E. Kerangka Teoritik
Penelitian  ini  akan  sedikit  banyak  membicarakan  masalah pendidikan  anak  dan  juga  psikologi  Islam.  Oleh  karena  itu,  peneliti
melandaskan teori pada ahli pendidikan dan psikologi. Untuk melandaskan teori psikologi peneliti mengambil dari beberapa tokoh diantaranya adalah;
Ustman Najati, Dadang Hawari, Hanna Djumhana Bastaman, Baharuddin, Yadi  Purwanto,  Fuad  Nasori,  dan  lain-lainnya.  Sedangkan  pada  teori
pendidikan  peneliti  mengambil  dari  beberapa  tokoh,  yaitu;  Abdullah Nashih  Ulwan,  Lawrence  E.  Shapiro,  Muhammad  Muhammad  Badri,
Munif  Chatib,  Abuddin  Nata,  dan  lain-lainnya  yang  sekiranya  relevan untuk  dipadukan  dan  dielaborasikan  dalam  sebuah  kerangka  teori
khususnya  dalam  pembahasan  pendidikan  dalam  perspektif  psikologi Islam.
Peneliti  melandaskan  teorinya  pada  tokoh-tokoh  tersebut dikarenakan  pendapat-pendapat  yang  mereka  tuangkan  sangat  dekat  pada
pokok  permasalahan  yang  berkenaan  dengan  pendidikan  anak  dan  juga masalah  psikologi  Islam.  Sehingga  peneliti  tertarik  pada  pemikiran
mereka, dan dapat digunakan untuk dijadikan sebagai landasan teori dalam penelitian ini, dan juga  digunakan untuk menganalisis pemikiran Zakiyah
Daradjat  tentang  pendidikan  anak  dan  psikologi  Islam.  Disamping  itu Zakiyah  merupakan  generasi  awal  dalam  pengembangan  pendidikan  dan
psikologi itu sendiri, khususnya di negara Indonesia.
Selain itu, terlihat jelas dalam pemikiran, terdapat perbedaan yang sangat menonjol antara psikologi Islam dan Barat adalah persoalan tentang
manusia,  yang  mana  dari  perbedaan  tersebut  melahirkan  dinamika  teori yang  berkembang.  Psikologi  Islam  membangun  konsep  teori  tentang
manusia berdasarkan pada Al- Qur‟an dan Hadist.
27
Sedangkan pendidikan adalah  kegiatan  yang  tidak  dapat  dipisahkan  dari  manusia.  Menjadi  perlu
dalam  sistem  pendidikan  khususnya  pendidikan  Islam,  harus  memahami terlebih  dahulu  tentang  konsep  manusia  dalam  al-
Qur‟an.
28
Pendidikan Islam  adalah  usaha  yang  secara  aktif  menumbuhkembangkan  seluruh
potensi  manusia  baik  itu  potensi  jamani  maupun  potensi  ruhani.  Potensi manusia  meliputi  seluruh  organ  fisik  manusia  yang  nyata,  dan  potensi
ruhani bersifat spiritual.
29
Seorang  anak  akan  tumbuh  kembang  dengan  baik  apabila  ia memperoleh  pendidikan  yang  paripurna  komperehensif,  agar  kelak
menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat, bangsa, dan negara, serta agama. Anak yang demikian adalah anak yang sehat dalam arti luas, yaitu
sehat  fisiknya,  mental-emosionalnya,  mental-inteletualnya,  mental- sosialnya,  serta  mental  spiritualnya.  Pendidikan  harus  dilakukan  sedini
mungkin baik dalam keluarga dirumah maupun diluar rumah, atau dalam formal  maupun  non  formal,
30
seperti  yang  dijelaskan  oleh  Ali  ibn  Abi Thalib  sebagai  berikut;  yang  artinya;
Didiklah  anak-anakmu,  sebab
27
Baharuddin, Aktualisasi Psikologi Islam..., hlm. 58.
28
Ibid ., hlm. 131.
29
Ibid., hlm. 133.
30
Dadang Hawari, Al- Qur’an “Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Jiwa..., hlm. 195,196.
mereka  dilahirkan  untuk  hidup  dalam  suatu  zaman  yang  berbeda  dengan zamanmu
,
31
kemudian  dijelaskan  juga  oleh  Munif  Chatib  yang  mengutip perkataan  Khalil  Gibran  dari  syairnya  yaitu  sebagai  berikut;  yang  artinya
“
Anakmu bukanlah milikmu. Mereka adalah putra-putri Sang Hidup, yang rindu  akan  dirinya  sendiri.  Mereka  lahir  lewat  engkau,  tetapi  bukan  dari
engkau. Mereka ada padamu, tetapi bukanlah dirimu.
”
32
Sesungguhnya  Islam  itu  sendiri  memiliki  metode  khusus  untuk mendidik  dan  memperbaiki  anak.  Jika  cara  mendidik  dengan  lemah
lembut,  nasehat  itu  dapat  diterima  oleh  sang  anak,  maka  tidak diperkenankan  bagi  orang  tuanya  unuk  berbuat  yang  lebih  atau  dengan
mengasingkan  sementara.  Selanjutnya  apabila  anak  tidak  dapat  dengan cara  yang  lemah  lembut,  maka  cara  yang  lebih  tegas  yaitu  dengan
membentak  atau  mengasingkan  anak  tersebut.  Kemudian  jika  tidak membuahkan  hasil  maka  terakhir  cara  yang  digunakan  adalah  boleh
dengan  memukul.  Namun,  memukul  dengan  syarat  yang  tidak membahayakan, dan tetap pada kewajarannya. Karena boleh jadi pendidik
akan  dapat  memperbaiki
33
jiwa  si  anak  dengan  cara  tersebut  dan  dapat
31
Sulung  Nofrianto, 7  Point  Menjadi  Guru  yang  Memikat  Hati  “THE  GOLDEN
TEACHER, Depok; Lingkar Pena Kreativa, 2008,hlm. 165
32
Munif  Chatib,  Orang Tuanya Manusia “ Melejitkan Potensi dan Kecerdasan dengan
Menghargai Fitrah Setiap Anak , Bandung: Kaifa PT. Mizan Pustaka, 2015, hlm. 1.
33
Pada  hakikatnya  hukuman  adalah  bagian  yang  sangat  kecil  dari  proses  pendidikan anak. pendidikan adalah proses  yang  membantu anak untuk bersikap benar dan berperilaku baik,
pada  waktu  yang  bersamaan  mengajari  mereka    mengemban  tanggung  jawab  serta  mengasah kemampuan mereka untuk memilih cara yang benar dalam menempuh jalan kehidupan. Perbaikan
yang  benar  memberikan  kesempatan  pada  anak  untuk  menyatakan  pendapat  atau  perasaannya terlebih  dahulu.  Orang  tua  meletakkan  peraturan  terhadap  perbuatan  mereka  dengan  ungkapan
yang menghargai keberadaan mereka. Dikutip dari buku Muhammad Muhammad Badri, hlm. 610
meluruskan  perilakunya  yang  menyimpang,
34
sebagaimana  telah disebutkan  sebelumnya.  Hal  ini  sama  seperti  pendidikan  yang
menggunakan  gaya  autoritatif,  yaitu  mendidik  dengan  cara  menghargai kemandirian anak-anaknya, akan tetapi menuntut mereka untuk memenuhi
standar  tanggung  jawab  yang  tinggi  kepada  keluarga,  teman  dan masyarakat.
35
F. Metode Penelitian