Kualitas Hidup Dengan Dispepsia

29 sebagai definisi, prevalensi dispepsia yang tidak terdeteksi telah bervariasi antara 7-34,2. Dengan definisi ini, prevalensi dispepsia yang tidak terdeteksi terendah terlihat di Singapura yaitu sebesar 7-8, Asia Tenggara. Prevalensi terlihat sedikit lebih tinggi pada orang-orang Skandinavia 14,5, tingkat prevalensi 23-25.8 terlihat di AS, pada 30,4 penduduk di India dan Selandia Baru 34,2 memiliki tingkat tertinggi. Prevalensi dispepsia ditemukan 23- 45 ketika gejala gastrointestinal bagian atas dimasukkan sebagai definisi dispepsia. Dengan definisi ini, prevalensi rendah terlihat di Spanyol 23,9. prevalensi dispepsia yang tidak terdeteksi tercatat 32 di Amerika Serikat. sementara tingkat signifikan lebih tinggi dari 38-41 tercatat di Inggris. 20-23 dan 45 di Nigeria. Kumar, 2012 Berdasarkan hasil penelitian di negara-negara Asia Cina, Hong Kong, Indonesia, Korea, Malaysia, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam didapatkan 43-79,5 pasien dengan dispepsia adalah dispepsia fungsional. Dimana prevalensi pasien dispepsia di pelayanan kesehatan mencakup 30 dari pelayanan dokter umum dan 50 dari pelayanan dokter spesialis gastroenterologi. PGI, 2014 Dalam penelitian ini didapatkan subjek yang menderita dispepsia berjenis kelamin perempuan sebesar 66,7 dan laki-laki sebesar 33,3. Hasil ini sesuai dengan studi Mahadeva 2010 ditemukan penderita dispepsia pada perempuan sebanyak 118 orang 69,4 dan pada laki-laki sejumlah 52 orang 30,6. Peranan hormon masih belum jelas diketahui dalam patogenesis dispepsia fungsional. Dilaporkan adanya penurunan kadar hormon motilin yang menyebabkan gangguan motilitas antroduodenal. Dalam beberapa percobaan, progesteron, estradiol, dan prolaktin memengaruhi kontraktilitas otot polos dan memperlambat waktu transit gastrointestinal. Abdullah Gunawan, 2012

5.2.2. Kualitas Hidup Dengan Dispepsia

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Mann-Whitney dari tabel 5.4., hasilnya menunjukkan terdapat perbedaan kualitas hidup yang 30 signifikan antara dispepsia dibandingkan dengan non-dispepsia dengan nilai p 0,05 p=0,0001. Hasil ini sama ditemukan pada studi Mahadeva 2010 dimana dijumpai penurunan kualitas hidup yang terbagi menjadi lima daerah yaitu rasa nyeri, kecemasan, pergerakan, mengurusi diri sendiri, dan aktivitas biasa. Meskipun orang dewasa dengan dispepsia tampaknya memiliki lebih banyak masalah di semua daerah jika dibandingkan dengan kontrol sehat. namun perbedaan yang signifikan terlihat pada daerah rasa sakit dan kecemasan dengan p value 0,0001. Hasil ini juga didukung oleh studi Hiroto 2012 dimana kualitas hidup kurang baik pada pasien dengan dispepsia fungsional meskipun bukan penyakit fatal. Pengurangan kualitas hidup pada pasien dispepsia fungsional mungkin terkait dengan beban yang signifikan pada masyarakat karena absen bekerja, penurunan produktivitas, dan penggunaan sumber daya kesehatan. Data pada kualitas hidup pasien dengan dispepsia fungsional dari Asia sangat jarang. Dua studi dari Malaysia oleh tim kerja yang sama, satu pada penduduk pedesaan dan lainnya pada populasi perkotaan, menunjukkan penggunaan instrumen EuroQOL EQ-5D pada subjek dengan dispepsia Roma II dan kriteria III memiliki kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan lebih rendah.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan berdasarkan hasil penelitian ini, adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan usia dapat dilihat bahwa kelompok usia terbanyak menderita dispepsia adalah kelompok usia 20-21 tahun sebanyak 10 orang 66,7. 2. Berdasarkan jenis kelaminnya, bahwa penderita dispepsia didapati lebih banyak pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 10 orang 66.7 sedangkan untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 5 orang 33.3. 3. Pada kelompok kualitas hidup kurang didapati lebih banyak pada subjek yang menderita dispepsia yaitu sebanyak 12 orang 80 sedangkan pada subjek yang tidak menderita dispepsia sebanyak 0 orang 0. 4. Pada kelompok kualitas hidup rata-rata didapati lebih banyak pada subjek yang menderita dispepsia yaitu sebanyak 2 orang 13,3 sedangkan pada subjek yang tidak menderita dispepsia sebanyak 5 orang 7,7. 5. Pada kelompok kualitas hidup baik didapati lebih banyak pada subjek yang tidak menderita dispepsia yaitu sebanyak 80 orang 92,3 sedangkan pada subjek yang menderita dispepsia sebanyak 1 orang 6,7. 6. Dari hasil penelitian ini, terdapat hubungan yang signifikan antara dispepsia dengan kejadian dispepsia dengan nilai p 0,05 p=0,0001.

6.2. Saran

Dari seluruh proses dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, yaitu: 1. Bagi subjek penelitian Mahasiswa mampu untuk mengetahui tanda dan gejala dispepsia dan penurunan kualitas hidup. Mahasiswa yang mengalami tanda dan gejala