Pencegahan Test Diagnostik Dispepsia 1. Pengertian

14 Gambar 2.2. Mekanisme Dispesia Akibat Stres. Mustawa, 2012

2.2.8. Pencegahan

Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung. Sain, 2008. 2.2.9. Penatalaksanaan Medik 2.2.9.1. Penatalaksanaan Non Farmakologis Meurut Sain 2008, penatalaksanaan non farmakologis terdiri dari: a. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung 15 b. Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres c. Atur pola makan. Gejala dapat dikurangi dengan menghindari makanan yang mengganggu, diet tinggi lemak, kopi, alkohol, dan merokok. Selain itu, makanan kecil rendah lemak dapat membantu mengurangi intensitas gejala. Ada juga yang merekomendasikan untuk menghindari makan yang terlalu banyak terutama di malam hari dan membagi asupan makanan sehari-hari menjadi beberapa makanan kecil. Alternatif pengobatan yang lain termasuk hipnoterapi, terapi relaksasi dan terapi perilaku. Mustawa, 2012 2.2.9.2. Penatalaksanaan Farmakologis 2.2.9.2.1. Antasida Golongan ini mudah didapat dan murah. Antasida akan menetralisir sekresi asam lambung. Antasida biasanya mengandung natrium bikarbonat, AlOH 3 , MgOH 2 , dan magnesium trisiklat. Pemberian antasida tidak dapat dilakukan terus-menerus, karena hanya bersifat simtomatis untuk mengurangi nyeri. Magnesium trisiklat merupakan adsorben nontoksik, namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl 2 . Mustawa, 2012

2.2.9.2.2. Antikolinergik

Kerja obat ini tidak sepsifik, Obat yang agak selektif adalah pirenzepin yang bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan sekresi asam lambung sekitar 28 sampai 43. Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif. Mustawa, 2012

2.2.9.2.3. Antagonis Resptor H2

16 Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan ini adalah simetidin, ranitidin, dan famotidin. Mustawa, 2012

2.2.9.2.4. Proton Pump Inhibitor PPI

Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeprazol, lansoprazol, dan pantoprazol. Mustawa, 2012

2.2.9.2.5. Sitoprotektif

Prostaglandin sintetik seperti misoprostol PGE1 dan enprostil PGE2 selain bersifat sitoprotektif juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan prostaglandin endogen, yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mucus dan meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif sile protective yang bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas. Mustawa, 2012

2.2.9.2.6. Golongan Prokinetik

Obat yang termasuk golongan ini yaitu sisaprid, domperidon, dan metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki asam lambung. Mustawa, 2012

2.2.9.2.7. Golongan Anti Depresi

Kadang kala juga dibutuhkan psikoterapi dan psikofarmaka obat anti depresi dan cemas pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan yang muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi. Contoh dari obat ini adalah golongan trisiclic antidepressants TCA seperti amitriptilin. 17 Pengobatan untuk dispepsia fungsional masih belum jelas. Beberapa pengobatan yang telah didukung oleh bukti ilmiah adalah pemberantasan Helicobacter pylori, PPI, dan terapi psikologi. Pengobatan yang belum didukung bukti : antasida, antispasmodik, bismuth, terapi diet, terapi herbal, antagonis reseptor H2, misoprostol, golongan prokinetik, selective serotonin-reuptake inhibitor, sukralfat, dan antidepresan. Mustawa, 2012

2.2.10. Test Diagnostik

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyingkirkan adanya kelainan organik, pemeriksaan untuk dispepsia terbagi pada beberapa bagian Pemeriksaan laboratorium, biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap dan pemeriksaan darah dalam tinja, dan urin. Jika ditemukan leukositosis berarti ada tanda-tanda infeksi. Jika tampak cair berlendir atau banyak mengandung lemak pada pemeriksaan tinja kemungkinan menderita malabsorpsi. Seseorang yang diduga menderita dispepsia ulkus sebaiknya diperiksa derajat keasaman lambung. Jika diduga suatu keganasan, dapat diperiksa tumor marker seperti CEA dugaan karsinoma kolon, dan CA 19-9 dugaan karsinoma pankreas. Mustawa, 2012 Barium enema untuk memeriksa saluran cerna pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan berat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita makan. Mustawa, 2012 Endoskopi bisa digunakan untuk mendapatkan contoh jaringan dari lapisan lambung melalui tindakan biopsi. Pemeriksaan nantinya di bawah mikroskop untuk mengetahui apakah lambung terinfeksi Helicobacter pylori. Endoskopi merupakan pemeriksaan baku emas, selain sebagai diagnostik sekaligus terapeutik. Mustawa, 2012 18 Pemeriksaan penunjang lainnya seperti foto polos abdomen, serologi H. pylori, urea breath test, dan lain-lain dilakukan atas dasar indikasi. Mustawa, 2012

2.3. Batasan Kualitas Hidup

Kualitas hidup adalah keadaan yang dipersepsikan terhadap keadaan seseorang sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang dianutnya, termasuk tujuan hidup, harapan dan niatnya. Elvina, 2011 Dikutip dari kualitas hidup menurut Jennifer J. Clinch, Deborah Dudgeeon dan Harvey Schipper dalam Elvina 2011, Kualitas hidup mencakup: a. Gejala fisik b. Kemampuan fungsional aktivitas c. Kesejahteraan keluarga d. Spiritual e. Fungsi sosial f. Kepuasan terhadap pengobatan termasuk masalah keuangan g. Orientasi masa depan h. Kehidupan seksual, termasuk gambaran terhadap diri sendiri i. Fungsi dalam bekerja

2.4. Hubungan Kesehatan dengan Kualitas Hidup

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis UU no.231992 tentang kesehatan. Kesehatan adalah kebutuhan dasar dan modal utama untuk mencapai kualitas hidup yang terbaik. Elvina, 2011

2.5. Hubungan Dispepsia dengan Kualitas Hidup

Gejala dispepsia seperti: nyeri epigastrik, mual menyebabkan penurunan kualitas hidup pada penderita dispepsia. Talley, 2006 Banyak penelitian telah membuktikan pengurangan kualitas hidup pada pasien dispepsia dengan gejala ringan sampai berat. Chang, 2004 Pada pasien yang menderita dispepsia dan