleh Dewan Eropa dengan proposal yang diajukan oleh komisi. Lebih dahulu tentu harus di pahami fungsi dari masing-masing lembaga di Uni Eropa ini. Komisi Eropa dibentuk bersamaan dengan parlemen dan dewan menteri (1950 an) berdasarkan traktat pendirian. Komisi Eropa berkedudukan di Brussels dan Luxemburg. Anggotanya sebanyak 27 (satu negara satu komisioner) dipilih sekali dalam 5 tahun. Anggota komisi Eropa mengadakan pertemuan sekali dalam 1 minggu di Brussels.


(43)

30 2. Dewan Uni Eropa

Merupakan badan legislatif dan pembuat keputusan di UE yang keanggotaannya terdiri dari menteri-menteri dari pemerintahan negara-negara anggotanya. Dewan ini memiliki seorang Presiden dan seorang Sekretaris Jendral, serta merupakan badan yang memiliki otoritas paling utama dalam pengambilan keputusan di Uni Eropa dikarenakan pembahasan isu-isu kontemporer dilakukan oleh anggota dewan yang kompatibel. Presiden Dewan adalah seorang Menteri dari negara yang sedang memegang jabatan Kepresidenan Dewan Eropa (European Summit), sedangkan Sekretaris Jendral adalah kepala dari Sekretariat Dewan yang dipilih oleh negara anggota. Sekretaris Jendral juga melayani sebagai High Representative for the Common Foreign and Security Policy (CFSP). Dewan ini dibantu oleh Komite Perwakilan Tetap (COREPER), yang terdiri dari duta-duta besar atau deputinya dari wakil diplomatik dari negara-negara anggota, karena anggota dewan yang melakukan pertemuan bukan anggota tetap. Dalam setiap pertemuan dewan, menteri yang hadir adalah ornag yang kompeten di bidangnya. Misalnya isu yang akan dipecahkan adalah isu pangan. Maka yang hadir adalah menteri pangan masing-masing negara anggota dan Presiden Dewan beserta Sekretaris Jenderalnya. Sehingga, akan terjadi kompatibilitas yang maksimal dalam menangani masalah yang sedang dihadapi oleh Uni Eropa khususnya.


(44)

31 3. Parlemen Eropa

Badan yang berbentuk parlementer di Uni Eropa ini dipilih oleh warga sipil masing-masing negara setiap 5 tahun sekali. Badan ini melakukan fungsi pengontrolan terhadap Komisi Eropa namun tidak bisa merumuskan undang-undang baru. Parlemen Eropa hanya bisa mengamandemen atau memveto undang-undang yang diajukan. Dalam beberapa kebijakan, parlemen hanya dijadikan sebagai konsultan karena dinilai ada beberapa kebijakan yang memang tidak menjadi wewenang parlemen. Anggaran Uni Eropa juga dikontrol oleh badan ini. Dengan kata lain, parlemen bertindak sebagai democratic supervisor karena memang dipilih langsung oleh warga sipil Uni Eropa dengan kebijakan pemilihan oleh masing-masing negara anggota yang jumlahnya ditentukan minimal 5 orang perwakilan setiap negara dan satu negara tidak bisa memiliki lebih dari 99 kursi dalam parlemen. Sehingga segala kebijakan yang diambil oleh parlemen murni untuk rakyat Uni Eropa sebagai penentu hukum dan kebijakan tertinggi yang menjunjung asas-asas demokrasi.

4. Bank Sentral Eropa

Salah satu tujuan pendirian Uni Eropa adalah tujuan ekonomi. Badan ini adalah badan yang bertanggung jawab terhadap kebijakan moneter negara-negara anggotanya yang menggunakan Euro sebagai mata uangnya. Kebijakan Bank Sentral Eropa lebih kepada pengaturan mata uang agar tercipta kestabilan ekonomi baik itu dengan cara menahan laju inflasi, mengatur bunga pinjaman, mengatur margin recruitment, dan kapitalisasi untuk bank lain atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir yang tentunya didasari kebijakan yang diterapkan di Uni Eropa yang telah disepakati


(45)

32

bersama. Kebijakan moneter yang diterapkan oleh Bank Sentral Eropa pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka Bank Sentral akan mengeluarkan kebijakan moneter yang dapat dipakai untuk memulihkan keadaan ekonomi. Kebijakan moneter yang diupayakan adalah untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral Eroap akan berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali. Terutama jika mulai terjadi gejala kemerosotan keuangan negara-negara anggotanya. Namun, pemberian bailout ataupun bantuan tetap didasari oleh kesepakatan yang dibicarakan tentunya.

Selain beberapa lembaga tersebut, ada lembaga lain yang juga memiliki peranan penting yakni Dewan Eropa dan Mahkamah Eropa yang didirikan sejak tahun 1952. Badan ini merupakan badan hukum tertinggi di Uni Eropa. Seperti badan hukum lainnya, Mahkamah Eropa memiliki beberapa tugas inti yaitu:

a. Menafsirkan hukum yang berlaku di Uni Eropa dengan bentuk-bentuk mekanisme peraturan.

b. Menyelesaikan permasalahan yang terjadi di Uni Eropa (negara, korporasi, maupun individu).

c. Memastikan semua hukum, perundang-undangan, dan traktat di Uni Eropa dipatuhi oleh semua elemennya.


(46)

33

Mahkamah Eropa dibantu oleh pengadilan-pengadilan negeri masing-masing anggota. Terdapat 27 jaksa dalam mahkamah ini karena setiap negara hanya mengirimkan satu jaksanya untuk duduk dalam majelis. Semua jaksa ini dipimpin oleh seorang presiden yang ditunjuk oleh 27 jaksa anggota.

C. Proses Pengambilan Keputusan di Dalam Uni Eropa

Sebagai sebuah organisasi internasional Uni Eropa mempunyai landasan dalam melakukan kerjasama dalam kaitannya untuk pengambilan keputusan. Struktur organisasi Uni Eropa dipayungi oleh tiga pilar kerjasama:

1. Komunitas Eropa (”European Community”) merupakan kerangka hokum yang mewadahi kebijakan komunitas yang berhubungan dengan pasar tunggal (“single market), perdagangan international, bantuan pembangunan, kebijakan moneter, pertanian, perikanan, lingkungan, pembangunan daerah, energi dstnya.

2. Kebijakan keamanan dan hubungan luar negeri (“Common Foreign and Security Policy/CFSP”);

3. Peradilan dan masalah dalam negeri (“Justice and Home Affairs”) yang menangani kerjasama di bidang hukum perdata dan pidana, kebijakan keimigrasian dan asylum, pengawasan perbatasan, pengawasan lalu lintas obat terlarang, kerjasama kepolisian dan pertukaran informasi.


(47)

34

Ketiga pilar ini diarahkan pada tujuan-tujuan utama dan diatur menurut prinsip-prinsip dasar dan sebagian dengan satu kerangka institusi. Tujuan-tujuan utama dari Uni Eropa adalah meningkatkan kemajuan ekonomi dan sosial, terutama dengan penciptaan pasar bebas, pemerataan ekonomi dan sosial serta melalui pendirian integrasi ekonomi dan moneter termasuk mata uang tunggal (EURO). Untuk hubungan eksternal keluar, tujuan utama Uni Eropa adalah untuk lebih menonjolkan identitas ataupun peranan Uni Eropa dalam percaturan internasional, khususnya kebijakan bersama di bidang keamanan dan hubungan luar negeri termasuk pembangunan kebijakan pertahanan bersama.

Adapun prinsip-prinsip dasar yang dianut Uni Eropa adalah menghargai identitas nasional anggota, demokrasi, dan menjunjung hak azasi manusia.

Tabel 1: Decision Making di Uni Eropa

Sumber: Based on John Peterson, ‘Decision-making in the European Union: Towards a Framework for Analysis’, (Journal of European Public Policy , 2, 1, 1995: 71)


(48)

35

Prosedur pengambilan keputusan standar Uni Eropa dikenal sebagai 'Ordinary Prosedur Legislatif' (ex "codecision"). Ini berarti bahwa Parlemen Eropa dipilih secara langsung harus menyetujui undang-undang Uni Eropa bersama-sama dengan Dewan (pemerintah dari 28 negara Uni Eropa).

Sebelum Komisi mengusulkan inisiatif baru itu menilai konsekuensi ekonomi,sosial dan lingkungan yang potensial yang mereka miliki. Hal ini dilakukan dengan mempersiapkan penilaian dampak yang menetapkan keuntungan dan kerugian dari pilihan-pilihan kebijakan yang mungkin.

Komisi Eropa juga berkonsultasi pihak yang berkepentingan seperti lembaga swadaya masyarakat, pemerintah daerah dan perwakilan dari industri dan masyarakat sipil. Kelompok ahli memberikan saran pada masalah teknis. Dengan cara ini, Komisi memastikan bahwa usulan legislatif sesuai dengan kebutuhan mereka yang paling prihatin dan menghindari birokrasi yang tidak perlu.

Warga, bisnis dan organisasi dapat berpartisipasi dalam prosedur konsultasi melalui website Konsultasi publik . Sedangkan Parlemen Nasional secara resmi dapat menyatakan keberatan mereka jika mereka merasa bahwa akan lebih baik untuk menangani masalah di tingkat nasional daripada tingkat Uni Eropa.


(49)

36

Diagram 1: Distribusi Kekuatan di Uni Eropa

Parlemen Eropa dan Dewan Ulasan proposal oleh Komisi dan mengusulkan amandemen. Jika Dewan dan Parlemen tidak dapat setuju atas amandemen, pembacaan kedua berlangsung.

Dalam pembacaan kedua, Parlemen dan Dewan dapat kembali mengusulkan amandemen. Parlemen memiliki kekuasaan untuk memblokir undang-undang yang diusulkan jika tidak setuju dengan Dewan. Jika kedua lembaga sepakat amandemen, undang-undang yang diusulkan dapat diadopsi. Jika mereka tidak setuju, sebuah komite konsiliasi mencoba untuk menemukan solusi. Baik Dewan dan Parlemen dapat memblokir proposal legislatif di pembacaan akhir. (European Parliament, 2016)

Dalam tugas keseharian komisi Eropa dibagi menjadi direktorat jenderal (Dirjen) yang dibagi berdasarkan departemen-departemen bidang. Draft proposal di statu bidang akan disusun oleh Dirjen terkait melalui konsultasi dengan menteri negara terkait, lembaga masyarakat, bisnis dan Dirjen terkait di Komisi sendiri. Keputusan


(50)

37

tentang pengajuan draft proposal ke parlemen dan dewan menteri dilakukan berdasarkan “simple majority vote”

Uni Eropa menerapkan sistem bikameral atau sistem “dua kamar” legislatif. Dalam hal ini, Council of Ministers tidaklah menjadi satu-satunya institusi legislatif Uni Eropa, melainkan terdapat Parlemen Eropa (European Parliament) yang juga menjadi pelaksana fungsi legislatif. Bersama dengan Palemen Eropa (European Parliament), sebuah kebijakan pada skala Uni Eropa akan dibahas dan dilegalkan. Council of Ministers dan Parlemen Eropa memiliki kedudukan yang setara sebagai pelaksana fungsi legislatif Uni Eropa. Wewenang tersebut diatur dalam co-decision procedure yang memungkinkan pembuatan kebijakan untuk dilakukan melalui persetujuan di kedua institusi legislatif tersebut. Codecision procedure mulai diterapkan sejak disetujuinya Maastrict Treaty atau Treaty of the European Union (TEU) pada awal 1990an. Sebelum diberlakuakannya codecision procedure, Uni Eropa menerapkan sistem yang berbeda, yaitu consultation procedure dan cooperation procedure. Baik consultation maupun cooperation procedures, keduanya menempatkan Parlemen Eropa di posisi yang tidak setara dengan Council of Ministers dalam ranah legislatif. Sebagai implikasinya, Council of aMinister memiliki kewenangan lebih tinggi dibanding parlemen yang hanya menjadi lembaga konsultatif tanpa kewenangan legislatif yang kuat. Meskipun demikian, sejak diberlakuakannya codecision procedure, kebijakan yang akan diambil oleh Uni Eropa haruslah mendapat persetujuan dari kedua kamar legislatif tersebut.


(51)

38

Benturan kepentingan di Uni Eropa adalah hal yang sangat mungkin terjadi dalam pengambilan keputusan. Kepentingan Umum idealnya lebih didahulukan dari pada kepentingan pribadi. Jadi, kepentingan Regional seharusnya merupakan representasi dari keseluruhan kepentingan nasional. Salah satu tujuan Uni Eropa adalah membangun kekuatan secara bersama, dan hal ini bisa diimplementasikan dalam proses pembuatan keputusan. Seperti halnya penetapan mata uang standar regional, meskipun ada tiga negara yang hingga saat ini belum meratifikasinya, namun hal ini cukup untukmenunjukkan bahwa mereka mau secara bersama membangun kekuatan ekonomi atas dasar regional.

Krisis finansial yang terjadi di Yunani juga dipengaruhi oleh krisis finansial global yang berpengaruh pada sistem finansial negara-negara zona euro terutama yang memiliki defisit anggaran tinggi. Hal ini terjadi karena faktor globalisasi dalam sistem finansial dunia yang menciptakan keterkaitan antara sektor finansial hampir di setiap negara di dunia termasuk antara Amerika Serikat yang menjadi tempat berawalnya krisis finansial global akibat krisis subprime mortgage yang dialaminya dengan negara-negara Uni Eropa. Menurut pengamat ekonomi David Sumual, eksposur Amerika Serikat pada surat utang Uni Eropa secara keseluruhan mencapai US$3,4 triliun pada 2010, angka ini belum termasuk eksposur reksadana yang diperkirakan mencapai US$1 triliun.

Berawal dari Yunani pada tahun 2009, krisis finansial terus berdampak pada negara-negara zona euro lainnya, yakni Irlandia dan Portugal. Kemudian juga mempengaruhi sistem finansial Spanyol dan Italia yang merupakan ekonomi keempat dan ketiga terbesar di zona euro. Selain karena faktor keterkaitan finansial, kondisi


(52)

39

tersebut juga terjadi karena faktor mata uang tunggal (euro) yang mereka gunakan. Dengan menggunakan mata uang bersama negara-negara tersebut kehilangan kekuasaannya untuk mendevaluasi nilai mata uangnya ketika terjadi penurunan aktivitas ekonomi. Kondisi finansial Yunani semakin melemah hingga berdampak pada resesi ekonomi. Situasi tersebut menimbulkan kekhawatiran yang besar tidak hanya di pihak pemerintah Yunani tetapi juga Uni Eropa karena dampak yang ditimbulkan telah berpengaruh pada level regional. Apabila hal tersebut tidak ditangani dengan baik maka dapat mengancam ketahanan ekonomi Uni Eropa dan nilai mata uang euro.

Kelima negara zona euro tersebut rata-rata memiliki utang pemerintah yang melebihi 50% dari total jumlah PDB-nya. Antara lain Yunani dengan rasio utang tertinggi yakni 150% per PDB dan Spanyol 80% per PDB pada 2012

Uni Eropa merupakan sebuah organisasi internasional dengan beranggotakan negara-negara di dataran benua Eropa Barat. Dengan kerjasama ekonomi berbasis kerjasama multilateralisme, dapat dikatakan Uni Eropa merupakan kekuatan yang cukup kuat dalam menyaingi perekonomian Amerika Serikat. Namun seiring dengan berjalannya waktu, sistem yang digunakan mulai tidak mampu lagi menyeimbangi setiap Negara Anggota Uni Eropa satu sama lain. Mata uang Euro di Eropa dgunakan oleh 17 sistem ekonomi yang berbeda, dan perlahan telah gagal untuk menciptakan sebuah kesatuan mata uang. Perbedaan antara pemasukan dan pengeluaran semakin meluas, yang diindikasikan oleh beberapa Negara Anggota yang terus menjadi pelanggan meminjam uang. Sebelumnya kasus yang hampir sama pernah terjadi di pengalaman sebelumnya, oleh Argentina.


(53)

40

Perlahan krisis perekonomian di Uni Eropa tidak dapat terelakkan lagi. Bantuan paket likuiditas untuk Yunani pada tanggal 9 Mei 2010 sebanyak 750 miliar Euro begitu mengejutkan. Ditambah Yunani tidak ingin menjalankan persyaratan dari troika (pemberi pinjaman dana) untuk melakukan penghematan. Akibatnya mata uang Euro merosot tajam ditambah dengan perhitungan hutang Eropa yang diukur dalam besaran triliun Euro. Hal tersebut dihadapi Uni Eropa dengan persiapan reformasi pemerintahan ekonomi secara tersistematis. Beberapa upaya yang dilakukan oleh Uni Eropa adalah dengan melakukan beberapa program baru untuk dijalankan para Negara Anggota dan juga negara sekitar di wilayah benua Eropa. Selain itu dengan Perjanjian Euro Plus, Negara-negara Anggota akan melakukan pertemuan serta membuat perjanjian yang sebagian besar membicarakan pemerintahan ekonomi dan komitmen tersebut termasuk dalam Program Reformasi Nasional.

Permasalahan yang terjadi kali ini merupakan rantai kelanjutan yang terjadi sejak tahun 2009. Akibat adanya perbedaan sistem politik di masing-masing Negara Anggota, pengawasan atas penggunaan dana yang dipinjam tidak lagi dapat ditinjau secara maksimal oleh Uni Eropa. Tetapi melihat upaya-upaya yang tengah ditempuh Uni Eropa untuk menyelesaikan krisis ini, nampaknya dapat dilihat sebagai upaya reformasi yang signifikan untuk perbaikan krisis finansial. Dengan adanya sistem kontrol peminjaman dana yang lebih transparan dan peraturan yang dibuat lebih ketat untuk dipatuhi para Negara Anggota, diharapkan krisis tersebut secara perlahan dapat diatasi dengan baik dan lebih memajukan Uni Eropa sebagai sebuah kekuatan ekonomi yang paling kokoh diseluruh dunia.


(54)

41

Pada Mei 2010, para pemimpin Eurozone dan IMF mengumumkan paket tiga tahun

dari € sekitar $ . . . dala e tuk pi ja a u tuk Yu a i pada

tingkat bunga berbasis pasar. Dari € . . . , ya g Negara Eurozone erja ji u tuk e erika ko tri usi € sekitar $ iliar

da IMF erja ji u tuk erko tri usi € $ iliar . Pe aira da a dilakuka

dengan syarat pelaksanaan reformasi ekonomi. Mencari untuk mencegah penyebaran krisis di luar Yunani, para pemimpin Uni Eropa juga menciptakan Mei 2010 sebuah Mekanisme Eropa baru untuk memberikan bantuan keuangan kepada negara-negara anggota Eurozone di bawah tekanan Pasar. Mekanisme ini terdiri dari dua, fasilitas pinjaman sementara tiga tahun

ya g isa e erika pi ja a se esar € . . . $ iliar u tuk Eurozone

anggota menghadapi krisis. Mekanisme Stabilitas Eropa (ESM),untuk menggantikan fasilitas sementara setelah mereka berakhir pada pertengahan 2013. (Nelson M, Rebecca , Et all, 2010 : 5-6)

D. Peranan Uni Eropa Sebagai Badan Internasional kawasan dan juga regionalisme Banyak ahli yang berpandangan kawasan (region) adalah daerah yang secara geografis berdekatan. Menurut Mansbaach, region atau kawasan adalah “pengelempokan regional diidentifikasi dari basis kedekatan geografis, budaya, perdagangan dan saling ketergantungan ekonomi yang saling menguntungkan, komunikasi serta keikutsertaan dalam organisasi internasional”. (Raymond F. Hopkins dan Richard W. Mansbach: 1973). (Nuraeini S., Deasy Silvya dan Arfin Sudirman, 2010)


(55)

42

Sedangkan regionalisme tidak selalu didefinisikan berdasarkan letak geografis yang berdekatan. Berdasarkan kedekatan letak geografis, maka regionalisme berarti konsentrasi tidak seimbang dari aliran ekonomi atau koordinasi kebijakan-kebijakan ekonomi luar negeri antara sebuah kelompok negara-negara yang berdekatan secara geografis dengan yang lainnya. Dapat juga berarti konsentrasi hubungan-hubungan politik-militer antara negara-negara yang secara geografis berdekatan (Edward D. Mansfield dan Helen V. Milner, 1997: 3).

Sedangkan apabila tidak memasukkan letak geografis sebagai kriteria definisi regionalisme, Benjamin Cohen mengatakan bahwa sebuah kelompok dari negara-negara yang secara bersama mengandalkan mata uang salah satu negara-negara anggotanya berarti sebuah kawasan mata uang, walaupun negara-negara tersebut tidak harus berada di lokasi yang berdekatan. Lebih jauh, negara-negara yang berbagi budaya, bahasa, agama, atau latar belakang etnis yang sama -tetapi tidak berdekatan secara geografis- dapat dianggap sebagai rekan regional (Edward D. Mansfield dan Helen V. Milner, 1997: 3-4).

Uni Eropa adalah sebuah IGO (International Governmental Organization) yang pada dasarnya negara-negara anggotanya telah menyerahkan sebagian kedaulatan mereka kepada Uni Eropa, sehingga ia dikatakan Supranational IGO. Bahkan UE telah menjadi salah satu dari tujuan-tujuan yang diungkapkan melalui penyatuan kebijakan politik, ekonomi, sosial, luar negeri, dan pertahanan negara-negara anggotanya (Daniel S. Papp, 2002: 84).


(56)

43

Peranan organisasi internasional menurut Clive Archer (1983: 136-137) adalah sebagai berikut (T. May Rudy, 2005: 29):

1) Instrumen (alat/sarana), yaitu untuk mencapai kesepakatan, menekan intensitas konflik (jika ada) dan menyelaraskan tindakan.

2) Arena (forum/wadah), yaitu untuk berhimpun berkonsultasi dan memprakarsai pembuatan keputusan secara bersama-sama atau perumusan perjanjian-perjanjian internasional (convention, treaty, protocol, agreement dan lain sebagainya).

3) Pelaku (aktor), bahwa organisasi interasional juga bisa merupakan aktor yang autonomous dan bertindak dalam kapasitasnya sendiri sebagai organisasi internasional dan bukan lagi sekedar pelaksanaan kepentingan anggota-anggotanya

Untuk fungsi dari organisasi internasional, menurut Clive Archer (1983: 152-169) ada sembilan fungsi dari organisasi internasional yakni sebagai berikut (T. May Rudy, 2005: 29):

1) Artikulasi dan agregasi kepentingan nasional negara-negara anggota; 2) Menghasilkan norma-norma (rejim);

3) Rekrutmen; 4) Sosialisasi;

5) Pembuatan keputusan (rule making); 6) Penerapan keputusan (rule application);

7) Penilaian/penyelarasan keputusan (rule adjunstion); 8) Tempat memperoleh informasi;


(57)

44

Saat ini melihat keadaan Uni Eropa yang ingin menstabilkan dan memperbaiki perekonomian. Selain itu beberapa partner di Eropa lebih sering mendahulukan kepentingan nasional masing-masing dibanding kepentingan kolektif dan solidaritas yang dibutuhkan. Harapan selanjutnya adalah agar negara-negara di Uni Eropa mengurangi kepentingan masing-masing dan memberikan bantuan satu sama lain. Upaya Uni Eropa dalam Menangani Krisis Finansial Yunani.

Dalam melaksanakan upaya untuk menangani krisis finansial Yunani, Uni Eropa mengaktualisasikan peran dan fungsinya sebagai IGO yakni sebagai: 1) sarana/ instrumen bagi para petinggi Uni Eropa untuk mencapai kesepakatan bersama untuk memberi bantuan finansial kepada Yunani; 2) menjalankan fungsi operasional melalui EFSF (European Financial Stability Facility) dan ESM (European Stability Mechanism) dalam penyediaan bantuan finansial bagi Spanyol; 3) menjalankan fungsi pembuatan aturan (rule making) terhadap Spanyol dalam skema penerimaan bantuan finansial; 4) melaksanakan sejumlah upaya di tingkat regional untuk menyelesaikan krisis finansial di zona euro di mana Yunani termasuk di dalamnya.


(58)

45

BAB III

KRISIS KEUANGAN YUNANI DAN KONDISI EKONOMI EROPA

Pada bab ini akan menjelaskan secara singkat tentang krisis yunani, dan faktor-faktor major penyebab adanya krisis yunani. Faktor-faktor-faktor tersebut dibagi menjadi 2 bagian, yaitu faktor internal dan eksternal

A. Krisis Yunani

Permasalahn ekonomi Yunani dimulai pada tahun 1947, pada saat itu Yunani mulai memasuki babak baru dalam pemerintahannya setelah berganti status dari junta militer menjadi sosialis. Lahirnya pemerintahan baru ini kemudian memaksa Yunani untuk mendapatkan pinjaman dana untuk membangun infrastrukturnya. Seiring dengan pembangunan infarstruktur tersebut, dana utang banyak tersedot untuk biaya subsidi, dana pension gaji PNS dll yang berujung pada kegagalan Yunani membayar hutangnya. Hingga mulai tahun 1993 nilai hutang Yunani telah melampaui GDP-nya, bahkan saat ini hutang Yunani telah memiliki beban utang yang sangat besar, mencapai 177 persen dari produk domestik bruto, atau PDB. (The New York Times, 2012)

Keadaan ini membuat yunani sulit mengumpulkan uang yang dibutuhkan untuk melakukan pembayaran utang. Selama lima tahun terakhir, Yunani melakukan negosiasi dengan Komisi Eropa, Bank Sentral Eropa, dan Dana Moneter Internasional terkait bantuan keuangan untuk mengatasi beban utang mereka. Ketiga lembaga ini dikenal dengan sebutan "troika". Sejak 2010, Troika memberikan pinjaman kepada Yunani dengan syarat penaikan pajak dan pemotongan belanja.Namun, Yunani tak juga


(1)

tujuan-tujuan yang diungkapkan melalui penyatuan kebijakan politik, ekonomi, sosial, luar negeri, dan pertahanan negara-negara anggotanya.

Peranan organisasi internasional menurut Clive Archer adalah sebagai berikut:

1) Instrumen (alat/sarana), yaitu untuk mencapai kesepakatan, menekan intensitas konflik (jika ada) dan menyelaraskan tindakan.

2) Arena (forum/wadah), yaitu untuk berhimpun berkonsultasi dan memprakarsai pembuatan keputusan secara bersama-sama atau perumusan perjanjian-perjanjian internasional (convention, treaty, protocol, agreement dan lain sebagainya).

3) Pelaku (aktor), bahwa organisasi interasional juga bisa merupakan aktor yang autonomous dan bertindak dalam kapasitasnya sendiri sebagai organisasi internasional dan bukan lagi sekedar pelaksanaan kepentingan anggota-anggotanya

Untuk fungsi dari organisasi internasional, menurut Clive Archer ada sembilan fungsi dari organisasi internasional yakni sebagai berikut (T. May Rudy, 2005: 29):

1) Artikulasi dan agregasi kepentingan nasional negara-negara anggota; 2) Menghasilkan norma-norma (rejim);

3) Rekrutmen; 4) Sosialisasi;

5) Pembuatan keputusan (rule making); 6) Penerapan keputusan (rule application);

7) Penilaian/penyelarasan keputusan (rule adjunstion); 8) Tempat memperoleh informasi;

9) Operasionalisasi; antara lain pelayanan teknis, penyedia bantuan.

Dalam melaksanakan upaya untuk menangani krisis finansial Yunani, Uni Eropa mengaktualisasikan peran dan fungsinya sebagai IGO yakni sebagai: 1) sarana/ instrumen bagi para petinggi Uni Eropa untuk mencapai kesepakatan bersama untuk memberi bantuan finansial


(2)

kepada Yunani; 2) menjalankan fungsi operasional melalui EFSF (European Financial Stability Facility) dan ESM (European Stability Mechanism) dalam penyediaan bantuan finansial bagi Spanyol; 3) menjalankan fungsi pembuatan aturan (rule making) terhadap Spanyol dalam skema penerimaan bantuan finansial; 4) melaksanakan sejumlah upaya di tingkat regional untuk menyelesaikan krisis finansial di zona euro di mana Yunani termasuk di dalamnya.

PEMBAHASAN

Uni Eropa tentunya telah berupaya dengan berbagai cara untuk menyelesaikan krisis ekonomi ini. Beberapa upaya yang telah dilakukan Uni Eropa adalah:

1. Mendirikan The European Stability Facility (EFSF)

Program ini dibentuk oleh negara anggota Uni Eropa sejak 9 Mei 2010. Mandat EFSF adalah untuk mengamankan kestabilan finansial di Eropa dengan menyediakan asistensi Euro di area Negara Anggota. EFSF berwenang untuk menggunakan instrumen sebagai berikut:

a. Memberikan bantuan pinjaman kepada negara-negara yang mengalami kesulitan finansial.

b. Ikut campur dengan hutang primer dan pasar kedua. Campur tangan di pasar kedua hanya akan diberlakukan pada basis ECB yang menyadari adanya pengecualian sirkulasi pasar finansial dan resiko stabilitas keuangan.

c. Beraksi pada basis program pertahanan

d. Kapitalisme ulang pada institusi keuangan melalui bantuan untuk pemerintahan.

e. EFSF memiliki jaminan dan komitmen dari Negara Anggota Uni Eropa dengan jumlah dana sebesar 780 miliar Euro dan memiliki kapasitas peminjaman uang sebesar 440 miliar Euro. Anak organisasi ini telah cukup banyak membantu penyelesaian krisis ekonomi dengan meminjamkan dana kepada negara yang sedang membutuhkan agar dapat mengembangkan perekonomian negaranya.


(3)

2. Bantuan melalui ESM terhadap Yunani

Mekanisme Stabilitas Eropa (ESM) merupakan komponen penting dari strategi Uni Eropa yang komprehensif yang dirancang untuk menjaga stabilitas keuangan dalam wilayah euro. Seperti pendahulunya yang bersifat sementara, Fasilitas Stabilitas Keuangan Eropa (EFSF) yang didirikan pada tahun 2010, ESM menyediakan bantuan keuangan ke Eurozone untuk negara-negara Anggota yang mengalami atau terancam oleh kesulitan pendanaan. ESM akan memberikan Yunani dengan sampai € 86000000000 bantuan keuangan selama tiga tahun. Pemerintah Yunani akan menggunakan dana tersebut untuk pembayaran hutang, rekapitalisasi sektor perbankan, tunggakan clearance, dan pembiayaan anggaran. Dalam rangka untuk kembali ekonominya ke lintasan pertumbuhan dan membuat beban utang yang berkelanjutan, pemerintah Yunani telah berkomitmen untuk serangkaian reformasi ekonomi jauh.

Perjanjian pinjaman (Perjanjian Fasilitas Bantuan Keuangan) juga disetujui oleh ESM Dewan Gubernur pada tanggal 19 Agustus 2015. Jumlah yang tepat dari bantuan keuangan ESM akan tergantung pada (IMF) keputusan Dana Moneter Internasional mengenai partisipasinya dalam pembiayaan program, dan pada keberhasilan langkah-langkah reformasi oleh Yunani, termasuk privatisasi aset negara. Pencairan bantuan keuangan ESM ke Yunani 1 (max Total berkomitmen. 86000000000 €; periode ketersediaan berakhir pada 20 Agustus 2018) (ESM programme for Greece, 2016)

3. Pembentukan Satuan Tugas Pemberian Bantuan Terhadap Yunani

Dalam melaksanakan tugasnya untuk memberikan bantuan terhadap Yunani, terdapat skema-skema yang dilalui Uni Eropa sebagai Organisasi Internasional. Pada bulan Juli 2011, Komisi Uni Eropa menyiapkan Satuan Tugas untuk Yunani pada permintaan Pemerintah Yunani, dan ditunjuk Horst Reichenbach sebagai Kepala nya. Tujuan utama dari Satuan Tugas adalah:

a. untuk mengidentifikasi dan mengkoordinasikan bantuan teknis bahwa Yunani perlu untuk memenuhi persyaratan program penyesuaian Uni Eropa / IMF. Hal ini dilakukan dengan bekerja sama dengan Yunani dan manfaat dari masukan dari negara-negara anggota lainnya;

b. untuk membantu pihak berwenang Yunani yang relevan dalam mendefinisikan rincian jenis bantuan teknis yang akan diberikan; dan untuk merekomendasikan legislatif, peraturan, administrasi dan jika perlu (re) pemrograman langkah-langkah untuk mempercepat take-up dana


(4)

Uni Eropa, fokus pada daya saing, pertumbuhan dan lapangan kerja. Satuan Tugas untuk Yunani telah digantikan oleh Dinas Struktural Dukungan Reformasi Setelah memiliki lembaga pemeringkat kredit lebih lanjut menurunkan kemampuan Yunani untuk mencapai dan premi risiko pada Yunani jangka panjang obligasi pemerintah rekor pertama, pemerintah Yunani pada 23 April 2010 meminta bantuan keuangan resmi oleh Uni Eropa dan IMF.

4. Program penyesuaian Ekonomi Untuk Yunani

Dalam pemberian bantuan finansial kepada Yunani, Uni Eropa menyertakan beberapa aturan yang harus ditaati Yunani. Hal ini bertujuan agar bantuan yang diberikan dapat berjalan efektif dan efisien. Aturan-aturan ini ditetapkan melalui program penghematan anggaran negara penerima bantuan dengan nama European Adjustment Progtram (EAP). Program ini diberlakukan pada tanggal 9 Mei 2010, ketika pemerintah Yunani, European Commission (Komisi Eropa), ECB, dan IMF sepakat untuk melaksanakan Economic Adjustment Programme (Program Penghematan Ekonomi) sebagai timbal balik atas bantuan ekonomi yang diberikan oleh Negara-negara anggota Eurozone (Zona Eropa) dan IMF kepada Yunani, yaitu sebesar 110 milyar euro untuk jangka waktu tiga tahun.

Pemberlakukan EAP dituang dalam nota kesepahaman, yaitu Memorandum of Economic and Financial Policies (Nota Kebijakan Ekonomi dan Keuangan) yang menjelaskan secara detail kebijakan-kebijakan apa saja yang harus diterapkan oleh pemerintah Yunani. Kesepakatan antara pemerintah Yunani dan Uni Eropa dalam rangka pengetatan anggaran ini memiliki visi untuk mengurangi secara signifikan defisit anggaran Yunani menjadi di bawah 3% dari jumlah PDB pada tahun 2014

Yunani adalah negara pertama dalam keanggotaan Eurozone (Zona Eropa) yang meminta bantuan dan menandatangani nota kesepahaman dengan European Commission (Komisi Eropa) dan ECB dalam rangka mencegah kejatuhan perekonomian akibat krisis. Penerapan EAP akan dievaluasi secara periodikal oleh Uni Eropa dan Uni Eropa berhak memberikan rekomendasi reformasi struktural kepada pemerintah Yunani. European Commission (Komisi Eropa) dan ECB akan bertanggungjawab secara penuh untuk mengawasi implementasi kesepakatan-kesepakatan yang tertuang dalam memorandum. Program Penyesuaian Ekonomi (EAP) Pertama untuk Yunani,


(5)

KESIMPULAN

Uni Eropa bertanggung jawab bagi negara anggotanya sebagai satu kesatuan. Apalagi setelah dibentuknya European Central Bank (Bank Sentral Eropa) dalam tubuh Uni Eropa yang memiliki tanggung jawab dalam masalah moneter negara zona euro serta adanya bentuk kesepakatan yang dilakukan oleh ECB, IMF dan Uni Eropa melalui Economic Adjustment Programme (EAP), The European Financial Stability Facility (EFSF) dan The Stability and Grow Pact yang merupakan bentuk program Uni Eropa yang diterapkan untuk perekonomian yunani.

Dalam pemberian bantuan finansial kepada yunani, uni eropa menyertakan beberapa aturan yang harus ditaati yunani. Hal ini bertujuan agar bantuan yang diberikan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Aturan-aturan ini ditetapkan melalui program penghematan anggaran Negara penerima bantuan dengan nama Eroupean Adjustment Program (EAP).

Pemberlakuan EAP dituang dalam nota kesepahaman, yaitu Memorandum of Economic and Financial policies (Nota kebijakan Ekonomi dan Keuangan) yang menjelsakan secara detail kebijakan-kebijakan apa saja yang harus diterapkan oleh pemerintah yunani. Yunani adalah Negara pertama dalam keanggotaan Eurozone (zona eropa) yang meminta bantuan dan menandatangani nota kesepahaman dengan Komisi Eropa dan Bank Sentral Eropa dalam rangka mencegah kejatuhan perekonomian akibat krisis.

Penerapan EAP dievaluasi secara periodikal oleh Uni Eropa dan Uni Eropa berhak memberikan rekomendasi reformasi struktural kepada pemerintah Yunani. Komisi Eropa dan Bank Sentral Eropa akan bertanggung jawab secara penuh untuk mengawasi implementasi kesepakatan-kesepakatan yang tertuang dalam memorandum.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Edward D. Mansfield and Helen V. Milner, (1997) The Political Economy of Regionalism, , Columbia University, Ney York Press Hal 3-4

Raymond F. Hopkins dan Richard W. Mansbach, (1973) Structure and Process in International Politics , New York, Harper & Row

Teuku May Rudy, Drs. SH., MIR., M.sc,(2005) Administrasi dan Organisasi Internasional, PT Refika Aditama, bandung,