Peran frofesional guru PAI dalam membina pengamalan beribadah siswa di SMK al-Hidayah Lestari lebak Bulus Jakarta Selatan

PERAN PROFESIONAL GURU PAI DALAM MEMBINA PENGAMALAN
BERIBADAH SISWA DI SMK AL-HIDAYAH LESTARI
LEBAK BULUS JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Disusun Oleh:
AHMAD SIDROTUL MUNTAHA
106011000060

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M

ABSTRAK

Nama

Nim
Fak/jur
Judul

: Ahmad Sidrotul Muntaha
: 106011000060
: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Agama Islam
: Peran Profesional Guru PAI dalam Membina Pengamalan
Beribadah Siswa di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus Jakarta
Selatan

Skripsi ini mengkaji tentang peran profesional guru pendidikan agama
Islam dalam membina pengamalan beribadah siswa. Pembahasan skripsi ini
dimaksudkan untuk mengetahui peran profesional guru pendidikan agama Islam
dalam membina pengamalan beribadah siswa di SMK Al-Hidayah Lestari.
Pengamalan beribadah siswa yang beragam disebabkan oleh tingkat
pengetahuan, pengamalan, serta penghayatan yang berbeda-beda, sehingga
lembaga pendidikan perlu meletakan upaya peningkatan siswa dengan berbasis
nilai-nilai keagamaan menjadi landasan yang perlu dibentuk melalui proses
belajar mengajar dalam hal ini melalui pendidikan keagamaan. Disinilah perlunya

adanya peran profesional dari guru pendidikan agama Islam dalam membina
pengamalan beribadah siswa, agar siswa-siswi bersemangat dan antusias dalam
mengamalkan ibadah baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis yaitu penelitian
yang bertujuan menggambarkan suatu keadaan atau sifat seperti adanya untuk
kemudian dianalisa. Dengan metode ini diharapkan peneliti dapat menjelaskan
peran profesional guru PAI dalam membina pengamalan beribadah siswa di SMK
Al-Hidayah Lestari. Sedangkan penelitian yang digunakan untuk memperoleh
data dan informasi adalah penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian
yang dilakukan dengan meneliti secara langsung objek penelitian yang ditentukan,
dan ditunjang oleh referensi-referensi yang berkaitan dengan tema yang dibahas di
skripsi ini (library research).
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X (sepuluh) sebanyak 80
orang (40%) berdasarkan pertimbangan dan tujuan penelitian. Teknik yang
digunakan Random Sampling (acak) pada tiap kelas hanya diambil 16 siswa. Hasil
angket yang telah diisi oleh responden, ditabulasikan dalam bentuk hitungan
analisis deskriptif, kemudian dianalisis dengan mencari nilai mean atau rata-rata.
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi atau gambaran masing-masing
dimensi dan item yang diteliti berdasarkan tanggapan responden.
Setelah penulis melakukan analisis dan interpretasi data yang diperoleh

dari penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa peran professional guru
pendidikan agama Islam dalam membina pengamalan beribadah siswa di SMK
Al-Hidayah Lestari pada siswa kelas X (sepuluh) dari perannya sebagai pengajar,
pembimbing dan pengawas secara keseluruhan belum mampu menjalankan
perannya secara baik.

i

   
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya yang tak terkira sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Profesional Guru PAI dalam
Membina Pengamalan Beribadah Siswa di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus
Jakarta Selatan”. Shalawat dan salam tak lupa selalu tersanjungkan kepada
junjungan alam Rosulullah saw, yang telah membawa umat manusia Minaz
Zulumaati Ilan Nuur. Doa dan salam juga semoga selalu terlimpahkan kepada
keluarga, sahabat dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Penulis menyadari skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa

dukungan dan dorongan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan
Keguruan Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Bahrissalim, M.Ag dan Drs. Sapiuddin Shiddiq, MA. Ketua dan Sekretaris
Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh
staffnya.
3. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan
memberi bekal berbagai ilmu pengetahuan yang sangat berharga kepada
penulis

ii

4. Drs. Mu’arif SAM, M.Pd., dosen pembimbing yang dengan bimbingan
dan kesabarannya meluangkan waktu dan pikiran, perhatian serta arahan
untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Prof. Dr. H. Abdurrahman Ghazali, M.A. Dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama perkuliahan

berlangsung
6. Pimpinan

dan

seluruh

staff

administrasi

Perpustakaan

Utama,

Perpustakaan FITK yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk meluangkan waktu dengan membaca dan meminjamkan buku-buku
kepada penulis yang digunakan sebagai referensi yang berkaitan dengan
skripsi ini
7. Ibu Parhanah S.E, Kepala SMK Al-Hidayah Lestari yang telah bersedia

membantu penulis melakukan penelitian di sekolah.
8. Kedua orang tua yang selalu penulis sayangi, cintai dan hormati yakni
Ayahhanda Ahmad Kamil dan Ibunda Watmah, terima kasih atas segala
do’a, nasehat, kesabaran, kasih sayang serta pengorbanan yang selalu
diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat mempersembahkan
sesuatu yang mudah-mudahan dapat dijadikan kebanggaan.
9. Untuk Kakak tercinta

Ahmad

Syarif

Hidayatullah

yang

selalu

mendo’akan, memberikan motivasi dan inspirasi bagi penulis.
10. Teman-teman PAI angkatan (2006), khususnya kelas B dan SEJARAH

yang telah memberikan masukan dan saran bagi penulis sehingga
selesainya skripsi ini. Pastikan tali silaturahim kita tetap terjalin sampai
akhir hayat
11. Sahabat-sahabat ku Ahmad Syahroni, Andi Basuni, Ansori, Arief
Mahmudi,

dan

Edi

Junaidi

Abdilah,

terimakasih

masukan,motivasi, dan dukungan kalian semua.

iii


atas

segala

12. Kakak-kakak senior. Kak Abdillah, dan Kak Fatimah Mahbub yang telah
memberikan saran, masukan dan memberikan motivasi kepada penulis
13. Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
membantu penulisan skripsi ini.
Hanya harapan dan do’a semoga Allah SWT memberikan balasan yang
berlipat ganda kepada semua pihak yang telah berjasa dalam membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya kepada Allah jualah penulis serahkan
segalanya dalam mengharapkan keridhoan, semoga skripsi ini bermanfaat bagi
masyarakat umumnya dan bagi penulis, khususnya keluarga, anak dan keturunan
penulis kelak. Amien

Jakarta, 24 April 2011

Ahmad Sidrotul Muntaha

iv


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAKSI ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x
BAB I

PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 8
C. Pembatasan Masalah ............................................................... 9
D. Perumusan Masalah ................................................................ 10
E. Tujuan Penelitian .................................................................... 10
F. Manfaat Penelitian .................................................................. 10


BAB II

KAJIAN TEORI ......................................................................... 11
A. Pengamalan Beribadah Siswa ................................................. 11
1. Pengertian Pengamalan Beribadah ...................................... 11
a. Pengertian Ibadah ............................................................ 11
b. Pengertian Pengamlan Beribadah ..................................... 12
2. Dasar Hukum Ibadah .......................................................... 13
3. Macam-macam Ibadah ........................................................ 14
4. Tujuan Ibadah ..................................................................... 17
5. Pengamalan Ibadah Siswa di Sekolah .................................. 18
B. Membina Pengamalan Ibadah Siswa ....................................... 22
1. Maksud Membina Pengamlan Ibadah Siswa ......................... 22
2. Peran Profesional Guru dalam Membina Pengamlan Ibadah
Siswa .................................................................................. 22
v

BAB III


METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 29
A. Tujuan Penelitian .................................................................... 29
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 29
C. Metode Penelitian Jenis dan Sumber Data ............................... 30
D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ................................... 31
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 32
F. Instrumen Penelitian ................................................................ 33
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...................................... 37
H. Interpretasi Data ...................................................................... 39

BAB IV

HASIL PENELITIAN ............................................................... 40
A. Gambaran Umum SMK Al-Hidayah Lestari ........................... 40
1. Sejarah Berdirinya SMK Al-Hidayah Lestari .................... 40
2. Visi dan Misi SMK Al-Hidayah Lestari ............................. 41
3. Sarana dan Prasarana SMK Al-Hidayah Lestari ................. 42
4. Profil Siswa SMK Al-Hidayah Lestari ............................... 42
5. Profil Guru dan Karyawan SMK Al-Hidayah Lestari ........ 45
6. Profil Guru Pendidikan Agama Islam ................................. 47
B. Deskripsi Data ........................................................................ 48
1. Data Tentang Pengamlan Beribadah Siswa ......................... 48
2. Data Tentang Peran Guru Pendidikan Agama Islam ........... 66
C. Analisis dan Interpretasi Data ................................................. 78

BAB V

PENUTUP ................................................................................... 89
A. Kesimpulan ............................................................................. 89
B. Saran ....................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 91
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1

Waktu Penelitian ........................................................................... 29

Tabel 2

Kisi-kisi Quisioner......................................................................... 33

Tabel 3

Kisi-kisi Pedoman Wawancara 9 ................................................... 36

Tabel 4

Analisa Data .................................................................................. 38

Tabel 5

Jumlah Siswa ................................................................................. 43

Tabel 6

Profil Guru Bidang Studi dan Karyawan ........................................ 45

Tabel 7

Membaca beberapa surat pendek dalam juz’Amma........................ 48

Tabel 8

Kebiasaan membaca al-Qur’an di rumah........................................ 49

Tabel 9

Berusaha menghafal beberapa surat pendek dalam juz’Amma ....... 49

Tabel 10 Hafal juz’Amma ............................................................................ 50
Tabel 11 Dapat membaca al-Qur’an dengan lancar ....................................... 50
Tabel 12 Mampu membaca al-Qur’an dengan tartil ...................................... 51
Tabel 13 Mengalami kesulitan tentang ilmu tajwid ....................................... 52
Tabel 14 Membaca al-Qur’an dan mempraktekkan makharijul hurufnya ...... 52
Tabel 15 Dengan Membaca al-Qur’an hati menjadi tenang........................... 53
Tabel 16 Terbiasa membaca al-Qur’an di sekolah membuat lancar dalam
membaca al-Qur’an ....................................................................... 53
Tabel 17 Shalat dhuha di sekolah ................................................................. 54
Tabel 18 Melaksanakan shalat dhuha diluar jadwal yang ditentukan sekolah 55
Tabel 19 Berdoa setelah shalat dhuha ........................................................... 55
Tabel 20 Hafal do’a Shalat dhuha ................................................................. 56
Tabel 21 Hafal makna do’a shalat dhuha ...................................................... 56
Tabel 22 Hafal doa shalat dhuha, karena terbiasa melaksanakan shalat
dhuha di sekolah ............................................................................ 57
Tabel 23 Yakin dengan shalat dhuha Allah akan memberikan rizki .............. 57
Tabel 24 Shalat Dhuha di Rumah ................................................................. 58
Tabel 25 Shalat Dzuhur Berjama’ah di Sekolah ............................................ 59

vii

Tabel 26 Melaksanakan shalat dzuhur berjama’ah sesuai dengan jadwal
yang ditentukan sekolah................................................................. 59
Tabel 27 Melaksanakan shalat berjama’ah di sekolah, dirumah juga
melaksanakanya............................................................................. 60
Tabel 28 Melaksankan Shalat 5 waktu dengan berjama’ah ........................... 60
Tabel 29 Dengan shalat keimanan dan ketqwaan semakin bertambah ........... 61
Tabel 30 Terbiasa berdo’a dalam kehidupan sehari-hari ............................... 62
Tabel 31 Berdo’a setiap memulai aktifitas ................................................... 62
Tabel 32 Hafal bacaan do’a sehari-hari......................................................... 63
Tabel 33 Berdo’a ketika mulai belajar dan sesudah belajar .......................... 63
Tabel 34 Berdo’a jika hendak tidur............................................................... 64
Tabel 35 Berdo’a bila hendak keluar rumah ................................................. 64
Tabel 36 Berdo’a setelah shalat fardhu ......................................................... 65
Tabel 37 Karena terbiasa berdo’a yakin Allah SWT akan memberikan
kemudahan dalam segala urusan .................................................... 65
Tabel 38 Berdo’a ketika menghadapi ujian semester sehingga hati menjadi
tenang, dan menjawab soal dengan penuh percaya diri ................... 66
Tabel 39 Mengajarkan cara membaca al-Qur’an yang baik........................... 67
Tabel 40 Memberikan contoh membaca al-Qur’an yang baik ....................... 67
Tabel 41 Mengajarkan tatacara praktek shalat yang baik dan benar .............. 68
Tabel 42 Mengajarkan tatacara praktek shalat sunnah dhuha yang baik
dan benar ....................................................................................... 68
Tabel 43 Mengajarkan do’a sesudah shalat dan do’a sehari-hari ................... 69
Tabel 44 Memberikan bimbingan membaca al-Qur’an ................................. 70
Tabel 45 Membimbing dengan baik dalam belajar membaca al-Qur’an ........ 70
Tabel 46 Memberikan bimbingan tentang shalat yang baik........................... 71
Tabel 47 Membimbing tentang tatacara praktek shalat sunnah dhuha
yang baik dan benar ....................................................................... 71
Tabel 48 Memberikan bimbingan cara berdoa yang baik dan benar .............. 72
Tabel 49 Memberikan latihan hafalan do’a sehari-hari ................................. 72
Tabel 50 Memerintahkan siswa untuk membaca al-Qur’an sebelum KBM ... 73

viii

Tabel 51 Mengawasi siswa membaca al-Qur’an ........................................... 74
Tabel 52 Menegur/member hukuman kepada siswa yang tidak membaca
al-Qur’an ...................................................................................... 74
Tabel 53 Memperhatikan perlengkapan shalat siswa .................................... 75
Tabel 54 Memerintahkan siswa untuk shalat ................................................ 75
Tabel 55 Mengajak para siswa untuk shalat dzuhur berjama’ah di sekolah ... 76
Tabel 56 Mengajak para siswa untuk mengerjakan shalat sunnah dhuha ....... 77
Tabel 57 Menegur/memberi hukuman kepada siswa yang tidak shalat .......... 77
Tabel 58 Nilai rata-rata skor penelitian pengamalan membaca al-Qur’an...... 78
Tabel 59 Nilai rata-rata skor penelitian pengamalan shalat dhuha ................. 80
Tabel 60 Nilai rata-rata skor penelitian pengamalan shalat dzhur berjama’ah 82
Tabel 61 Nilai rata-rata skor penelitian pengamalan berdo’a......................... 83
Tabel 62 Nilai rata-rata skor penelitian peran guru sebagai pengajar............. 84
Tabel 63 Nilai rata-rata skor penelitian peran guru sebagai pembimbing ...... 86
Tabel 64 Nilai rata-rata skor penelitian peran guru dalam pengawasan ......... 87

ix

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Realitas permasalahan remaja (siswa sekolah menengah kejuruan) saat ini
makin kompleks. Tawuran antar pelajar, ugal-ugalan di jalan, penyalahgunaan
narkoba, minum-minuman keras, pornoaksi, menganut ramalan bintang yang
berbuah kesyirikan adalah beberapa contohnya.
“Komisi Nasional Perlindungan Anak merilis data bahwa 62,7 % remaja putri
SMP di Indonesia sudah tidak perawan. Hasil lain, ternyata 93,7 % siswa SMP
dan SMA pernah berciuman, 21,2 % remaja SMP mengaku pernah aborsi dan
97% remaja SMP dan SMA pernah melihat film porno”.1 Kondisi ini diperparah
dengan hadirnya program televisi yang menayangkan hal-hal yang bertentangan
dengan ajaran agama, gaya hidup selebriti yang terkesan rela menghalalkan segala
cara, juga tayangan yang menyajikan contoh-contoh tindak kekerasan, kejahatan,
perselingkuhan dan tindak korupsi yang telah membudaya dalam masyarakat
kelas teri sampai kelas kakap. Krisis moral, krisis spiritual, krisis keteladanan
berakibat pada pembodohan masal dan nilai menuju kehancuran2.
Kenyataan sebagaimana dikemukakan di atas merupakan masalah yang
merisaukan, dan menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan akhlak dan moral
peserta didik, dan kurangnya pengamalan nilai-nilai dan ajaran agama. Timbulnya
1
Adi Suhendi, “62.7.Persen Remaja SMP Tidak Perawan”, dari www.kompas.com, 13
Oktober 2010
2
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Meniptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenagkan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. V, h. 203

1

2

kondisi semacam ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya bahwa ada
sebagian dari orang tua tidak atau kurang memiliki kemampuan untuk mendidik
anak dengan baik dikarenakan tidak mempunyai pemahaman agama yang cukup.
Sebagian yang lain merupakan orang tua yang cukup memiliki bekal pemahaman
agama dan kemampuan mendidik tetapi tidak mempunyai waktu yang cukup
untuk melaksanakan karena kesibukannya.
Orang tua adalah orang dewasa pertama yang memikul tanggung jawab
pendidikan, sebab itu secara alami anak pada masa-masa-masa awal kehidupanya
berada di tengah-tengah ibu dan ayahnya. Pendidikan yang diberikan mulai dari
hal-hal yang terkecil seperti berwudhu, shalat 5 waktu, mengaji beramal dan
berbuat baik kepada orang lain dan dari hal baik samapai kepada hal yang buruk,
serta mulai dari “bahasa cinta” samapai “bahasa benci”. Sehingga perkembangan
agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang
dilaluinya, terutama pada masa-masa pertumbuhan masa-masa pertumbuhan
pertama (masa anak) dari 6-12 tahun. “Seorang anak yang pada masa itu tidak
mendapat pendidikan tentang agama dan tidak mempunyai pengalaman
keagamaan, maka nanti setelah dewasa akan cenderung kepada sikap negatif
terhadap agama”.3
Penyebab lain kurangnya siswa mengamalkan nilai-nilai dan ajaran agama
adalah faktor lingkungan. Lingkungan merupakan faktor yang sangat penting,
sebab dalam hal ini pengaruh lingkungan dapat bersifat positif yang berarti
pengaruhnya baik dan sangat menunjang perkembangan suatu potensi atau
bersifat

negatif

yaitu

pengaruh lingkungan

itu

tidak baik dan akan

menghambat/merusak perkembangan. Oleh karena itu sudah menjadi tugas utama
seorang pendidik (orang tua atau guru) untuk menciptakan atau menyediakan
lingkungan yang positif agar dapat menunjang perkembangan si anak dan
berusaha untuk mengawasi dan menghindarkan pengaruh faktor lingkungan yang
negatif yang dapat merusak perkembangan sang anak.
Selain itu fase usia peserta didik yang duduk di bangku Sekolah Menengah
Kejuruan/sederajat merupakan fase usia yang sedang berada dalam taraf masa
3

Zakiah Derajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2003). Cet. Ke-17, h.69

3

remaja atau masa adolescence. Masa remaja atau adolescence ini berlangsung dari
umur 15 atau 16 sampai umur 21 tahun atau berlangsung dari saat individu
matang secara seksual sampai mencapai usia matang secara hukum. Masa remaja
ini dibagi dua bagian; (a.) masa remaja awal, yang berlangsung hingga umur tujuh
belas tahun, dan (b.) masa remaja akhir, yang berlangsung hingga mencapai usia
kematangan resmi secara hukum yakni usia 21 tahun. “Masa remaja ini
merupakan masa yang penting dalam rentang kehidupan. Masa ini dikenal sebagai
suatu periode peralihan; suatu masa perubahan; usia bermasalah; saat dimana
individu mencari indentitas; usia yang menakutkan; masa tidak realistik dan masa
ambang dewasa.”4
Fase usia siswa Sekolah Menengah Kejuruan/sederajat ini adalah fase usia
bermasalah. Hal ini tentu disebabkan karena mereka merasa dirinya mandiri,
sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua
dan guru. Padahal mereka sendiri juga kurang berkemampuan untuk mengatasi
sendiri masalahnya menurut cara yang mereka yakini. Selain itu, pada fase usia
remaja ini perasaan mereka terhadap agama pun tidak tetap. Hal ini dapat ditandai
dengan sikap mereka yang kadang-kadang sangat cinta terhadap Tuhan, akan
tetapi kadang-kadang berubah menjadi acuh tak acuh atau menentang apabila
mereka merasa kecewa, menyesal dan putus asa. Itu semua memang perasaan
yang masih ambivalensi.
Problematika pendidikan agama di sekolah selama ini hanya dipandang
melalui aspek kognitif atau nilai dalam bentuk angka saja, tidak mendorong
bagaimana siswa didik mengamalkan ajaran-ajaran agama dalam dunia nyata
sehingga belajar agama sebatas menghafal dan mencatat. Hal ini mengakibatkan
pelajaran agama menjadi pelajaran teoritis bukan pengamalan atau penghayatan
terhadap nilai agama itu sendiri.
Pengamalan beribadah siswa yang beragam disebabkan oleh tingkat
pengetahuan yang berbeda-beda, sehingga lembaga pendidikan perlu meletakan
upaya peningkatan siswa dengan berbasis nilai-nilai keagamaan menjadi landasan
4

M.Alisuf Sabri, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2006).
Cet. Ke- 4. h. 160

4

yang perlu dibentuk melalui proses belajar mengajar dalam hal ini melalui
pendidikan keagamaan. Disinilah perlunya adanya peran profesional dari guru
pendidikan agama Islam dalam membina pengamalan beribadah siswa yaitu
bagaimana agar siswa-siswi bersemangat dan antusias dalam mengamalkan
ibadah baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Guru adalah salah satu unsur pokok yang sangat penting dalam dunia
pendidikan. Tugas sucinya adalah mendidik dan memberikan pendidikan dan
pengajaran, baik secara formal maupun nonformal kepada anak didiknya. Tanpa
guru, pendidikan hanya akan menjadi slogan muluk karena segala bentuk
kebijakkan dan program pada akhirnya akan ditentukan oleh kinerja pihak yang
berada di garis depan yaitu guru.5
Sebagai salah satu piranti penting dalam dunia pendidikan, guru hadir
mendedikasikan sebagian besar waktunya di sekolah untuk anak didiknya, ia
dituntut banyak untuk membiana dan membimbing peserta didik agar menjadi
manusia-manusia yang berperadaban mulia, berilmu pengetahuan yang luas,
memiliki sikap dan watak yang baik, cakap dan terampil serta memiliki moral dan
berakhlak mulia.
Guru pendidikan agama Islam harus menguasai banyak pengetahuan
(akademik, pedagogik, sosial dan budaya), mampu berpikir kritis, tanggap
terhadap setiap perubahan, dan mampu menyelesaikan masalah. Guru diharapkan
bisa menjadi pemimpin dan agen perubahan, yang mampu mempersiapkan anak
didik untuk siap menghadapi tantangan global di luar sekolah.
Guru dalam dimensi kekinian digambarkan sebagai sosok manusia yang
berakhlak mulia, arif, bijaksana, berkepribadian stabil, mantap, disiplin, santun,
jujur, obyektif, bertanggung jawab, menarik, mantap, empatik, berwibawa, dan
patut diteladani.
Dengan sosok kekiniannya, seorang guru harus manjadi manusia yang dinamis
dan berfikir ke depan (futuristic) dengan tanda-tanda dimilikinya sifat informatif,
modern, bersemangat, dan komitmen untuk pengembangan individu maupun
5

Mohammad Surya, Percikan Perjuangan Guru Menuju Guru Profesional, Sejahtera, dan
Terlindungi, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2006), h. 44

5

bersama-sama. Dan yang tak kalah penting, guru diharuskan mampu menguasai
IT, atau setidak-tidaknya mampu mengoperasionalkan.
'Abdullah ‘Ulwan berpendapat bahwa tugas guru ialah melaksanakan
pendidikan ilmiah, karena ilmu mempunyai pengaruh yang besar terhadap
pembentukan kepribadian dan emansipasi harkat manusia. Sebagai pemegang
amanat orang tua dan sebagai salah satu pelaksanaan pendidikan Islam, guru tidak
hanya betugas memberikan pendidikan ilmiah. Tugas guru hendaknya merupakan
kelanjutan dan sinkron dengan tugas orang tua, yang juga merupakan tugas
pendidik muslim pada umumnya, yaitu memberikan pendidikan yang berwawasan
manusia seutuhnya.6
Maka, guru pendidikan agama Islam mempunyai tanggung jawab yang besar
dalam mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik. Baik potensi
kognitif, afektif, dan psikomotorik berdasarkan ajaran agama Islam kearah
terbentuknya kepribadian yang utama.
Salah satu ciri kemajuan zaman adalah adanya suatu pekerjaan yang ditangani
secara profesional, sehingga pekerjaan itu dikerjakan secara sungguh-sungguh dan
serius oleh orang yang memiliki profesi dibidang tersebut. Pekerjaan guru
merupakan pekerjaan profesi, karena itu mesti dikerjakan dengan tuntutan
profesionalis.
Di bidang keguruan ada 3 persyaratan pokok untuk menjadi tenaga
professional guru. Pertama, memiliki ilmu pengetahuan di bidang yang
diajarkannya sesuai dengan kualifikasinya. Kedua, memiliki pengetahuan dan
keterampilan dibidang keguruan, dan ketiga memiliki moral akademik.7 Dengan
demikian untuk menjadi seorang guru dipersyaratkan adanya kualifikasi dan
kompetensi.
Dalam UU Guru dan dosen (Pasal 1 ayat 1) dinyatakan bahwa: “Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan
6

Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu 1999), h.95.
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia,
(Jakarta: Kencana, 2004), h. 75
7

6

menengah”.8 Guru profesional akan tercermin dalam penampilan pelaksanaan
pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun
metode, rasa tanggung jawab, pribadi, sosial, intelektual, moral dan spiritual dan
kesejawatan.
Sosok ideal guru pendidikan agama Islam di atas pada konteks dewasa ini tak
sebanding lurus dengan keadaan sesungguhnya. Guru hanya mampu mengajar
namun sedikit semangat dalam mendidik. Pemberian pendidikan agama hanya
berbentuk kajian teoritis namun tidak diupayakan dalam bentuk praktis. Apa yang
dilakukan para siswa di luar sekolah ini tidak menjadi perhatian para pendidik
agama. Selain itu tidak sedikit dari para guru mulai pudar jati dirinya, yaitu karena
sebagian tampilan ulah guru nakal, tindak asusila yang diperbuat, dan ditambah
lagi rendahnya kualitas profesionalitas.
Oleh karena itu peran seorang guru pendidikan agama Islam yang memiliki
profesionalisme yang baik dan sesuai dengan keahliannya sangat dibutuhkan demi
kemajuan dan perkembangan pendidikan.
Kenyataannya, banyak guru pendidikan Agama Islam yang belum menjalankan
peran-peran profesinya secara baik, sehingga banyak siswa yang tidak
mengamalkan ajaran agama secara baik. Fenomena tersebut dapat dijumapai di
berbagai sekolah, salah satunya adalah SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus
Jakarta Selatan.
SMK Al-Hidayah Lestari sebagai sekolah kejuruan merupakan lembaga
pendidikan formal yang memiliki tujuan dalam proses pembelajaran PAI, dimana
tujuannya yakni:
Membina siswa agar benar-benar beriman kepada Allah dan RasulNya serta
apa yang disyariatkan Allah, Menanamkan kepercayaan siswa tentang akhlak
dan nilai yang baik dalam masyarakat atas dasar pemikiran dan pemahaman,
meningkatkan kemauan siswa untuk selalu menjaga dasar dan syiar agama,
mengokohkan jiwa keagamaan, sehingga siswa dapat menghadapi berbagai

8

Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen,
(Bandung: Citra Umbara, 2006), h. 2-3.

7

aliran yang merusak masyarakat dan idiologi atheisme serta terhindar dari
penyimpangan yang bertentangan dengan aqidah.9
Dalam proses pembelajaran Guru PAI selain berperan dalam mengembangkan
pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa terhadap ajaran Islam sehingga
menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, juga
diharapkan berperan dalam membangun akhlak mulia dalam diri siswa. Namun,
pada kenyataannya peran yang diberikan guru PAI khususnya di Sekolah
Menengah Kejuruan Al-Hidayah Lestari Jakarta kurang berjalan efektif hal ini
bisa dilihat dari semakin rendahnya minat siswa kelas X terhadap materi
pembelajaran PAI, semakin menurunnya prestasi belajar mereka dalam proses
pembelajaran PAI, turunnya kedisiplinan sekolah hingga turunnya pengamalan
beribadah siswa seperti sholat, puasa dan sebagainya. Hal tersebut didasarkan
pada penelitian awal yang dilakukan di SMK Al-Hidayah Lestari menunjukkan
bahwa nilai rata-rata ulangan harian mata pelajaran PAI belum mencapai hasil
yang maksimal. Dari keseluruhan siswa kelas X yang berjumlah 183 orang
sebanyak lebih dari 4 orang/kelas yang belum tuntas mengikuti pembelajaran PAI.
Hasil penelitian dari hal ini didapatkan bahwa terkadang guru PAI sendiri yang
memberikan evaluasi kepada siswa diluar materi pembahasan yang belum
dipelajari, sehingga banyak diantara mereka harus mengikuti evaluasi ulang
(remedial) agar mendapatkan nilai yang maksimal. Hasil penelitian dari hal ini
didapatkan bahwa terkadang guru PAI sendiri yang memberikan evaluasi kepada
siswa diluar materi pembahasan yang belum dipelajari, sehingga banyak diantara
mereka harus mengikuti evaluasi ulang (remedial) agar mendapatkan nilai yang
maksimal. Tentu saja hal itu menyebabkan kurang efektifnya pembelajaran PAI di
SMK tersebut.
Selain itu, faktor yang menjadi penghambat kurang efektifnya pembelajaran
PAI di SMK Al-Hidayah Lestari yakni guru terkadang kesulitan menciptakan
suatu lingkungan belajar yang dapat membawa siswa menjadi lebih kreatif dan
logis. Pembelajaran cenderung berpusat pada guru (teacher centered teaching
9

Muhammad Abdul Qadir Ahmad Al-Mishriyah, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama
Islam, Terj. Dari Thuruqu Ta’limi At-Tarbiyah Al-Islamiyah oleh Zaini Mukhtarom, (Jakarta:
Dirjen Pembinaan Kelembagaan Islam, 1985), h. 249.

8

method). Pembelajaran seperti ini cenderung menghambat kreatifitas berpikir
siswa sehingga pembelajaran terasa kurang efektif.
Peran profesional guru PAI yang diarahkan khususnya di SMK Al-Hidayah Lestari
dapat seyogyanya membantu meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan
pengamalan ajaran Islam bagi siswa yang pengaruhnya dapat membentuk kesalehan
pribadi dan sosial dalam diri mereka. Akan tetapi, pengaruh tersebut tampaknya masih
kurang begitu terealisasikan dengan nyata dalam diri siswa kelas X SMK Al-Hidayah
Lestari. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya perilaku (akhlak) negatif
mereka akibat pemahaman yang kurang terhadap ajaran Islam, seperti perilaku
menentang guru, berkata tidak sopan baik kepada guru maupun sesama teman,
sering tidak hadir saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, merokok ditempat
umum sebelum batas umur yang pantas dan lain-lain menjadi indikasi betapa
kurang berpengaruhnya peran profesional guru PAI di SMK tersebut sehingga
menghasilkan perilaku-perilaku yang jauh dari harapan.
Melihat realita seperti ini, hendaknya setiap guru khususnya guru PAI mampu
berperan secara profesional dalam memberikan bimbingan dan tuntunan agar
siswa-siswi bersemangat dan antusias dalam mengamalkan ibadah baik di sekolah
maupun di luar sekolah.
Berdasarkan masalah tersebut, penulis tertarik mengkaji dan meneliti lebih
dalam permasalahan tersebut dalam sebuah skripsi yang berjudul: “Peran
Profesional Guru PAI dalam Membina Pengamalan Beribadah Siswa di
SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus Jakarta Selatan”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis mengidentikasikan
permasalahannya sebagai berikut:
1. Rendahnya

kompetensi profesionalisme

guru berpengaruh terhadap

rendahnya mutu pendidikan
2. Rendahnya kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Islam dalam
mengembangkan potensi yang dimiliki siswa.

9

3. Masih kurangnya peran dan fungsi guru pendidikan agama Islam dalam
membina pengamalan beribadah siswa
4. Kurang terintegrasinya aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dari
orientasi pendidikan yang dilaksanakan
5. Guru kurang memberikan contoh berprilaku yang baik kepada anak
didiknya
6. Telah terjadinya degradasi pengamalan beribadah siswa
7. Masih terjadi pelanggaran yang dilakukan peserta didik terhadap normanorma agama yang berlaku
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dalam penelitian ini, melihat luasnya ruang
lingkup permasalahan yang akan dibahas membutuhkan spesifikasi kajian hal-hal
yang dilakukan agar pembahasan lebih terfokus, penulis membatasi permasalahan
sebagai berikut:
1. Peran Profesional Guru PAI
Menurut Sujana, yang dimaksud dengan peran guru ialah “keterlibatan
aktif seseorang dalam suatu proses kerja, penampilan ia tampil sebagai
suatu yang dimainkan atau tingkah laku yang diharapkan dari seseorang
pada satu waktu tertentu.”10 Dalam UU Guru dan dosen (Pasal 1 ayat 1)
dinyatakan bahwa: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah” 11 Peran
profesional guru PAI yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kemampuan profesional seorang guru pendidikan agama Islam dalam
memberikan pengajaran, bimbingan tuntunan, dan pengawasan agar siswasiswi bersemangat dan antusias dalam mengamalkan ibadah baik di sekolah
maupun di luar sekolah.
10
Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar
Baru, 1999), h. 32-35
11
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen,
(Bandung: Citra Umbara, 2006), h. 2-3.

10

2. Pengamalan beribadah siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pengamalan beribadah siswa kelas X SMK Al-Hidayah Lestari yang
dibatasi pada ibadah yang dilaksanakan di sekolah tersebut yaitu: membaca
al-Qur’an, shalat dhuha, shalat dzhur berjama’ah, dan berdoa.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dipaparkan maka masalah yang
diangkat dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana peran profesional guru
pendidikan agama Islam dalam membina pengamalan beribadah siswa di SMK
Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus Jakarta Selatan?”

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui peran profesional guru pendidikan Agama Islam dalam membina
pengamalan beribadah siswa di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus Jakarta
Selatan”

E. Manfaat Penelitian
Secara teoritis dan praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Bagi pihak sekolah sebagai masukan untuk pengembangan penelitian serupa
di masa yang akan datang.
2. Bagi pihak guru sebagai bahan masukan untuk lebih berperan dalam
membina, dan memberikan tuntunan yang benar tentang pengamalan
beribadah.
3. Bagi siswa sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas ibadah
dengan bertambahnya pengetahuan yang diperoleh.
4. Bagi penulis menjadi bahan masukan untuk dapat memperbaiki kelemahan
dan kekurangan yang ada pada diri sendiri, serta mampu meningkatkan
kualitas ibadah dengan bertambahnya pengetahuan yang diperoleh.

BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Pengamalan Beribadah Siswa
1. Pengertian Pengamalan Beribadah
a. Pengertian Ibadah
Secara etimologi "kata ‘ibadah’ diambil dari bahasa Arab ‫ ﻴﻌﺒﺩ – ﻋﺒﺎﺩﺓ‬- ‫ﻋﺒﺩ‬
yang berarti beribadah atau menyembah”.1 Menurut kamus istilah fiqih, ibadah
yaitu “memperhambakan diri kepada Allah dengan taat melaksanakan segala
perintah-Nya dan anjuran-Nya, serta menjauhi segala larangan-Nya karena Allah
semata, baik dalam bentuk kepercayaan, perkataan maupun perbuatan. Orang
beribadah berusaha melengkapi dirinya dengan perasaan cinta, tunduk dan patuh
kepada Allah swt.”2
Pengertian ibadah di atas mengandung makna bahwa setiap perbuatan
manusia yang didasari oleh ketaatan kepada Allah swt dengan melakukan segala
amal perbuatan yang dianjurkan atau diperintah-Nya dan menjauhi segala amal
perbuatan yang dilarang-Nya merupakan suatu ibadah. Ibadah juga dapat berarti
“sikap tunduk seorang hamba dan merendahkan diri kepada Allah swt sebagai
tanda syukur atas segala karunia yang diterimanya dengan cara mengerjakan

1
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, (Yogyakarta :
Multi Karya Grafika, 1996), cet. ke-V, h. 1268.
2
M. Abdul Majieb et. el, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta : PT Pustaka Firdaus, 1995), cet. ke-2,
h.109.

11

12

perintah-Nya seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lain-lain. Serta manjauhi segala
perbuatan maksiat yang dilarang-Nya”.3
Menurut ensiklopedi hukum Islam ; “ibadah berasal dari bahasa Arab yaitu
al-ibadah,

yang

artinya

pengabdian,

penyembahan,

ketaatan,

menghinakan/merendahkan diri dan doa. Secara istilah ibadah yaitu perbuatan
yang dilakukan sebagai usaha menghubungkan dan mendekatkan diri kepada
Allah swt sebagai tuhan yang disembah.” 4
Secara menyeluruh dapat dipahami bahwa ibadah itu ialah penghambaan
diri, penundukan diri, dan penghinaan diri dihadapan Sang Pencipta baik secara
ucapan, perbuatan, dan gerak-gerik hati pada saat sendiri maupun di keramaian,
yang diiringi dengan rasa ikhlas, ridh'a, dan cinta dengan apa yang Ia perintahkan
untuk dilaksanakan dan menjauhi apapun yang Ia larang.
b. Pengertian Pengamalan Beribadah
Pengamalan beribadah artinya pelaksanaan segala yang diperintahkan Allah
swt dan meninggalkan atau menjauhi semua yang dilarang-Nya. Sesuatu yang
diperintahkan oleh Allah swt itu ada yang bersifat suruhan pasti (tâlab jâzim)
yang melaksanakannya merupakan suatu kewajiban; ada pula yang bersifat tidak
pasti (tâlab ghairu jâzîm), yang melaksanakannya merupakan anjuran sunat.
Adapun yang dilarang oleh Allah swt itu ada yang bersifat larangan pasti (tâlab
tarki jâzim) yang meninggalkannya merupakan suatu perintah yang haram;
adapula larangan yang bersifat tidak pasti (talab tarki ghairu jazim), yang
meninggalkannya merupakan suatu perintah yang tidak haram, tetapi makruh;
boleh dilaksanakan (tidak berdosa pelakunya) dan sebaiknya ditinggalkan atau
dijauhi.

3

Abdul Mudjib, Fikih Ibadah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 2000), h. 38.
Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta : Ichtiar Baru van Hoeve, 1999), cet. ke-3, jilid II, h. 592.

4

13

2. Dasar Hukum Ibadah
Di dalam al-Qur'an banyak sekali ayat yang menyatakan perintah kepada
hamba Allah untuk melaksanakan ibadah. Ibadah dalam Islam sebenarnya bukan
bertujuan supaya Tuhan disembah dalam arti penyembahan yang terdapat dalam
agama-agama primitif, melainkan sebagai perwujudan rasa syukur atas nikmat
yang telah dikaruniakan Allah atas hamba-hamba-Nya. Adapun ayat-ayat yang
menyatakan perintah untuk melaksanakan ibadah tersebut di antaranya dalam alQur’an surat Al-Baqarah ayat 21 yang berbunyi:

          

(٢١:٢/‫ )ﺍﻟﺒﻘﺮﻩ‬

“Wahai manusia, sembahlah Tuhan-mu yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah/2: 21)5
Di dalam al-Qur’an terdapat penjelasan bahwa penciptaan manusia oleh Allah
tidak mengandung maksud lain kecuali supaya mereka menyembah Allah atau
beribadah kepada-Nya. Hal ini disebutkan dalam al-Qur’an surat Adz-Dzariyat
ayat 56 yang berbunyi:

(٥٦:٥١/‫ )ﺍﻟﺬﺍﺭﻳﺎﺕ‬      
“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat/51: 56)6
Dari dua ayat tersebut jelas tergambar program yang sudah Allah tetapkan
untuk manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya adalah beribadah, atau dengan kata
lain menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangan Allah dalam
keadaan suka maupun duka.

5
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syamil Cipta Media.
2005) h. 4
6
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syamil Cipta Media.
2005). h. 523

14

3. Macam-macam Ibadah
Dalam kaitan dengan maksud dan tujuan pensyariatannya ulama fiqih
membaginya kepada tiga macam, yakni: 1) ibadah mahdah, 2) ibadah gair
mahdah dan 3) ibadah zi al-wajhain.
1. Ibadah Mahdah adalah ibadah yang mengandung hubungan dengan Allah
swt semata-mata, yakni hubungan vertikal. Ibadah ini hanya sebatas pada
ibadah-ibadah khusus. Ciri-ciri ibadah mahdah adalah semua ketentuan dan
atuaran pelaksanaannya telah ditetapkan secara rinci melalui penjelasanpenjelasan Al-Qur.an dan / atau hadits. Ibadah mahdah dilakukan sematamata bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.
2. Ibadah ghair mahdah ialah ibadah yang tidak hanya sekedar menyangkut
hubungan dengan Allah swt, tetapi juga berkaitan dengan sesama makhluk
(habl min Allāh wa habl min an-nās), di samping hubungan vertikal juga
ada hubungan horizontal. Hubungan sesama makhluk ini tidak hanya
terbatas pada hubungan antar manusia, tetapi juga hubungan manusia
dengan lingkungannya, seperti ayat yang artinya : “dan janganlah kamu
membuat kerusakan di muka bumi setelah (diciptakan) dengan baik ..”(Q.S.
Al-A’raf /7 : 56)
3. Ibadah zi al-wajhain adalah ibadah yang memiliki dua sifat sekaligus, yaitu
mahdah dan ghair mahdah. Maksudnya adalah sebagian dari maksud dan
tujuan pensyariatannya dapat diketahui dan sebagian lainnya tidak dapat
diketahui, seperti nikah dan idah. 7
Pembagian ibadah menurut Hasby Ash Shiedieqy berdasarkan bentuk dan sifat
ibadah terbagi kepada enam macam :
1. Ibadah-ibadah yang berupa perkataan dan ucapan lidah, seperti tasbih,
tahmid, tahlil, takbir, taslim, do’a, membaca hamdalah oleh orang yang
bersin, memberi salam, menjawab salam, membaca basmalah ketika makan,
minum dan menyembelih binatang, membaca Al-Qur’an dan lain-lain.

7

Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta : Ichtiar Baru van Hoeve, 1999), cet. ke-3, jilid II, h. 593-

594.

15

2. Ibadah-ibadah yang berupa perbuatan yang tidak disifatkan dengan sesuatu
sifat, seperti berjihad di jalan Allah, membela diri dari gangguan,
menyelenggarakan urusan jenazah.
3. Ibadah-ibadah yang berupa menahan diri dari mengerjakan sesuatu
pekerjaan, seperti puasa, yakni menahan diri dari makan, minum dan dari
segala yang merusakan puasa.
4. Ibadah-ibadah yang melengkapi perbuatan dan menahan diri dari sesutu
pekerjaan, seperti I’tikaf (duduk di dalam sesuatu rumah dari rumah-rumah
Allah), serta menahan diri dari jima. dan mubasyarah, haji, thawaf, wukuf di
Arafah, ihram, menggunting rambut, mengerat kuku, berburu, menutup
muka oleh para wanita dan menutup kepala oleh orang laki-laki.
5. Ibadah-ibadah yang bersifat menggugurkan hak, seperti membebaskan
orang-orang yang berhutang, memaafkan kesalahan orang, memerdekakan
budak untuk kaffarat.
6. Ibadah-ibadah yang melengkapi perkataan, pekerjaan, khusyuk menahan
diri dari berbicara dan dari berpaling lahir dan batin untuk menghadapiNya. 8
Baihaqi membagi ibadah ke dalam empat macam berdasarkan:
1. Khusus-umum, 2. Pelaksanaan, 3. Kepentingan pribadi dan masyarakat, 4.
Bentuk dan sifatnya.
Dari segi umum dan khususnya, ibadah terbagi kepada:
1. Ibadah khusus, yaitu ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan oleh nash
al-Qur’an atau hadits, seperti shalat, puasa, haji. Ibadah yang terkategori
ibadah khusus tidak menerima penambahan atau pengurangan.
2. Ibadah umum, yaitu semua perbuatan baik atau terpuji yang dilakukan oleh
manusia muslim-mukmin dengan niat ibadah dan diamalkan semata-mata
karena Allah.
Ibadah umum, dengan demikian amatlah banyak. Diantara contohnya adalah
makan dan minum dengan niat agar badan menjadi sehat sehingga kuat beribadat.
Demikian juga mendidik anak dengan niat agar ia menjadi anak yang saleh;
8

Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah: Ibadah Ditinjau dari segi Hukum dan Hikmah,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1994), cet. ke-8 h. 19.

16

membeli kain sarung, mukena, sajadah dengan niat agar nyaman beribadah;
berusaha memperoleh uang banyak dengan niat agar dapat melaksanakan ibadah
haji; bergaul dengan isteri dengan niat agar terhindar dari perbuatan zina.
Pendeknya, semua perbuatan mukmin (tentu saja yang baik dan halal; yang tidak
baik dan tidak halal bukan perbuatan manusia mukmin) yang dilakukan dengan
niat ibadah terhitung ibadah umum.
Dari segi pelaksanaannya, ibadah terbagi kepada:
1. Ibadah jasmaniyah dan ruhaniyah, yaitu ibadah yang dilaksanakan dengan
menggunakan jasmani dan ruhani, seperti shalat dan puasa.
2. Ibadah ruhaniyah dan maliyah, yaitu ibadah yang dilaksanakan dengan
menggunakan ruhani dan harta, seperti zakat.
3. Ibadah jasmaniyah,

ruhaniyah,

dan

maliyah,

yaitu

ibadah

yang

dilaksanakan dengan menggunakan jasmani, ruhani, dan harta sekaligus,
seperti haji.9
Dari segi pribadi dan masyarakatnya, ibadah terbagi kepada:
1. Ibadah fardi, yaitu ibadah yang dapat dilaksanakan secara perseorangan,
seperti shalat dan puasa.
2. Ibadah ijtima’i, yaitu ibadah yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi
tuntutan kebutuhan sosial kebutuhan sosial kemasyarakatan, seperti zakat
dan haji.
Dari segi bentuk dan sifatnya, ibadah terbagi kepada:
1. Ibadah yang terdiri atas perkataan atau ucapan lidah seperti berzikir,
bertasbih, bertahmid, bertahlil, bershalawat dan sebagainya.
2. Ibadah yang sudah terinci perkataan dan perbuatannya, seperti shalat, zakat,
puasa, dan haji.
3. Ibadah yang tidak ditentukan teknik pelaksanaannya, seperti menolong
orang lain, berjihad, membela diri, mendirikan madrasah, masjid, rumah
sakit, dan sebagainya.

9

Baihaqi, Fiqih Ibadah, (Bandung, M2S Bandung, 1996), cet. ke-1, h. 15.

17

4. Ibadah yang pelaksanaannya dalam bentuk menahan diri seperti puasa,
ihram, dan i’tikaf.
5. Ibadah yang sifatnya menggugurkan hal, seperti membebaskan seorang dari
kewajiban membayar hutangnya kepada kita, memaafkan kesalahan yang
dilakukan orang lain kepada kita dan sebagainya.10

4. Tujuan Ibadah
Ibadah mempunyai tujuan pokok dan tujuan tambahan. Tujuan pokoknya
adalah menghadapkan diri kepada Allah yang maha esa dan mengkonsentrasikan
niat kepada-Nya dalam setiap keadaan. Dengan adanya tujuan itu seseorang akan
mencapai derajat yang tinggi di akhirat.Tujuan tambahan adalah agar terciptanya
kemaslahatan diri manusia dan terwujudnya usaha yang baik.
Shalat umpamanya, disyariatkan pada dasarnya bertujuan untuk menundukkan
diri kepada Allah swt dengan ikhlas, mengingatkan diri dengan berzikir.
Sedangkan tujuan tambahannya antara lain adalah untuk menghindarkan diri dari
perbuatan keji dan munkar, sebagaimana dipahami dari firman Allah swt:

            
           

”Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al-Quran)
dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatanperbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat)
adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(al-ankabut/29: 45)11
Selain menghindarkan diri dari kemungkaran dan kekejian, masih banyak
tujuan lain yang dapat diwujudkan melalui ibadah shalat, seperti beristirahat dari
kesibukan dunia, membantu dalam memenuhi ke