5.3. Pembahasan 5.3.1. Distribusi Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea Atas Indikasi Partus
Tidak Maju di RSUD Dr. Pringadi Medan Berdasarkan Sosiodemografi
Kejadian partus tidak maju di RSUD Dr. Pringadi lebih banyak terjadi pada usia 20-34 tahun yaitu sebanyak 42 orang82 . Hal ini sejalan dengan
penelitian Sihaholo 2009 yang mendapatkan bahwa penderita partus tidak maju terbanyak pada kelompok usia resiko rendah 20-34 tahun yaitu 59 orang
68.6. Banyaknya wanita yang menikah di usia 20-34 tahun dan usia ini merupakan usia reproduksi yang optimal bagi ibu untuk hamil dan melahirkan
Abu-Heija AN,Rasheed R,EL-Qaraan O,1998. Sebanyak 42 orang 82 penderita partus tidak maju memiliki
pendidikan terakhir SMA. Menurut Gultom 2009 ibu yang mempunyai pendidikan relative tinggi,pada umumnya cenderung memperhatikan kesehatan.
Namun hal ini dapat menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi belum tentu tingkat pengetahuan atau kesadaran ibu
terhadap kesehatan selama kehamilan serta faktor resiko terjadinya partus tidak maju maupun penyakit selama kehamilan lainnya juga tinggi.
Berdasarkan pekerjaan ibu,kasus partus tidak maju tertinggi terjadi pada ibu yang bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 43 orang 84 .
Hal ini sejalan dengan penelitian Simbolon 2004 yang menyatakan bahwa perdarahan antepartum lebih banyak dialami oleh Ibu Rumah Tangga yaitu
sebanyak 45 orang 52.9 dari 85 orang ibu. Hal ini menunjukkan bahwa penderita yang dating ke RSUD Dr. Pringadi mayoritas pekerjaannya sebagai Ibu
Rumah Tangga.
5.3.2. Distribusi Frekuensi Persalinan Seksio Sesarea Selama Tahun 2012 di RSUD Dr. Pringadi Medan
Sebanyak 24 orang penderita partus tidak maju di RSUD Dr. Pringadi Medan mengakhiri kehamilannya melalui proses persalinan seksio sesarea. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sihalolo 2009 yang mendapatkan 80 orang 93 ibu melakukan persalinan seksio sesarea.
Universitas Sumatera Utara
Persalinan seksio sesarea merupakan persalinan yang diindikasikan untuk semua kasus partus tidak maju dengan usia kandungan yang aterm karena
merupakan penangangan yang paling tepat untuk menyelamatkan nyawa ibu maupun janin Ould Ej Joud D Bouvier-Colle M-H-MOMA,2001.
5.3.3. Distribusi Subjek Penelitian Usia Kehamilan
Sebanyak 42 orang 92.2 ibu penderita partus tidak maju datang ke RSUD Dr. Pringadi Medan dengan usia kehamilan 37minggu aterm. Ini adalah
karena partus tidak maju tidak dapat didiagnosa sebelum usia kehamilan 37minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai ukuran
lahir normal Konje JC,obisesan KA,Ladipo OA,1992.
5.3.4. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Paritas
Kasus partus tidak maju lebih banyak terjadi pada ibu dengan paritas pertama primigravida. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Simbolon 2007
bahwa kejadian partus tidak maju pada primigravida adalah sebanyak 73,6 . Menurut penelitian Gessessew dan Mesfin 2001, resiko partus tidak maju
adalah lebih besar pada primigravida. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa terjadinya peningkatan kasus partus tidak maju seiring dengan
paritas ibu yang pertama hal ini disebabkan oleh panggul yang sempit pada ibu dan kontraksi ibu yang lemah Kiely JL,Paneth N,Susser M,1986.
5.3.5. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Parameter Maternal
Seluruh penderita partus tidak maju yang datang ke RSUD Dr. Pringadi Medan pulang dalam keadaan hidup setelah melahirkan melalui persalinan seksio
sesarea. Hal ini sejalan dengan penelitian Gultom 2009 keadaan ibu sewaktu pulang yaitu 96.0. Hal ini menunjukkan bahwa wanita penderita partus tidak
maju yang melakukan persalinan seksio sesarea di RSUD Dr. Pringadi Medan mendapatkan penanganan dan perawatan yang tepat serta didukung oleh
pelayanan dan fasilitas yang memadai dari rumah sakit RSUD Dr. Pringadi Medan.Hook B,AMIM,SB,Hack M,1997
Universitas Sumatera Utara
5.3.6. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Parameter Fetal