Hasil Bivariat Hasil Penelitian

2. Hasil Bivariat

Tabel 4.3 Hubungan Umur dengan Tingkat Kecemasan Klasifikasi Tingkat Kecemasan r p Kecemasan Minimal Kecemasan Ringan Kecemasan Sedang Kecemasan Berat Klasifikasi Umur Remaja Akhir 1 1 0,128 0,308 Dewasa Awal 8 1 Dewasa Akhir 20 1 1 1 Lansia Awal 21 7 2 1 Lansia Akhir 12 3 1 1 Manula 3 Total 65 13 4 3 Sumber : data primer 2016 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas pasien mengalami kecemasan minimal. Pasien yang mengalami kecemasan minimal paling banyak pada pasien berumur pada tahap lansia awal 46 - 55 yaitu sebanyak 21 pasien. Pasien yang mengalami kecemasan ringan paling banyak pada pasien dengan umur tahap lansia awal yaitu sebanyak 7 pasien. Pasien yang mengalami kecemasan sedang paling banyak pada pasien dengan umur tahap lansia awal yaitu 2 pasien. Pasien yang mengalami kecemasan berat terjadi pada pasien dengan umur tahap dewasa akhir, lansia awal dan lansia akhir yaitu masing-masing 1 pasien. Hasil analisis bivariat didapatkan nilai p = 0,308 yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan tingkat kecemasan pasien. Tabel 4.4 Hubungan Jenis Kelamin dengan Tingkat Kecemasan Klasifikasi Tingkat Kecemasan p Kecemasan Minimal Kecemasan Ringan Kecemasan Sedang Kecemasan Berat Jenis Kelamin Laki-laki 46 8 4 1 1,000 Perempuan 19 5 2 Total 65 13 4 3 Sumber : data primer 2016 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pasien laki-laki mayoritas mengalami kecemasan minimal. Pasien yang mengalami kecemasan ringan dan sedang pada pasien berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan sedangkan pasien yang mengalami kecemasan berat pada pasien berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan pasien berjenis kelamin laki-laki. Hasil analisis bivariat didapatkan hasil p = 0,257 yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan tingkat kecemasan pasien. Tabel 4.5 Hubungan Pekerjaan dengan Tingkat Kecemasan Klasifikasi Tingkat Kecemasan p Kecemasan Minimal Kecemasan Ringan Kecemasan Sedang Kecemasan Berat Pekerjaan Tidak Bekerja 26 7 2 2 0,963 Bekerja 39 6 2 1 Total 65 13 4 3 Sumber : data primer 2016 Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa pasien yang bekerja mayoritas mengalami kecemasan minimal. Pasien dengan kecemasan ringan pada pasien tidak bekerja lebih banyak dibandingkan yang bekerja. Pasien dengan kecemasan sedang pada pasien yang tidak bekerja sama dengan pasien yang bekerja. Pasien dengan kecemasan berat pada pasien yang tidak bekerja lebih banyak dibandingkan yang bekerja. Hasil analisis bivariat didapatkan nilai p = 0,656 yang berarti tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan tingkat kecemasan pasien. Tabel 4.6 Hubungan Lama Hemodialisis dengan Tingkat Kecemasan Klasifikasi Tingkat Kecemasan r p Kecemasan Minimal Kecemasan Ringan Kecemasan Sedang Kecemasan Berat Lama Hemodialisis 6 Bulan 6 2 1 -0,051 0,531 6 Bulan 59 11 3 3 Total 65 13 4 3 Sumber : data primer 2016 Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa pasien yang lama hemodialisisnya lebih dari 6 bulan sebagian besar mengalami kecemasan minimal. Pasien dengan kecemasan ringan dan sedang juga sebagian besar dialami pasien yang lama hemodialisisnya lebih dari 6 bulan. Pasien dengan kecemasan berat hanya terjadi pada pasien yang lama hemodialisinya lebih dari 6 bulan. Hasil analisis bivariat didapatkan hasil p = 0,531 yang berarti tidak terdapat hubungan antara lama hemodialisis dengan tingkat kecemasan pasien. Tabel 4.7 Hubungan Dukungan Sosial dengan Tingkat Kecemasan Klasifikasi Tingkat Kecemasan r p Kecemasan Minimal Kecemasan Ringan Kecemasan Sedang Kecemasan Berat Dukungan Sosial Baik 28 3 2 0,168 0,124 Buruk 37 10 2 3 Total 65 13 4 3 Sumber : data primer 2016 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa mayoritas pasien mengalami kecemasan minimal. Pasien dengan kecemasan minimal dan ringan pada pasien yang dukungan sosialnya buruk lebih banyak dibandingkan dengan pasien yang dukungan sosialnya baik. Pasien dengan kecemasan sedang pada pasien yang lama hemodialisisnya baik sama dengan pasien yang lama hemodialisisnya buruk. Pasien dengan kecemasan berat hanya terjadi pada pasien dengan dukungan sosialnya buruk. Hasil analisis bivariat didapatkan nilai p = 0,124 yang berarti tidak terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat kecemasan pasien.

C. Pembahasan

Dokumen yang terkait

Koping Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisa Di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan

18 79 79

Tingkat Kepatuhan Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis Reguler dalam Menjaga IDWG Normal di RSUP H. Adam Malik Medan September-Oktober 2014

3 73 81

Hubungan Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis Terhadap Sensitivitas Pengecapan di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan

3 100 81

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

0 2 83

GAMBARAN KELELAHAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

0 3 69

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN MEKANISME KOPING PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH II YOGYAKARTA

13 63 115

KUALITAS TIDUR PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI UNIT HEMODIALISIS RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

0 3 77

TINGKAT SPIRITUALITAS PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS DI UNIT HEMODIALISIS RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

0 2 81

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INTRADIALISIS HIPOTENSI PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISIS

0 7 6

PENGARUH BIMBINGAN DZIKIR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - PENGARUH BIMBINGAN DZIKIR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG

0 0 10