Perancangan Media Leaflet di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan Tahun 2015

(1)

(2)

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Oktober 2015

Lailatul Maghfiroh Salim NIM. 1111101000006


(3)

ii

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PROMOSI KESEHATAN

Skripsi, November 2015

Lailatul Maghfiroh Salim, NIM: 1111101000006

PERANCANGAN MEDIA LEAFLET HIV/AIDS DI SMP AL-HIDAYAH LEBAK BULUS, JAKARTA SELATAN TAHUN 2015

(xiv + 89 halaman, 1 tabel, 13 gambar, 1 bagan, 11 lampiran) Abstrak

Isu-isu yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi kadang merupakan isu yang pelik dan sensitif, seperti hak-hak reproduksi, kesehatan seksual, penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, kebutuhan khusus remaja dan jangkauan pelayanan ke seluruh lapisan masyarakat. Pada tahun 2013 di Jakarta Selatan prevalensi HIV 92 kasus dan prevalensi AIDS sebesar 80 kasus. Menurut studi pendahuluan di SMP Al-Hidayah menyatakan bahwa pengetahuan mengenai HIV/AIDS rendah dan tidak ada media promosi kesehatan serta penyuluhan. Salah satu program pencegahan HIV/AIDS dengan pemberian penyuluhan kesehatan di sekolah dan di masyarakat menggunakan media yang tepat oleh karena itu penelitian ini bertujuan menghasilkan prototipe media leaflet HIV/AIDS pada siswa SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan tahun 2015.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Informan dalam penelitian terdiri dari 11 siswa SMP Al-Hidayah, 4 ahli media, 1 guru SMP Al-Hidayah. Pengumpulan data dilakukan dengan FGD (Forum Grup Discussion) dan wawancara mendalam. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2015.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa leaflet bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, digunakan di program PMR dengan metode ceramah, siswa SMP Al-Hidayah memiliki kelas sosial beragam, mempunyai pengetahuan rendah, belum adanya media promosi kesehatan. Hasil FGD bahwa remaja menyukai media banyak gambar dan bahasa semi formal, pesan langsung ditunjukkan kepada sasaran, diperlukan pesan himbauan, ukuran leaflet sedang lipat 3 (14 x 21), warna yang mengekspresikan remaja, layout seimbang sederhana dan disesuaikan, bentuk text segar non formal, dari hasil tersebut peneliti akan merancang media leaflet dengan warna biru, kuning, merah, hijau, putih hitam dengan layout sederhana seimbang tulisan dan gambar menggunakan bentuk text comic sans, algerian dan times new roman, materi yang disampaikan terkait HIVAIDS dan di buat menggunakan aplikasi corel draw. Setelah melakukan testing didapatkan bahwa FGD dan wawancara mendalam mempunyai hasil yang sama bahwa leaflet HIV/AIDS cocok dan efektif untuk meningkatkan pengetahuan.

Guna meningkatkan pengetahuan remaja terkait penyakit HIV AIDS dibutuhkan media yang tepat dan media yang dipilih adalah leaflet yang di gunakan saat penyuluhan dengan metode ceramah di kegiatan PMR. Berdasarkan hasil studi tersebut, bagi Puskesmas Lebak Bulus diharapkan mendistribusikan media HIV/AIDS. Selain itu, bagi Sekolah SMP Al-Hidayah hendaknya membuat kegiatan penyuluhan menggunakan media leaflet.

Kata Kunci : Leaflet, Kesehatan Reproduksi Remaja, HIV/AIDS, Prototipe, Daftar Bacaan: 56 (1983-2015)


(4)

iii DEPARTEMENT OF PUBLIC HEALTH HEALTH PROMOTION

Undergraduate Thesis, November 2015

Lailatul Maghfiroh Salim, NIM: 1111101000006

DESIGN LEAFLET HIV/AIDS IN AL-HIDAYAH JUNIOR HIGH SCHOOL LEBAK BULUS, JAKARTA SELATAN TAHUN 2015

(xiv+ 89 pages, 1 Table, 13 Pictures, 1 Chart, 11 Attachments) Abstract

Issues related to reproductive health is sometimes a complicated and sensitive issues, such as reproductive rights; sexual health; sexually transmitted diseases (STDs) including HIV/AIDS; the special needs of adolescents and service range to the whole society. In 2013 in South Jakarta 92 cases of HIV prevalence and AIDS prevalence of 80 cases. According to a preliminary study in SMP Al-Hidayah stated that knowledge about HIV/AIDS is low and there is no health promotion media and counseling. One of HIV/AIDS prevention programs provides health education in schools and in communities using appropriate media therefore this research aims to produce a prototype leaflet media HIV / AIDS among junior high school students of Al-Hidayah Lebak Bulus, South Jakarta in 2015.

This research is a qualitative. Informants in this research consist of 11 junior high school students of Hidayah, four media experts, one junior high school teacher Al-Hidayah. Data are collected by FGD (Forum Group Discussion) and in-depth interviews. This research was conducted in July-August 2015.

The results showed leaflets who created aims to improve knowledge , used in a program PMR with the lecture methods, junior high school students al hidayah having a social class diverse , knowledge low, the absence of media promotion health. FGD results showed that teenagers like the media that have lots of pictures and semi-formal language, direct messages shown to target, required message appeals, leaflet a medium-size 3 times folded (14 x 21), colors that express teenager, balanced layout that is simple and customizable, non-formal form of text, from these results, researcher will design a leaflet media in blue, yellow, red, green, black and white with a simple balanced layout of text and images using text form comic sans, algerian and Times New Roman, material made in relation to hivaids and was built by using application corel draw. After testing got that FGD and in-depth interviews showed the same results that leaflet HIV/AIDS suitable and effective to increase knowledge.

In order to increase teenager knowledge of HIV-AIDS-related diseases, we need appropriate media and the chosen media leaflet that is in use when promoting with lecture methods in PMR program. Based on the results of this study, the Lebak Bulus Community Health Centers is expected to distribute reproductive health media. Moreover, the Al-Hidayah Junior High School should make counseling activity using media leaflet.

Keywords: leaflet, Adolescent Reproductive Health, HIV/AIDS, prototype. References: 56 (1983-2015)


(5)

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi

Perancangan Media

Leaflet

HIV/AIDS di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus

Jakarta Selatan Tahun 2015

Telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jakarta, Oktober 2015

Disusun Oleh: Lailatul Maghfiroh Salim

NIM. 1111101000006

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015

Pembimbing I

Yuli Amran, M.KM NIP. 19800506 200801 12 015

Pembimbing II

Dr M. Farid Hamzens, M.si NIP. 19630621 199403 1 001


(6)

v

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, Desember 2015

Penguji I

Ir. Febrianti, M.si NIP. 19710221 200501 2 004

Penguji II,

Riastuti Kusuma Wardani, MKM NIP. 19800516 200001 2 005

Penguji III,


(7)

vi PERSONAL DATA

Nama : Lailatul Maghfiroh Salim

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Gresik, 04 Maret 1993

Status Menikah : Belom Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jl. Ibnu Thaimiyah no 190 RT 02 RW 06 Pisangan Ciputat Tangerang Selatan, Banten

Nomer Hp : 081288634940

E-mail : ferasaa30@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL

2011 – 2016 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2008 – 2011 : MA Al-ishlah Lamongan

2005 – 2008 : SMP Muhammadiyah 12, Lamongan 1999 – 2005 : MI Muhammadiyah 1, Ujung Pangkah


(8)

vii

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan rahma, hidyah dan nikmat yang berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian skripsi yang berjudul “Perancangan Media Leaflet di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan Tahun 2015”. Sholawat dan salam juga dihaturkan kepada Rasulullah saw, semoga kita semua mendapatkan syafatnya di akhirat nanti. Amin

Laporan penelitian skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana kesehatan masyarakat (SKM) Peminatan Promosi Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeru Syarif Hidayatullah Jakarta.

Menilik lebih dalam, laporan ini masih jauh dari sempurna karena “tak ada gading yang tak retak”, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca agar penulis penelitian dapar merevisi dan disempurnakan kembali.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian skripsi ini tidak akan tersusun dan selesai tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepada ayah dan ibu yang senantiasa selalu mendoakan setiap langkah serta tidak hentinya memberikan kasih sayangnya kepada penulis, sehingga penulis bersemangat menyelesaikan laporan penelitian skripsi ini.

2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Fajar Arianti, Ph.D, selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarat. 4. Kepada Ibu Raihana Nadra Alkaff, SKM, MMA, selaku dosen pembimbing


(9)

viii kuliah dan penyusunan laporan skirpsi ini.

5. Ibu Yuli Amran, M.KM selaku pembimbing I skipsi yang telah membimbing dengan tulus dan sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

6. Bapak Dr M. Farid Hamzens, M.si selaku pembimbing II skripsi yang telah memberikan masukan dan arahan dalam bimbingan skripsi sehingga penulis menyelesaikan skripsi.

7. Sahabat proms 2011 terima kasih telah menjadi sahabat dan classmate yang menyenangkan. Semoga kita sukses dan bisa secepatnya lulus bareng-bareng. 8. Unique, Mimih, Denok, Sevi, Ipit, Andam. Terima kasih banyak, I love you

from here to the moon and back!. 9. Ganges Al-Munna. Thanks

10.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Thanks All!.

Terima kasih atas segala bantuan dalam bentuk apapun. Semoga bantuan, petunjuk, bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis mendapatkan barakah dari Allah SWT dan Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Ciputat, 18 November 2015 Peneliti


(10)

ix

LEMBAR PERNYATAAN i

ABSTRAK ii

ABSTRACT iii

LEMBAR PERSETUJUAN iv

LEMBAR PENGESAHAN iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR GAMBAR xvi

DAFTAR BAGAN xvii

DAFTAR LAMPIRAN xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 6

C. Pertanyaan Penelian 7

D. Tujuan Penelitian 9 1. Tujuan Umum 9

2. Tujuan Khusus 9

E. Manfaat Penelitian 9

1. Bagi Mahasiswa 9 2. Bagi Peneliti 9

3. Bagi FKIK (Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan) 10 F. Ruang Lingkup Penelitian 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


(11)

x

1. Penyebab HIV/AIDS 12

2. Cara Penularan HIV/AIDS 12

a. Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral maupun anal dengan seorang

penderita HIV 12

b. Kontak langsung dengan darah atau produk darah atau jarum suntik

13 c. Terjadinya penularan secara vertikal 13

3. Penanganan HIV/AIDS 13

4. Cara Pencegahan 14

a. Abstinence 14

b. Be faithful 14

c. Condom 14

d. Don’t inject 14

e. Education 14

C. Remaja 14

D. Media Kesehatan 16

1. Konsep Media 16

2. Arti Media 15

3. Jenis Media 17

a. Leaflet 19

1) Tipografi 19

2) Warna 20

3) Tata Letak (Layout) 22

4) Bentuk Ukuran 25

4. Kriteria Memilih Media 26

a. Access 26

b. Cost 26

c. Technology 26

d. Interactivity 26

e. Organization 27


(12)

xi

a. Daya tarik (Attraction) 27

b. Pemahaman (Comprehension) 27

c. Penerimaan (Acceptabillity) 27

d. Keterlibatan diri (Self-involvement) 28

e. Persuasi (Persuation) 28

6. Himbauan Pesan dalam Media 28

a. Himbauan Rasional 28

b. Himbauan Emosional 28

c. Himbauan Ketakutan 29

d. Himbauan Ganjaran 29

e. Himbauan Motivasional 29

E. Komunikasi dalam Penyampaian Media 29

1. Pengertian Komunikasi 28

a. Sumber (Komunikator) 31

b. Pesan 31

c. Saluran atau Media 32

d. Penerimaan (Komunikan) 33

F. Langkah-langkah Pengembangan Media Kesehatan 33

1. Konsep (Concept) 34

2. Desain (Design) 34

3. Pengumpulan Bahan-Bahan (Material Collecting) 34

4. Pembuatan (Assembly) 35

5. Testing 35

6. Distribusi (Distribution) 35

G. Kerangka Teori 36

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Pikir 37

B. Definisi Istilah 38

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian 39


(13)

xii

D. Pengumpulan Data 41

1. Data Primer 41

2. Data Skunder 42

E. Instrumen Penelitian 42

F. Triangulasi 42

1. Triangulasi Sumber 42

2. Triangulasi Metode 43

G. Pengolahan Data 43

1. Melakukan Sorting Data 43

2. Pemberian catatan atau komentar terhadap data untuk meningkatkan mutu data

berikutnya 43

3. Menyusun transkrip verbatim dan dilakukan coding 43

4. Pembuatan filing 43

H. Analisis Data 43

1. Menelaah seluruh data yang tersedia dari sumber 43

2. Reduksi data 44

3. Membuat klasifikasi data 44

4. Menganalisa data secara content analysis 44 BAB V HASIL PENELITIAN

A. Konsep (Concept) 45

1. Tujuan Produksi Media 45

2. Karateristik Sasaran 45

B. Desain (Desaign) 47

1. Mengembangkan Pesan 49

a. Bentuk Pesan 49

b. Pesan Langsung Ditunjukkan kepada Sasaran atau Pesan Ditunjukkan

kepada Orang Lain 49

c. Pesan Terkandung Di dalam Leaflet Menyakinkan Sasaran untuk Melakukan Perilaku Berdasarkan Pesan Tersebut 50

2. Menetapkan Konsep 50

a. Bentuk Ukuran Leaflet 50

b. Warna (Background, Tulisan, dan Gambar) Media Leaflet


(14)

xiii

d. Tipografi (Bentuk, Ukuran) Media Leaflet 52 C. Pengumpulan Bahan-Bahan (Material Collecting) 53

D. Pembuatan (Assembly) 54

E. Testing 55

1. Mengembangkan Pesan 57

a. Bentuk Pesan 57

b. Pesan Langsung Ditunjukkan kepada Sasaran atau Pesan Ditunjukkan kepada

Orang Lain 58

c. Pesan Terkandung Di dalam Leaflet Menyakinkan Sasaran untuk Melakukan Perilaku Berdasarkan Pesan Tersebut 60

2. Menetapkan Konsep 61

a. Bentuk Ukuran Leaflet 61

b. Warna (Background, Tulisan, dan Gambar) Media Leaflet 62

c. Tata Letak (Layout) 64

d. Tipografi (Bentuk, Ukuran) Media Leaflet 65 BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian 67

B. Konsep (Concept) 67

1. Tujuan Produksi Media 67

2. Karateristik Sasaran 69

C. Desain (Desaign) 71

1. Mengembangkan Pesan 71

a. Bentuk Pesan 71

b. Pesan Langsung Ditunjukkan kepada Sasaran 73 c. Pesan Terkandung Di dalam Leaflet 74

2. Menetapkan Konsep 75

a. Bentuk Ukuran Leaflet 75

b. Warna (Background, Tulisan, dan Gambar) Media Leaflet


(15)

xiv

d. Tipografi (Bentuk, Ukuran) Media Leaflet 81 D. Pengumpulan Bahan-Bahan (Material Collecting) 83

E. Pembuatan (Assembly) 84

F. Testing 85

1. Mengembangkan Pesan 85

a. Bentuk Pesan 85

b. Pesan Langsung Ditunjukkan kepada Sasaran atau Pesan Ditunjukkan kepada

Orang Lain 86

c. Pesan Terkandung Di dalam Leaflet Menyakinkan Sasaran untuk Melakukan Perilaku Berdasarkan Pesan Tersebut 88

2. Menetapkan Konsep 90

a. Bentuk Ukuran Leaflet 90

b. Warna (Background, Tulisan, dan Gambar) Media Leaflet

91

c. Tata Letak (Layout) 93

d. Tipografi (Bentuk, Ukuran) Media Leaflet 95 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan 97

1. Konsep (Concept) 97

a.Tujuan Produksi Media 97

b.Karateristik Sasaran 97

2. Desain (Design) 98

a. Mengembangkan Pesan 98

1) Bentuk Pesan 98

2) Pesan Langsung Ditunjukkan kepada Sasaran 99 3) Pesan Terkandung Di dalam Leaflet 99

b. Menetapkan Konsep 99


(16)

xv

100

3) Tata Letak (Layout) 100

4) Tipografi (Bentuk, Ukuran) Media Leaflet 100 3. Pengumpulan Bahan-Bahan (Material Collecting) 100

4. Pembuatan (Assembly) 101

5. Testing 101

a. Mengembangkan Pesan 101

1) Bentuk Pesan 101

2) Pesan Langsung Ditunjukkan kepada Sasaran 101 3) Pesan Terkandung Di dalam Leaflet 101

b. Menetapkan Konsep 102

1) Bentuk Ukuran Leaflet 102

2) Warna (Background, Tulisan, dan Gambar) Media Leaflet 102

3) Tata Letak (Layout) 102

4) Tipografi (Bentuk, Ukuran) Media Leaflet 102

B. Saran 103

1. Bagi Puskesmas Lebak Bulus 103

2. Bagi Sekolah 103

3. Bagi Peneliti Lain 103


(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Definisi Istilah 38

Tabel 4.1 Tabel Informan Penelitian 40


(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerucut Pembelajaran Edgar Dale 17 Gambar 2.2 Tahap Pengembangan Media Pengajaran 33 Gambar 2.3 Kerangka Teori Langkah-langkah Pengembangan Media 36

Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran 37

Gambar 6.1 Bahasa Semi Formal 72

Gambar 6.2 Slogan 73

Gambar 6.3 Himbauan Emosional 76

Gambar 6.4 Warna Background Kuning dan Biru 78 Gambar 6.5 Warna Tulisan Kuning dan Putih 79

Gambar 6.6 Warna Tulisan Hitam 79

Gambar 6. 7 Warna Gambar Warna Hijau, Kuning 79

Gambar 6.8 Warna Gambar Merah 79

Gambar 6.9 Warna Putih dan Biru 79

Gambar 6.10 Layout Seimbang Tulisan dan Gambar 81

Gambar 6.11 Jenis Teks Algerian 83

Gambar 6.12 Jenis Teks Comic Sans 83

Gambar 6.13 Jenis Teks Times New Roman 83


(19)

xviii

Bagan 2.1 Komunikasi Sebagai Sistem 33


(20)

xix Lampiran 1 Panduan Wawancara

Lampiran 2 Daftar Pertanyaan Wawancara Mendalam kepada Ahli Lampiran 3 Persetujuan Informan Penelitian

Lampiran 4 Panduan Fokus Group Discussion (FGD)

Lampiran 5 Daftar Pertanyaan FGD kepada Siswa SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan

Lampiran 6 Daftar pertanyaan wawancara mendalam kepada Guru SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan

Lampiran 7 Daftar pertanyaan wawancara mendalam kepada Siswa SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan

Lampiran 8 Matriks Hasil Wawancara


(21)

(22)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Isu-isu yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi kadang merupakan isu yang pelik dan sensitif, seperti hak-hak reproduksi, kesehatan seksual, penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, kebutuhan khusus remaja dan jangkauan pelayanan ke seluruh lapisan masyarakat. Isu-isu tersebut perlu mendapatkan perhatian dan salah satunya adalah perhatian terhadap remaja.

Remaja merupakan generasi penerus bangsa sehingga kualitas remaja sangat mempengaruhi kualitas generasi mendatang dan masa depan. Pada fase remaja, mereka akan mengalami masa labil jika dilihat dari perkembangan fisik maupun psikologis. Remaja perlu memiliki pengetahuan dan informasi yang cukup mengenai kesehatan reproduksi agar mereka memahami proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitar mereka, dengan dimilikinya pengetahuan dan informasi yang benar diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi (Efendi dan Makhfudli, 2009).

Jika remaja mempunyai pengetahuan dan informasi yang rendah tentang masalah kesehatan reproduksi maka akan terjerumus dalam berbagai masalah antara lain, melakukan hubungan seksual sebelum menikah, terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, terjangkitnya penyakit menular seksual (PMS) sampai HIV/AIDS. Karena penyebaran penyakit HIV/AIDS bukan hanya disebabkan oleh penyalahgunaan NAPZA, perilaku seks bebas saja tetapi kurang nya pengetahuan remaja mengenai faktor-faktor resiko penyebab HIV/AIDS (penyalahgunaan NAPZA dan seks bebas) juga berpengaruh. Jika HIV/AIDS sudah terjangkit akan menimbulkan dampak sosial salah satunya akan


(23)

dikucilkan dari pergaulan dan yang nantinya akan merusak masa depan (Efendi dan Makhfudli, 2009).

Sensus penduduk 2010 memperlihatkan bahwa remaja yang berusia 10-19 tahun berjumlah 43.5 juta atau 18% masih rentan akan masalah kesehatan reproduksi. Seperti perkawinan di usia muda, penyakit menular seksual, HIV/AIDS, aborsi yang tidak aman, kehamilan yang tidak di inginkan, NAPZA, kekerasan berbasis jender dan 1,97% kehamilan pada umur 15-19 tahun (RISKESDAS, 2013).

Kasus HIV/AIDS cukup banyak terjadi dikalangan remaja menyebutkan bahwa kasus AIDS pada tahun 2014 dilihat dari golongan umur 15-19 tahun sebesar 1,717 kasus, jika dari remaja sudah cukup tinggi angka penyakit HIV/AIDS bahaya yang akan ditimbulkan adalah infeksi dan pola penyebaran penyakit lain akan sangat mudah masuk kedalam tubuh (Ditjen PP&PL Kemenkes RI, 2014).

Menurut data statistik kasus HIV/AIDS pada tahun 2014 di DKI Jakarta merupakan provinsi tertinggi ke-3 setelah Papua dan Jawa Timur yaitu HIV sebesar 32,782 kasus dan AIDS sebesar 7,477 kasus. Jumlah kasus AIDS berdasarkan data laporan program HIV AIDS di Provinsi DKI Jakarta tahun 2012 yaitu sebanyak 869 kasus. Menurut wilayah, Jakarta Timur merupakan kota administrasi dengan penemuan kasus baru AIDS tertinggi pada tahun 2012, yaitu sebesar 240 kasus, diikuti oleh Jakarta Selatan 199, Jakarta Pusat 196, Jakarta Barat 156, Jakarta Utara 78 dan Kepulauan Seribu 0 kasus baru AIDS (Profil Kesehatan DKI Jakarta, 2012)

Profil kesehatan 2013 suku dinas kesehatan kota administrasi Jakarta selatan menyebutkan bahwa angka prevalensi HIV pada tahun 2013 adalah sebesar 92 kasus sedangkan angka prevalensi AIDS pada tahun 2013 adalah sebesar 80 kasus. Mortalitas AIDS di Jakarta Selatan sebesar 32 kasus yaitu pada laki-laki sebesar 14 kasus dan pada


(24)

perempuan sebesar 18 kasus sedangkan pada tahun 2014 angka prevalensi HIV/AIDS sebesar 502 kasus. (Profil Kesehatan SUDIN Jakarta Selatan, 2013).

Salah satu program pencegahan HIV/AIDS adalah dengan meningkatkan pengetahuan dengan pemberian penyuluhan kesehatan di sekolah dan di masyarakat dengan menggunakan media yang tepat, dalam penyuluhan harus menekankan bahwa mempunyai pasangan seks yang berganti-ganti serta penggunaan obat suntik bergantian dapat meningkatkan risiko terkena infeksi HIV. Pelajar juga harus dibekali pengetahuan seputar HIV/AIDS agar dapat meningkatkan kewaspadaan dini terhadap suatu penyakit dan menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit (Saputra, 2011).

Pengetahuan remaja sendiri mengenai kesehatan reproduksi masih relatif rendah dimana sebanyak 23,0% remaja wanita tidak menengetahui tentang perubahan fisiknya dan hampir 47,9% tidak mengetahui masa suburnya. Pengetahuan remaja mengenai cara menghindari infeksi HIV juga masih terbatas. Hanya 14% remaja perempuan dan 95% remaja pria menyebutkan pantang berhubungan seks, 18% remaja wanita dan 25% remaja pria menyebutkan menggunakan kondom serta 11% remaja wanita dan 8% remaja pria menyebutkan membatasi jumlah pasangan (jangan berganti-ganti pasangan seksual) sebagai cara menghindari penyakit HIV/AIDS (BKKBN, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Sahara Indonesia tahun 2006 menyimpulkan bahwa minimnya pengetahuan dan bimbingan tentang kesehatan reproduksi kesehatan bagi remaja menyebabkan 72,9% kehamilah tidak diinginkan (KTD), 94,8% aborsi yang tidak aman, 5,2% aborsi di fasilitas atau tenaga kesehatan, 32,2% PMS, 54,3% terinfeksi penyakit HIV dan AIDS dari 200 ribu penderita se-Indonesia, serta 78,8% pengguna Napza dari 3,2 juta jiwa pengguna Napza Indonesia (Maolinda dkk, 2012).

Hasil penelitian Rahayuwati (2006) bahwa dari data kualitatif yang dikumpulkan menggunakan wawancara mendalam dan pengamatan langsung terhadap 3 SMP Negeri


(25)

Bandung (SMP Negeri 7, SMP Negeri 14 dan SMP Negeri 44) didapatkan bahwa hampir semua siswa tidak mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai masalah HIV/AIDS begitupula kesadaran tentang bahaya HIV/AIDS, baik dari segi cara infeksi, penularan juga perilaku hidup sehat yang berkaitan dengan penyakit tersebut.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudarmanik (2010) menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tentang narkoba dan bahaya penyalahgunaannya pada siswa SMP Negeri se-Kecamatan Klojen Kota Malang secara umum adalah 58,75% mempunyai katagori pengetahuan kurang baik, 32,30% siswa mempunyai pengetahuan baik, 1,56% siswa mempunyai katagori cukup baik dan 7,39%.

Salah satu program meningkatkan pengetahuan HIV/AIDS dengan memberikan edukasi mengenai HIV/AIDS kepada siswa dengan menggunakan media yang tepat. Pengembangan media yang tepat bagi sasaran adalah hal yang terpenting, karena dengan media yang cocok dapat mempermudah penyuluhan dalam menyampaikan informasi kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan dini terhadap suatu penyakit. Salah satu media yang efektif digunakan untuk memberikan informasi kesehatan adalah leaflet. Media leaflet mempunyai beberapa kelebihan yaitu lebih tahan lama, dapat dibawa kemana-mana, mencakup banyak orang, biaya yang murah dan dapat mempermudah dalam pemahamannya (Notoatmojo, 2003).

Media kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang berdasarkan penelitian yang Menon dkk pada tahun 2015 didapatkan bahwa intervensi penyuluhan menggunakan leaflet

dapat meningkatkan pengetahuan dan majemen diri remaja terhadap penyakit HIV/AIDS. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rokhmawati pada tahun 2015 bahwa ada perbedaan gizi tingkat pengetahuan tentang anemia dengan media leaflet pada remaja Putri di SMP Kristen 1 Surakarta. Penelitian yang dilakukan oleh Khoiri dkk pada tahun 2015 didapatkan bahwa


(26)

terdapat perbedaan skor rata-rata pengetahuan remaja SMP tentang pencegahan HIV/AIDS menggunakan leaflet sebesar12,52 dan menggunakan video sebesar 11,60.

SMP Al-Hidayah yang dijadikan objek penelitian, karena SMP tersebut termasuk dalam wilayah Jakarta Selatan dimana wilayah tersebut angka HIV/AIDS menduduki peringkat kedua setelah Jakarta Timur dan pada tahun 2013 angka HIV/AIDS di Jakarta Selatan meningkat menjadi 204 kasus dan tahun 2014 sebesar 502 kasus sedangkan prevalensi HIV/AIDS Jakarta Timur 381 kasus pada tahun 2014. Berdasarkan dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 31 siswa dan siswi kelas 8 SMP Al-Hidayah pada bulan Juni dengan melakukan pembagian kuesioner diketahui bahwa siswa dan siswi yang mempunyai pengetahuan rendah tentang HIV/AIDS sebanyak 81% dan siswa dan siswi yang mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang HIV/AIDS sebesar 19% ( pengertian HIV 19,3%, pengertian AIDS 16%, media penularan HIV/AIDS 23%, faktor resiko penyakit HIV/AIDS 19,3%, pencegahan HIV/AIDS 19,3%, pengobatan HIV/AIDS 27%, hal-hal yang tidak menularkan HIV/AIDS 16%).

Hasil wawancara yang dilakukan dengan siswi SMP Al-Hidayah menyebutkan bahwa pihak sekolah pernah melakukan pendidikan terkait HIV/AIDS tetapi pendidikan tersebut diselipkan dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan pendidikan HIV/AIDS yang diberikan secara umum saja dan dalam penyampaian pendidikan tidak menggunakan media promosi kesehatan, di SMP Al-Hidayah belum pernah ada penyuluhan yang membahas khusus mengenai HIV/AIDS.

Untuk meningkatkan pengetahuan tentang HIV/AIDS tidak cukup diselipkan di mata pelajaran IPA saja, tetapi perlu diberikan di luar pelajaran. SMP Al-Hidayah mempunyai kegiatan ekstrakulikuler PMR (Palang Merah Remaja) yang bisa digunakan untuk memberikan pendidikan HIV/AIDS sehingga siswa dan siswi SMP AL-Hidayah dapat mencegah perilaku faktor resiko penyakit HIV/AIDS sejak dini. Guna menunjang


(27)

pendidikan HIV/AIDS diperlukan media promosi kesehatan yang cocok untuk mempermudah penyampaian materi, salah satunya adalah leaflet. Selain dapat meningkatkan pengetahuan media leaflet juga dapat dibawa kemana-mana, dapat dibaca berulang kali dan biaya yang murah.

Pemilihan leaflet dilihat dari kondisi siswa dan siswi SMP Al-Hidayah, siswa menginginkan media yang terdapat gambar sekaligus penjelasan yang mudah dibawa dan dapat dibaca setiap waktu dibutuhkan. Jika menggunakan media yang berbasis internet media tersebut membutuhkan perangkat khusus untuk mendaptkan informasi. Tidak semua siswa dan siswi memiliki perangkat yang terdapat fasilitas internet. Sama hal nya dengan video yang membutuhkan perangkat khusus untuk mendapatkan informasi dari media tersebut. Perangkat seperti laptop atau komputer tidak dimiliki oleh semua siswa dan siswi SMP Al-Hidayah.

Dari uraian yang sudah dijabarkan peneliti tertarik melakukan perancangan media leaflet yang akan digunakan pada program ekstrakulikuler yaitu PMR untuk meningkatkan pengetahuan HIV/AIDS pada siswa SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan tahun 2015.

B. Rumusan Masalah

Kasus HIV/AIDS di Indonesia pada tahun 2014 banyak terjadi dikalangan remaja sebanyak 1,717 kasus, berdasarkan dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 31 siswa dan siswi kelas 8 SMP Al-Hidayah pada bulan Juni dengan melakukan pembagian kuesioner diketahui bahwa siswa dan siswi yang mempunyai pengetahuan rendah tentang HIV/AIDS sebanyak 81% dan siswa dan siswi yang mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang HIV/AIDS sebesar 19% ( pengertian HIV 45%, pengertian AIDS 23%, media penularan HIV/AIDS 20%, faktor resiko penyakit


(28)

HIV/AIDS 35%, pencegahan HIV/AIDS 25%, pengobatan HIV/AIDS 45%, hal-hal yang tidak menularkan HIV/AIDS 23%).

Jika remaja mempunyai pengetahuan yang rendah terkait HIV/AIDS masalah kesehatan masyarakat yang akan ditimbulkan semakin meluas, untuk mencegah remaja mempunyai pengetahuan yang rendah dan untuk meningkatkan kewaspadaan dini terhadap penyakit HIV/AIDS salah satu solusinya yaitu dengan melakukan penyuluhan dengan menggunakan media promosi kesehatan yang cocok. Media promosi kesehatan sangatlah banyak diproduksi tetapi media tersebut tidak menanyakan kecocokan media dengan sasaran yang dituju, di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan pernah dilakukan pendidikan mengenai HIV/AIDS tetapi pengetahuan masih rendah, belum ada penyuluhan khusus terkait HIV/AIDS serta media promosi kesehatan yang tepat. Oleh sebab itu, peneliti tertarik melakukan perancangan media leaflet HIV/AIDS pada siswa SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana tahapan konsep pengembangan media leaflet HIV/AIDS di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan tahun 2015?

2. Bagaimana tahapan desain pengembangan media leaflet HIV/AIDS di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan tahun 2015?

3. Bagaimana tahapan pengumpulan bahan-bahan pengembangan media leaflet HIV/AIDS di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan tahun 2015?

4. Bagaimana tahapan pembuatan pengembangan media leaflet HIV/AIDS di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan tahun 2015?

5. Bagaimana tahapan testing pengembangan media leaflet HIV/AIDS di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan tahun 2015?


(29)

(30)

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Dihasilkannya prototipe media leaflet HIV/AIDS di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Dihasilkannya konsep pengembangan media leaflet HIV/AIDS di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan tahun 2015.

b. Dihasilkannya desain pengembangan media leaflet HIV/AIDS di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan tahun 2015

c. Dihasilkannya pengumpulan bahan-bahan pengembangan media leaflet HIV/AIDS di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan tahun 2015 d. Dihasilkannya pembuatan pengembangan media leaflet HIV/AIDS di

SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan tahun 2015

e. Dihasilkannya testing pengembangan media leaflet HIV/AIDS di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan tahun 2015

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini berupa leaflet yang dapat menjadi salah satu solusi pihak sekolah untuk mempermudah dalam penyampaian materi yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja (HIV/AIDS).

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti lain untuk melakukan perancangan media kesehatan reproduksi.


(31)

3. Bagi FKIK (Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan)

a. Sebagai upaya mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu, akademik, penelitian dan pengabdian masyarakat.

b. Dapat dijadikan referensi serta informasi tentang rancangan media kesehatan reproduksi remaja (leaflet HIV/AIDS).

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Peminatan Promosi Kesehatan, Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2015. Adapun lokasinya di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Peneliti akan melakukan perancangan media bertujuan media promosi kesehatan sangatlah banyak diproduksi tetapi media tersebut tidak menanyakan kecocokan media dengan sasaran yang dituju dan dengan media leaflet dapat meningkatkan pengetahuan siswa terhadap HIV/AIDS sehingga siswa dapat melakukan pencegahan dini dan dapat mengurangi prevalensi HIV/AIDS, peneliatn ini dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Setelah peneliti mendapatkan data-data tersebut, peneliti akan mulai membuat rancangan dengan hasil akhir sebuah prototipe dari media kesehatan reproduksi remaja (leaflet HIV/AIDS).


(32)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesehatan Reproduksi

Menurut Mohamad (1998) kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat yang menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental dan sosial serta bukan hanya sekedar penyakit atau gangguan di segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi dan fungsinya maupun proses reproduksi itu sendiri. Kesehatan reproduksi menyiratkan bahwa setiap orang dapat menikmati kehidupan seks yang aman dan menyenangkan, dan mereka memiliki kemampuan untuk bereproduksi, serta memiliki kebebasan untuk menetapkan kapan dan seberapa sering mereka berproduksi (Kusmiran, 2011). Kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi, serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit atau kecacatan (ICPD, 1994).

Hak-hak reproduksi merupakan hak pria dan wanita untuk memperoleh informasi dan mempunyai akses terhadap berbagai metode keluarga berencana yang mereka pilih, aman, efektif, terjangkau, serta metode-metode pengendalian kelahiran lainnya yang mereka pilih dan tidak bertentangan dengan hukum serta perundang-undangan yang berlaku. Hak-hak ini mencakup hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai sehingga para wanita mengalami kehamilan dan proses melahirkan anak secara aman, serta memberikan kesempatan bagi para pasangan untuk memiliki bayi yang sehat (Kusmiran, 2011).


(33)

B. HIV/AIDS

AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrom atau diterjemahkan secara bebas sebagai kumpulan gejala penyakit yang menunjukan kelemahan atau kerusakan yang didapat dari faktor luar dan bukan bawaan sejak lahir. Sebenarnya AIDS merupakan kumpulan gejala-gejala penyakit infeksi atau keganasan tertentu yang timbul sebagai akibat menurunnya daya tahan tubuh atau kekebalan penderita. AIDS merupakan fase terminal (akhir) dari infeksi HIV (Astuti, 2008).

1. Penyebab HIV/AIDS

HIV disebabkan oleh virus yaitu Human Immunodeficiency Virus sedangkan AIDS disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga tubuh mudah terserang penyakit-penyakit lain yang berakibat fatal (Astuti, 2008).

2. Cara Penularan HIV//AIDS

Virus AIDS atau HIV terdapat dalam darah dan cairan tubuh seseorang yang telah tertular, walaupun orang tersebut belum menunjukkan keluhan atau gejala penyakit. HIV hanya dapat ditularkan bila terjadi kontak langsung dengan cairan tubuh atau darah. Dosis virus memegang peranan penting. Semakin besar jumlah virus yang terdapat dalam tubuh maka semakin besar kemungkinan terinfeksi. Jumlah virus terbanyak terdapat dalam darah, sperma, cairan vagina, serviks serta cairan dalam otak, sedangkan di dalam saliva, air mata, urine, keringat dan air susu hanya ditemukan sedikit sekali (Notoatmodjo, 2007).

Terdapat 3 cara penularan HIV, yaitu:

a. Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral maupun anal dengan seorang penderita HIV. Ini adalah penularan yang paling umum terjadi,


(34)

angka kejadian mencapai 80-90 dari total kejadian di dunia. Penularan lebih mudah terjadi apabila terdapat lesi penyakit kelamin dengan ulkus atau peradangan jaringan seperti herpes genetalis, sifilis, genorea, klamidia, kankroid dan trikomonalis. Risiko pada seks anal lebih besar dibandingkan seks pervagina.

b. Kontak langsung dengan darah atau produk darah atau jarum suntik 1) Transfusi darah atau produk darah yang tercemar HIV,

risikonya sangat tinggi hingga mencapai 90%. Ditemukan sekitar 3-5% dari total kejadian di dunia.

2) Pemakaian jarum yang tidak steril atau pemakaian bersama jarum suntik pada pengguna narkoba suntik. Risiko kejadian mencapai 0,5-1% dan terdapat 5-10% dari total kejadian di dunia.

3) Penularan lewat kecelakaan, seperti tertusuk jarum pada petugas kesehatan, risikonya kurang dari 0,5% dan telah terdapat kurang dari 0,1% dari total kejadian di dunia.

c. Terjadinya penularan secara vertikal, melalui ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selama hamil, saat melahirkan atau setelah melahirkan. Risiko kejadian sekitar 25-40% dan terdapat 0,1% dari total kejadian di dunia (Notoatmodjo, 2007).

3. Penanganan HIV

Sampai saat ini belum ada obat yang mampu mengobati HIV secara total dari tubuh pengidapnya. Obat-obat yang dipakai adalah obat antiretroviral (ARV) dan obat profilaksis infeksi. Obat antiretroviral (ARV) adalah obat yang digunakan untuk menghambat perkembangan virus (Astuti, 2008).


(35)

4. Cara Pencegahan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencegahan infeksi HIV diantaranya adalah sebagai berikut (Astuti, 2008):

Pencegahan penularan melalui hubungan seksual memegang peranan penting. Oleh karena itu setiap orang perlu memiliki perilaku seksual yang aman dan bertanggung jawab, yaitu serangkaian upaya yang sering disebut dengan strategi A,B,C,D,E:

a. Abstinence yaitu tidak melakukan hubungan seksual b. Be faithful yaitu selalu setia terhadap pasangan

c. Condom yaitu menggunakan pengaman saat melakukan hubungan yang tidak aman atau berisiko

d. Don’t inject yaitu tidak melakukan penyalahgunaan Napza sama sekali terutama yang disuntikkan, termasuk selalu menggunakan jarum steril untuk tindik, tato dan akupuntur.

e. Education yaitu selalu berusaha mendapatkan informasi yang edukatif dan benar tentang bahaya HIV/AIDS, kesehatan reproduksi dan Napza.

C. Remaja

Secara etiologi, remaja berarti ”tumbuh menjadi dewasa”. Definisi remaja (adolences) menurut WHO adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyebutkan kaum muda (Youth) untuk usia antara 15 sampai 24 tahun. Sementara itu, menurut the health resources dan servise administrasion guidkines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11 sampai 21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11 sampai 14 tahun), remaja menengah (15 sampai 27 tahun), dan remaja akhir (18 sampai 21 tahun). Definisi ini


(36)

kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10 sampai 24 tahun (Kusmiran, 2011).

Definisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:

a. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11 - 12 tahun sampai dengan 20 – 21 tahun.

b. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual. c. Secara psikologis, remaja merupakan masa di mana individu mengalami

perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan moral di antara masa anak-anak menuju dewasa.

Gunarsa (1978) mengungkapkan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Masa remaja adalah masa yang penting dalam perjalanan kehidupan manusia. Golongan umur ini penting karena menjadi jembatan antara masa kanak-kanak yang bebas menuju masa dewasa menuntut tanggung jawab (Kusmiran, 2011).

Menurut Budiman (2002) bahwa remaja mengalami perubahan perilaku sosial, emosional dan moralitas dimana remaja dalam fase pencarian idola, mengidentifikasi diri dengan tokoh moralitas yang diidolakan serta mengikuti gaya teman-teman dan pergaulannya. Remaja di fase itu ingin diakui dikalangan pergaulan mereka itu sebabnya mereka mencari sosok idola dan mengikuti gaya pertemanan agar mendapatkan pengakuan dari kalangannya.


(37)

D. Media Kesehatan 1. Konsep Media

Media berasal dari bahasa latin merupakan jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran” (Kholid, 2014).

Bringgs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran seperti: buku, film, video dan sebagainya. Sementara itu brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dapat mempengaruhi efektivitas dalam pembelajaran (Kholid, 2014).

2. Arti Media

Media adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan ataupun pengajaran. Media disebut juga sebagai alat peraga karena berfungsi membantu dan memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran. Prinsip pembuatan alat peraga atau media bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima atau ditangkap melalui panca indera (Maulana, 2007). Semakin banyak panca indera yang digunakan, semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan alat peraga dimaksudkan mengerahkan indera sebanyak mungkin pada suatu objek sehingga memudahkan pemahaman. Menurut penelitian para ahli, panca indera yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke otak adalah mata (kurang lebih 75% - 87%), sedangkan 13%- 25% pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui indra lainnya (Maulana, 2007).


(38)

Seseorang dapat memperoleh pengetahuan melalui berbagai macam media atau alat bantu pendidikan di dalam proses pendidikannya. Masing-masing media tersebut mempunyai intensitas yang berbeda-beda dalam mempersepsikan bahan pendidikan atau pengajaran. Edgar Dale membagi alat bantu atau media promosi kesehatan menjadi 11 macam dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap alat-alat tersebut dalam sebuah kerucut (Nototmodjo, 2007).

Gambar 2.1

Kerucut Pembelajaran Edgar Dale

3. Jenis Media

Aplikasi media merupakan bagian terpenting dalam sebuah promosi karena media bisa langsung berinteraksi dengan masyarakat, untuk membuat aktivitas pesan yang ingin disampaikan ke masyarakat lebih besar, maka digunakan beberapa pemilihan media yang tepat, hal itu dimaksudkan untuk meringankan jumlah biaya promosi.

Seiring dengan meningkatnya teknologi dibutuhkan kreativitas seseorang dalam menggunakan media untuk dipublikasikan kepada publik atau masyarakat,


(39)

semakin pandai, kreatif kita dalam menyiasati bentuk media promosi yang digunakan akan semakin efektif dan dapat mengenai sesuai dengan saran yang kita harapkan yaitu media cetak terdiri dari poster, leaflet, flip chart (lembar Balik), booklet. Media audio visual terdiri dari televisi, radio, film. Media internet terdiri dari jejaring sosial, website atau blog atau wordpress. Media tersebut dapat digunakan untuk mempermudah pendidikan dan penggunaan media disesuaikan dengan kemampuan finansial maupun kreativitas yang berhubungan sasaran yang diharapkan (Fahrudin dan Raihana, 2014).

a. Leaflet

Leaflet adalah jenis media penyampaian informasi melalui lembaran yang dilipat. Keuntungan menggunakan leaflet antara lain: sasaran dapat menyesuaikan dan belajar mandiri serta praktis karena mengurangi kebutuhan mencatat, sasaran dapat melihat isinya disaat santai dan sangat ekonomis, berbagai informasi dapat diberikan atau dibaca oleh anggota kelompok sasaran, sehingga bisa didiskusikan, dapat memberikan informasi yang detail yang mana tidak dapat diberikan secara lisan, mudah dibuat, diperbanyak, dan diperbaiki serta mudah disesuaikan dengan kelompok sasaran (Fahrudin dan Raihana, 2014).

Sementara itu, ada beberapa kelemahan dari leaflet yaitu : tidak cocok untuk sasaran individu per individu, tidak tahan lama dan mudah hilang, leaflet akan menjadi percuma jika sasaran tidak diikutsertakan secara aktif, serta perlu proses penggandaan yang baik (Fahrudin dan Raihana, 2014).

Di dalam bentuk jadinya flyer atau leaflet mengenal banyak variasi bentuk, setidaknya terdapat delapan variasi bentuk flyer yang dapat dipilih


(40)

sesuai dengan selera dan tentunya saja psikologi dan tipe sasaran (Masri, 2007).

Leaflet atau flyer berformat antara 13 x 20 cm, atau 14 x 21 cm (untuk 2 halaman) atau bisa juga dengan ukuran yang lebih kecil tetapi harus dipertimbangkan karena semakin kecil ukuran leaflet huruf dan konten akan sulit terbaca sebab ukuran huruf harus sesuai dengan format media cetak, huruf dengan ukuran kecil cocok untuk media cetak berformat kecil pula (Masri, 2007).

1) Tipografi

Di dalam desain grafis, tipografi atau tipe teks di definisikan sebagai suatu proses seni untuk menyusun bahan publikasi menggunakan huruf cetak, oleh karena itu menyusun meliputi merancang bentuk huruf cetak sehingga merangkainya dalam sebuah komposisi yang tepat untuk memperoleh suatu efek tampilan yang dikehendaki (Kuristianto, 2007)

Huruf menjadi suatu yang memiliki makna ganda, huruf juga dapat menjadi sesuatu yang dapat dilihat (bentuk atau rupa huruf) dan dapat dibaca (kata atau kalimat). Selain itu juga huruf memiliki makna yang tersurat (pesan atau gagasan) dan makna yang tersirat (kesan) (Rustan, 2010).

Pada dasarnya huruf memiliki energi tersendiri yang dapat mengaktifkan gerak mata. Energi ini dapat dimanfaatkan secara positif jika dalam penggunaanya diperhatikan tata letak penempatanya, kenyamanan keterbacaan serta interaksi huruf


(41)

terhadap ruang dan elemen-elemen visual di sekitarnya (Rustan, 2010).

Banyak pilihan jenis huruf jika ingin membuat suatu media atau tulisan, tipe huruf times new roman cocok digunakan ditulisan formal atau akademis, tipe huruf sans comic cocok digunakan ditulisan non formal karena lebih terlihat lucu dan segar. Banyak yang lebih memilih tipe huruf serif face seperti time new roman atau bookman karena tipe huruf tersebut lebih mudah dapat dibaca jika dibandingkan sans serif seperti arial, verdana atau abad gothic, tetapi dalam pemilihan tipe huruf dapat disesuaikan dengan konten yang akan dibuat, jika menggunakan lebih dari satu jenis huruf gunakan masing-masing secara konsisten (Jefkins, 2004).

Jika tipe huruf sudah ditentukan hal perlu diperhatikan adan ukuran bentuk huruf, bentuk huruf yang digunakan haruslah yang mudah dibaca. Ukuran harus sesuai (panjang, lebar dan tinggi) letak pesan juga harus disesuaikan dengan gambar atau logo yang akan di pasang (Dani, 1999).

2) Warna

Warna memiliki peran besar dalam pengambilam keputusan saat memilih media atau produk yang akan dipakai. Bahkan 90% diyakini orang memilih barang dikarenakan warna, oleh sebab itu diperlukan riset mendalam dari segi psikologis mengenai warna dengan budaya, karateristik produk dan sasaran (Holtzschue, 2006).


(42)

Banyak studi yang menunjukan bahwa warna dapat membangkitkan perasaan dan memiliki arti yang berbeda-beda pada setiap orang, respon yang dihasilkan terhadap warna juga berbeda hal ini dipengaruhi oleh lingkungan budaya dan pengalamannya. Berikut ini beberapa interpentasi warna yang mungkin saja berbeda pada suatu kelompok tertentu (Isroi, 2007)

a) Hitam: Berat, formal, sangat teknik, kematian, kesedihan, rahasia, misteri, jahat.

b) Coklat: Bumi, tanah, organik, kesederhanaan, lingkungan, stabilitas.

c) Biru: Perdamaian, kebebasan, sanis, kepercayaan, langgit, perintah, percaya diri, keamanan, loyalitas, ketengangan, laut.

d) Ungu: Royalti, kebebasan, spiritual, misteri.

e) Hijau: Uang, pertumbuhan, kesuburan, kesegaran alam, lingkungan, ramah lingkungan, daun, kesehatan, efek penyembuhan, reptil, serangga. f) Abu-abu: Konservatif, eksekutif, praktikal, dapat

dipercaya atau diyakini, kemanan, serius.

g) Merah: Panas, cinta, agresifitas, intensitas, napsu, kegairahan, bahaya.

h) Oranye: Flamboyan, ekspansi, kehangatan.

i) Kuning: Optimisme, kebahagiaan, kesuksesan, idealisme, imajinasi, hati-hati.


(43)

j) Putih: Kemurnian, kesucian, keserdahanaan, kebersihan, kehormatan.

Menurut Holtzschue (2006) pemilihan warna juga sangat berpengaruh pada layout yang dibuat terutama warna-warna yang melatar belakangi teks maupun gambar, selain warna yang harmoni keterbacaan teks juga sangat diperlukan. Standar warna yang digunakan pada proses cetak brosur menggunakan sistem warna cyan magenta yellow black (CMYK), grayscale atau hitam putih dan warna-warna khusus.

3) Tata Letak (Layout)

Tata letak adalah suatu kerja gambar yang memperlihatkan bagaimana sebuah pesan ditampilkan. Sebuah tata letak adalah suatu susunan instruksi yang diiringi potongan naskah yang memperlihatkan bagaimana sebuah pesan ditampilkan (J. Thomas Russel dan W. Ronald Lane, 1996).

Tantangan yang paling menarik dari desain grafis maupun tata desain layout adalah “ketiadaan aturan atau hukum universal”, tergantung minat desainer dan serba relatif. Dapat juga menggunakan sarana dan teknik dalam suatu karya secara efektif dan berhasil, tetapi belum tentu sarana dan teknik tersebut efektif dan cocok untuk karya yang lain (Kuristianto, 2007).

Kefektifitasan desain grafis memberikan kemudahan kepada seseorang untuk menerima suatu produk, jasa atau untuk sekedar pandangan. Pengambilan keputusan sering


(44)

dipengaruhi oleh emosi (mood) dan intusi, dimana hal itu dipengaruhi langsung oleh media cetak yang memuat penjelasan. Melalui media cetaklah orang akan dapat membaca serta melihat pesan tersebut berulang-ulang, jika pesan disampaikan dalam format buruk, orang tidak akan melihat kembali (Kuristianto, 2007).

Ada dua aturan mendasar untuk tata letak (basic rules of layout). Pertama, tata letak tidaklah berakhir pada itu sendiri, pembaca tidak melihat bagaimana penyusunan dan penyebaran tata letak. Jika seorang pembaca memfokuskan perhatian pada tata letak melebihi dari tulisan artikel dan gambar-gambar, maka tata letak itu sudah gagal, karena pada hakikatnya tata letak harus mengundang pembaca supaya memperhatikan gambar-gambar dan artikel-artikel, bukan hanya susunannya pada halaman tersebut (Jefkins, 1995).

Kedua, pada halaman ganda sebaiknya ditempatkan sebuah gambar yang menghubungkan dan menyambungkan halaman-halaman terpisah, aturan lain tata letak majalah yang bisa juga digunakan di media cetak lainnya, yakin (Jefkins, 1995):

a) Jaga tata letak itu dengan konsekuen. Suatu penggantian yang hati-hati atas gaya huruf untuk atu subjudul dan huruf-huruf setingkatan akan memberi suatu kesan berbeda


(45)

c) Distribusikan unsur-unsur

d) Jangan buat unsur-unsur saling berlawanan satu sama lain. Berikan warna kelabu dan putih diantara unsur-unsur menyolok

e) Perhatikan besar kecilnya gambar-gambar f) Hindari berjubelnya judul di puncak halaman g) Judul jangan ditumpuk di bagian bawah halaman h) Hindari judul-judul dari ukuran yang sama saling

bersebelahan pada lebih dari dua kolom i) Gunakan jenis huruf yang berbeda-beda j) Sajikan cerita besar atau penting

k) Jangan takut melakukan percobaan membuat sebuah pola yang akan memberikan kesegaran baru kepada majalah

l) Usahakan tidak ada sambungan ke halaman lain, sambungan saat mengganggu pembaca dan harus membolak-balik halaman. Konsentrasinya dapat terganggu. Kalau terpaksa menyambung, sambungan tersebut hendaknya dimuat dihalaman yang mudah ditemukan, seperti halaman 1 ke halaman belakang, jangan ke halaman dalam atau tengah.


(46)

4) Bentuk Ukuran

Bentuk ukuran menentukan kesan besar kecilnya suatu peranan objek, didalam menentukan ukuran suatu media disamping keindahan, ukuran barang cetak sebagai daya tarik tersendiri. Hal ini juga tetap memperlihatkan keterbatasan-keterbatasan, contohnya keterbatan fungsi, keterbatasan waktu, keterbatasan bahan, keterbatasan sarana produksi (Sadjiman, 2009).

Pemilihan bentuk ukuran media juga harus melihat psikologis sasaran, jika mereka orang sibuk dan serba tergesa-gesa usahakan tidak membuat media yang berbentuk accordion atau bentuk delapan lipatan (leaflet) hal ini akan merepotkan sasaran (Masri, 2007)

4. Kriteria Memilih Media

Keberhasilan menggunakan media dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tergantung pada isi pesan, cara menjelaskan pesan dan karateristik penerima pesan, dengan demikian dalam memilih dan menggunakan media, perlu diperhatikan ketiga faktor tersebut. Tidak berarti bahwa semakin canggih media yang digunakan akan semakin tinggi hasil belajar atau sebaliknya, bahan ajarnya dikemas dengan tepat serta disajikan kepada audience yang tepat pula, secara operasional terdapat beberapa pertimbangan dalam memilih media pembelajaran yang tepat, antara lain (Kholid, 2014):

a. Access

Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih media apakah media yang diperlukan itu tersedia, mudah dan dapat


(47)

dimanfaatkan oleh audience. Misalnya, jika ingin menggunakan media internet, perlu dipertimbangkan terlebih dahulu, apakah ada saluran untuk koneksi ke internet, adakah jaringan teleponnya. Akses juga menyangkut aspek kebijakan, misalnya apakah audience diizinkan untuk menggunakan komputer yang terhubung ke internet, jangan hanya kepala sekolah saja yang boleh menggunakan internet tetapi juga penyaji atau karyawan dan audience, bahkan audience lebih penting untuk memperoleh akses.

b. Cost

Biaya juga harus menjadi bahan pertimbangan, banyak jenis media yang dapat menjadi pilihan kita. Media pembelajaran yang canggih biasanya mahal, namun biaya itu harus kita hitung dengan aspek manfaat. Sebab semakin banyak yang menggunakan, maka unit cost dari sebuah media akan semakin menurun.

c. Technology

Mungkin saja kita tertarik kepada suatu media tertentu, tetapi kita perlu memerhatikan apakah teknisnya tersedia dan mudah menggunakanya, contohnya jika ingin menggunakan media visual promosi, perlu kita pertimbangkan apakah ada aliran listriknya, apakah voltase listriknya cukup dan sesuai, bagaimana cara mengoprasikannya.

d. Interactivity

Media yang baik adalah yang dapat memunculkan komunikasi dua arah, semua kegiatan pembelajaran yang akan dikembangkan oleh penyaji tentunya saja memerlukan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut.


(48)

e. Organization

Pertimbangan yang juga penting adalah dukungan organisasi, misalnya apakah pimpinan sekolah atau pimpinan yayasan mendukung, bagaimana pengorganisasiannya, apakah di sekolah tersedia sarana yang disebut pusat sumber belajar.

f. Novelty

Kebaruan dari media yang akan dipilih juga harus menjadi pertimbangan, sebab media yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih menarik bagi audience, dari beberapa pertimbangan diatas, yang terpenting adalah adanya perubahan sikap penyaji agar mau memanfaatkan dan mengembangkan media pembelajaran yang “mudah dan murah”, dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan sekitarnya serta memunculkan ide dan kreativitas yang dimilikinya.

Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. 5. Komponen-Komponen Pesan dalam Media

Menurut Betrand, J. T. (1978) di dalam suatu media pembelajaran, media tersebut harus mengandung pesan dimana pesan tersebut harus mengandung komponen-komponen sebagai berikut :

a. Daya tarik (Attraction): adalah pesan yang cukup menarik dan dapat mempertahankan perhatian audiens atau target.

b. Pemahaman (Comprehension): pesan jelas dapat dipahami.

c. Penerimaan (Acceptabillity): apakah pesan berisi sesuatu yang menyinggung atau tidak menyenangkan.


(49)

d. Keterlibatan diri (Self-involvement): pesan dianggap diarahkan kepada individu dalam target audiens. Apakah mereka merasa pesan untuk diri mereka sendiri atau apakah itu untuk orang lain?

e. Persuasi (Persuation): pesan mampu meyakinkan target audiens untuk melakukan perilaku yang diinginkan. Persuasi ini lebih sulit untuk mengukur secara langsung.

6. Himbauan dalam Pesan Media

Dalam media promosi pesan dimaksudkan untuk mempengaruhi orang lain atau pesan itu untuk menghimbau khalayak sasaran agar mereka menerima dan melaksanakan gagasan kita, yang perlu diperhatikan adalah (Kholid, 2014):

a. Himbauan Rasional

Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa manusia pada dasarnya makhluk rasional, contohnya pesan “datanglah ke posyandu untuk imunisasi anak anda, imunisasi melindungi anak dari penyakit berbahaya” para ibu mengerti pesan itu, namun kadang tidak bertindak karena keraguan.

b. Himbauan Emosional

Kebanyakan perilaku manusia, terutama kaum ibu, lebih didasarkan pada emosi daripada hasil pemikiran rasional. Beberapa hal menunjukkan bahwa pesan dengan menggunakan himbauan emosional sering lebih berhasil dibanding dengan imbuan dengan bahasa rasional. Contoh “Diare penyakit berbahaya, merupa penyebab kematian bayi. Cegahlah dengan stop BAB (Buang Air Besar) sembarang”. Kombinasikan dalam poster hubungan gagasan dengan unsur visual dan nonverbal, misalnya dengan gambar anak balita sakit, kemudian tertera pesan “Lindungi Anak Anda”


(50)

c. Himbauan Ketakutan

Penggunaan himbauan dengan pesan yang menimbulkan ketakutan harus digunakan secara betrhati-hati, ada sebagian orang yang mempunyai kepribadian kuat justru tidak takut dengan himbauan semacam ini. Tetapi sebaliknya kelompok orang yang memiliki tingkat kecemasan tinggi, pesan semacam ini akan lebih efektif.

d. Himbauan Ganjaran

Pesan dengan himbauan ganjaran dimaksudkan menjanjikan sesuatu yang diperlukan dan diinginkan oleh si penerima pesan. Teknik semacam ini dirasa cukup masuk akal, karena pada kenyataannya orang akan lebih banyak mengubah perilakunya bila akan memperoleh imbalan (terutama materi) yang cukup.

e. Himbauan Motivasional

Pesan ini dengan menggunakan bahasa himbauan motif yang menyentuh kondisi internal diri si penerima pesan. Manusia dapat digerakkan lewat dorongan kebutuhan biologis seperti lapar, haus, keselamatan, tetapi juga lewat dorongan psikologis seperti kasih sayang, keagaman, prestasi dan lain-lain.

E. Komunikasi dalam Penyampaian Media 1. Pengertian komunikasi

Menurut para ahli komunikasi memiliki pengertian sebagai berikut : (Depkes RI, 2008).

a. Schramm (1954) merumuskan bahwa arti komunikasi adalah “getting the receive and the sender “tuned” together for partivular massage


(51)

(menyebabkan penerima dan pengirim bersesuaian terhadap pesan tertentu).

b. Robins (1982) merumuskan komunikasi sebagai “perbuatan penyampaian suatu gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain”.

c. Susanto (1977) mengemukakan bahwa komunikasi adalah “proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti”.

Dari rumusan-rumusan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

a. Dalam komunikasi terjadi proses penyampaian pesan, gagasan, informasi dari seseorang terhadap orang lain.

b. Penyampaian pesan, gagasan dan informasi ini menggunakan lambang-lambang tertentu.

c. Penyampaian pesan gagasan dan informasi dari pengirim kepada penerima dengan menggunakan lambang merupakan suatu proses.

d. Pesan, gagasan dan informasi yang disampaikan diharapkan dapat menimbulkan pengaruh dalam bentuk perubahan tingkah laku terhadap penerima pesan.

Dapat disimpulkan mengenai pengertian komunikasi yaitu komunikasi merupakan proses penyampaian pesan, gagasan, informasi yang menggunakan lambang-lambang dari seseorang ditujukan kepada orang lain dengan harapan adanya pengaruh terhadap penerima pesan. Adapun unsur-unsur komunikasi sebagai berikut : (Depkes RI, 2008).


(52)

a. Sumber (Komunikator)

1) Semua komunikasi berasal dari suatu sumber. Sumber ini mungkin dalam bentuk individu, dalam bentuk kelompok, bahkan dalam bentuk kelembagaan.

2) Dalam proses komunikasi, sumber dituntut untuk mempunyai keterampilan-keterampilan seperti berbicara, berfikir, menulis dan lain-lain. Sumber juga diharapkan mempunyai sikap yang positif terhadap penerima pesan, selain itu sumber juga harus mempunyai pengetahuan yang mendalam terhadap pesan yang akan disampaikan maupun terhadap penerima pesan.

b. Pesan

1) Pesan-pesan dalam proses komunikasi disampaikan melalui bahasa tertentu yang sama dengan bahasa penerima pesan. Pesan ini pun dapat disampaikan melalui musik, seni maupun gerakan-gerakan tubuh atau isyarat-isyarat tertentu.

2) Tingkat kesulitan pesan harus dipertimbangkan sebelum pesan disampaikan kepada penerima pesan, artinya tingkat kesulitan pesan disesuaikan dengan tingkat pengetahuan atau pendidikan dari penerima pesan.

3) Isi pesan perlu disesuaikan dan diorganisasikan dengan tujuan untuk disesuaikan dengan karakteristik penerima pesan serta mempermudah penyampaian.


(53)

c. Saluran atau Media

1) Apabila pesan telah diciptakan oleh sumber, maka sumber harus menentukan saluran atau media apa yang akan digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut. Saluran atau media dalam proses komunikasi dapat berbentuk :

a) Rapat pertemuan-pertemuan, percakapan b) Radio, rekaman

c) Televisi, film d) Demonstrasi, latihan

e) Surat kabar, majalah dan buku

2) Biasanya komunikasi akan lebih berhasil, jikaa semua saluran atau media digunakan, banyaknya media yang digunakan berarti makin banyak pula panca indera yang diaktifkan untuk menerima pesan. Sehingga dalam menerima pesan tidak hanya semata-mata melalui indera pendegar, tetapi juga melalui indera-indera lainnya.

3) Penggunaan multimedia dengan intensitas yang tinggi dalam penyampaian pesan akan memberikan pengaruh yang mendalam terhadap penerima pesan, sebaliknya penggunaan satu media dengan intensitas yang rendah dalam menyampaikan pesan dapat menimbulkan pengaruh yang kurang mendalam terhadap penerima pesan.

d. Penerima (Komunikan)

1) Penerima pesan dapat berupa individu atau kelompok bahkan kelembagaan.


(54)

2) Lancar tidaknya suatu proses komunikasi banyak tergantung kepada pengetahuan, sikap yang dimiliki komunikan dan keterampilan penerima pesan.

Bagan 1

Komunikasi Sebagai Sistem (Depkes RI, 2008) F. Langkah-langkah Pengembangan Media

Menurut Luther dalam Sutopo (2003) mengembangkan media pembelajaran dapat dilakukan berdasarkan enam tahapan, yaitu concept, design, material collecting, assembly, testing dan distribution seperti dalam gambar (Luther, 1994).

Gambar 2.2

Tahap Pengembangan Media Pengajaran Luther (1994)

concept

designt

material collecting

assembly testing


(55)

Luther (1994) menyampaikan enam tahapan dalam pengembangan media pengajaran sebagai berikut:

1. Konsep (Concept)

Tahap konsep yaitu menentukan tujuan produksi suatu media yang telah ditentukan, dalam tahapan ini hal yang perlu diperhatikan adalah:

a. Menentukan tujuan, tahap ini mulai ditentukan tujuan dari pengembangan media yang telah ditentukan, serta orang yang menggunakanya media. Tujuan dan orang yang menggunakan media berpengaruh pada konsep yang akan dirancang, sebagai pencerminan identitas dari sasaran yang menginginkan informasi sampai kepada pesan yang ingin disampaikan. b. Memahami karakteristik sasaran, karena tingkat kemampuan seseorang

sangat mempengaruhi pembuatan desain, sehingga media dapat lebih komunikatif dalam penyampaian pesan. Berdasarkan pemahaman pada tahapan konsep, peneliti melakukan analisis hal yang menjadi masalah kebutuhan yang akan dijawab melalui media yang akan dikembangkan. 2. Desain (Design)

Dalam tahapan desain media pembelajaran hal yang perlu dilakukan adalah membuat spesifikasi secara rinci mengenai konten-konten yang dibutuhkan untuk merancang suatu pengembangan media, pembuatan konten harus dibuat secara rinci sehingga pada tahap berikutnya hanya tinggal menggunakan apa yang sudah ditentukan pada tahap design.

3. Pengumpulan Bahan-Bahan (Material Collecting)

Pada tahap ini, dilakukan pengumpulan bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan media pembelajaran berupa materi dan aspek pendukung dapat


(56)

berupa gambar, foto, clip art, diagram dan lain sebagainya. Tahap ini dapat dikerjakan bersama-sama dengan tahapan berikutnya yaitu assembly.

4. Pembuatan (Assembly)

Tahap pembuatan merupakan tahap dimana seluruh objek atau desain dan bahan dibuat menggunakan suatu aplikasi, yaitu dilakukan dengan memasukkan data yang digunakan untuk berbagai tampilan, serta mengurutkan materi dan gambar yang akan digunakan.

5. Testing

Tahap testing merupakan tahapan dimana media pembelajaran yang disusun diuji cobakan kepada sasaran, hal itu bertujuan apakah hasil dan tujuan sesuai dengan apa yang diinginkan.

6. Distribusi (Distribution)

Dalam tahap akhir dari pengembangan media adalah tahap distribution atau pendistribusian, pada tahapan ini media yang telah melewati tahapan testing didistribusikan kepada sasaran yang dituju dan siap untuk digunakan.


(57)

G. Kerangka Teori

Berdasarkan teori Luther (1994) menyampaikan enam tahapan dalam pengembangan media pengajaran yaitu konsep tahapan konsep media, desain media, pengumpulan bahan media, pembuatan media, testing media dan distribusi media. Penjelasan yang lebih jelas dapat dilihat kerangka teori di bawah ini:


(58)

37 BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN DAN DEFINISI ISTILAH A. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kerangka teori pada tinjauan pustaka, tidak semua masuk kedalam kerangka pemikiran, hal ini dikarenakan faktor kesanggupan peneliti dan bahwa tujuan dari penelitian ini hanya sampai pada tahapan pembuatan media leaflet yang hasil akhirnya adalah prototipe media leaflet (rancangan awal) tanpa melakukan testing dan distribusi media leaflet. Berdasarkan kerangka teori maka kerangka pemikiran yang digunakan dapat digambarkan dalam bagan dibawah ini :


(59)

B. Definisi Istilah

No Variabel Definisi Istilah

1 Prototipe leaflet HIV/AIDS

Rancangan awal media leaflet HIV/AIDS berupa isi pesan, bahasa, gambar, warna, layout, ukuran leaflet.

2 Tahapan konsep media leaflet

Pengkajian terhadap tujuan produksi dari media leaflet HIV/AIDS, Penggunaan media promosi kesehatan (leaflet HIV/AIDS), karateristik sasaran sebelum melakukan rancangan pengembangan media leaflet.

3 Tahapan desain media leaflet

Mengkaji dan menyusun pengembangan pesan (bentuk pesan, pesan langsung ditunjukkan kepada sasaran atau orang lain, pesan terkandung didalam leaflet menyakinkan sasaran untuk melakukan perilaku berdasarkan pesan) dan menetapkan kemasan (bentuk ukuran leaflet, warna, layout dan tipografi)

4 Tahapan

penggumpulan bahan media leaflet

Mengkaji dan menyusun materi-materi yang dimasukkan kedalam leaflet yaitu pengertian HIV/AIDS, media penularan HIV/AIDS, faktor resiko penyakit HIV/AIDS, pencegahan HIV/AIDS, pengobatan HIV/AIDS serta hal-hal yang tidak menularkan HIV/AIDS serta gambar-gambar animasi siswa SMP dengan menggunakan seragam biru putih, ikon-ikon, pita HIV/AIDS dan virus.

5 Tahapan pembuatan media leaflet

Mengimplementasikan desain kedalam aplikasi corel draw yang hasil akhirnya berupa prototipe media leaflet HIV/AIDS.

6 Tahapan Testing Melakukan uji coba pengembangan pesan (bentuk pesan, pesan langsung ditunjukkan kepada sasaran atau orang lain, pesan terkandung didalam leaflet menyakinkan sasaran untuk melakukan perilaku berdasarkan pesan) dan menetapkan kemasan (bentuk ukuran leaflet, warna, layout dan tipografi)


(60)

39 BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan pendekatan kualitatif, pendekatan kualitatif dipilih dengan maksud untuk mengetahui lebih lanjut dan mendalam terkait pengembangan media dan pengembangan pesan media yang cocok dengan remaja, dengan pendekatan kualitatif diharapkan peneliti mendapatkan informasi sehingga menghasilkan rancangan media yang cocok dan sesuai dengan remaja yang akhirnya media dapat diterima serta pesan yang terkandung dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari serta peneliti ingin mendesripsikan dengan kata-kata terkait hasil peneliatian.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2015 untuk pengambilan data kualitatif dengan wawancara mendalam tempat disesuaikan dengan para ahli dan untuk pengambilan data kuantitatif dengan FGD dilaksanakan di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan tahun 2015. Lokasi penelitian ditentukan berdasarkan tingginya angka HIV/AIDS di Jakarta Selatan, dan Lebak Bulus termasuk dalam wilayah Jakarta Selatan, di SMP ini juga belum pernah ada penyuluhan khusus mengenai HIV/AIDS serta belum ada media promosi kesehatan yang membantu dalam mempermudah penyampaian penyuluhan.


(61)

C. Informan Penelitian

Pemilihan informan pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive dengan tujuan mengetahui hal-hal yang melatarbelakangi rancangan pengembangan media dan pengembangan pesan leaflet HIV/AIDS di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan tahun 2015, pemilihan informan ini disesuaikan dengan prinsip penelitian kualitatif yaitu kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequacy). Prinsip kesesuaian merupakan prinsip dimana informan penelitian dipilih berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki yang berkaitan dengan topik penelitian. Prinsip kecukupan merupakan prinsip dimana informasi yang didapatkan harus bervariasi dan memenuhi kriteria yang berkaitan dengan penelitian. Orang yang dipilih sebagai informan utama adalah seseorang yang dianggap mampu memberikan informasi terkait rancangan media kesehatan yaitu siswa dan siswi SMP Al-Hidayah dan informan pendukung adalah ahli media serta guru SMP Al-Hidayah.

Sumber Informasi Jumlah Metode Karateristik

Ahli media

1. Ahli dalam media dan menjabat sebagai staf teknis pengembangan media promosi kesehatan

Kementrian Kesehatan RI. 2. Freelance animasi

script media

edukasi.

3. Dosen ilmu komunikasi dan media.

4. Kepala sekolah

4 Ahli Media

Wawancara Mendalam

1. Tenaga ahli merupakan dosen atau tenaga pendidik yang mempunyai fokus dibidang remaja, kesehatan reproduksi (HIV/AIDS) dan media

2. Praktisi pemerintahan yang mempunyai fokus dibidang media kesehatan dan praktisi yang mempunyai fokus dibidang media edukatif.

3. Memiliki banyak informasi yang berguna, berkaitan dengan tujuan


(62)

Siswa dan siswi SMP Al-Hidayah 10 Siswa SMP Al-Hidayah

FGD 1. Siswa SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan

2. Bersedia menjadi informan

Siswi SMP Al-Hidayah 1 Siswa SMP Al-Hidayah

Wawancara Mendalam

Guru SMP Al-Hidayah 1 Guru SMP Al-Hidayah

Wawancara Mendalam

1. Guru SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan

2. Bersedia menjadi informan

D. Pengumpulan Data 1. Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan 2 cara yaitu wawancara mendalam dan FGD (Forum Grup Discussion. Ada beberapa tahapan dalam studi

ini,

a. Wawancara mendalam dengan guru dan siswa SMP Al-Hidayah

b. FGD bersama siswa SMP Al-Hidayah yang bertujuan untuk mengetahui pengembangan pesan media leaflet HIV/AIDS yang cocok dan sesuai dengan remaja.

c. Wawancara mendalam kepada ahli media yang bertujuan untuk mengetahui pengembangan pesan media leaflet HIV/AIDS yang cocok untuk remaja.


(63)

2. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dengan melihat website profil SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah panduan wawancara mendalam dan panduan FGD (Focus Group Discussion) instrumen ini digunakan dengan tujuan agar wawancara mendalam dan FGD tidak menyimpang dari fokus penelitian. Selain itu juga akan menggunakan note (buku catatan), tape recorder, dan camera selama penelitian, hal itu bertujuan sebagai dokumentasi penelitian.

F. Triangulasi

Penilaian validitas informasi pada penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan triangulasi. Triangulasi yang dilakukan terdiri dari triangulasi sumber dan triangulasi metode.

1. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan melakukan cross check informasi dan fakta dari sumber lainnya untuk menggali topik yang sama. Contoh triangulasi sumber adalah dengan melakukan wawancara mendalam dengan ahli media dan FGD dengan siswa SMP Al-Hidayah terkait media yang cocok dan tepat untuk remaja khususnya siswa SMP.

No Informasi yang dibutuhkan Sumber informasi Metode

1 Konsep Guru SMP Al-Hidayah Wawancara Mendalam 2 Desain Siswa SMP Al-Hidayah Wawancara

Mendalam

3 Testing Siswa SMP Al-Hidayah

dan Ahli Media


(64)

2. Triangulasi metode

Triangulasi metode dilakukan dengan beberapa metode dalam melakukan pengumpulan informasi melalui FGD dan wawancara mendalam. G. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan mencatat, membuat transkrip dan selanjutnya dilakukan kajian isi (content analysis) yaitu dengan:

1. Melakukan sorting data yaitu mencatat kembali dan memilah-milah data yang didapatkan secara sistematis, memperjelas catatan yang tidak jelas dan menuliskan kembali kekurangannya.

2. Pemberian catatan atau komentar terhadap data untuk meningkatkan mutu data berikutnya. Komentar berupa catatan substansi, metode dan analitik.

3. Menyusun transkrip verbatim dan dilakukan coding secara urut dan berkelanjutan pada garis-garis transkrip atau catatan lapangan.

4. Selanjutnya pembuatan filing yaitu dengan membuat data narasi menjadi sistem penyimpanan.

H. Analisis Data

Analisis data difokuskan kepada pendapat atau jawaban informan (ahli) dari wawancara mendalam dan hasil FGD dengan mahasiswa promosi kesehatan 2011. Kajian isi (content analysis) adalah suatu teknik yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha untuk menemukan karateristik pesan yang dilakukan secara objektif dan sistematis. Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses analisis data adalah sebagai berikut:

1. Menelaah seluruh data yang tersedia dari sumber, yaitu dari hasil wawancara mendalam dan FGD.


(65)

2. Reduksi data, membuat ringkasan sesuai dengan data yang akan diteliti yang diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk matriks data kualitatif untuk memudahkan klasifikasi data yang diperlukan.

3. Membuat klasifikasi data agar informasi yang diperoleh dapat dibuat perbandingan antar informan.

4. Menganalisa data secara content analysis agar dapat membuat kesimpulan dengan cara menemukan karateristik pesan yang dilakukan secara obyektif dan.


(66)

45

HASIL PENELITIAN

Dalam melakukan perancangan media leaflet terdapat beberapa tahapan yaitu tahapan konsep, desain, pengumpulan bahan-bahan dan pembuatan yang dilakukan dengan telaah dokumen, wawancara kepada guru SMP Al-hidayah serta atas keputusan dari peneliti, berikut uraiannya:

A. Tahapan Konsep (Concept) 1. Tujuan Produksi Media

Media leaflet yang dirancang mempunyai tujuan untuk meningkatkan pengetahuan HIV/AIDS siswa dan siswi SMP Al-Hidayah Lebak Bulus. Media leaflet HIV/AIDS diperuntukkan untuk remaja yang mempunyai kisaran umur antara 12 tahun sampai 18 tahun.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu guru SMP Al-Hidayah media leaflet digunakan pada saat penyuluhan terkait HIV/AIDS di program PMR (Palang Merah Remaja) dan keputrian, media ini akan dibagikan sebelum penyuluhan dimulai.

Pernyataan tersebut dikukung hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu guru SMP Al-Hidayah seperti di bawah ini:

“kami punya kegiatan ekstrakulikuler seperti PMR dan keputrian yang dilakukan di hari sabtu, nah nanti bisa tuh dipakai pas kegiatan kalo pembahasannya mengenai HIV/AIDS”

2. Karateristik Sasaran

SMP Al-Hidayah adalah Sekolah islam yang terletak di Jl. Kana Lestari Blok K/I Lebak Bulus, Cilandak-Jakarta Selatan. SMP Al-Hidayah berada di wilayah perumahan atau komplek Lebak Lestari. SMP Al-Hidayah merupakan


(67)

sekolah menengah pertama di bawah Yayasan Pendidikan Islam Al-Hidayah Lestari. Yayasan Pendidikan Islam Al-Hidayah Lestari tidak hanya terdapat SMP Al-Hidayah namun juga memiliki TK (Taman Kanak-Kanak), MI (Madrasa Ibtidaiyah) dan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Sekolah yang berada di bawah Yayasan Pendidikan Islam Al-Hidayah Lestari merupakan salah satu pilihan alternatif bagi warga dan masyarakat sekitar untuk menyekolahkan anaknya disana, salah satu alasannya yaitu dekat dengan rumah dan sekolah yang terakreditasi.

Seluruh warga Sekolah di YPI Al-Hidayah Lestari baik pengurus sekolah, guru, siswa, dan warga sekolah lainnya beragama Islam. SMP Al-Hidayah merupakan Sekolah Menengah Pertama yang dimana siswa diberikan pelajaran tambahan mengenai agama Islam, seperti bahasa Arab, aqidah akhlak, al-qur’an hadits, fiqih dan sejarah kebudayaan islam. SMP Al-Hidayah memiliki siswa berjumlah 384 siswa yaitu kelas VII berjumlah 135 siswa kelas VIII berjumlah 125, kelas IX berjumlah 126 siswa dengan rentang usia sekitar 12 tahun hingga 15 tahun serta memiliki guru-guru yang berkompeten dalam dunia pendidikan dan rata-rata memiliki gelar S1 bahkan S2 (magister).

Siswa dan siswi SMP Al-Hidayah memiliki kelas sosial yang beragam. Tetapi mayoritas dari siswa dan siswi adalah kelas ekonomi menengah ke bawah dengan gaya hidup yang berbeda antara siswa dan siswi satu dengan yang lain, mulai dari cara berpakaian, gadget yang dipakai, pergaulan yang diikuti.

Berdasarkan dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 31 siswa dan siswi kelas 8 SMP Al-Hidayah pada bulan Juni dengan melakukan pembagian kuesioner diketahui bahwa siswa dan siswi yang mempunyai pengetahuan rendah tentang HIV/AIDS sebanyak 81% dan siswa dan siswi yang mempunyai


(1)

b. Bagaimana pendapat kalian mengenai Warna (background, tulisan dan gambar)

Informan Pernyataan Kesimpulan

P10 Sudah cukup Menurut hasil FGD mengenai warna

background, tulisan dan gambar warna sudah cukup dan pas

P9 Warna sudah pas tidak usah diganti

P8 Sudah kak pas

P7 Sudah pas

c. Bagaimana pendapat kalian mengenai layout

Informan Pernyataan Kesimpulan

P1 Sudah kakak, pas dan cocok Menurut hasil FGD mengenai layout


(2)

d. Bagaimana pendapat kalian mengenai Tipografi (ukuran, bentuk)?

Informan Pernyataan Kesimpulan

Semua Sudah kak teks udah tepat Menurut hasil FGD mengenai

tipografi (ukuran, bentuk) teks tepat, pas dan bagus.

Semua Sudah pas kak, pas ukuran udah kak Semua Sudah pas, warna sudah bagus , kreatif kak Semua Penempatan teks udah kak bagus, cocok


(3)

(4)

(5)

(6)