2.1.4.5 Terapi Sistem Kekebalan Tubuh Terapi sistem kekebalan tubuh melibatkan pemberian antibodi untuk
membantu individu melawan bakteri dan virus. Teori yang mendasarinya menyatakan bahwa individu tidak punya sistem kekebalan tubuh yang kuat atau
tidak menghasilkan antibodi yang cukup sehingga membuatnya rentan dari infeksi yang menyebabkan simtom autisme muncul. Namun, tidak ada bukti yang bisa
mengaitkan pemberian antibodi dengan perbaikan autisme. Selain itu biaya penanganan ini sangat mahal Sastry Agirre, 2012.
2.1.5 Dampak Autisme pada Orangtua
Mengasuh anak dengan autisme jauh lebih sukar daripada mengasuh anak biasa. Beberapa dampak autisme pada orangtua yang memiliki anak autis, antara
lain Sastry Agirre, 2012: 2.1.5.1 Tekanan terhadap Sumber Daya
Orangtua yang memiliki anak autis menghadapi lebih banyak persoalan daripada orangtua dengan anak berkebutuhan khusus lainnya saat ingin
mendapatkan perawatan kesehatan, intervensi dan terapi sesuai yang dibutuhkan putra-putri mereka. Tantangan-tantangan ini dan beban-beban finansial, pekerjaan
dan waktu yang terkait, jelas besar sekali untuk keluarga-keluarga dengan ASD, bahkan mesti dibandingkan dengan keluarga yang anak-anaknya memiliki
kebutuhan kesehatan mendesak. Sebuah survei online menyimpulkan bahwa 80 dari 4.295 keluarga yang
dipoling Interactive Autism Network IAN 2009 melaporkan bahwa situasi finansial mereka terpengaruh negatif lantaran mengasuh anak autis. Banyak juga
Universitas Sumatera Utara
orangtua yang mencatat efek karier negatif lantaran terlalu banyak minta libur untuk mengasuh anak autis mereka, bahkan berhenti kerja atau studi mereka.
2.1.5.2 Stres Orangtua yang Anaknya Mengalami Autisme Ibu yang memiliki anak autis mengalami stres lebih besar daripada ibu dari
anak-anak sindrom X rapuh atau sindrom Down Abbeduto dkk, 2004. Kekhawatiran akan masa depan anak berada di puncak daftar sembilan dari
sepuluh orangtua, menurut survei IAN tahun 2009. Kebanyakan orangtua merasakan dampak negatif dari 3 hal berikut: perilaku anak, kemunduran, dan
sulit diberikan perawatan. Penanganan yang melelahkan dan mengecewakan menyerang hampir separuh orangtua sebagai stresor negatif.
Meski banyak riset yang menyoroti para ibu, ternyata para ayah dari anak- anak dengan ASD juga mengalami stres, meski kadarnya lebih rendah. Secara
umum, orangtua dari anak-anak autis melaporkan problem psikologis lebih banyak daripada orangtua lain, dan banyak mengalami perasaan terisolasi.
Tantangan-tantangan stres lain juga umum dirasakan adalah depresi, kecemasan, dan kemarahan.
2.1.5.3 Efek bagi Kesehatan Fisik Sebuah riset di Swedia tentang efek-efek kesehatan bagi orangtua yang
memiliki putra-putri ASD menemukan dampak kesehatan yang signifikan bagi ibu, khususnya jika anaknya hiperaktif atau memiliki masalah perilaku Allik,
Larson, dan Smedje, 2006. Tim riset lain menanyai 299 orangtua untuk mengkaji kehidupan mereka secara detail. Dibandingkan dengan orangtua lain, orangtua
dari anak autis terlibat di aktivitas fisik lebih buruk, selain juga kesehatan
Universitas Sumatera Utara
psikologis dan hubungan sosial lebih buruk dengan seluruh kualitas hidup lebih rendah.
2.1.5.4 Efek bagi Pernikahan Stres, tantangan finansial, sosial, psikologis dialami orangtua yang memiliki
anak autis tentunya mempengaruhi juga hubungan suami-istri didalam keluarga. Banyak orangtua yang berjuang keras menghadapi anak ASD mereka mengatakan
adanya tekanan pada pernikahan mereka, dan beberapa dari mereka melaporkan kepuasan lebih rendah dari hubungan mereka. Isu-isu pernikahan yang lain
meliputi pembagian pekerjaan di rumah dan penyangkalan pasangan terhadap diagnosis. Sebuah penelitian menunukkan bahwa orangtua yang punya anak ASD
memiliki tingkat perceraian lebih tinggi 23 lawan 14 persen di rentang usia pernikahan 6 tahunan. Bagi orangtua dikeluarga biasa, risiko perceraian mulai
merosot setelah anak meraih usia 8 tahunan, namun bagi keluarga ASD, tidak ada penurunan dalam risiko perceraian Hartley dkk, 2010.
2.2 Studi Fenomenologi