Peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan disiplin kerja guru pada SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus Jakarta Selatan

(1)

Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Dalam

Meningkatkan Disiplin Kerja Guru Pada

SMK AL - Hidayah Lestari Lebak Bulus

Jakarta Selatan

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

OLEH : ALIMUDIN 105018200708

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H/2010


(2)

PERAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI SUPERVISOR DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KERJA GURU PADA SMK AL-HIDAYAH

LESTARI

Abstrak

Alimudin, NIM: 105018200708, ”Peran Kepala Sebagai Supervisor dalam Meningkatkan disiplin Kerja Guru Pada SMK AL-Hidayah Lestari”. Skripsi. Jurusan Kependidikan Islam Program Sttudi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan disiplin kerja guru. Penulis mengambil tempat penelitian di SMK AL-Hidayah Lestari, Lebak Bulus. Data penelitian melalui penyebaran angket yang diberikan kepada Responden guru yang berjumlah 25 orang. Jumlah item soal 28 pertanyaan terdiri dari dua aspek, aspek peran kepala sekolah sebagai supervisor dan aspek disiplin kerja guru. Hasil penelitian menunjukan peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan disiplin kerja dengan nilai prosentase rata-rata keseluruhan 78, 68 % dengan kategori sangat efektif. Dari hasil penilaian, aspek peran kepala sekolah sebagai supervisor menunjukan hasil prosentse 82,35 %, masuk dalam kategori sangat efektif dan aspek disiplin kerja guru dengan prosentase 69,5 % dengan kategori efektif. Secara keseluruhan peran kepala sekolah sebagai supervisor dapat dikatakan sangat efektif, dan ditunjukan dengan disiplin kerja guru efektif.


(3)

SURAT PERNYATAAN KARYA PENULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Alimudin

NIM : 105018200708

Program studi : Manajemen Pendidikan Jurusan : Kependidikan Islam

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana strata (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersdia menerima sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 Juni 2010


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Maha pemberi kekuatan, ketabahan serta kesabaran kepada penulis selama menjalani proses penyusunan skripsi yang berjudul, " Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Guru Pada SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus Jakarta Selatan". Tak lupa pula penulis lantunkan shalawat serta salam panjatkan kepada junjungan besar Rasulullah SAW, pembawa sinar penerang umat hingga akhir zaman.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd). Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang tanpa lelah memberikan dorongan baik moril maupun materil kepada penulis. Sudah sepatutnyalah pada kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Rusdy Zakaria, M. Pd, M. Phill, Ketua Jurusan Kepndidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Drs. H. Mu’arif SAM, M. Pd. Ketua Program Studi Manajemen

Pendidikan terima kasih atas kesempatan yang diberikan.

4. Drs. Syafril, M.Pd, dosen pembimbing, terima kasih atas telah luangkan waktu, memberi saran dan arahan selama penyususnan skripsi.

5. Parhanah, SE. kepala sekolah SMK Al-Hidayah Lestari yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang bersangkautan.

6. Drs. Fachruddin, wakil kepala SMK Al-Hidayah Lestari bidang kurikulum, terima kasih atas saran-saran dan bantuannya.


(5)

7. Keluargaku tercinta; kedua orang tuaku bapak Kamaludin (Alm.) dan Ibu Aminah, atas do’a dan segala pengorbanan serta kasih sayang yang tercurhkan tidak pernah ternilai.

8. Sahabat-sahabatku Program Studi Manajemen Pendidikan angkatan 2005, HMI Tarbiyah, PERMASI Jakarta dan KMC Jakarta., semoga kebersamaan kita tidak pernah lepas.

9. Sahabat dekat penulis Dhanay, Rohim, Nana, Ichan, Yanti, Restty dan Maryati, yang selalu ada dekat dalam suka maupun duka, terima kasih sahabat atas motivasinya, semoga Allah memberikan kemudahan dalam mencapai cita-cita kita.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, terima kasih atas do’a dan bantuanya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari berbagi pihak sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Ciputat, 8 Juni 2010


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

SURAT PERNYATAAN KARYA TULIS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Pendidikan 1. Pengertian Kepala Sekolah ... 7

2. Kompetensi Kepala Sekolah ... 9

3. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor ... 10

B. Disiplin Kerja Guru 1. Pengertian Disiplin Kerja ... 15

2. Prinsip-prinsip Disiplin Kerja ... 17

3. Supervisi dan Peningkatan Disiplin Kerja Guru ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 22


(7)

B. Metode Penelitian ... 22

C. Populasi dan Sampel ... 23

D. Teknik Pengumpulan Data ... 23

E. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMK Al-Hidayah Lestari ... 26

B. Deskripsi Data ... 34

C. Hasil Wawancara ... 48

D. Pembahasan Hasil Penelitaian ... 50

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 53

B. Saran-saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55 LAMPIRAN - LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 3.0 ... 27

2. Tabel 3.1 ... 27

3. Tabel 4.0 ... 31

4. Tabel 4.1 ... 32

5. Tabel 4.2 ... 32

6. Tabel 4.3 ... 33

7. Tabel 4.4 ... 33

8. Tabel 4.5 ... 36

9. Tabel 4.6 ... 37

10. Tabel 4.7 ... 37

11. Tabel 4.8 ... 38

12. Tabel 4.9 ... 38

13. Tabel 4.10 ... 39

14. Tabel 4.11 ... 39

15. Tabel 4.12 ... 40

16. Tabel 4.13 ... 40

17. Tabel 4.14 ... 41

18. Tabel 4.15 ... 41

19. Tabel 4.16 ... 42

20. Tabel 4.17 ... 42

21. Tabel 4.18 ... 43

22. Tabel 4.19 ... 43

23. Tabel 4.20 ... 44


(9)

25. Tabel 4.22 ... 45

26. Tabel 4.23 ... 45

27. Tabel 4.24 ... 46

28. Tabel 4.25 ... 46

29. Tabel 4.26 ... 47

30. Tabel 4.27 ... 48

31. Tabel 4.28 ... 48

32. Tabel 4.29 ... 48

33. Tabel 4.30 ... 49

34. Tabel 4.31 ... 49

35. Tabel 4.32 ... 50


(10)

DAFTAR GAMBAR


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses pembelajaran di sekolah.

Dalam meningkatkan kualitas pendidikan terlihat dari keinginan pemerintah untuk melaksanakan reformasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di bidang pendidikan lebih nampak lagi dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Adapun substansi dari Undang-Undang Sisdiknas yang baru tersebut nampak dari visinya: terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu proaktif


(12)

menjawab tantangan zaman.7 Salah satu upaya meningkatkan mutu pendidikan yang ada adalah melakukan pemberdayaan kepala sekolah. Hal ini karena kepala sekolah merupakan motor penggerak bagi sumber daya sekolah terutama guru-guru dan karyawan sekolah. Begitu besarnya peranan kepala sekolah dalam proses pencapaian tujuan pendidikan, sehingga dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya kegiatan sekolah sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepala sekolah itu sendiri. Segenap sumber daya harus didayagunakan sedemikian rupa. Para guru perlu digerakkan ke arah suasana kerja yang positif, menggairahkan dan produktif. Bagaimanapun guru merupakan input yang pengaruhnya sangat besar pada proses belajar. Demikian pula penataan fisik dan administrasi atau ketatalaksanaan perlu dibina agar disiplin dan semangat belajar yang tinggi bagi siswa.

Di antara pemimpin pendidikan yang bermacam-macam jenis dan tingkatannya, kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang sangat penting karena kepala sekolah berhubungan langsung dengan pelaksanaan program pendidikan di sekolah. Kepala sekolah mempunyai tugas berat untuk memajukan sekolah yang dipimpinnya baik kemajuan dalam bidang akademik maupun non akademik. Kemajuan dalam bidang akademik mencakup penguasaan materi pembelajaran baik oleh guru maupun oleh siswa sehingga pencapaian target pencapaian kurikulum dan ketuntasan belajar dapat secara optimal sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sedangkan kemajuan non akademik harus sesuai dengan bidang akademik.

Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepala sekolah sebagai salah satu pemimpin pendidikan. Hal ini karena kepala sekolah merupakan seorang pejabat yang profesional dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk mencapai tujuan pendidikan.

7

Undang-Undang Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional , ( Jakarta : Sinar Grafika, 2007), h. 37


(13)

Dalam paradigma baru manajemen pendidikan, kepala sekolah sedikitnya harus berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator yang singkat EMASLIM.8 Sehingga dengan demikian peranan kepala sekolah sangat penting dalam mencapai kemajuan pendidikan. Dari tujuah peran yang harus dimiliki oleh kepala sekolah ada satu peran sebagai penggerak jalannya proses kegiatan lembaga pendidikan dengan baik yaitu Peran kepala sekolah sebagai supervisor, karena sebagai supervisor atau pengawas sangat berkaitan langsung dengan proses pelaksanaan tugas – tugas yang dilakukan oleh sumber daya sekolah. Dengan adanya supervisi yang dilaksanakan kepala sekolah ini merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar para tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaan sehingga menjadi lebih disiplin dalam bekerja dan profesional.

“Supervisi atau pengawasan adalah suatu proses pembimbingan dari pihak atasan kepada guru-guru dan para personalia sekolah lainnya yang langsung menangani belajar para siswa, untuk memperbaiki situasi belajar mengajar, agar para siswa dapat belajar secara efektif dengan prestasi belajar yang semakin meningkat”.9 Selain itu supervisi dapat diartikan sebagai upaya untuk mengamati secara sistematis dan berkesinambungan; memberi penjelasan, petunjuk, pembinaan dan meluruskan berbagai hal yang kurang tepat; serta memperbaiki kesalahan.10 Hal ini menunjukan bahwa supervisi bukanlah kegiatan sesaat seperti inpeksi, tetapi merupakan kegiatan yang kontinu dan berkesinambungan sehingga guru-guru selalu berkembang dalam mengerjakan tugas dan mampu memecahkan berbagai masalah pendidikan dan pengajaaran secara efektif dan efesien. Untuk itu supervisi atau pengawasan perlu dilakukan oleh kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan agar pekerjaan atau kegiatan dapat berlangsung sesuai

8

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Jakarta: Rosda, 2006), cet. 8, h. 98.

9

Made Pidarta, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, ( Jakarta : Bumi Aksara, 1992), Cet. Ke-1, h. 5

10


(14)

dengan rencana yang telah ditetapkan, sehingga bila terjadi penyelewengan atau penyimpangan dapat ditempuh usaha-usaha perbaikan.

Disiplin adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Sedangkan Disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi sehingga tujuan yang akan di capai lembaga/organisasi tercapai dengan efektif. Dalam pelaksanaanya disiplin kerja memerlukan kesadaran diri untuk mampu melaksanakan tugas dengan baik, selain itu dalam pelaksanaan disiplin kerja juga dibutuhkan suatu pengawasan dari pimpinan. Disiplin kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja, dimana produktivitas merupakan faktor keberhasilan dari suatu organisasi. Dengan demikian terdapat keterkaitan antara disiplin kerja dengan produktivitas, jadi disiplin adalah salah satu penentu berhasil atau tidaknya suatu organisasi. Pengawasan terhadap kinerja guru oleh kepala sekolah sangat diperlukan agar tingkat disiplin kerja guru lebih baik, karena guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tataran institusional dan eksperiensial. Sebab salah satu upaya meningkatkan mutu pendidikan yaitu harus dimulai dari aspek “guru” dan tenaga kependidikan lainnya yang menyangkut kualitas keprofesionalannya maupun kesejahteraan dalam satu manajemen pendidikan yang professional. Pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat kedisplinan guru atau karyawan suatu lembaga/organisasi di antaranya ialah : (1) tujuan dan kemampuan, (2) teladan pimpinan, (3) balas jasa (gaji dan kesejahteraan), (4) keadilan, (5) waskat (pengawasan melekat), (6) sanksi hukuman, (7) ketegasan, dan (8) hubungan kemanusiaan.11

Sekolah Menengah Kejuruan Al – Hidayah Lestari merupakan sekolah yang didirikan oleh yayasan pendidikan Al – Hidayah. Sebagai sekolah kejuruan, SMK Al – Hidayah Lestari selalu menerapkan nilai – nilai kedisiplinan dalam mencapai tujuan pendidikan yang bermutu. Dengan didukung oleh fasilitas yang

11

Malayu S.P Hasibuan, Manajemen sumber daya manusia, ( Jakarta: Gunung Agung, 1997), h. 194


(15)

memadai SMK Al – Hidayah Lestari terus berkembang dan mampu bersaing dengan sekolah kejuruan lainya, baik dalam dunia kerja atau pun masuk perguruan tinggi.

Dalam perkembangannya masih ada kendala yang perlu dibenahi terkait kinerja guru. Berdasarkan pengamatan penulis selama melaksanakan praktik profesi keguruan terpadu masih ada guru yang kurang disiplin, misalnya datang ke sekolah tidak tepat waktu, tidak hadir di kelas pada jam mata pelajaran, tidak mempersiapkan kelengkapan mengajar dan tidak melaksanakan tugas yang di berikan sekolah seperti mengawas ujian semester. Hal ini pun di benarkan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum Bapak Drs. Fachruddin, beliau mengatakan bahwa masih ada guru tidak mengindahkan peraturan sekolah dengan datang terlambat dalam melaksanakan tugas, dan sering izin untuk tidak masuk ke sekolah.12 Timbul pertanyaan dari penulis, mengapa guru kurang disiplin? Dari pengamatan di sekolah penulis melihat kepala sekolah jarang hadir dan terkadang datang ke sekolah pun hanya sebentar, hal inilah yang menjadi salah satu faktor guru kurang disiplin. Sebaliknya pada saat kepala sekolah hadir dan melakukan pengawasan di sekolah, guru lebih fokus dalam melaksanakan tugas. Dari data yang penulis peroleh dari para guru, sebagian besar mereka mempunyai kegiatan lain seperti menjadi dosen, mengajar di sekolah lain dan ada juga yang berbisnis ( berdagang )

Dengan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana peran kepala sekolah sebagai supervisor (pengawas internal) dalam meningkatkan disiplin kerja guru. Dalam hal ini penulis mengadakan penelitian dengan judul : “Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Guru Pada SMK Al - Hidayah Lestari”

B. Identifikasi Masalah

12

Drs. Fachruddin, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMK Al – Hidayah Lestari, 4 Juni 2009, pukul. 10.30


(16)

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, beberapa masalah di identifikasikan sebagai berikut:

1. Pengawasan kepala sekolah belum efektif

2. Kurangnya ketegasan dalam menerapkan sanksi hukuman, sehingga menimbulkan ketidak disiplinan

3. Kurangnya kesadaran tentang arti kedisiplinan dalam menjalankan tugas 4. Kinerja guru belum optimal

C. Pembatasan

Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi pada:

1. Peran kepala sekolah sebagai supervisor, dalam penelitian ini penulis membatasi pada peran kepala sekolah sebagai supervisor (pengawas internal) terkait kinerja guru di sekolah sehingga proses kegiatan pendidikan berjalan dengan efektif.

2. Disiplin kerja guru di SMK Al - Hidayah Lestari, dalam penelitian ini penulis membatasi disiplin kerja guru sebagai tenaga pendidik dalam melaksanakan tugasnya dan disiplin terhadap waktu.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Guru Pada SMK Al - Hidayah Lestari”

E. Manfaat Penelitian


(17)

1. Sebagai pengalaman dan pembelajaran bagi penulis tentang apa yang di teliti

2. Secara Praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi SMK Al - Hidayah Lestari untuk mengetahui peran kepala sekolah dengan tingkat disiplin kerja guru

BAB II

KAJIAN TEORI

.

A. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Pendidikan

1. Pengertian Kepala Sekolah

Kepala sekolah merupakan dua gabungan kata, kedua kata terebut adalah “kepala” dan “sekolah”. Kata kepala dapat diartikan ‘ketua’ atau ‘pemimpin’ dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedangkan ‘sekolah’ adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran.13

13

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahanya, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007) h.83


(18)

Kepala sekolah merupakan salah satu kekuatan efektif dalam pengelolaan sekolah yang berperan bertanggung jawab dalam menghadapi perubahan agar para guru, staf dan siswa menyadari akan tujuan sekolah yang telah ditetapkan, dengan kesadaran tersebut para guru, staf dan siswa dengan penuh semangat melaksanakan tugas masing-masing dalam mencapai tujuan sekolah. Dengan demikian secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.


(19)

1

Dari definisi di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa kepala sekolah adalah seorang yang ditunjuk sebagai pemimpin di satuan pendidikan merupakan pemimpin formal, artinya dia diangkat secara formal (formally Designated Leader) oleh organisasi yang bersangkutan atau organisasi yang menjadi atasanya. Sehingga secara organisatoris mempunyai tugas membina, membimbing, memberi bantuan dan dorongan kepada staf sekolah untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Siapa pun yang akan diangkat menjadi kepala sekolah harus ditentukan melalui prosedur serta persyaratan - persyaratan tertentu.

Menurut M. Ngalim purwanto dalam buku Administrasi dan Supervisi pendidikan, ia mengatakan bahwa syarat menjadi seorang kepala sekolah adalah sebagai berikut:

a. Memiliki ijazah yang sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah

b. Mempunyai pengalaman bekerja yang cukup, terutama di sekolah yang sejenis dengan sekolah yang dipimpinnya.

c. Memiliki kepribadian yang baik, terutama sikap dan sifat-sifat kepribadian yang diperlukan bagi kepentingan pendidikan.

d. Mempunyai keahlian dan pengetahuan luas, terutama mengenai bidang-bidang pengetahuan dan pekerjaan yang diperlukan bagi sekolah yang dipimpinnya.

e. Mempunyai ide dan inisiatif yang baik untuk kemajuan dan pengembangan sekolah.8

Selain itu dalam buku Kepemimpinan Kepala Sekolah karangan wahjosumidjo, kepala sekolah selaku pemimpin pendidikan memerlukan: a. Kemampuan memimpin;

b. Kompetensi administratif dan pengawasan;

c. Pemahaman terhadap tugas dan fungsi kepala sekolah;

d. Pemanhaman terhadap peran sekolah yang bersifat multi function;

e. Tugas pokok kepala sekolah dalam rangka pembinaan program pengajaran, SDM, kesiswaan, dana, sarana, dan fasilitas, serta hubungan kerja sama sekolah dengan masyarakat.9

8

Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), cet.ke-7, h. 106

9


(20)

2. Kompetensi Kepala Sekolah

Untuk menjadi kepala sekolah harus mempunyai kompetensi yang dikuasai, ada lima dimensi kompetensi yaitu:

a. Kompetensi kepribadiaan

1) Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komuitas di sekolah

2) Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin

3) Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah/madrasah

4) Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi

5) Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah/madrasah

6) Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan b. Kompetensi Manajerial

1) Menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkat perencanaan 2) Mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan 3) Memimpin sekolah dalam rangka pendayagunaan sekolah 4) Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah

5) Menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif 6) Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan secara optimal 7) Mengelola sarana prasarana sekolah

8) Mengelola hubungan sekolah dan masyarakat dalam rangka pecarian dukungan sumber belajar dan pembiayaan sekolah.

9) Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru 10) Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran

sesuai tujuan pendidikan nasional.

11) Mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip transparan, akuntabel dan efesien.

12) Mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah.

13) Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik.

14) Mengelola sistem informasi sekolah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan

15) Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah

16) Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah dengan prosedur yang tepat serta merencanakan tindak lanjut.

c. Kompetensi Kewirausahaan

1) Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah

2) Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang efektif


(21)

3) Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai pemimpin sekolah

4) Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi

5) Memiliki naaluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah sebagai sumber belajar peserta didik

d. Kompetensi Supervisi

1) Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru

2) Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat

3) Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru

e. Kompetensi Sosial

1) Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah 2) Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.

3) Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.10

3. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

Supervisi berasal dari bahasa Inggris Supervision yang terdiri atas dua kata, yaitu super dan vision. Kata ‘super’ berarti atas atau lebih, sedangkan ‘vision’ berarti melihat atau meninjau. Jika digabungkan mengandung pengertian melihat dengan sangat teliti pekerjaan secara keseluruhan.11

M. Ngalim Purwanto merumuskan ”supervisi sebagai suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.”12

Rumusan dari M. Ngalim Purwanto lebih menekankan pada pengembangan kemampuan personal dari para guru dan pegawai lainnya untuk lebih meningkatkan kinerjanya. Hal ini dilakukan dengan mengadakan aktivitas-aktivias pembinaan, dengan adanya pembinaan kemampuan guru dan personil sekolah lainya diharapkan memiliki kompetensi yang baik dan kegiatan sekolah akan berjalan dengan baik.

10

Standar Kepala/Madrasah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007, (Jakarta: BSNP, 2007), h. 8-12

11

Departemen Agama RI, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, ( Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2000), h. 31

12


(22)

Kemudian Dalam buku Konsep dan Teknik Supervisi Pendidikan karangan Piet A. Sahertian, mengatakan bahwa ”supervisi adalah usaha memberi layanan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran.”13

Beberapa pendapat ahli merumuskan pengertian supervise, antara lain : a. Ben M. Harris, dalam bukunya Supervisor Behaviour in Education

(1975), menyatakan supervise ialah apa yang personalia sekolah lakukan dengan orang dewasa dan alat-alat dalam rangka mempertahankan atau mengubah pengelolaan sekolah untuk mempengaruhi langsung pencapaian tujuan instruksional sekolah. b. Prof. Dr. Baharudin Harahap, dalam bukunya Supervisi pendidikan

(1983), menyatakan supervise ialah kegiatan yang dijalankan terhadap orang yang menimbulkan atau yang potensial menimbulkan komunikasi dua arah.

c. Drs. Ametembun, dalam bukunya Supervisi Pendidikan (1975), menyatakan supervise pendidikan adalah pembinaan kearah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu belajar-mengajar dikelas pada khususnya.14

Definisi supervisi dalam Carter Good’s Dictionary of Education yang dikutip Oteng Sutisna, supervise didefinisikan sebagai:

“ segala usaha dari para pejabat sekolah yang diangkat dan diarahkan kepada penyediaan kepemimpinan bagi para guru dan tenaga pendidikan lain dalam perbaikan pengajaran; melibat stimulasi pertumbuhan professional dan perkembangan dari para guru, seleksi dan revisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode-metode mengajar dan evaluasi pengajaran”.15

Selanjutnya pengertian Supervisi menurut Kimbal wiles dalam bukunya Supervision for Better School yang dikutip oleh Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, mengartikan supervise sebagai berikut: “supervision is a service activity that exist to help teachers to their job better”.16 Definisi Kimbal lebih

13

Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 19

14

Departemen Agama RI, Administrasi dan Supervisi Pendidikan..., h. 31

15

Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional, (Bandung: Angkasa, 1993), h. 264

16

Hendyat dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), cet. 2, h. 40


(23)

mengutamakan pelayanan seorang guru yang dilaksanakan sedemikian rupa sehingga mereka dapat bekerja lebih baik dari sebelumnya.

Kemudian Soejipto dan Raflis Kosasi merumuskan definisi supervisi secara sederhana, yaitu” semua usaha yang dilakukan oleh supervisor untuk memberikan bantuan kepada guru dalam memperbaiki pengajaran”.17

Dari rumusan di atas pada dasarnnya mempunyai kesamaan secara umum, bahwa kegiatan supervise ditunjukan untuk perbaikan pengajaran melalui peningkatan kemampuan professional guru dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga penulis dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa supervisi/pengawasan merupakan suatu aktifitas untuk memperbaiki dan meningkatkan professional guru sehingga mereka dapat mengatasi masalah sendiri. Dengan demikian perlu adanya pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan oleh kepala sekolah terhadap para guru dan personalia sekolah kearah peningkatan mutu belajar mengajar.

Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya dengan kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efesiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor/pengawas, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan.

Dalam kedudukannya sebagai supervisor/pengawas kepala sekolah bertugas melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk membimbing para guru dalam menentukan bahan pelajaran yang dapat meningkatkan potensi siswa, memilih metode yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar, mengadakan rapat dewan guru, dan mengadakan kunjungan kelas. Supervisi/Pengawasan merupakan control agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dalam kegiatan supervise juga diperlukan yang sifatnya merupakan usaha

17

Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, ( Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999 ), h. 233


(24)

membantu setiap personel terutama guru, agar selalu melaksanakan kegiatan sesuai tugas dan tanggung jawab masing-masing.

Menurut E. Mulyasa dalam buku Menjadi Kepala Sekolah Profesional, pengawasan yang dilakukan kepala sekolah terhadap tenaga kependidikan khususnya guru memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehingga inisiatif tetap berada di tangan tenaga kependidikan;

b. Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama kepala sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan;

c. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan kepala sekolah;

d. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan interpretasi guru;

e. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan supervisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru dari pada memberi saran dan pengarahan;

f. Supervisi sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal, pengamatan, dan umpan balik;

g. Adanya penguatan dan umpan balik dari kepala sekolah sebagai supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan; h. Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu

keadaan dan memecahkan suatu masalah.18

Adapun peranan kepala sekolah sebagai supervisor pendidikan menurut soetopo, yaitu :

a. Membimbing guru agar dapat memahami lebih jelas masalah atau persoalan-persoalan dalam kebutuhan murid serta membantu guru dalam mengatasi persoalan.

b. Membantu guru dalam mengatasi kesukaran mengajar.

c. Memberi bimbingan yang bijaksana terhadap guru baru dengan orientasi. d. Membantu guru memperoleh kecakapan mengajar.

e. Membantu guru memperkaya pengalaman mengajar. f. Membantu guru mengerti makna media pendidikan.

g. Memberi pelayanan kepada guru agar dapat menggunakan seluruh kemampuannya.19

18

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. Ke-3, h. 112

19

Siti Aminah, “Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Terhadap Kinerja Guru”, dalam


(25)

Sedangkan secara umum menurut M. Ngalim Purwanto, kegiatan atau usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah sesuai dengan fungsinya sebagai supervisor antara lain:

a. Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah di dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya;

b. Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan sekolah termasuk media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran dan keberhasilan proses belajar mengajar;

c. Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari dan menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan tuntutan kurikulum yang sedang berlaku;

d. Membina kerja sama yang baik dan harmonis di antara guru-guru dan pegawai sekolah lain;

e. Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai sekolah, antara lain dengan mengadakan diskusi-diskusi kelompok, menyediakan perpustakaan sekolah, dan atau mengirim mereka untuk mengikuti penataran-penataran, seminar sesuai dengan bidangnya masing-masing;

f. Membina hubungan kerja sama antara sekolah dengan komite sekolah atau POMG dan intansi-intansi lain dalam rangka peningkatan mutu pendidikan para siswa.20

Marno Dalam buku Islam by Manajemen and Leadership mengemukakan peran kepala sekolah dalam kaitannya sebagai supervisor, yaitu:

a. Kemampuan menyusun program supervise pendidikan di lembaganya dan dapat melaksanakan dengan baik, supervise akademik maupun supervise klinis.

b. Kemampuan memanfaatkan hasil supervise untuk peningkatan kinerja guru dan karyawan.

c. Kemampuan memanfaatkan kinerja guru/karyawan untuk pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan.21

Dengan demikian kepala sekolah mempunyai peran yang sentral, keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah bertanggung jawab atas kelancaran dan keberhasilan semua urusan pengaturan dan pengelolaan sekolah, dalam hal ini

20

Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan…, h. 119

21

Marno, Islam by Manajemen and Leadership Tinjauan Teoritis dan Empiris Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam, (Jakarta: Lintas Pustaka, 2007), h. 63


(26)

menjalan dengan efektif peran kepala sekolah kedudukannya sebagai pengawas internal atau supervisor.

C. Disiplin Kerja Guru

1. Pengertian Disiplin Kerja

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disiplin berarti tata tertib, ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib.22 Good’s dalam Dictionary of Education mengartikan disiplin sebagai berikut:

a. Proses pengarahan, atau pengendalian keinginan, dorongan atau kepentingan guna mencapai maksud.

b. Mencari tindakan terpilih dengan ulet, aktif dan diarahkan sendiri, sekalipun menghadapi rintangan.

c. Pengendalian prilaku secara langsung dan otoriter dengan hukuman atau hadiah.

d. Pengekangan dorongan dengan cara yang tak nyaman dan bahkan menyakitkan.23

Dalam buku Pedoman pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah 1998, yang disusun oleh D. Soemarmo merumuskan disiplin adalah “suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban”.24

Sedangkan menurut H. Malayu S.P Hasibuan dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia, menyatakan bahwa kedisiplinan adalah “kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan persahaan atau organisasi dan norma-norma yang berlaku”.

Dalam bukunya Mental Hygiene for class room Feacher Benard, yang dikutip oleh Piet A. Sahertian dijelaskan disiplin adalah “factor yang esensial dalam mengembangkan potensi individu dan menciptakan kehidupan yang harmonis dan menimbulkan hasil dalam proses kelompok”.25

22

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 208

23

Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1995), h. 182

24

D. Soemarmo, PedomanPelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib sekolah 1998, (Jakarta: PT. Sekala Jalmakarya, 1997), h. 20

25

Piet Sahertian, Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), h. 126


(27)

Dari definisi-definisi di atas secara singkat dapat dikatakan disiplin adalah suatu keadaan dimana sesuatu itu berada dalam keadaan tertib, teratur serta tidak ada suatu pelanggaran-pelanggaran. Disiplin pada dasarnya merupakan tindakan manajemen untuk mendorong agar para anggota organisasi dapat memenuhi berbagai ketentuan dan peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi, yang di dalamnya mencakup: (1) adanya tata tertib atau ketentuan-ketentuan, (2) adanya kepatuhan para pengikut, dan (3) adanya sanksi bagi pelanggar.

Dengan demikian disiplin kerja adalah suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiki guru dalam bekrja di sekolah, tanpa ada pelanggaran-pelanggaran. Sehingga dalam mewujudkan disiplin kerja para guru harus mengarah pada ketertiban dan pengendalian diri. Siswanto (1989), mengemukakan bahwa disiplin kerja sebagai “suatu sikap menghormati, menghargai patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak menerima sanksi-sanksi apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya”.26

Menurut Ali Imron disiplin kerja dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Disiplin berdasarkan konsep otoritarian, yaitu guru menurut pendapat atasan tidak boleh membantah dan tidak boleh menyumbangkan pikirannya.

b. Disiplin berdasarkan konsep permissive, yaitu guru diberi kebebasan dalam kelas dan sekolah, aturan dilonggarkan dan tidak mengikat apabila menurutnya itu baik.

c. Disiplin berdasarkan konsep tanggung jawab, yaitu guru diberi kebebasan tetapi harus bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukanya.27

Kedisiplinan bagi guru merupakan suatu keharusan untuk diterapkan dalam melaksanakan peran dan tugasnya sebagai pendidik di sekolah, dengan adanya kedisiplinan pada guru selain akan melancarkan kegiatan proses

26

Ahkmad Sudrajat, Konsep Disiplin Kerja, http://akhmadsudrajatwordpress.com/ 2008/11/05/konsep-disiplin-kerja/, 25 November 2009, pukul. 13.30

27


(28)

belajar mengajar, disiplin yang diterapkan guru menjadi contoh bagi murid-muridnya.

Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan khusunya perananya sebagai supervisor/pengawas internal, pengembangan tingkat disiplin kerja guru akan lebih memudahkan kegiatan sekolah. Namun dalam kenyataanya masih banyak hal yang perlu diperhatikan kepala sekolah untuk meningkatkan tingkat disiplin kerja guru.

Menurut M. Arifin sebagaimana dikutip oleh Ahmad barizi, mengidentifikasi beberapa hal yang terkait dengan kinerja guru, diantaranya adalah:

a. Volume upah kerja yang dapat memenuhi kebutuhan

b. Suasana kerja yang menggairahkan atau iklim yang ditunjang dengan komunikasi demokarasi yang serasi antara pemimpin dan bawahan

c. Sikap jujur dan dapat dipercaya dari kalangan pemimpin terwujud dalam kenyataan

d. Penghargaan terhadap need for achievement atau penghargaan terhadap yang berpretasi

e. Sarana yang menunjang bagi kesejahteraan mental dan fisik.28

2. Prinsip-prinsip Disiplin Kerja

Dalam meningkatkan tingkat disiplin para guru dan personil lainya, kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:29

a. Pemimpin mempunyai prilaku positif

Pemimpin harus mampu menjadi panutan bagi bawahan dengan berprilaku yang positif.

b. Penelitian yang cermat

Dalam melihat tindakan indisipliner pemimpin harus cermat dengan tidak cepat mengambil keputusan

28 Ahmad Barizi, Menjadi Guru Unggul, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), h.152 29

Http://Kmpk.Ugm.Ac.Id/Data/Spmkk/3c-Disiplin(Revpeb'03), diakses pada tanggal 25 November 2009, pukul. 13.30


(29)

c. Kesegeraan

Kepala sekolah harus peka terhadap pelanggaran yang terjadi dan sesegera mungkin untuk mengambil suatu tindakan yang bijaksana.

d. Lindungi kerahasiaan (privacy)

Pelanggaran yang terjadi diselesaikan dengan hanya diketahui antara kepala sekolah dengan guru yang melanggar, sehingga yang lain tidak terpengaruh

e. Fokus pada masalah

Hal yang diperbaiki adalah kesalahan yang dilanggar, jadi pemimpin sekolah fokus terhadap penekanan kesalahan yang dilakukan bukan pada pribadinya.

f. Peraturan dijalankan secara konsisten

Peraturan diterapkan tanpa adanya pilih kasih, sehingga siapa pun yang melakukan kesalaha harus dibina.

g. Fleksibel

Dalam Mengambil suatu keputusan harus dengan informasi yang lengkap, telah dianalisa dan dipertimbangkan.

h. Mengandung nasehat

Memberikan pemahaman tentang tindakan/kesalahan yang dilakukan. i. Tindakan konstruktif

Menguapayakan agar semua guru dan staf lainnya tidak mengulangi kesalahan, sehingga tindakan indisipliner bisa diantisipasi.

j. Follow Up

Kepala sekolah melakukan pengawasan terhadap tugas-tugas guru, sehingga diharapkan tidak ada kesalahan yang terulangi lagi.

3. Supervisi dan Peningkatan Disiplin Kerja Guru

Dari penejelasan sebelumnya supervisi pendidikan didefinisikan sebagai proses pemberian layanan bantuan kepada guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas pengelolaan proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Dengan adanya pelaksanaan supervisi


(30)

oleh kepala sekolah diharapkan memberi dampak terhadap terbentuknya sikap professional guru. Sikap professional guru merupakan hal yang amat penting dalam memelihara dan meningkatkan profesionalitas guru, karena selalu berpengaruh pada prilaku dan aktivitas keseharian guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.

Dalam pelaksanaan kegiatan supervise ada beberapa faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya supervisi atau cepat lambatnya hasil supervisi antara lain :30

a. Lingkungan masyarakat tempat sekolah itu berada.

Lingkungan dimana sekolah berada, apakah sekolah itu di kota besar, di kota kecil, atau pelosok.

b. Besar kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah.

Apakah sekolah itu merupakan kompleks sekolah yang besar, banyak jumlah guru dan muridnya, memiliki halaman dan tanah yang luas, atau sebaliknya. c. Tingkatan dan jenis sekolah.

Setiap jenjang sekolah yang di pimpin itu SD atau sekolah lanjutan, SLTP, SMU atau SMK dan sebagainya semuanya memerlukan sikap dan sifat supervisi tertentu.

30


(31)

d. Keadaan guru-guru dan pegawai yang tersedia.

Hal ini dilihat dari guru-guru bagaimana kehidupan sosial ekonomi, hasrat kemampuannya, dan sebagainya.

e. Kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri.

Di antara faktor-faktor yang lain, yang terakhir ini adalah yang terpenting. Bagaimanapun baiknya situasi dan kondisi yang tersedia, jika kepala sekolah itu sendiri tidak mempunyai kecakapan dan keahlian yang diperlukan, semuanya itu tidak akan ada artinya. Sebaliknya, adanya kecakapan dan keahlian yang dimiliki oleh kepala sekolah, segala kekurangan yang ada akan menjadi perangsang yang mendorongnya untuk selalu berusaha memperbaiki dan menyempurnakannya

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Kepala sekolah sebagai supervisor sangat perlu memperhatiakan faktor – faktor yang mempengaruhi pelaksanaan supervisi, hal ini untuk mengetahui bagamana pelaksanaan supervisi yang tepat sehingga dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik.

Selanjutnya dalam peningkatan disiplin kerja guru dapat juga dilakukan dengan menerapkan langkah-langkah supervisi, hal ini diterapkan dalam rangka membina disiplin kerja guru antara lain: 31

a. Merumuskan Standar

Standar tingkah laku disiplin haruslah dirumuskan oleh kepala sekolah sebagai Pembina, demikian juga standar disiplin kerja. Dalam merumuskan standar tersebut, sangat baik manakala guru diikutsertakan, sehingga guru akan merasa memiliki terhadap ketentuan-ketentuan yang dikenakan kepada dirinya.

b. Mengadakan Pengukuran

Langkah selanjutanya pengawasan terhadap didiplin kerja guru adalah mengadakan pengukuran. Yang dimaksud pengukuran yaitu melihat secara nyata perilaku disiplin guru, dalam pelaksanaanya bias menggunakan alat ukur yang lazim dipakai berupa tes dan non tes.

31


(32)

c. Membandingkan Hasil Pengukuran dengan Standar

Hasil pengukuran disiplin kerja guru kemudian dibandingkan dengan standar. Jika berdasarkan pengukuran guru mempunyai perilaku disiplin yang sama atau lebih tinggi dari yang distandarkan, maka dapat dilakukan daur ulang dengan menetapkan standar baru yang lebih tinggi. Sebaliknya, kurang dari standar dilakukan perbaikan.

d. Mengadakan Perbaikan

Perbaikan terhadap disiplin guru terutama dilakukan jika dalam perbandingan antara hasil pengukuran dengan standar yang telah ditetapkan ditemukan minus. Kepala sekolah haruslah mengadakan perbaikan meningkatkan disiplin berdasarkan kekurangan-kekurangan yang ada.

Ada pun berbagai cara perbaikan dalam meningkatkan disiplin kerja tersebut adalah sebagai berikut: 32

1. membuat guru punya rasa aman dan hidup layak 2. menciptakan kondisi kerja yang menyenangkan 3. membuat guru merasa diikutsertakan

4. memperlakukan guru secara wajar 5. membuat guru merasa mampu

6. memberikan pengakuan dan penghargaan atas sumbangan yang ia berikan 7. membuat guru merasa diikutsertakan dalam membuat kebijakan sekolah 8. memberikan kesempatan kepada guru untuk mempertahankan self respect.

32


(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 19 April s/d 12 Mei 2010 dan mengambil tempat di SMK Al - Hidayah Lestari Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran kepala sekolah sebagai supervisor dan tingkat disiplin kerja guru di SMK Al-Hidayah Lestari, Lebak Bulus – Jakarta Selatan.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif Analisis yaitu dengan menjelaskan dan menjabarkan berbagai teori yang diperlukan dalam penjabaran fakta-fakta yang ditemukan. Selain itu, penulis juga menggunakan metode penelitian kuantitatif yaitu metode penelitian dengan menggunakan perhitungan statistik untuk mengungkapkan Bagaimana peran kepala sekolah sebagai pengawas dalam meningkatkan disiplin kerja guru pada SMK Al - Hidayah Lestari.


(34)

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.33 Sampel dalam penelitian ini adalah Guru di SMK Al - Hidayah Lestari berjumlah 25 orang.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data-data yang diperoleh dalam penelitian, maka penulis menggunakan beberapa teknik, antara lain:

1. Metode angket yaitu teknik pengumpulan data dengan cara menyusun suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu hal dalam satu bidang

2. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengalaman dan pencatatan secara sistematis terhadap segala yang tampak pada objek penelitian, observasi ini dilakukan guna mendapatkan informasi tambahan dari hasil wawancara dan angket.

3. Wawancara

Wawancara adalah tanya jawab yang di kerjakan secara sistematis berdasarkan pada tujuan penelitian

.

Adapun penafsiran dari data-data prosentase yang diperoleh, yaitu: a) Sangat efektif, apabila prosentase berada pada interval 76 – 100 b) Efektif, apabila prosentase berada pada interval 56 – 75

c) Kurang efektif, apabila prosentase berada pada interval 40 – 55 d) Tidak efektif, apabila Prosentase berada di bawah interval 40

33

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), h. 130


(35)

Tabel 3.0

Kisi – kisi Instrumen Angket Guru

No Apek Indikator No. Item

1 Peran Kepala sekolah Sebagai Supervisor

1. Pelaksanaan Tugas Pengawasan

2. Supervisi Partisipatif 3. Kepemimpinan dalam

supervisi

4. Hubungan Pemimpin dengan anggota

2, 4, 5, 8, 14, 18, 20

1, 3, 9, 12 6, 7, 10, 11, 15, 16, 19

13, 17

2 Disiplin Kerja Guru 1. Disiplin waktu/kehadiran 2. Tugas dan Tanggung

Jawab Guru (pendidik)

21, 22, 23, 25

24, 26, 27, 28

Jumlah 28 Item

Tabel 3.1

Kisi – kisi Wawancara Kepala Sekolah

No Aspek Indikator Item

1 Sarana prasarana 1. Kondisi atau Kelayakan 1 2 Fungsi kepala sekolah

sebagai

Supervisor/pengawas internal dalam

meningkatkan disiplin kerja guru

1. Kinerja guru 2. Kedisiplinan guru 3. Tugas supervisi

2, 8 3, 4, 7, 10 5, 6, 9


(36)

E. Teknik pengolahan data dan analisa data

Analisa data adalah tehnik yang di gunakan untuk memperoleh jawaban dan kesimpulan sehubungan dengan mencari prosentase setiap jawaban yang di pilih rsponden setelah data di edit, klasifikasikan, dan di tabulasikan terlebih dahulu kemudian diberi skor untuk mencari nilai rata-rata prosentase. Dengan menggunakan teknik deskriptif Analisis, yaitu menggambarkan objek penelitian apa adanya, kemudian di analisis. Tehnik analisanya dengan menggunakan statistik prosentase dengan rumus :

P = F x 100 %

N

Keterangan:

P = Angka prosentase

F = Frekuensi yang di cari prosentsenya N = Jumlah seluruh sampel


(37)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus

1. Sejarah Berdirinya Sekolah

SMK Al-Hidayah Lestari adalah SMK di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Al-Hidayah Lestari yang berlokasi di jalan Kana Lestari Blok K/1 Lebak Bulus Jakarta Selatan, berdasarkan akta notaries Raden Soeryo Wongsowijoyo. Didirikan pada tahun 1993 dan disahkan sesuai dengan keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan Repulik Indonesia (RI) nomor keputusan 017/101.A1/1/95 tentang persetujuan penyelenggaraan sekolah swasta. Proses kegiatan belajar mengajar pertama kali dimulai pada tahun ajaran 1993/1994 dengan membuka tiga jurusan atau program keahlian yaitu akuntansi, sekertaris, dan manajemen bisnis (penjualan). Pada tahun 1997 SMK Al-Hidayah mulai terakreditasi, dengan Akreditasi “B” pada tahun 2008 dan Akreditasi “A” pada tahun 2009. SMK Al-Hidayah Lestari telah meluluskan XIV sampai tahun 2010 dengan tingkat penerimaan siswa naik turun setiap tahunnya.

2. Data Sekolah

Nama : SMK Al-Hidayah Lestari


(38)

Nomor Statistik Sekolah : 4301040075

Nomor SK Pendiri : No. 27 Tanggal 18 Maret 1986 Alamat Sekolah : Jl. Kana Lestari Blok K/1 No. 01

Kelurahan : Lebak Bulus

Kecamatan : Cilandak

Kotamadya : Jakarta Selatan

Provinsi : DKI Jakarta

Telpon/fax : (021) 7661343

Status Sekolah : Diakui

Waktu pelaksanaan PMB : Pagi (shif pagi)

Nama Yayasan : Yayasan Pendidikan Islam Al-Hidayah Tahun Pendirian Sekolah : 19 Juli 1993

Status Pemilikan Gedung : Milik Sendiri Tahun Akreditasi : 1997

Luas Tanah : 2500 M2

Luas Bangunan :1750 M2

Kepala sekolah : Parhana, SE

3. Visi dan Misi SMK Al-Hidayah Lestari a. Visi Sekolah

SMK Al-hidayah Lestari mempunyai visi menciptakan sumber daya manusia yang islami, terampil dan handal serta berwawasan global. Langkah-langkah yang ditempuh untuk mewujudkan visi yang dimaksud antara lain sebagai berikut:

1) Sumber daya yang Islami

a. Semua metode pengajaran bernuansa islami yang dapat memperhalus budi pekerti semua pelajar

b. Mengaktifkan kegiatan rohis

c. melaksanakan kegiatan-kegatan keagamaan 2) Trampil dan Handal


(39)

b. Melaksanakan ujian nasional

c. Ujian nasional akuntansi (dasar satu, dasar dua dan terampil) d. Ujian nasional bahasa inggris

e. Ujian nasional mengetik 3) Berwawasan

a. Mengikutsertakan siswa dalam pelaksanaan ujian kendali b. Ujian kompetensi

c. Studi komperatif

d. Ujian nasional produktif

b. Misi Sekolah

Misi SMK Al-Hidayah lestari yaitu menciptakan kepribadian muslim yang berakhlak mulia, yang berguna bagi bangsa dan negara. Dalam pelaksanaanya untuk mewujudkan pencapaian misi tersebut dilakukan upaya, antara lain:

1) Memotivasi SDM yang religius dan berwawasan 2) Membentuk SDM yang memiliki kualifikasi unggul 3) Membentuk SDM yang memiliki keterampilan standar 4) Menciptakan SDM yang akuntabilitas

4. Tenaga Pengajar dan TU SMK Al-Hidayah Lestari

Tabel 4.0

Tenaga Pengajar SMK Al-Hidayah Lestari

No Nama Guru Ijazah terakhir,

Jurusan

Bidang Studi

1 Parhanah, SE S1 Manajemen Ekonomi

2 Drs. fachrudin S1 Pendidikan Bahasa Inggris

3 H. Moch. Amin, S. Ag S1 Dakwah Bahasa Arab

4 Drs. Basrin Malau S1 Pendidikan Koperasi 5 Drs. Umum Lingga S1 Pendidikan Kewirausahaan 6 Muhyi Choirudin D3 Ilmu Al-quran Agama Islam 7 Wardah Hayati, S. Pd S1 Pendidikan Bhs. Indonesia


(40)

8 Nurlina, S. Pd S1 Pendidikan Akuntansi 9 H. A. Syakir, S. Ag S1 Pendidikan Agama Islam 10 Dra. Ety Purwaningsih S1 Pendidikan Bhs. Indonesia

11 Tarmudi, S. Pd S1 Pendidikan K3, Kolega

12 Rini Suharwanti, S. Pd S1 Pendidikan Ppkn/Sejarah IPS 13 Anton H, S. Pd S1 Pendidikan Produktif Penjualan 14 Dede Sofyan, S. Pd S1 Pendidikan Penjaskes

15 Zakiyah, S. Pd S1 Pendidikan Matematika

16 Abd. Ghofur, S. Pd S1 Pendidikan Produktif Sekertaris

17 Mansur, SE S1 Manajemen Produktif Akuntansi

18 Dadang, S. Amd D3 Komputer Komputer

19 Budi Santoso, S. Pd S1 Pendidikan Bahasa Inggris 20 Nurlaela, S. Pd S1 Sastra Jepang Bahasa Jepang 21 Siti Komariah, SE S1 Akuntansi Seni Budaya

22 Muafifah, S. Pd S1 Pendidikan IPA

23 Faizal faiz, A. Md D3 Komputer Typing Tutor 24 Lia Marantika, S. Pd S1 Pendidikan Bahasa Inggris 25 Mediastuti, S. Pd S1 Pendidikan Matematika

26 Fadilah, SH S1 Hukum BK

27 Drs. A. Saefuddin S1 Pendidikan Bahasa Arab 28 Dra. Hj. Hazamih S1 Pendidikan Bahasa Indonesia

Tenaga pengajar di SMK Al-Hidayah sebagian besar berjenjang strata satu dengan jumlah 25 orang, sisanya bependidikan diplomat III. Namun dengan adanya ketentuan yang dikeluarkan oleh kepala sekolah sebagai upaya peningkatan kompetensi, guru yang masih diplomat III didorong untuk melanjutkan ke tingkat starta satu.

Dengan latar belakang pendidikan strata satu, diharapakan kompetensi yang dimilik akan membantu pelaksanaan kegiatan pembelajaran secara baik dan efektif. Data tabel 4.0 di atas menunjukan jumlah tenaga pengajar dengan jenjang pendidikan dan bidang studi keahliaanya.

Sedangkan tenaga tata usaha di SMK Al-Hidayah Lesatri hanya berjumlah 4 orang yang terdiri dari kepala TU dengan jenjang pendidikan diplomat III perbankan, bendahara dengan jenjang pendidikan Strata satu, dan staf TU yang terdiri 2 orang dengan jenjang pendidikan SMA. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.


(41)

Tabel 4.1 Tenaga Tata Usaha

11 Nama Ijazah, Jurusan Jabatan

1 Lukman Hakim D3 Perbankan Kepala Tu

2 Faesal, SE S1 Akuntansi Bendahara

3 Qaidar Firman SMA IPS Staf TU

4 Syarifuddin SMEA Staf TU

5. Jumlah Siswa SMK Al-Hidayah Lestari

Jumlah siswa yang masuk di SMK Al-Hidayah Lestari setiap tahunnya mengalami naik turun, namun sejak tahun ajaran 2008/2009 penerimaan siswa cendrung meningkat. Ditahun ajaran 2009/2010 ini SMK Al-Hidayah meluluskan 165 siswa yang terdiri dari tiga program studi yaitu akuntansi, perkantoran dan penjualan.

Tabel 4.2

Jumlah Siswa SMK Al-Hidayah Siswa

Kelas Program

L P Jumlah

Akuntansi 22 21 43

Adm. Perkantoran 4 40 44

Kelas 1

Penjualan (2 Kelas) 49 39 88

Akuntansi 13 22 35

Sekertaris 4 34 38

Kelas II

Penjualan 18 16 34

Kelas III Akuntansi 22 25 47

Perkantoran (2 Kelas) 40 44 84

Penjualan 19 15 34

Jumlah 447

6. Keadaan Sarana Prasarana

Sarana prasarana yang ada di SMK Al-Hidayah Lestari secara keseluruhan dalam kondisi baik, karena adanya perawatan dari pihak yayasan sebagai pengelola bangunan. Di tahun ajaran 2009/2010 SMK Al-Hidayah Lestari telah membangun dua ruang belajar, sehingga ruang kelas yang tadinya berjumlah 10 lokal bertambah menjadi 12 lokal. Untuk lebih jelasnya data sarana prasarana dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini.


(42)

Tabel 4.3

Sarana Prasarana SMK Al-Hidayah Lestari

No Bangunan Jumlah Kondisi

1 Ruang Belajar/Kelas 12 Ruang Baik

2 Laboratorium Komputer 1 Ruang Baik

3 Laboratorium Adm. dan Kesekretariatan 1 Ruang Baik

4 Laboratorium Akuntansi 1 Ruang Baik

5 Laboratorium Penjualan/Koperasi 1 Ruang Baik

6 Perpustakaan 1 Ruang Baik

7 Ruang Seni Siswa 1 Ruang Baik

8 Kantor Osis 1 Ruang Baik

9 Kantor Kepsek 1 Ruang Baik

10 Kantor Wakepsek, TU dan Guru 1 Ruang Baik

11 Lapangan Olah Raga 1 Lapangan Baik

12 Aula Pertemuan dan Musholah 1 Aula Baik

7. Kegiatan Kesiswaan/Ekstrakurikuler

Pihak sekolah sangat mendukung berjalannya Kegiatan ekstrakurikuler, selain sebagai pengembangan bakat dan keterampilan bagi siswa, kegiatan ekstrakurikuler juga menjadi daya tarik bagi calon siswa baru yang akan masuk di SMK Al-Hidayah Lestari. Dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di berikan waktu khusus yaitu setiap hari sabtu. Tabel 4.4 di bawah ini dapat dilihat jenis kegiatan ekstrakurikuler dan jumlah pesertanya.

Tabel 4.4

KEGIATAN KESISWAAN / EKSTRA KURIKULER

Jumlah Hari Waktu Tempat NO Jenis Kegiatan

Peserta Kegiatan Kegiatan Kegiatan

1 Rohis 28 Siswa Sabtu 09.00 Sekolah /

Mushola

2 Basket 36 Siswa Sabtu 09.00 Lapangan

Sekolah

3 Sepak Bola 37 Siswa Sabtu 09.00 Lapangan

Lebak Bulus

4 Volley Ball 34 Siswa Sabtu 09.00 Lapangan

Sekolah


(43)

sekolah

6 Seni Musik 27 Siswa Sabtu 09.00 Studio Sekolah

7 Marawis 32 Siswa Sabtu 09.00 Musholla /

Majlis ta'lim

8 Mading 20 Siswa Sabtu 09.00 Gedung SMK

9 Creative Club 41 siswa Sabtu 09.00 Gedung SMK

8. Kurikulum SMK Al-Hidayah Lestari

SMK Al-Hidayah Lestari menerapkan kurikulum sesuai dengan kurikulum yang dikembangkan oleh pemerintah dan berusaha mencapai tujuan pendidikan nasional dalam mencerdaskan bangsa. Sejalan perkembangan kurikulum yang ditetapkan pemerintah, SMK Al-Hidayah telah menggunakan kurikulum 1994, Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Saat ini SMK Al-Hidayah menerapkan kurikulum tingkat saruan pendidikan, secara umum pelaksanaannya cukup baik.

Dalam mengembangkan kurikulum SMK Al-Hiayah Lestari menerapkan standar pencapaian kompetensi sesuai dengan kejuruan yaitu:

1. Program Studi Sekretaris

a. menyelesaikan pekerjaan kesekretariatan dengan cepat dan tepat b. mampu membuat surat kesekretariatan surat bisnis berbahasa

Indonesia dan asing

c. menerapkan prinsip dan teknik pengetahuan warkat

d. mampu menerima steno dan menulis kembali berbahasa Asing

e. mampu menerapkan kesekretarisan baik di instansi pemerintah maupun swasta

2. Program Studi Akuntansi

a. mencatat transaksi keuangan sesuai dengan proses akuntansi b. mengerjakan akuntasi keuangan dan pos neraca

c. Mencatat transaksi dan menyusun laporanharga pokok produksi dalam perusahaan industri.


(44)

9. Struktur Organisasi

Dalam pelaksanan kegiatan organisasi perlu adanya struktur, dalam struktur SMK Al-Hidayah Lestari, kepala sekolah melakukan koordinasi dengan ketua yayasan setiap melakukan kebijakan. Sedangkan Kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya di sekolah di bantu oleh dua wakil kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan. Susunan organisasi SMK Al-Hidayah lestari dapat dilihat dari gambar 1 di bawah ini.

Gambar. I

Struktur Organisasi SMK Al-Hidayah Lestari

Keterangan:

: Garis Komando : Garis Koordinasi Kepala Sekolah

Wakasek

Komite Sekolah

Pembina Osis

BP/BK Wali Kelas Guru Pelajaran

Tata Usaha Perpus

Siswa

PJ. Lab. Ketua Yayasan


(45)

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Data hasil penelitian yang dikumpulkan melalui angket diolah ke dalam distribusi frekuensi prosentase. Untuk memudahkan dalam menganalisis setiap jawaban item soal dibuatkan tabulasi dan kemudian dihitung nilai prosentasenya. Item soal yang ditabulasikan terbagi menjadi dua aspek yaitu aspek peran kepala sekolah sebagai supervisor dan disiplin kerja guru.

1. Aspek Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

Pada tabel. 4.5 di bawah ini menunjukan kepala sekolah dalam mengikutsertakan guru untuk kegiatan supervisi, terdapat 60% guru yang menjawab selalu diikutsertakan, 4 % menjawab sering, sebanyak 32% menjawab kadang-kadang, dan 4 % guru tidak pernah dilibatkan. Ini berarti dalam melakukan kegiatan supervisi kepala sekolah melibatkan guru tetapi ada guru yang tidak pernah diikutsertakan.

Tabel 4.5

Mengikutsertakan Guru dalam Kegiatan Supervisi No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Selalu 15 60

Sering 1 4

Kadang-kadang 8 32

1

Tidak Pernah 1 4

Jumlah 25 100 %

Data tabel. 4.6 di bawah ini menunjukan tingkat pengawasan kepala sekolah terhadap kehadiran guru di sekolah dengan melihat daftar absensi guru, dengan tabulasi sebagai berikut:


(46)

Tabel 4.6

Memeriksa Daftar Hadir Guru

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Selalu 15 60

Sering 8 32

Kadang-kadang 2 8

2

Tidak Pernah - -

Jumlah 25 100 %

Dengan melihat data di atas kepala sekolah dalam hal memeriksa daftar hadir guru, sebanyak 60% (15 guru) yang menjawab selalu memeriksa, 32% (8 guru) yang menjawab sering, 8% (2 guru) menjawab kadang-kadang dan 0 % menjawab tidak pernah. Dari data ini menunjukan bahwa sebagian besar guru menyatakan kepala sekolah selalu memeriksa daftar hadir.

Tabel 4.7 di bawah ini menunjukan jawaban guru mengenai rapat yang diadakan kepala sekolah untuk kegiatan supervisi, sebanyak 11 guru (44 %) menjawab kepala sekolah tidak mengadakan rapat, 5 guru (20%) menjawab kadang-kadang, dan 7 guru (28%) sering serta 2 guru (8%) yang mengatakan kepala sekolah selalu mengadakan rapat dengan guru. Ini berarti bahwa sebagian besar guru menyatakan untuk kegiatan supervisi kepala sekolah tidak mengadakan rapat terlebih dahulu dengan para guru.

Tabel 4.7

Tidak Mengadakan Rapat dengan Guru untuk Kegiatan Supervisi No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Selalu 2 8

Sering 7 28

Kadang-kadang 5 20

3

Tidak Pernah 11 44


(47)

Tabel 4.8

Mengadakan Orientasi Kerja Guru Baru No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Selalu 13 52

Sering 5 20

Kadang-kadang 6 24

4

Tidak Pernah 1 4

Jumlah 25 100%

Dengan melihat tabel 4.8 di atas, kepala sekolah dalam hal memberikan orientasi kerja bagi guru baru menunjukan sebanyak 15 guru (52%) menjawab selalu, 5 guru (20%) menjawab sering, 6 guru (24%) menjawab kadang-kadang dan 1 guru (4%) menyatakan kepala sekolah tidak melakukan orientasi kerja bagi guru baru. Berdasarkan data ini bahwa kepala sekolah cukup baik dalam mengadakan orientasi kerja bagi guru baru.

Berdasarkan tabel 4.9 di bawah ini menunjukan kepala sekolah dalam mengadakan pengawasan terhadap tugas yang diberikan kepada guru, terdapat 14 guru (56%) yang menjawab selalu, 6 guru (24%) menjawab sering dan 5 guru (20%) yang menjawab kadang-kadang kepala sekolah melakukan pengawasan serta 0% jawaban tidak pernah. Ini berarti kepala sekolah selalu melakukan pengawasan kepada para guru.

Tabel 4.9

Pengawasan terhadap Tugas yang diberikan kepada Guru

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Selalu 14 56

Sering 6 24

Kadang-kadang 5 20

5

Tidak Pernah - -


(48)

Tabel 4.10

Memberi bimbingan secara kontinu kepada guru

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Selalu 1 44

Sering 7 28

Kadang-kadang 6 24

6

Tidak Pernah 11 44

Jumlah 25 100%

Dari tabel 4.10 di atas diketahui sebanyak 11 guru (44%) menjawab kepala sekoah tidak memberikan bimbingan secara kontinu kepada guru, 6 guru (24%) mengatakan kadang-kadang dan 7 guru (28%) menjawab sering, sedangkan 1 guru (4%) menjawab kepala sekolah selalu melakukan bimbingan terhadap guru. Data ini menunjukan prosentasen kepala sekolah tidak memberikan bimbingan kepada guru, namun terdapat juga guru yang menyatakan selalu mendapatkan bimbingan

Pada tabel 4.11 di bawah ini menunjukan kepala sekolah memberi bantuan pada saat guru mengalami kesulitan, sebanyak 12 guru (48%) menjawab selalu, 7 guru (28%) menjawab sering, dan 6 guru (24%) menjawab kadang-kadang, 0% yang menjawab tidak pernah. Data ini menjelaskan bahwa kepala sekolah dalam hal memberikan bantuan kepada guru masuk dalam kategori cukup.

Tabel. 4.11

Memberi bantuan pada saat guru mengalami kesulitan No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Selalu 12 48

Sering 7 28

Kadang-kadang 6 24

7

Tidak Pernah - -


(49)

Tabel. 4.12

Mengadakan supervisi kelas

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Selalu 3 12

Sering 16 64

Kadang-kadang 2 8

8

Tidak Pernah 4 16

Jumlah 25 100%

Berdasarkan tabel 4.12 di atas menunjukan kepala sekolah dalam melakukan supervisi kelas pada saat guru mengajar, sebanyak 3 guru (12%) menjawab selalu, 16 guru (64%) menjawab sering dan 2 guru (8%) menyatakan kadang-kadang serta ada guru yang mengatakan kepala sekolah tidak pernah melakukan supevisi kelas sebanyak 4 guru (16%). Ini berarti kegiatan supervisi kelas yang dilakukan oleh kepala sekolah kurang, sehingga pengawasan dalam kegiatan belajar mengajar tidak terlalu menjadi fokus perhatian.

Tabel 4.13

Mengikutsertakan guru membuat program kerja sekolah No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Selalu 15 60

Sering 6 24

Kadang-kadang 4 16

9

Tidak Pernah - -

Jumlah 25 100%

Dari tabel. 4.13 menunjukan kepala sekolah dalam membuat program kerja sekolah, sebanyak 60% guru mengatakan selalu diikutsertakan, dan sebanyak 24% guru menjawab sering, serta 16% guru menjawab kadang-kadang dilibatkan oleh kepala sekolah, 0% yang menjawab tidak pernah. Sehingga dapat disimpulkan dalam membuat program kerja kepala sekolah tidak semuanya melibatkan guru, masih ada guru yang merasa belum dilibatkan.


(50)

Tabel 4.14

Guru diikutsertakan Upgrading No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Selalu 9 36

Sering 7 28

Kadang-kadang 8 32

10

Tidak Pernah 1 4

Jumlah 25 100%

Selanjutnya tabel 4.14 dalam hal pelatihan guru, menunjukan hasil jawaban sebanyak 9 guru (36%) menjawab selalu diikutsertakan dalam pelatihan, 7 guru (28%) menjawab sering dan kadang-kadang guru diikutsertakan sebanyak 8 guru (32%), serta ada 1 guru (4%) yang menjawab merasa tidak diikutsertakan dalam pelatihan kependidikan oleh kepala sekolah. Hal ini berarti bahwa kepala sekolah belum mendorong pengembangan kemampuan semua guru, karena masih adanya guru yang belum ikut pelatihan.

Kemudian tabel 4.15 menunjukan upaya kepala sekolah untuk meningkatkan potensi guru, sebanyak 15 guru (60%) yang menjawab bahwa kepala sekolah selalu berupaya meningkatkan potensi guru, 4 guru (16%) yang mengatakan sering serta 6 guru (24%) yang menjawab kadang-kadang. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru menyatakan bahwa kepala sekolah selalu meningkatkan potensi guru.

Tabel 4.15

Berusaha meningkatkan potensi guru

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Selalu 15 60

Sering 4 16

Kadang-kadang 6 24

11

Tidak Pernah - -


(51)

Pada tabel 4.16 di bawah ini diketahui sebanyak 15 guru (60%) yang mengatakan kepala sekolah selalu mengadakan rapat evaluasi, 6 guru (24%) yang menjawab sering dan 2 (8%) menjawab kadang-kadang, serta 2 guru (8%) yang mengatakan tidak pernah kepala sekolah mengadakan rapat evaluasi dengan guru. Ini berarti meskipun sebagian besar guru menyatakan selalu, namun masih yang menyatakan tidak pernah.

Tabel 4.16

Mengadakan rapat evaluasi dengan guru No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Selalu 15 60

Sering 6 24

Kadang-kadang 2 8

12

Tidak Pernah 2 8

Jumlah 25 100%

Tabel 4.17

Baik hubungan antara kepala sekolah dengan guru No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Selalu 20 80

Sering 3 12

Kadang-kadang 2 8

13

Tidak Pernah - -

Jumlah 25 100%

Berdasarkan tabel. 4.17 menunjukan hubungan antara kepala sekolah dengan bawahan (guru), sebanyak 20 guru (80%) yang menjawab selalu baik, 3 guru (12%) sering dan 2 guru (8%) kadang-kadang baik hubungannya dengan kepala sekolah. Dari data ini dapat di tarik kesimpulan secara umum hubungan antara kepala sekolah dengan bawahan khususnya guru sangat baik.


(52)

Tabel 4.18

Menjelaskan tugas-tugas yang harus dikerjakan guru No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Selalu 15 60

Sering 6 24

Kadang-kadang 4 16

14

Tidak Pernah - -

Jumlah 25 100%

Tabel 4.18 di atas menunjukan peran kepala sekolah dalam menjelaskan tugas yang harus dikerjakan guru, sebanyak 15 guru (60%) yang menjawab selalu memberikan penjelasan, 6 guru (24%) yang menjawab sering serta 4 guru (16%) yang menjawab kadang-kadang kepala dan 0% jawaban tidak pernah. Ini berarti secara umum kepala sekolah dalam memberikan penjelasan tugas kepada guru.

Tabel 4.19

Mewajibkan guru membuat persiapan mengajar (RPP) No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Selalu 15 60

Sering 7 28

Kadang-kadang 3 12

15

Tidak Pernah - -

Jumlah 25 100%

Berdasarkan tabel 4.19 di atas menunjukan kepala sekoah mewajibkan guru membuat persiapan mengajar, sebanyak 15 guru (60%) yang menjawab selalu mewajibkan, 7 guru (28%) sering dan 3 guru (12%) yang menjawab kadang-kadang diwajibkan membuat persiapan mengajar serta 0% jawaban tidak pernah. Ini berarti bahwa kepala sekolah selalu mewajibkan kepada para guru untuk membuat persiapan mengajar.


(53)

Tabel 4.20

Menyediakan media untuk guru dalam mengajar No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Selalu 10 40

Sering 7 28

Kadang-kadang 8 32

16

Tidak Pernah - -

Jumlah 25 100%

Selanjutnya tabel 4.20 di atas menjelaskan kepala sekolah dalam menyediakan media untuk membantu guru dalam mengajar, sebanyak 10 guru (40%) yang menjawab selalu, 8 guru (32%) yang menjawab kadang-kadang dan 7 guru (28%) mengatakan sering menyediakan media. Sehingga dapat disimpulkan kepala sekolah selalu membantu guru dalam menyediakan media pembelajaran untuk memudahkan para guru dalam mengajar.

Kemudian tabel 4.21 di bawah ini menunjukan komunikasi yang baik dengan guru dalam pelaksanaan program kerja, dari data ini sebanyak 19 guru (76%) yang menjawab selalu, 4 guru (16%) yang menjawab sering dan 2 guru (8%) yang mengatakan kadang-kadang kepala sekolah menjalin komunikasi yang baik. Sehingga dari data ini dapat ditarik kesimpulan peran kepala sekolah masuk dalam kategori baik dalam menjalin komunikasi dengan guru dalam pelaksanaan program kerja.

Tabel 4.21

Menjalin komunikasi yang baik dengan guru No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Selalu 19 76

Sering 4 16

Kadang-kadang 2 8

17

Tidak Pernah - -


(54)

Berdasarkan tabel 4.22 di bawah ini menunjukan tugas kepala sekolah sebagai supervisor dalam mengevaluasi dan memperbaiki program yang telah dilaksanakan, sebanyak 14 guru (56%) yang mengatakan kepala selalu mengevaluasi dan memperbaiki, 5 guru (20%) yang menjawab sering dan 6 guru (24%) yang mengatakan kadang-kadang. Hal ini berarti selalu berusaha mengevaluasi dan memperbaiki program sekolah.

Tabel 4.22

Mengevaluasi dan memperbaiki program No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Selalu 14 56

Sering 5 20

Kadang-kadang 6 24

18

Tidak Pernah - -

Jumlah 25 100%

Tabel 4.23

Memberi Hadiah pada guru berprestasi No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Selalu 14 56

Sering 9 36

Kadang-kadang 2 8

19

Tidak Pernah - -

Jumlah 25 100%

Pada tabel 4.23 di atas menunjukan bahwa kepala sekolah secara umum selalu dalam memberikan hadiah bagi guru yang berprestasi, hal ini ditunjukan dengan banyaknya reponden yang menjawab selalu 56% (14 guru), menjawab sering 36% (9 guru) dan 8 % (2 reponden guru) yang menjawab kadang-kadang, serta 0% jawaban tidak pernah. Hal ini pun diperkuat dengan jawaban hasil wawancara dengan kepala sekolah, bahwa pihak sekolah selalu memberikan hadiah dan sertifikat pada setiap semester bagi guru yang berprestasi..


(1)

Tabel. 4.33

Deskripasi Data Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Guru

Aspek Indikator Sk

or Nilai Harapan (NH) Nilai Skor (NS) NS/NH x 100% Kategori Nilai Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

1) Pelaksanaan Tugas Pengawasan 2) Supervisi

Partisipatif 3) Kepemimpinan

dalam supervisi 4) Hubungan

kepala sekolah dengan anggota 55 8 33 2 57 0 18 7 7x4=28 4x4=16 7x4=28 2x4=8 558:25= 22,32 332:25= 13,28 570:25= 22,80 187:25= 7,48 22,32 x 100% 28 = 79,71% 13,28 x 100% 16 = 83% 22,80 x 100% 28 = 81,43% 7,48 x 100% 8 = 93,5% Sangat efektif Sangat efektif Sangat efektif Sangat efektif Disiplin kerja guru

1. Disiplin waktu / kehadiran

2. Tugas dan

tanggung jawab guru 23 1 32 5 4x4=16 4x4=16 231:25= 9,24 325:25= 13

9,24 x 100% 16

= 57,75 % 13 x 100 16 =81,25% Efektif Sangat efektif Rata-rata 22 03

112 88,12 88,12 x 100% 112 = 78,68%

Sangat efektif


(2)

Dari data prosentase di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan disiplin kerja masuk kategori sangat efektif. Aspek kepala sekolah sebagai supervisior dengan nilai prosentase 82,35% dan prosentase disiplin kerja guru 69,5 %. Hal ini menunjukan peran kepala sekolah sebagai supervisor sangat efektif dengan nilai rata-rata hasil prosentasi keseluruhan 78,68%.


(3)

BAB V

PENUTUP

A.

Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian dan menganalisis hasil yang diperoleh, penulis dapat mengangambil suatu kesimpulan, bahwa kepala sekolah sebagai supervisor mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam menggerakan seluruh sumber daya yang ada di sekolah, melahirkan etos kerja dan produktivitas yang tinggi dalam mencapai tujuan pendidikan sehingga proses kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik. Sesuai dengan data yang diperoleh dari hasil penelitian pada SMK Al-Hidayah Lestari bahwa peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatakan disiplin kerja guru sangat efektif dengan nilai prosentase 78,68 %, ini berarti bahwa kegiatan supervisi sangat penting dilaksanakan terkait peningkatan pribadi dan profesi guru untuk lebih disiplin.

Kedisiplinan merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar khususnya disiplin kerja bagi guru, dari data hasil penelitian tingkat disiplin guru di SMK AL-Hidayah Lestari masuk dalam kategori efektif dengan nilai prosentase 69.5 %, ini berarti bahwa belum semuanya guru mengedepankan disiplin kerja, dan tingkat kedisiplinan masih tergantung pada pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah. Hal ini


(4)

menunjukan bahwa bagi guru yang tidak disiplin masih memerlukan pengawasan dan pembinaan dari sekolah sesuai dengan fungsinya kepala sekolah sebagai supervisor.

B. Saran – saran

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di SMK Al-Hidayah Lestari, terkait peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatakan disiplin kerja, ada beberapa yang penulis ajukan sebagai saran untuk kepala sekolah dan guru, diantaranya:

1. Dalam upaya meningkatkan disiplin kerja guru kepala sekolah sebagai supervisor/pengawas internal harus lebih meningkatkan intensitas pengawasannya. Pada saat adanya supervisi dari kepala sekolah kedisiplinan guru terlihat, namun pada saat kepala sekolah tidak ada guru terlihat mengabaikan waktu dan tugas.

2. Perlunya sikap ketegasan dari kepala sekolah dalam menyikapi guru yang sering tidak disiplin, karena dengan tidak adanya sikap ketegasan guru sering kali mengulangi tindakanya yang tidak disiplin.

3. Mengadakan Pembinaan dan pengetahuan tugas serta tanggung jawab profesi guru sehingga diharapkan meningkatkan kesadaran guru untuk mengedepankan prilaku disiplin kerja.

4. Guru sebagai tenaga pendidik seharusnya menjadi contoh teladan pada anak didiknya, untuk itu kewajiban bagi guru untuk berdisiplin dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006

Barizi, Ahmad, Menjadi Guru Unggul, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009

Departemen Agama RI, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Jakaarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Umum, 2000

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 1988.

Fakutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta, 2007

Gunawan, Ary. H, Administrasi Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 1996

Hasibuan, H. Malayu S.P, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 2005

http://dspace.widyatama.ac.id/bitstream/handle/10364/513/.pdf?sequence=4, 19 Mei 2010, pukul 14.00

Imron, Ali, Pembinaan Guru Di Indonesia, Jakarta: Pustaka Jaya, 1995

Marno, Islam By Manajement and Leadership Tinjauan Teoritis dan Empiris Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta: Lintas Pustaka, 2007 Mulyasa, E, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya,

2006

Mulyasa, E, Manajemen berbasis Kompetensi, Jakarta: Rosda, 2002

Pidarta, Made, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1992


(6)

Partanto, A Pius dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Imiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994

Purwanto, M. Ngalim, Aministrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005

Sahertian, Piet A, Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, Surabaya: Usaha Nasional, 1994

Sahertian, Piet A, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2008

Siti Aminah, “Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Terhadap Kinerja Guru”, dalam Media Sekolah, Edisi 57 Tahun III, 1-15 April 2010

Soemarmo, D, PedomanPelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib sekolah 1998, Jakarta: PT. Sekala Jalmakarya, 1997

Soetopo, Hendyat dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara, 1988

Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 1999

Sudrajat, Akhmad, Konsep Disiplin Kerja, dari

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/11/05/konsep-disiplin-kerja/, 25 November 2009, pukul. 13.30

Http://Kmpk.Ugm.Ac.Id/Data/Spmkk/3c-Disiplin(Revpeb'03), 25 November 2009, pukul. 13.30

Sutisna, Oteng, Aministrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional, Bandug: Angkasa, 1993

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Jakarta: Sinar Grafika, 2007

Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007