bukunya overvalued, sebaliknya jika nilai PBV dibawah 1 berarti nilai pasar saham lebih kecil dari nilai buku undervalued.
Penentuan ini berdasarkan pada teori yang diungkapkan Husnan 2003:27 “Untuk perusahaan-perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya rasio ini
mencapai diatas atau yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh
para pemodal relatif dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan.”. Tandeilin 2010:323 juga mengungkapkan hal serupa “idealnya,
harga pasar saham bank jika dibandingkan nilai buku asetnya akan mendekati 1. Saham-saham yang mempunyai rasio harganilai buku yang rendah sebaiknya
dibeli untuk memperoleh tingkat return yang lebih besar pada tingkat harga risiko tertentu”.
2.5. Pengaruh Aliran Kas Terhadap Nilai Pemegang Saham
Yudianti 2005 menemukan bahwa aliran kas bebas positif dapat dipakai sebagai determinan nilai pemegang saham dengan mempertimbangkan faktor-
faktor kontekstual set kesempatan investasi, manajemen laba, leverage, dan dividen. Set kesempatan investasi yang tinggi akan memperkuat hubungan aliran
kas bebas dan nilai pemegang saham; manajemen laba yang tinggi menaikkan maupun menurunkan akan memperlemah hubungan aliran kas bebas dengan nilai
pemegang saham; peningkatan utang akan memperkuat hubungan aliran kas bebas dengan nilai pemegang saham dan kebijakan pendistribusian dividen juga
memperkuat hubungan aliran kas bebas dengan nilai pemegang saham. Nilai arus kas bebas berpengaruh secara signifikan terhadap nilai pemegang saham.
Universitas Sumatera Utara
Walaupun penelitian ini tidak berhasil membuktikan arus kas bebas memiliki korelasi positif terhadap nilai pemegang saham, namun satu hal yang perlu
diperhatikan adalah penelitian ini tidak seluruhnya mendukung peneliti terdahulu bahwa dividen memiliki korelasi positif terhadap nilai pemegang saham.
2.6. Pengaruh Keputusan Pendanaan Terhadap Nilai Pemegang Saham
Menurut Brigham dan Houston 2001 dalam Wijaya dan Wibawa 2010, menyatakan bahwa peningkatan hutang diartikan oleh pihak luar tentang
kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban di masa yang akan datang atau adanya risiko bisnis yang rendah, hal tersebut akan direspon secara positif
oleh pasar. Arie Afzal 2012 menyatakan bahwa keputusan pendanaan yang dilakukan perusahaan akan menaikkan nilai perusahaan. Keputusan pendanaan
tersebut adalah menggunakan pendanaan melalui ekuitas yang lebih banyak daripada menggunakan pendanaan melalui hutang. Implikasi bagi perusahaan
adalah perusahaan harus merencanakan untuk mengambil keputusan pendanaan yang menggunakan pendanaan melalui ekuitas lebih banyak daripada pendanaan
melalui hutang karena dengan menggunakan pendanaan melalui ekuitas lebih banyak dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Metha Arieska dan Barbara Gunawan 2010 menunjukkan keputusan pendanaan tidak berpengaruh siginifikan terhadap nilai pemegang saham. Secara
teori hutang mengendalikan manager untuk mengurangi tindakan keuntungan dan kinerja perusahaan menjadi lebih efisien sehingga investor terhadap perusahaan
akan meningkat. Hasil yang tidak signifikan dalam penelitian disebabkan adanya kekhawatiran dari investor bahwa peningkatan hutang akan menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
perusahaan mengalami debt default dan meningkatkan resiko kebangkrutan. Sedangkan penelitian Wijaya dan Wibawa 2010, Wahyudi dan Pawestri 2006
dan Hasnawati 2005 sama-sama menemukan bukti bahwa keputusan pendanaan mempengaruhi nilai perusahaan secara positif.
2.7. Nilai Pemegang Saham