Efektifitas penggunaan media audio visual terhadap keberhasilan belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam di SMK al-Hidayah Lebak Bulus

(1)

Di SMK Al-Hidayah Lebak Bulus

SKRIPSI

Disusun Oleh: Edi Junaedi Abdilah

106011000083

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011


(2)

(3)

(4)

(5)

Di SMK Al-Hidayah Lebak Bulus

Media pembelajaran merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan, karena media pembelajaran sangat mempengaruhi tingkat pemaham siswa terhadap materi yang disampaikan di kelas. Media pembelajaran merupakan sarana untuk menyampaikan informasi dari pengirim pesan kepada penerima pesan, dengan harapan proses komunikasi pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan pesan yang ingin disampaikan dapat diterima secara utuh oleh siswa sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Penggunaan media pembelajaran yang tepat akan mempermudah siswa dalam menerima dan memahami pelajaran, sehingga hal ini diprediksikan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana efektifitas penggunaan media audio visual terhadap keberhasilan belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X AP2 SMK Al-Hidayah Lebak Bulus.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode penelitian yang berusaha membuat deskripsi atau gambaran dari fenomena yang diselidiki dengan cara membuat kesimpulan berdasarkan data-data yang diperoleh selama penelitian. Sedangkan teknik penelitian yang penulis gunakan yaitu: observasi, wawancara, uji materi pelajaran berbentuk pilihan ganda serta dokumentasi.

Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian yang penulis lakukan adalah penggunaan media audio visual mempunyai tingkat efektifitas yang signifikan terhadap keberhasilan belajar siswa. Hal ini diketahui dari hasil jawaban siswa kelas X AP2 sebagai kelas eksperimen dengan nilai rata-rata 77,90. Dan hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa menyukai dan termotivasi ketika proses pembelajaran menggunakan media audio visual berbentuk VCD, karena menurut hasil wawancara siswa menyebutkan bahwa media VCD dapat mempermudah mereka dalam memahami pelajaran.


(6)

ii

melimpahkan karunia, rahmat, hidayah, inayah serta kasih sayang yang berlimpah dan tiada batas kepada penulis sehingga skripsi ini dapat tersusun dan terselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, yang telah menjadi sinar terang dalam perjalanan hidup umat manusia, semoga kita semua mendapatkan syafaatnya kelak di hari akhir. Amin.

Penyusunan skripsi ini merupakan kajian singkat tentang Efektifitas Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Keberhasilan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Al-Hidayah Lebak Bulus”. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini ada pihak-pihak yang telah berkontribusi memberikan bantuan, pengarahan, inspirasi serta do’a dan dukungannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Univevrsitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Bahrissalim, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam


(7)

iii

4. Bapak Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag, selaku dosen pembimbing akademik, yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan nasehat kepada penulis selama perkuliahan.

5. Bapak Yudhi Munadi, M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak dan ibu dosen jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah mentransfer ilmu selama masa perkuliahan

7. Segenap staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Tarbiyah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan bantuan berupa referensi buku-buku dan bahan penelitian bagi penulis

8. Kepala sekolah, para guru dan staf SMK Al-Hidayah Lebak Bulus yang telah memberikan ijin penelitian dan kerjasama yang baik dalam memberikan data-data yang diperlukan penulis dalam penelitian ini. 9. Kepada almarhum ayahanda tercinta, penulis mengucapkan terimakasih

yang sedalam-dalamnya, semoga diampuni segala dosanya. Dan kepada ibunda tercinta yang senantiasa mengasuh, membimbing, membiayai, memotivasi serta menjadi sumber semangat bagi penulis dalam menjalani kehidupan ini.


(8)

iv

Islam, Ahmad Sidrotul Muntaha, Kak Abdilah, Mahfud Fauzi, dan teman-teman PAI B Angkatan 2006 yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, terimakasih atas kebersamaan dan persaudaraan selama ini serta motivasi dan semangat untuk segera meyelesaikan skripsi ini.

12.Teman-teman kosan, Ridwan, Fauzi, Teguh, Akbar, Mansur dan yang lainnya, yang selalu mengobarkan api semangat dalam keputusasaan penulis, terimakasih telah mengizinkan penulis untuk menjadikan kosannya sebagai tempat singgah yang nyaman bagi penulis.

13.Terimakasih juga kepada semua pihak yang turut serta membantu dalam kelancaran penyusunan skipsi ini.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan semua pihak didalamnya, penulis hanya mempu mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya, semoga kebaikannya mendapatkan balasan yang lebih baik lagi dari Allah SWT. Mudah-mudahan skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca skripsi ini.

Penulis

Edi Junaedi Abdilah 106011000083


(9)

v HALAMAN JUDUL

SURAT PERNYATAAN PENULIS

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR DIAGRAM ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORI A. Pendidikan Agama Islam ... 6

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 6

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 8

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam di Sekolah ... 11

4. Tugas Pendidikan Agama Islam ... 13

5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 14

B. Media Audio Visual ... 19

1. Media Pendidikan dan Pembelajaran ... 20

2. Media Audio Visual ... 24

3. Macam-Macam Media Audio Visual ... 25

4. Karakteristik Media Audio Visual ... 25

C. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 26


(10)

vi

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

B. Metode Penelitian ... 42

C. Objek Penelitian ... 44

D. Teknik Pengumpulan Data ... 44

E. Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMK Al-Hidayah ... 49

1. Sejarah Singkat Berdirinya SMK Al-Hidayah ... 49

B. Kondisi Informan ... 54

C. Hubungan Sosial ... 55

D. Proses Belajar Mengajar Berbentuk Media Audio Visual ... 56

1. Tahap Persiapan ... 56

2. Tahap Pelaksanaan ... 56

E. Efektifitas Pembelajaran Media Audio Visual ... 64

1. Hasil Uji Efektifitas Pembelajaran ... 65

2. Komunikasi Pembelajaran Berbentuk Media Audio Visual .. 73

3. Pengamatan Terhadap Siswa Melalui Rekaman Handycam .. 73

F. Upaya SMK Al-Hidayah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan74 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 76

B. Saran-Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80 LAMPIRAN


(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sarana dan Prasarana ... 51

Tabel 2. Daftar Pengajar SMK Al-Hidayah Lestari ... 52

Tabel 3. Daftar Jumlah Siswa SMK A-Hidayah Lestari ... 53

Tabel 4. Data Informan ... 55

Tabel 5 Hasil Belajar Siswa ... 66

DAFTAR DIAGRAM Diagram 1. Pembagian Haji ... 61

Diagram 2. Rukun Haji ... 61

Diagram 3. Wajib Haji ... 62


(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan yang signifikan di berbagai aspek kehidupan manusia, baik dalam bidang ekonomi, social, budaya, maupun pendidikan. Oleh karena itu, agar pendidikan tidak tertinggal dari perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) tersebut perlu adanyan penyesuaian-penyesuaian, terutama yang berkitan dengan faktor-faktor pengajaran di kelas, salah satu faktor tersebut adalah media pembelajaran yang perlu dikuasai oleh guru, sehingga mereka dapat menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa secara efektif dan efisien. Hasil penelitian telah memperlihatkan bahwa media telah menunjukkan keunggulannya membantu para guru dan staf pengajar dalam penyampaian pesan pembelajaran dengan lebih cepat dan mudah ditangkap oleh siswa.

Dunia pendidikan saat ini tidak luput dari teknologi modern, walaupun masih sangat minim, tapi paling tidak di setiap kelas, sudah mulai menggunakan OHP. Penggunaan alat-alat modern memang seharusnya sudah suatu keniscayaan diterapkan dalam dunia pendidikan, sudah tidak saatnya guru mengajar dikelas hanya dengan bantuan papan tulis, dan spidol (kapur). Dengan perkembangan teknologi pada saat ini, seorang guru harus bisa mempergunakan alat teknologi sebagai media pembelajaran yang efektif, sehingga dengan berkembangnya teknologi pendidikan tersebut menjadikan proses pendidikan dapat berjalan lebih efektif dan efesien. Khususnya pada usia anak-anak, pendidikan dengan menggunakan media moden, sebut saja media elektronik seperti televisi, vcd, lcd viewer, tentunya akan lebih menarik perhatian daripada didapat dari guru saja.


(13)

Apabila diperhatikan mengapa anak-anak bisa sangat antusias apabila menonton film kartun atau bermain playstation daripada memperhatikan guru mengajar atau membaca buku pelajaran. Salah satu penyebabnya adalah dalam mengajar guru terlalu klasik atau tidak up date, atau dengan kata lain guru tidak modern baik dalam metode pengajaran, dan juga dalam penggunaan dan pemilihan media belajar. Penggunaan media audio visual seperti VCD atau LCD viewer, tentu dapat meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi yang disampaikan. Selain itu juga, sifat audio visual dari televisi atau monitor mampu memberi daya ingat yang lama pada pemirsanya. Menurut R. Benschofer, pelajaran (suatu program acara) yang bisa diingat lewat media pandang dengar ini, setelah tiga hari, bisa 65%. Sedangkan lewat media dengar saja 10%, dan lewat media pandang saja 20%. Media audio visual memang bukan barang baru dalam pandangan umum, akan tetapi dunia pendidikan khususnya di Indonesia, hal ini masih dirasa asing. Memang benar, bahwa media atau instrumen audio visual dan sejenisnya bukanlah hal yang esensial, karena hanya masalah hardware saja, dan tanpa itupun prosese pembelajaran pun dapat berjalan. Seperti pendapat Prof. Dr. Nasution, M.A bahwa:

“Ada yang menafsirkan Teknologi Pendidikan sebagai suatu cara mengajar yang menggunakan alat-alat modern yang sebenarnya dihasilkan bukan khusus untuk keperluan pendidikan tetapi dapat dimanfaatkan dalam pendidikan seperti radio, film opaque projector, overhad projector, TV, video tape recorder, computer, dan lain-lain. Alat-alat ini dalam metodologi pengajaran lazim disebut alat peraga, alat pengajaran audio visual aids atau Instructioanal aids. Dalam teknologi pendidikan hal ini disebut “Hardware”. Alat-alat tersebut besar manfaatnya, namun bukan inti atau hakikat teknologi pendidikan. Alat-alat itu sendiri tidak mengandung arti pendidikan, alat-alat itu bermanfaatkan bila dikaitkan dengan suatu pelajaran atau program. Program ini lazim disebut software. Yang merupakan inti teknologi pendidikan adalah programnya yang harus disusun menurut prinsip-prinsip tertentu. Teknologi pendidikan dapat dilaksanakan tanpa alat-alat teknologi modern seperti dikatakan tersebut diatas.”1

Namun dalam teknologi pendidikan media audio visual tentu masih dianggap sebagai hal yang penting, dan bukan dianggap hal yang harus

1

Nasution, Teknologi Pendidikan. (Jakarta : Bumi Aksara, 1994). hal. 2


(14)

dikesampingkan kelebihan-kelebihan media audio visual juga dijelaskan oleh TB. Wahyudi,

“yaitu televisi sebagai media masa mempunyai banyak kelebihan dalam penyampaian pesannya di banding media masa lainnya, karena pesan-pesan yang disampaikan melalui gambar dan suara secara bersama-sama (singkron) dan hidup sangat (actual)…”2

Kaitannya dengan hal di atas, sebagai upaya pengembangan dalam proses belajar mengajar yang lebih variatif, maka dalam proses pembelajaran perlu adanya model pembelajaran. Adapun yang diterapkan di SMK AL-Hidayah Lebak bulus, sejauh ini proses pembelajaran PAI baru dilakukan sebatas menggunakan metode ceramah. Maka penurut peneliti, perlu diadakan metode baru dalam proses belajar mengajarnya, yaitu dengan menggunakan metode audio visual, agar peserta didik lebih memahami pelajaran dalam suasana yang menyenangkan.

Dari uraian di atas kiranya sangat menarik apabila dilakukan penelitian lebih lanjut di SMK Al-Hidayah Lebak Bulus untuk mengetahui lebih jauh efektifitas penggunaan media audio visual yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran PAI.

Media audio visual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah media elektronik yang terdapat diruang multimedia yang tersedia di SMK Al-Hidayah berupa VCD sebagai software yang berisi materi pelajaran PAI, dan VCD player, televisi, dan LCD viewer sebagai hardware-nya.

Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah efektifitas audio visual tersebut sebagai media penunjang proses pembelajaran PAI, yang akan diteliti dengan instrument penelitian yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi, dan diteliti pula hasil belajar siswa yang juga termasuk salah satu indikator efektivitas kegiatan pembelajaran, yaitu dengan instrument tes, yang diberikan oleh peneliti kepada subyek peneltian yang utama dalam penelitian ini, yaitu para siswa SMK Al-Hidayah.

2


(15)

B. Identifikasi Masalah

1. Ketidaksiapan sekolah menerima media elektronik

2. Masih banyak guru yang belum paham kegunaan media audio visual dalam mendukung proses pembelajaran.

3. Hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam belum menunjukkan hasil yang memuaskan

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan ini lebih terarah dan tidak meluas, maka penelitian ini dibatasi dengan tiga aspek yaitu:

1. Kurang efektifnya penggunaan metode pembelajaran PAI 2. Kurang menariknya penggunaan metode ceramah.

3. Setelah menggunakan media audio visual, apakah prestasi siswa meningkat atau menurun?

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah ” bagaimana efektifitas keberhasilan siswa setelah menggunakan media audio visual?”

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui efektifitas pengunaan media audio visual pada aspek proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Al-Hidayah Lebak Bulus.

b. Untuk mengetahui efektifitas pengunaan media audio visual dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, pada aspek hasil belajar di SMK Al-Hidayah Lebak Bulus


(16)

a. Bagi SMK Al-Hidayah Lebak Bulus penelitian ini kiranya dapat dijadikan salah satu sarana monitoring dan evaluasi, untuk membantu mengembangkan kualitas pembelajaran, khususnya pada PAI.

b. Sebagai sumbangan informasi dan evaluasi yang nantinya dapat dijadikan sebagai bahan percontohan terhadap lembaga pendidikan formal, maupun non formal lainya, baik skala mikro maupun makro dalam hal penggunaan media audio visual sebagai media dalam pembelajaran.

c. Dari hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan untuk bahan penelitian selanjutnya.


(17)

6 BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan menurut Abuddin Nata adalah “upaya menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai bagi anak didik. Sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan itu menjadi bagian dari kepribadian anak yang pada gilirannya ia menjadi orang pandai, baik, mampu hidup dan berguna bagi masyarakat”.1

Menurut Ki Hajar Dewantara, sebagaimana yang dikutip Abuddin Nata, menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia. Pendidikan tidak hanya bersifat pelaku pembangunan tetapi sering merupakan perjuangan. Pendidikan berarti memelihara hidup ke arah kemajuan, tidak boleh melanjutkan keadaan kemarin menurut alam kemarin. Pendidikan adalah usaha kebudayaan, berasas peradaban, yaitu memajukan hidup agar mempertinggi derajat kemanusiaan.2

Menurut Redja Mudyaharjo, pendidikan adalah “segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup”.3 Berdasarkan pengertian tentang pendidikan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan

1

Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), Cet. I, h. 10.

2

Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), Cet. I, h. 11.

3

Redja Mudyaharjo, Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 3.


(18)

adalah usaha sadar yang dilakukan seorang pendidik untuk memberi bimbingan kepada yang terdidik dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya menuju arah kehidupan yang lebih baik, baik bersifat formal, informal maupun nonformal. Pendidikan agama sendiri adalah “pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran atau kuliah pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan”.4 Dengan kata lain, pendidikan agama merupakan “pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama dan mengamalkan ajaran agamanya”.5

Sedangkan Pendidikan Agama Islam menurut Zakiah Darajat adalah “Suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup”.6

Hasan Langgulung mendefinisikan Pendidikan Agama Islam sebagai “Proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat”.7 Sedangkan Endang Syaifuddin Anshari memberikan pengertian Pendidikan Agama Islam sebagai “proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, usulan) oleh subyek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi) dan raga obyek didik dengan bahan-bahan materi tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam”.8

Pendidikan Agama Islam juga diartikan sebagai: Pendidikan dengan melalui jaran-ajaran agama Islam, yakni berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak

4

http://www.depdiknas.co.id, 20 Mei 2010. 5

http://www.depag.co.id, 20 Mei 2010. 6

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 130.

7

http://www.wonk-educationnetwork.blogspot,com, 22 Mei 2010. 8


(19)

didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan, ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.9

Dengan demikian Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk membina, menanamkan dan membiasakan peserta didik agar berperilaku sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam agar kelak mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dimana Pendidikan Agama Islam bukanlah sekedar penambahan pengetahuan, pembinaan mental jasmani dan intelek semata, akan tetapi bagaimana pengetahuan dan pengalaman yang telah didapatkan itu dapat dipraktekkan dalam perilaku sehari-hari.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Sebelum membahas tentang tujuan Pendidikan Agama Islam terlebih dahulu penulis akan menjelaskan apa sebenarnya makna dari “tujuan” tersebut. Secara etimologi, tujuan adalah “arah, maksud atau haluan”.10 Dalam bahasa Arab “tujuan” diistilahkan dengan ghayat, ahdaf atau maqasid. Sementara dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan goal, purpose, objectives atau aim. Secara terminologi, tujuan adalah “sesuatu yang diharapkan dapat tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai”.11

Para ahli pendidikan (muslim) mencoba merumuskan tujuan Pendidikan Agama Islam, diantaranya, H. M. Arifin seperti yang dikutip oleh Armai Arief menjelaskan bahwa tujuan dari proses pendidikan Agama Islam adalah “idealitas (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islam yang hendak dicapai dalam proses

9

Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam Sejak Dini, (Jakarta: A.H. Ba’adillah Press, 2002), Cet. I, h. 37.

10

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2002, Cet. I, h. 15.

11

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2002, Cet. I, h. 16.


(20)

kependidikan yang berdasarkan kepada ajaran Islam secara bertahap”.12 Terkait dengan hal ini, adapun tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah sendiri adalah:

Untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan dan pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa dan bernegara serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.13

Menurut al-Syaibani tujuan tertinngi Pendidikan Agama Islam adalah “Mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat. Sementara tujuan akhir yang hendak dicapai adalah mengembangkan fitrah peserta didik, baik ruh, fisik, kemauan dan akalnya secara dinamis, sehingga akan terbentuk pribadi yang utuh dan mendukung bagi pelaksanaan fungsinya sebagai khalifah fi al-ardh”.14 Sedangkan Muhammad Athiyah al-Abrasyi menyimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam terdiri dari lima sasaran, yakni: “1.) membentuk akhlak mulia, 2.) mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat, 3.) persiapan untuk mencari rezeki dan memelihara segi kemanfaatannya, 4.) menumbuhkan semangat ilmiah dikalangan siswa, dan 5.) mempersiapkan tenaga profesional yang terampil”.15

Secara terperinci, tujuan Pendidikan Agama Islam dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Memahami ajaran agama

Memahami ajaran agama Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits serta menyimpulkan hukum dari ayat-ayatnya untuk keperluan Negara, masyarakat dan pribadi. Ajaran ini dinyatakan dalam Qs. At-Taubah (9) ayat 122:

12

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2002, Cet. I, h. 19.

13

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 135.

14

Al-Rasyidin dan H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005), Cet. II, h. 36.

15

Al-Rasyidin dan H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005), Cet. II, h. 39.


(21)



















“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.16

b. Keluhuran budi pekerti

Nabi Muhammad Saw telah menunjukkan praktek-praktek budi pekerti dan amal perbuatan serta ucapan-ucapan sehingga menjadi suri tauladan bagi seluruh umat manusia di dunia.

c. Kebahagiaan hidup di Dunia dan Akhirat

Mengarahkan pendidikan anak untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat dengan melaksanakan ajaran agama Islam seutuhnya.

d. Persiapan untuk bekerja

Agama Islam memerintahkan kepada semua pemeluknya agar giat bekerja dan jangan mengharapkan hujan dari langit. Kebahagiaan hidup ditentukan oleh amal perbuatan seseorang, apabila mengerjakan perbuatan yang baik (amal shaleh) maka ia akan memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya. Firman Allah SWT dalam Qs. Al-An’am (6) ayat 132:









“Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. dan Tuhanmu tidak pernah lengah dari apa yang mereka kerjakan”.17

16

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Syaamil Cipta Media), h. 206.

17

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Syaamil Cipta Media), h. 145.


(22)

Pada intinya Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan yang berintikan tiga aspek, yakni aspek iman, ilmu dan amal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari

Pendidikan Agama Islam adalah menanamkan rasa keagamaan pada diri siswa serta meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT sehingga di dalam perilaku kesehariannya selalu mengharap ridha Allah SWT dan menjadikan ajaran agama Islam sebagai pedoman hidup dan amal perbuatannya, baik dalam hubungannya dengan Allah SWT maupun dalam hubungannya dengan sesama manusia.

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam di Sekolah

Pada dasarnya pendidikan agama berfungsi “membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan intern dan antarumat beragama”.18 Sedangkan tujuan dari pendidikan agama itu sendiri yakni untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

Adapun pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Pengembangan, yakni meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat.

18


(23)

c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. d. Perbaikan, yakni untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,

kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam

nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.

g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang mempunyai bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.19

Dari penjelasan di atas, fungsi Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah yakni untuk mengembangkan pemahaman siswa mengenai ajaran agama Islam yang telah mereka dapatkan dalam lingkungan keluarga serta memperbaiki dan mencegah dari kesalahan-kesalahan pemahaman dan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.

Feisal (1999) berpendapat bahwa terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam memainkan fungsi agama Islam di sekolah atau madrasah. Pendekatan tersebut diantaranya:

1. Pendekatan nilai universal (makro), yaitu suatu program yang dijabarkan dalam kurikulum.

2. Pendekatan meso, artinya pendekatan program pendidikan yang mempunyai kurikulum, sehingga dapat memberikan informasi dan kompetisi pada anak.

19

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 134-135.


(24)

3. Pendekatan ekso, artinya pendekatan program pendidikan yang memberikan kemampuan kebijakan pada anak untuk membudidayakan nilai-nilai agama Islam.

4. Pendekatan makro, artinya pendekatan program pendidikan yang memberikan kemampuan kecukupan keterampilan seseorang sebagai profesional yang mampu mengemukakan teori, informasi, yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.20

4. Tugas Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah suatu proses yang berlangsung secara kontinyu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal ini, maka tugas yang perlu diemban oleh Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini bermakna bahwa tugas pendidikan mempunyai sasaran pada siswa yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara dinamis, mulai dari kandungan sampai akhir hayatnya. Secara umum tugas Pendidikan Agama Islam yaitu “membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan siswa dari tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal”.

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa tugas PAI setidaknya dapat dilihat dari tiga pendekatan. Ketiga pendekatan tersebut adalah; Pendidikan Agama Islam sebagai:

a. Pengembangan potensi. Sebagai pengembangan potensi, tugas Pendidikan Agama Islam adalah menemukan dan mengembangkan kemampuan dasar yang dimiliki siswa, sehingga dapat diaktualisasikan dalam kehidupannya sehari-hari.

b. Proses pewarisan budaya. Sebagai pewarisan budaya, tugas Pendidikan Agama Islam adalah alat transmisi unsur-unsur pokok budaya dari satu

20

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 135.


(25)

generasi ke generasi berikutnya, sehingga identitas umat tetap terpelihara dan terjamin dalam tantangan zaman.

c. Interaksi antara potensi dan budaya. Sebagai interaksi antara potensi dan budaya, tugas Pendidikan Agama Islam adalah sebagai proses interaksi (memberi dan mengadopsi) antara manusia dan lingkungannya. Dengan proses ini, siswa (manusia) akan dapat menciptakan dan mengembangkan keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengubah atau memperbaiki kondisi-kondisi kemanusiaan dan lingkungannya.21

Untuk menjamin terlakasananya tugas PAI secara baik, hendaknya terlebih dahulu dipersiapkan situasi-kondisi pendidikan yang bernuansa elastis, dinamis dan kondusif yang memungkinkan bagi pencapaian tugas tersebut. Hal ini berarti bahwa Pendidikan Agama Islam (PAI) dituntut untuk dapat menjalankan fungsinya, baik secara sturktural maupun institusional.

Secara struktural, pendidikan Islam menuntut adanya struktur organisasi yang mengatur jalannya proses pendidikan. Baik pada dimensi vertikal maupun horizontal. Sementara secara institusional, ia mengandung implikasi bahwa proses pendidikan yang berjalan hendaknya dapat memenuhi kebutuhan dan mengikuti perkembangan zaman yang terus berkembang. Untuk itu diperlukan kerjasama berbagai jalur dan jenis pendidikan mulai dari sistem pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah22

5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI)

Islam itu adalah suatu agama yang berisi ajaran mengenai tata hidup yang diturunkan Allah SWT kepada umat manusia melalui para RasulNya, sejak Nabi Adam a.s. sampai Nabi Muhammad Saw. Ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw dari Allah SWT ini berisi pedoman pokok yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya (Allah SWT), dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dengan makhluk bernyawa yang lain, dengan benda mati dan alam semesta ini. Ajaran ini diturunkan Allah SWT untuk kesejahteraan hidup

21

Al-Rasyidin dan H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005), Cet. II, h. 33.

22


(26)

manusia di dunia ini dan di akhirat nanti, maka PAI sebenarnya harus berarti pendidikan tentang tata hidup yang berisi pedoman pokok yang akan dipergunakan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia ini untuk menyiapkan kehidupan yang sejahtera di akhirat. Dengan demikian, berarti ruang lingkup PAI secara umum itu luas sekali meliputi seluruh aspek kehidupan, yakni:

a. Keimanan (Ilmu Tauhid)

Pengajaran dan pendidikan keimanan berarti proses belajar mengajar tentang berbagai aspek kepercayaan. Dalam mata pelajaran keimanan, inti pembahasan adalah tentang ke-Esaan Allah SWT. Oleh karena itu, ilmu tentang keimanan ini disebut juga Tauhid. Ruang lingkup pengajaran keimanan itu meliputi rukun Iman yang enam, yakni percaya kepada Allah SWT, kepada para Rasul Allah SWT, kepada para Malaikat, kepada Kitab-kitab Suci yang diturunkan kepada para Rasul Allah SWT, kepada Hari Kiamat, kepada Qadha’ dan Qadar.23

b. Ibadah (Ilmu Fiqih)

Dalam pengertian yang luas, ibadah itu adalah segala bentuk pengabdian yang ditujukan kepada Allah SWT semata yang diawali oleh niat. Materi pelajaran ibadah ini seluruhnya dimuat dalam ilmu Fiqih. Selain membicarakan ibadah, juga membicarakan kehidupan sosial, seperti perdagangan (jual-beli), perkawinan, perceraian, kekeluargaan, warisan, pelanggaran, hukuman, perjuangan (jihad), politik (pemerintahan), makanan, minuman, pakaian dan lain sebagainya.24

c. Al-Qur’an

Membaca Al-Qur’an tidak sama dengan membaca buku atau kitab suci lain. Membaca Al-Qur’an adalah ibadah. Membaca Al-Qur’an juga merupakan suatu ilmu yang mengandung seni, yakni seni baca Al-Qur’an. Isi pengajaran Al-Qur’an diantaranya adalah pengenalan huruf hijaiyah, cara membunyikannya, bentuk dan fungsi tanda baca dan tanda berhenti,

23

Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995), Cet. I, h. 84.

24

Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995), Cet. I, h. 86.


(27)

dan lain sebagainya. Ruang lingkup pengajaran Al-Qur’an ini lebih banyak berisi pengajaran yang memerlukan banyak latihan dan pembiasaan.25

d. Akhlak

Akhlak merupakan bentuk bathin dari seseorang. Pengajaran akhlak berarti pengajaran tentang bentuk bathin seseorang yang kelihatan pada tindak tanduknya (tingkah lakunya). Pembentukan ini dapat dilakukan dengan memberikan pengertian tentang baik buruk kepentingannya dalam kehidupan, memberikan ukuran baik buruk, melatih dan membiasakan berbuat, mendorong dan memberi sugesti agar mau dan senang berbuat. Dasar pelaksanaannya, pengajaran ini berarti proses kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajarkan berakhlak mulia.26

e. Muamalah

Muamalah merupakan sebagian perincian dari ilmu Fiqih. Ilmu ini lebih membahas tentang hubungan sosial antar manusia, yakni muamalat madaniyat dan muamalat maliyat. Muamalat madaniyat membahas masalah-masalah yang dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan harta kekayaan, harta milik, harta kebutuhan dan cara menggunakan serta mendapatkannya. Sedangkan muamalat maliyat membahas masalah-masalah yang dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan harta kekayaan milik bersama baik masyarakat kecil atau besar seperti negara (perbendaharaan negara = baitul mal).27

f. Syari’ah (Ilmu Hukum)

Syari’ah merupakan ilmu yang mempelajari tentang syariat atau hukum Islam. Ayat pertama yang berbunyi “Iqra” merupakan pensyariatan pertama hukum Islam. Perintah membaca, merupakan syariat yang

25

Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995), Cet. I, h. 90.

26

Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995), Cet. I, h. 98.

27

Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995), Cet. I, h. 102.


(28)

pertama dalam ajaran agama Islam. Ilmu ini membicarakan mulai dari hukum pertama dalam Islam sampai kepada berbagai hukum dalam kehidupan manusia sehari-hari.28

g. Tarikh (Ilmu Sejarah)

Tarikh Islam disebut juga Sejarah Islam. Pengajaran tarikh Islam sebenarnya pengajaran sejarah, yakni sejarah yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan umat Islam, seperti kerajaan besar yang berkuasa di luar tanah Arab sebelum datangnya Islam, peperangan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw dan para sahabat melawan orang kafir, pemerintahan pada zaman Nabi Saw dan para sahabat, riwayat hidup Nabi Muhammad Saw dan masih banyak lagi yang lainnya.29 Ketujuh ruang lingkup di atas dalam pelaksanaannya dapat diintegrasikan sesuai dengan jenis lembaga pendidikan dan tujuan dari ruang lingkup tersebut. Terkait dengan hal tersebut, adapun ruang lingkup PAI di lembaga pendidikan SMK yaitu:

1. Al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti merupakan sumber akidah (keimanan), syari’ah, ibadah, muamalah dan akhlak sehingga kajiannya berada di setiap unsur tersebut. Tujuan pengajaran Al-Qur’an di SMK sendiri yaitu menumbuhkan rasa cinta dan keagungan Al-Qur’an dalam jiwa siswa, memupuk kemampuan dalam memahami kitab Allah SWT secara sempurna serta menumbuhkan kesan siswa terhadap makna dalam Al-Qur’an.30

2. Akidah

Akidah merupakan sesuatu yang diyakini dan dipegang teguh serta sukar sekali untuk dirubah. Sasaran pengajaran akidah dalam jenjang SMK adalah untuk menanam dalam jiwa siswa beriman kepada Allah SWT, Malaikat, Kitab-kitab

28

Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995), Cet. I, h. 108.

29

Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995), Cet. I, h. 112.

30

Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. II, h. 80.


(29)

Allah SWT, Rasul-rasulNya dan tentang hari kiamat, menumbuhkan rasa syukur dan taat beribadah dalam diri siswa. membantu siswa agar mereka berusaha memahami berbagai hakikat seperti Allah SWT berkuasa serta mengetahui segala sesuatu dan sebagainya. Adapun contoh subyek dalam pengajaran akidah ini yakni:

a. Kaidah-kaidah (rukun) Islam b. Beriman kepada Allah SWT

c. Beriman kepada Malaikat, Kitab-kitab Allah SWT dan Rasul-rasulNya d. Beriman kepada hari akhir

e. Beriman kepada takdir Allah SWT f. Beriman kepada sifat-sifat Allah SWT g. Taat kepada Allah SWT dan RasulNya h. Cinta kepada Allah SWT dan RasulNya.31

3. Ibadah

Ibadah adalah mengikuti segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala laranganNya. Hubungan antara manusia dengan Allah SWT diatur dalam ibadah secara khas yang mencakup thaharah, shalat, zakat, puasa dan haji. sedangkan dalam hubungannya dengan sesama manusia dan lainnya diatur dalam muamalat secara luas. Tujuan pengajaran ibadah di SMK adalah agar siswa mengetahui hukum-hukum agamanya dalam bidang ibadah, menumbuhkan hubungan erat dengan Allah SWT, menambah kepatuhan padaNya melalui ibadah shalat, puasa, zakat, haji dan ibadah lainnya.32

4. Akhlak

Pendidikan akhlak berkisar mengenai persoalan kebaikan dan kesopanan, tingkah laku yang terpuji serta berbagai persoalan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana seharusnya seorang siswa bertingkah laku. Akhlak juga bisa dipahami sebagai sikap hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma

31

Muh. Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Terj. dari Thuruqu Ta’limi Al-Tarbiyah Al-Islamiyah oleh Murni Djamal, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 116.

32

Muh. Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Terj. dari Thuruqu Ta’limi Al-Tarbiyah Al-Islamiyah oleh Murni Djamal, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 150.


(30)

yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan manusia dengan sesamanya menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya (ekonomi, sosial, pendidikan, iptek, seni dan sebagainya).33

5. Tarikh (Sejarah)

Tarikh (sejarah kebudayaan) Islam merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa. Tarikh juga dapat dipahami sebagai studi tentang riwayat hidup Nabi Muhammad Saw, para sahabat dan Imam-imam pemberi petunjuk yang diceritakan kepada siswa sebagai contoh tealadan yang utama dari tingkah laku manusia yang ideal, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial. Tujuan pengajaran tarikh di SMK yakni mengembangkan iman, mensucikan moral, membangkitkan patriotisme dan mendorong siswa untuk berpegang pada kebenaran serta setia kepadanya, melatih siswa mengikuti tingkah laku para Nabi dan orang-orang shaleh dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi kesulitan hidup.34

B.Media Audio Visual

Media audio visual dapat dibagi menjadi 2 jenis. Jenis pertama, dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit, dinamakan media audio visual murni, sseperti film gerak (movie) bersuara, televisi dan video. Jenis kedua adalah medis audio visual tidak murni yakni apa yang kita kenal dengan slide, opaque, OHP, dan peralatan visual lainnya bila diberi unsur suara dari rekaman kaset yang dimanfaatkan secara bersamaan dalam suatu waktu atau suatu proses pembelajaran.35

33

Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. II, h. 80.

34

Muh. Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Terj. dari Thuruqu Ta’limi Al-Tarbiyah Al-Islamiyah oleh Murni Djamal, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 164.

35

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, suatu pendekatan baru, (Ciputat: Gaung Persada Press, 2008), hal. 113-114


(31)

1. Media Pendidikan dan Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti memiliki perantara atau pengantar. Medòë adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.

Selain pengertian diatas, Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu, Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar

Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) memiliki pengertian berbeda tentang media. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Adapun batasan yang diberikan, ada persamaan diantara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

Sedangkan menurut John D Latuheru media pembelajaran adalah semua alat bantu atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi) dari sumber penerima pesan dalam hal ini adalah anak didik.36

Adapun Yudhi Munadi dalam bukunya menjelaskan bahwa media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapay menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.37

36

John D. Latuheru, Media Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta: Depdikbud, 1982. Hal. 5

37

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, suatu pendekatan baru, (Ciputat: Gaung Persada Press, 2008), hal. 7-8


(32)

Suharsini Arikunto memberikan pengertian yang lebih spesifik mengenai media pembelajaran. Media pembelajaran menurutnya ialah suatu sarana yang digunakan untuk menampilkan pelajaran. Dalam pengertian yang lebih luas disebut media pendidikan dengan pengertian bahwa pendidikan bukan hanya mencakup proses pembelajaran yang ada tetapi juga dalam arti yang lebih luas38

a. Fungsi Media Pembelajaran

Secara umum, tujuan atau fungsi utama media pembelajaran yakni mengefektifkan proses komunikasi pembelajaran sehingga tercapai tujuan yang diinginkan (adanya perubahan tingkah laku).39

Pada dasarnya, fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai sumber belajar. Fungsi-fungsi yang lain merupakan hasil pertimbangan pada kajian ciri-ciri umum yang dimilikinya, bahasa yang dipakai dan dampak atau efek yang ditimbulkannya. Ciri-ciri (karakteristik) umum media yang dimaksud adalah kemampuannya merekam, menyimpan dan melestarikan, mengkonstruksi dan mentransportasikan suatu peristiwa atau objek. Kemudian yang dimaksud dengan bahasa yang dipakai menyampaikan pesan adalah bahasa verbal dan bahasa nonverbal. Se3dangkan yang dimaksud dengan efek yang ditimbulkan adalah bentuk konkrit dari efek ini yaitu terjadinya perubahan tingkah laku dan sikap siswa sebagai akibat interaksi antara dia dengan pesan, baik secara individu maupun kelompok.40

Fungsi media pembelajaran dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar antara lain:

1)Media memungkinkan siswa menyaksikan benda atau peristiwa yang ada pada masa lampau dengan perantara gambar, potret, film dan sebagainya. 2)Media memungkinkan siswa mengamati benda maupun peristiwa yang

sukar dikunjungi baik karena tempatnya jauh, karena tempatnya berbahaya atau karena tempatnya terlarang.

38

Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Materil. Jakarta: Prima Karya, 1987. Hal. 14 39

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, suatu pendekatan baru, (Ciputat: Gaung Persada Press, 2008), hal. 37

40

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, suatu pendekatan baru, (Ciputat: Gaung Persada Press, 2008), hal. 36


(33)

3)Media memungkinkan siswa untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang bebnda atau masalah yang sukar diamati secara langsung.

4)Media memungkinkan siswa dapat menjangkau audience yang besar jumlahnya.

5)Media dapat memperlihatkan secara cepat, proses yang terjadi secara lambat.

6)Media dapat memperlihatkan secara lambat gerakan-gerakan yang berlangsung secara cepat, jika diperlukan untuk diamati secara teliti.41 Pengetahuan tentang fungsi dan kemampuan media ini amat penting artinya bila merupakan bagian integral dari sistem pendidikan. Karena dasar kebijakan dalam pemilihan, pengembangan maupun pemanfaatan media tidak dapat terlepas dari pengetahuan tentang fungsi dan kemampuan media tersebut.

b. Macam-Macam Media Pendidikan

Rudy Bretz mengintifikasikan ciri utama media menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok media yang menonjolkan suara, bentuk dan gerakan. Kelompok media yang menggunakan bentuk dibedakan menjaid tiga, yaitu gambar, garis dan simbol-simbol. Secara lengkap Rudy Bretz mengklasifikasikan media pendidikan menjadi 8 kelas, yaitu:

1)Media Audio Visual Gerak

Media ini adalah media yang paling lengkap karena segala kemampuan yang dapat diperankan oleh audio dan visual dapat dimanfaatkan melalui media ini. Contohnya televisi, video tape, film dan media audio pada umumnya seperti kaset program dan piringan hitam.

2)Media Audio Visual Diam

Media ini dilihat dari segi kelengkapannya merupakan media kedua setelah media audio visual gerak. Perbedaannya hanya pada kemampuan geraknya saja, kemampuan lain ada di media ini. Contohnya film strip bersuara, slide bersuara, komik dengan suara.

41

Mahfudz Sholahudidin, Media Pendidikan Agama. Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1986. Hal. 18-19


(34)

3)Media audio visual semi gerak

Media ini adalah media audio yang disertai dengan gerakan secara linear dan terputus-putus. Contohnya adalah: morse dan media board.

4)Media Visual Gerak

Media ini menunjukkan kemampuan visual dan gerakannya tetapi tanpa suara. Contohnya: film bisu (Mr. Bean)

5)Media Semi Gerak

Media ini adalah media yang mampu menampilkan gerakan titik secara linear (garis dan tulisan) tetapi tanpa suara. Contohnya: Teleautograp. 6)Media audio

Media ini adalah yang hanya menonjolkan audio saja tanpa ada gambar atau gerakan apapun. Contohnya: radio, telepon, audio tape (kaset program) dan audio disc.

7)Media Cetak

Media cetak yaitu media yang menampilkan informasi melalui kata-kata dan simbol-simbol atau diagram saja. Contohnya: Teletipe, papertape.42 Basyiruddin Utsman menggolongkan media kepada 8 kategori, yaitu: 1)Real Things, dapat berupa manusia (teacher) itu sendiri, benda

sesungguhnya, dan peristiwa yang terjadi. Pengajar adalah media yang utama dalam proses belajar mengajar dan merupakan motivator atau fasilitas bagi siswa untuk mengoptimalkan kegiatan belajar.

2)Verbal Representations: berupa media tulis/cetak, buku tulis dan sebagainya.

3)Graft Representation: berupa chart, diagram, gambar, atau lukisan. 4)Still Picture: seperti foto, slide, film strip, OHP dan media visual lainnya. 5)Motion Picture: seperti film, televisi, video tape, dan lain-lain.

6)Audio (Recording): Seperti pita kaset, real tape, piringan hitam dan sound track.

42

Arief S. Sudirman, dkk. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta: Medyatama Saran Perkasa, 1989. Hal. 174-176


(35)

7)Simulation: berupa permainan yang menirukan kejadian yang sebenarnya. Contoh: perang-perangan dan mengemudikan mobil.

2. Media Audio Visual

Media audio visual yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunya kemampuan yang lebih baik. Teknologi audio visual digunakan untuk menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio visual. Pengajaran melalui audio visual jelas dan bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar, seperti mesin proyektor film, tape recorder dan proyektor visual yang lebar. Jadi, pengajaran melalui audio visual adalah produksi dan penggunaan materi yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol yang serupa.43 Tujuan pemakaian media audio visual, dalam hal ini yang dimaksud secara umum dalam proses pembelajaran adalah:

a. Untuk Tujuan Kognitif

Dengan menggunakan video, mitra kognitif dapat dikembangkan, yakni yang menyangkut kemampuan mengenal kembali kemampuan memberikan rangsangan berupa gerak yang serasi. Umpamanya: pengamatan benda terhadap kecepatan relatif suatu obyek atau benda yang bergerak, penyimpangan dalam gerak interaksi antara obyek dan benda.

Dengan video dapat pula dipertunjukkan serangkaian gambar diam dapat pula digunakan untuk menunjukkan contoh-contoh bersikap atau berbuat dalam suatu penampilan, khususnya yang menyangkut interaksi menusiawi, sehingga dapat dimungkinkan mengoreksi langsung terhadap penampilan yang tidak memenuhi syarat.

43

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2010) cet.ke-XIII, hal. 30


(36)

b. Untuk Tujuan Psikomotor

Video merupakan media yang paling tepat untuk memperlihatkan contoh ketrampilan yang menyangkut gerak, karena dapat diperjelas dengan cara diperlambat atau dipercepat.

c. Untuk Tujuan Afektif

Dengan menggunakan berbagai teknik dan efek, video dapat menjadi media yang sangat ampuh untuk mempengaruhi sikap dan emosi.44

3. Macam-Macam Media Audio Visual

Media audio visual dibagi kedalam dua jenis, yaitu:

a. Audio visual murni yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal dari satu sumber seperti video kaset.

b. Audio visual tidak murni yaitu unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang berbeda. Misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya berasal dari slides proyektor dan unsur suaranya berasal dari tape recorder.

4. Karakteristik Media Audio Visual

Ciri-ciri dan karakteristik utama teknologi media audio visual adalah sebagai berikut:

a. Bersifat linear

b. Menyajikan visual yang dinamis

c. Digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang/pembuatnya

d. Merupakan representasi fisik dari gagasan ril atau gagasan abstrak e. Dikembangkan menurut prinsip psikologis, behaviorisme dan kognitif f. Berorientasi kepada guru dengan tingkat pelibatan interaktif murid yang

rendah.45

44

Ronald H. Anderson, Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press, 1987. Hal. 104-105

45

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2010) cet.ke-XIII, hal. 31


(37)

C. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu.46

1. Prosedur Umum Pelaksanaan Pembelajaran

Dick dan Carey (1996:184) mengemukakan 5 komponen pokok dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

a. Kegiatan pra-pembelajaran b. Penyajian informasi c. Partisipasi siswa d. Testing (evaluasi) e. Tindak lanjut

Dari ke-5 komponen tersebut dapat diringkas menjadi 3 tahap atau prosedur yang secara umum dilakukan dalam setiap pembelajaran. Tahap pra-pembelajaran menurut Dick dan Carey dapat disebut tahap persiapan, sedangkan tahap penyajian dan informasi siswa dapat disingkat menjadi tahap penyajian karena dalam penyajian akan melibatkan partisipasi siswa47. Tahap ke-4 dan ke-5, evaluasi dan tindak lanjut menjadi satu.

a. Kegiatan Persiapan atau Pra-Pembelajaran

Kegiatan pra-pembelajaran sebenarnya terdiri dari dua jenis, yaitu persiapan sebelum pembelajaran (pra-pembelajaran) dan kegiatan awal pembelajaran, disebut pembukaan pembelajaran

1) Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, seorang guru perlu mempersiapkan diri dengan baik agar dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan efektif dan efisien. Persiapan ini meliputi:

46

Nana Sudjana , Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Mandar Madju 1989), hal. 28 47

Ma’mur Saadie, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2007), Cet. I, hal. 2.3


(38)

persiapan tertulis, persiapan yang berkaitan dengan media pembelajaran maupun alat-alat pelajaran dan persiapan diri

2) Pembukaan Pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru pada awal pembelajaran. Dick dan Carey (1996) mengemukakan bahwa pada awal kegiatan formal pembelajaran, ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu memotivasi siswa, memberi siswa, memberikan informasi apa yang akan dipelajari siswa, meyakinkan bahwa siswa telah memiliki pengetahuan awal (prasyarat) yang diperlukan untuk mempelajari materi yang akan disajikan.48

b. Penyajian Informasi dan Contoh

Pada tahap ini guru menetapkan secara pasti informasi siswa, konsep, aturan dan prinsip-prinsip apa yang perlu disajikan kepada siswa. Disinilah penjelasan pokok tentang semua materi pembelajaran. Kesalahan utama yang sering trejadi dalam tahap ini adalah menyajikan informasi terlalu banyak, terutama jika sebagian dari informasi tersebut tidak relevan dengan tujuan pembelajaran, hal ini sangat penting diperhatikan. Pada saat guru memberikan informasi, hendaknya tidak hanya mendefinisikan konsep-konsep baru, namun menjelaskan kaitan-kaitannya dengan konsep lain. Guru juga perlu menentukan jenis-jenis dan sejumlah contoh yang akan diberikan untuk setiap konsep.

c. Partisipasi Siswa

Dalam tahap ini, guru berusaha agar siswa berpartisipasi penuh dalam kegiatan pembelajaran. Disinilah siswa mempelajari, mengerjakan segala sesuatu yang menjadi tugasnya. Namun, salah satu komponen yang sangat kuat yang tidak boleh terlupakan dalam proses belajar ini adalah pemberian umpan balik. Guru dapat meningkatkan proses belajar dengan menyediakan kegiatan-kegiatan yang secara langsung relevan dengan

48

Ma’mur Saadie, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2007), Cet. I, hal. 2.3 – 2.4


(39)

tujuan pembelajaran. Siswa seharusnya mendapat kesempatan untuk mempraktikkan apa yang guru kehendaki dari siswa untuk dikerjakan

d. Penilaian

Ada dua jenis penilaian yang biasa dilakukan oleh kebanyakan guru, yaitu pretest dan posttest. Guru harus dapat menentukan secara pasti strategi apa yang akan ditempuh untuk melakukan penilaian. Strategi seorang guru mungkin berbeda secara signifikan dengan strategi yang biasa digunakan oleh para guru dan pelatih yang melaksanakan pembelajaran secara lengkap.

Dalam rangka melaksanakan tes formal, perancang pembelajaran dapat mempertimbangkan penggunaan pertanyaan-pertanyaan sikap secara tersembunyi. Pertanyaan-pertanyaan ini menunjukkan apakah siswa memikirkan pembelajaran pada saat menghadapi kegiatan belajar.

e. Kegiatan-Kegiatan Tindak Lanjut

Sebagai bagian dari pembelajaran, anda perlu mempunyai bahan-bahan atau setidak-tidaknya rekomendasi tentang apa yang dapat dikerjakan siswa sebagai hasil dari unjuk kerja pada posttest. Apakah guru akan memisahkan bahan-bahan remediasi yang disediakan untuk para siswa yang kurang tingkat pencapaiannya? Jika demikian, jenis strategi apa yang akan melibatkan para siswa tersebut? Apakah guru akan memberikan bahan-bahan pengayaan tertentu atau dapat juga menyarankan kegiatan-kegiatan pembelajaran kepada para siswa yang sukses berpartisipasi dalam pembelajaran, sedangkakn ada juga siswa yang hanya sampai pada batas pencapaian yang ditetapkan? Keputusan ini mempunyai implikasi tidak hanya sebagai bantuan dalm proses belajar, namun juga diperlukan secara langsung untuk implementasi pembelajaran guru seperti diuraikan dibawah ini:

1) Mereview strategi untuk ingatan dan transfer

Setelah guru mempertimbangkan remediasi dan pengayaan, langkah terakhir adalah mereview strategi untuk menentukan apakah ingatan


(40)

(memmori) siswa dan transfer belajar memerlukan perhatian? Pertanyaan ini dijawab dengan mereview analisis konteks, yang akan menguraikan kondisi-kondisi yang menyebabkan siswa ingin mencapai tujuan pembelajaran.

2) Ketrampilan mengingat

Ketika guru mempertimbangkan apa yang akan dilakukan siswa apabila mereka telah mencapai tujuan pembelajaran, apa yang akan diingat oleh siswa? Apakah ada sesuatu yang secara mutlak harus diungkap kembali dari ingatan? Haruskah hal itu dilakukan secara jelas? Jika demikian banyak teknik yang disarankan untuk mengajarkan informasi verbal sebagia salah satu strategi dalam pembelajaran.

Jawaban yang sering diperlukan dalam pertanyaan tersebut, yaitu apapkah hal-hal yang dilakukan siswa perlu diingat? Apakah memorisasi itu tidak penting, hanya sebatas siswa berhasil melakukan suatu ketrampilan saja? Jika dengan kasus ini tujuan guru tercapai maka guru dapat mempertimbangkan penggunaan panduan tugas. Panduan tugas adalah suatu alat yang digunankan bagi siswa untuk mengerjakan suatu tugas. Misalnya, dapatkah siswa hanya mengisi daftar cek (checklist), untuk mengerjakan tugas? Jika demikian, akan sangat mengurangi kebutuhan untuk mengingat suatu informasi dan mungkin dapat mengurangi panjangnya waktu pembelajaran.

3) Transfer Belajar

Pertanyaan berikutnya dalam tujuan pembelajaran guru adalah apakah hakikat transfer belajar yang akan terjadi? Apakah bedanya konteks unjuk kerja dengan konteks belajar?

Misalkan, tujuan pembelajaran adalah menggunakan program aplikasi komputer baru dan ini diajarkan dalam pusat latihan komputer yang identik dengan komputer yang digunakan dalam tempat kerja. Selama pelatihan, siswa menggunakan bentuk-bentuk nyata yang dipakai dalam suatu lembaga (tempat kerja) untuk mengaplikasikan kegiatan


(41)

belajar. Diharapkan bahwa siswa akan menggunakan aplikasi baru setelah menyelesaikan seluruh pelatihan.

Dari contoh tersebut diasumsikan bahwa jika pelatihan dirancang dengan baik, maka akan ditransfer 100% kedalam tempat kerja. Transfer akan terjadi karena system dan aplikasi yang sama serta bentuk-bentuk itu sama dengan bentuk yang digunakan dalam pelatihan.

2. Pembelajaran efektif a. Pengertian Efektifitas

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektifitas berasal dari kata, efektif yang berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesamaannya, manfaatnya, dapat membawa hasil, berhasil guna, mulai berlaku.49 Dapat juga didefinisikan sebagai sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektifitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan intruksional khusus yang telah di canangkan. Metode pembelajaran dikatakan efektif jika tujuan intruksional khusus yang di canangkan lebih banyak tercapai.50

Menurut Steers yang dikutip oleh Ahmad Habibullah, efektifitas adalah konsistensi kerja yang tinggi untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Adapaun Stoner yang dikutip pula oleh Ahmad Habibullah dkk, memberikan definisi efektifitas sebagai kemampuan menentukan tercapainya tujuan.51

Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa: “efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,

49

Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka: 1996), h: 250

50

http//agungprudent.WordPress.com/2009/06/18 efektifitas-pembelajaran 51

Ahmad Habibullah dkk, Efektifitas Pokjawas dan Kinerja Pengawas Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT pena Citasatria: 2008), cet: 1, h: 6


(42)

kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya”.52

Keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar, yaitu segala daya upanya guru untuk membentuk para siswa agar bisa belajar dengan baik.53

Dapat juga dikatakan efektif belajar menurut Makmun yang dikutip oleh Saipul Sagala adalah membawa pengaruh atau makna tertentu bagi pelajar itu (setidak-tidaknya sampai batas tertentu) relaitif tetap dan setiap saat diperlukan dapat diproduksi dan dipergunakan seperti dalam pemecahan masalah (Problem Solving) baik ujian ulangan dan sebagainya maupun penyesuaian diri bagi kehidupan sehari-hari dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya. Efektif belajar dapat ditunjukan:

1)Tepat waktu atau efisien waktu,

2)Pertanyaan sederhana dapat informasi lengkap, 3)Cepat menguasai konsep,

4)Metode tepat sesuai dengan kompetensi dasar, standar kompetensi dan indikator dan

5)Irit biaya.54

Dalam proses pembelajaran yang dapat dikatakan efektif apabila seorang guru memiliki kemampuan dalam mengelola materi ajar sehingga siswa dengan mudah menerima materi yang diajarkan dan dapat merangsang siswa untuk mengungkapkan gagasannya, adapun perbedaan siswa menjadi lebih kreatif dan saling menghargai pendapatnya masing-masing.

Secara fundamental Dollar and Miller (1970) menegaskan bahwa belajar efektif dipengaruhi oleh: adanya motivasi (drivers) yaitu peserta didik harus menghendaki sesuatu, adanya perhatian dan mengetahui sasaran (Cue) yaitu peserta didik harus memperhatikan sesuatu, adanya usaha (response) yaitu peserta

52

http://dansite. Wordpress.com/2009/03/28/pengertian efektifitas. 53

Trianto, Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan dan Implementasinya pada KTSP, (Jakartaa: Kencana: 2009), cet: 1, h: 20

54

Dr. H. Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alpabeta: 2009), 174


(43)

didik harus melakukan sesuatu dan adanya evaluasi dan pemanfaatan hasil (reinforcement) peserta didik harus memperoleh sesuatu yang penuh arti dalam belajar. Agar belajar efektif, pelajaran dimulai dari apa yang diketahui peserta didik sedangkan kegiatan belajar berbuat dengan menggunakan bahasa dan istilah yang dapat dipahami peseta didik.55

Suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama keefektifan pembelajaran, yaitu:

1)Presentase waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

2)Rata-rata prilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa.

3)Ketepatan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan belajar) diutamakan.

4)Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif, mengembangkan struktur kelas yang mendukung.

Guru yang efektif adalah guru menemukan cara dan selalu berusaha agar anak didiknya terlibat secara tepat dalam suatu mata pelajaran dengan presentase waktu belajar akademik yang tinggi dan pelajaran berjalan tanpa menggunakan teknik yang memaksa, negatif atau hukuman. Selain itu guru yang efektif adalah orang-orang yang dapat menjalin hubungan yang simpatik dengan para siswa, menciptakan lingkungan kelas yang mengasuh, penuh perhatian, memiliki suatu rasa cinta belajar, mengusasi sepenuhnya bidang studi mereka dan dapat memotivasi siswa untuk bekerja tidak sekedar mencapai suatu prestasi namun juga menjadi anggota masyarakat yang pengasih.56

Dengan begitu, upaya untuk melakukan pengajaran, membiasakan, bimbingan, pengasuhan dan pengembangan potensi anak didik akan biasa dilakukan dengan sebaik-baiknya pula dan anak didik tidak hanya memperoleh pengetahuan kognitif, tetapi juga meresapi nilai-nilai materi yang didapat dengan hati dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Ciri-Ciri Efektifitas

55

Dr. H. Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alpabeta: 2009), 175

56


(44)

Menurut Harry Firman (1987), keefektifan program pembelajaran ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1)Berhasil mengantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan intruksional yang telah ditetapkan.

2)Memberikan pengalaman belajar yang efektif, melibatkan siswa secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan intruksional.

3)Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar-mengajar.

Berdasarkan ciri program pembelajaran aktif seperti yang digambarkan di atas. Keefektifan program pembelajaran tidak hanya ditinjau dari segi tingkat prestasi belajar saja, melainkan harus pula ditinjau dari segi proses dan sarana penunjang.

Aspek hasil meliputi tinjauan terhadap hasil belajar siswa setelah mengikuti program pembelajaran yang mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek proses meliputi pengamatan terhadap keterampilan siswa, motivasi, respon, kerjasama, partisipasi, aktif, tingkat kesulitan pada penggunaan media, waktu serta teknik pemecahan masalah yang ditempuh siswa dalam menghadapi kesulitan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Aspek sarana penunjang meliputi tinjauan-tinjauan terhadap fasilitas fisik dan bahan serta sumber yang diperlukan siswa dalam proses belajar mengajar seperti ruang kelas, labolatorium, media pembelajaran dan buku-buku teks.57

1)Kriteria efektifitas pengajaran itu melliputi: a) Prosentase waktu belajar siswa yang tinggi

b) Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa. c) Ketepatan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa

(orientasi keberhasilan yang diutamakan)

d) Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif

e) Mengembangkan struktur kelas yang mendukung butir 2 tanpa mengabaikan butir 4.

57


(45)

Sedjana mengungkapkan kriteria yang dapat digunakan untuk menilai keefektifan proses belajar mengajar sebagai berikut.

1) Konsistensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum

2)Keterlaksanaannya oleh guru, dalam hal ini sejauh mana kegiatan dan program yang telah direncanakan dapat dilaksanakan oleh guru tanpa mengalami hambatan atau kesulitan

3)Keterlaksanaannya oleh siswa, dalam hal ini dimulai sejauhmana siswa melakukan kegiatan belajar sesuai dengan program yang telah ditentukan tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti

4)Motivasi belajar siswa, motivasi belajar siswa sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa saat melaksanakan kegiatan belajar

5)Keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar, penilaian proses belajar mengajar terutama adalah sejauhmana keaktifan siswa mengikuti pelajaran

6)Interaksi guru siswa berkenaan dengan komunikasi atau hubungan timbal balik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dalam melakukan kegiatan belajar mengajar.

7)Kemampuan atau ketrampilan guru mengajar, merupakan puncak keahlian guru yang profesional dalam hal penguasaan bahan pengajaran bahan pengajaran, komunikasi dengan siswa, penetapan metode mengajar dan lainnya.

8)Kualitas hasil belajar yang dicapai oleh para siswa58

Sedangkan menurut Mortimore proses belajar mengajar yang efektif itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1)Aktif, bukannya pasif 2)Konvert, bukannya overt 3)Kompleks, bukannya sederhana

4)Dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual siswa 5)Dipengaruhi oleh berbagai konteks belajar

58

Yayat, Efektifitas Penyetaraan Program S1 Bagi Guru SMK (Penelitian Pada Guru-Guru SMK di Kotamadya Bantul), (Tesis Program Pasca Sarjana UNY, 2001), hal.40


(46)

c. Aspek-Aspek Efektivitas

Berdasarkan pendapat Aswarni Sujud tentang pengantar efektifitas, dapat dijelaskan bahwa efektifitas suatu program dapat dilihat adrai aspek-aspek dibawah ini:

1)Aspek tugas dan fungsi

Seseorang atau lembaga dikatakan efektif jika melaksanakan tugas atau fungsinya. Begitu juga suatu program pengajaran akan efektif jika tugas d an fungsinya dapat dilaksanakan dengan baik, dan tugas peserta didik belajar dengan baik

2)Aspek rencana atau program

Jika seluruh rencana dapat dilaksanakan maka rencana atau program dikatakan efektif. Yang dimaksud dengan rencana atau program disini adalah rencana pengajaran yang terprogram, yaitu berupa materi yang terwujud dalam sebuah kurikulum, yaitu berupa materi yang terwujud dalam sebuah kurikulum yang telah diterapkan.

3)Aspek ketentuan dan aturan

Efektifitas suatu program juga dilihat dari berfungsi atau tidaknya aturan yang telah dibuat dalam rangka menjaga berlangsungnya proses pengajaran. Aspek ini mencakup aturan-aturan baik yang berhubungan dengan peserta didik. Jika aturan ini dilaksanakan berarti ketentuan atau aturan telah berlaku secara efektif.

4)Aspek tujuan atau kondisi ideal

Suatu program kegiatan dikatakan efektif dari sudut hasil jika tujuan atua kondisi ideal program tersebut dapat dicapai. Penilaian aspek ini dapat dilihat dari prestasi yang dicapai oleh siswa.

Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa segi, yang dimulai dari perencanaan guru. Perencanaan pembelajaran berkenaan dengan keputusan yang


(47)

diambil guru dalam mengorganisasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasi hasil pembelajaran. (Burden & Bird, 1999). Perencanaan merupakan tugas yang sangat penting dilakukan oleh guru. Ketika guru membuat keputusan tentang perencanaan, perlu mempertimbangkan “seseorang melakukan apa, apabila dan urutan peristiwa-peristiwa belajar apa yang akan terjadi, dimana peristiwa belajar itu berlangsung, jumlah waktu yang digunakan, dan sumber-sumber serta bahan-bahan yang dimanfafatkan”.59

Keputusan tentang perencanaan juga berhubungan dengan isu-isu seperti materi yang dipilih, strategi pembelajaran, penyampaian pelajaran, media pembelajaran, pengelolaan kelas, iklim kelas dan evaluasi pembelajaran. Tujuan perencanaan adalah member jaminan pebelajar akan belajar dengan baik. Oleh karena itu, perencanaan membantu menciptakan, mengelola dan mnegorganisasikan peristiwa-peristiwa pembelajaran yang memungkinkan kegiatan belajar terjadi. Perencanaan membantu guru untuk menata alur dna urutan peristiwa-peristiwa pembelajaran yang tepat dan juga mengatur waktu. Jumlah waktu yang dibutuhkan dalam merencanakan pembelajaran sangat tergantung pada individu guru. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti kebutuhan pebelajar, kekomplekan tugas pembelajaran, fasilitas-fasilitas dan peralatan serta pengalaman guru.

a)Faktor-faktor yang berkaitan dengan pembelajaran:

(1) Konten (isi) Pembelajaran: isi pelajaran berkaitan dengan pengetahuan, ketrampilan, aturan, konsep atau proses kreatif yang akan dipelajari pebelajar

(2) Bahan: berwujud tulisan, bentuk fisik atau stimuli visual, yang dugunakan dalam pembelajaran. Buku teks, film, film strip, komputer, video tape.

(3) Strategi Pembelajaran: pemilihan berbagai strategi pembelajaran yang digunakan untuk mengajarkan isi pembelajaran merupakan perencanaan sentral guru.

59

Ma’mur Saadie, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2007), Cet. I, hal. 2.15


(1)

peningkatan yang signifikan. Berikut adalah nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada materi ibadah haji:

Jumlah siswa Rata-Rata Ketepatan

Menjawab (30 soal) Nilai Rata-rata

33 siswa 25,7 77,90

Adapun untuk nilai pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebelumnya yaitu 6, 20. Jadi, dalam penggunaan media VCD ibadah haji ini, nilai rata-rata siswa kelas X AP2 SMK AL-Hidayah Lebak Bulus meningkat sebanyak 1, 59.

4. Berdasarkan hasil wawancara menunjukan pelaksanaan pemanfaatan media VCD (ibadah haji) pada saat pembelajaran sangat efektif. Materi ibadah haji merupkan materi yang cukup sulit menjelaskannya karena materi tersebut membutuhkan keterampilan serta dapat memperaktikan, penggunakan media VCD (ibadah haji) yang menampilkan gambar, suara dan gerak secara bersamaan secara langsung dapat berinteraksi bagaimana tata cara pelaksanaan ibadah haji dengan tertib dan benar.

Sifatnya yang praktis atau ringan dan persiapan yang maksimal memudahkan guru menggunakan media VCD (ibadah haji) tanpa mendapatkan kendala, membebankan bahkan menyulitkan guru dalam proses belajar mengajar, hal itu dapat dirasakan siswa dengan pembelajarannya memanfaatkan media tidak membosankan dan menjenuhan, serta persiapan perencanaan pembelajaran yang maksimal membawa pengaruh keberhasilan belajar.


(2)

B. Saran-Saran

Secara garis besar disimpulkan bahwa media audio visual sangat baik digunakan dalam pembelajaran, namun dalam penggunaan media pembelajaran ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, diantaranya yaitu: kesesuaian antara media pembelajaran dengan materi pembelajaran, efisiensi waktu yang dibutuhkan dalam pemutaran media pembelajaran dan persiapan siswa dalam menerima pelajaran.

Selanjutnya, untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam penggunaan media pembelajaran di sekolah, penulis juga menyarankan kepada pihak sekolah, guru maupun siswa, diantaranya yaitu:

1. Sekolah

Kepada pihak sekolah hendaknya meningkatkan kompetensi para guru khususnya dalam memanfaatkan fungsi media pembelajaran, mengingat dalam penelitian ini telah membuktikan bahwa penggunaan media audio visual sangat efektif terhadap keberhasilan belajar siswa.

Selain itu, pihak sekolah juga diharapkan dapat menyediakan fasilitas penunjang untuk mengoptimalkan pemanfaatan media pembelajaran di sekolah, seperti menyediakan proyektor, LCD (infocus) serta ruangan kelas yang nyaman agar siswa bisa berkonsentrasi dalam proses pembelajaran tersebut.

2. Guru

a. Kepada para guru, khususnya guru Pendidikan Agama Islam hendaknya menggunakan berbagai macam metode dan media pembelajaran agar siswa lebih mudah menerima dan memahami pelajaran yang disampaikan.

b. Guru harus meningkatkan pemahamannya tentang pemanfaatan media pembelajaran agar dalam proses pembelajaran pemanfaatan media bisa optimal.


(3)

c. Guru hendaknya meningkatkan kemampuannya dalam mengkondisikan siswa agar tercita suasana belajar yang efektif.

d. Guru harus lebih tanggap terhadap perkembangan teknologi dalam dunia pendidikan, sehingga kedepannya proses belajar mengajar dapat memanfaatkan media teknologi yang tentunya akan semakin mempermudah proses pembelajaran.

3. Siswa

a. Siswa hendaknya lebih kreatif dalam mencari ilmu pengetahuan dengan memanfaatkan berbagai sumber yang ada seperti buku bacaan, internet dan VCD pengetahuan, tidak hanya mengandalkan materi yang disampaikan oleh guru saja.

b. Siswa harus memiliki motivasi dan keinginan belajar yang tinggi, agar proses menerima materi pelajaran di kelas pun akan terasa mudah.


(4)

Daftar Pustaka

1. Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006

2. Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, Bandung: Angkasa, Cet. I, 2003

3. Ahmad Habibullah dkk, Efektifitas Pokjawas dan Kinerja Pengawas Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT pena Citasatria, Cet: 1, 2008

4. Al-Rasyidin dan H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta: PT. Ciputat Press, Cet. II, 2005 5. Arief S. Sudirman, dkk. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar.

Jakarta: Medyatama Saran Perkasa, 1989

6. Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Ciputat Press, Cet. I, 2002,

7. Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, cet.ke-XIII, 2010

8. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: PT. Syaamil Cipta Media

9. Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka, 1996

10.Dr. H. Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung: Alpabeta, 2009

11.Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta: 2007

12.Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta: 2007), h.170

13.http//agungprudent.WordPress.com/2009/06/18 efektifitas-pembelajaran

14.http://dansite. Wordpress.com/2009/03/28/pengertian efektifitas. 15.1http://www.depag.co.id, 20 Mei 2010.


(5)

16.http://www.depdiknas.co.id, 20 Mei 2010.

17.http://www.wonk-educationnetwork.blogspot,com, 22 Mei 2010. 18.1http://www.wonk-educationnetwork.blogspot,com, 22 Mei 2010.

19.John D. Latuheru, Media Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta: Depdikbud, 1982

20.Ma’mur Saadie, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, Cet. I, 2007

21.Mahfudz Sholahudidin, Media Pendidikan Agama. Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1986

22.Mardalis, Metode Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, Cet: VI, 3003

23.Muh. Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Terj. dari Thuruqu Ta’limi Al-Tarbiyah Al-Islamiyah oleh Murni Djamal, Jakarta: Rineka Cipta, 1998

24.Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. II, 2002.

25.Nana Sudjana , Proses Belajar Mengajar, Bandung: Mandar Madju 1989 26.Nasution, Teknologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara, 1994

27.Prof. Dr. Robert K. Yin, Studi kasus Desain & Metode (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet ke-4, 2004

28.Redja Mudyaharjo, Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006

29.Ronald H. Anderson, Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press, 1987

30.Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Ciputat Pers, 2002. 31.Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Materil. Jakarta: Prima Karya, 1987. 32.TB. Wahyudi. Media Komunikasi Massa Television, Bandung: Alumni


(6)

33.Trianto, Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan dan Implementasinya pada KTSP, Jakartaa: Kencana, cet: 1, 2009.

34.Yayat, Efektifitas Penyetaraan Program S1 Bagi Guru-Guru SMK (Penelitian Pada Guru-Guru SMK di Kotamadya Bantul), (Tesis Program Pasca Sarjana UNY, 2001)

35.Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, Suatu Pendekatan Baru, Ciputat: Gaung Persada Press, 2008

36.Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. I, 1995

37.Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam Sejak Dini, Jakarta: A.H. Ba’adillah Press, Cet. I, 2002.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Bantuan Operasional Manajemen Mutu (BOMM) terhadap peningkatan mutu pelajaran (di SMK AL-Hidayah Lestari Lebak Bulus)

0 38 109

Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di Kelas X Ma Attaqwa

1 9 174

Hubungan antara persepsi siswa pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam dengan prestasi belajar (studi penelitian di kelas X Akuntansi SMK Lebak Bulus Jakarta)

1 5 79

“Efektifitas Penggunaan Media Audio Visual Dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis Imla Pada Murid SMA Islam Al-Kholidin Jakarta

0 5 69

Perancangan Media Leaflet di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan Tahun 2015

0 16 168

Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual (FIlm Dokumenter Tatacara Ibadah Haji) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMA Muhammadiyah 3 Jakarta

2 7 144

Efektivitas penggunaan audio visual sebagai media pembelajaran pendidikan agama islam di SD Islam Al-Azhar 12 Cikarang -Bekasi

0 26 99

Kepuasan Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus

0 3 121

BAB II PENERAPAN METODE PRILEKSI DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL FILM PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) - PENERAPAN METODE PRILEKSI DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL FILM PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SMA N PAMOTAN REMBANG - STAIN K

0 0 35

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL (AVA) TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD HJ ISRIATI SEMARANG - Unissula Repository

0 0 16