I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Caisim Brassica juncea L. merupakan tanaman sayuran dengan iklim sub-tropis, namun mampu beradaptasi dengan baik pada iklim tropis. Caisim
pada umumnya banyak ditanam dataran rendah, namun dapat pula didataran tinggi. Caisim tergolong tanaman yang toleran terhadap suhu tinggi panas.
Saat ini, kebutuhan akan caisim semakin lama semakin meningkat seiring dengan peningkatan populasi manusia dan manfaat mengkonsumsi bagi
kesehatan. Rukmana 1994 menyatakan caisim mempunyai nilai ekonomi tinggi setelah kubis crop, kubis bunga dan brokoli.
Sebagai sayuran, caisim atau dikenal dengan sawi hijau mengandung berbagai khasiat bagi kesehatan. Kandungan yang terdapat pada caisim adalah
protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C. Menurut Margiyanto 2008 manfaat caisim atau sawi bakso sangat baik untuk
menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk, penyembuh sakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta
memperbaiki dan memperlancar pencernaan. Daun B. juncea berkhasiat untuk peluruh air seni, akarnya berkhasiat sebagai obat batuk, obat nyeri pada
tenggorokan dan peluruh air susu, bijinya berkhasiat sebagai obat sakit kepala Anonim, 2008a.
Permintaan masyarakat terhadap caisim semakin lama semakin meningkat. Dengan permintaan caisim yang semakin meningkat, maka untuk
memenuhi kebutuhan konsumen, baik dalam segi kualitas maupun kuantitas, perlu dilakukan peningkatan produksi. Salah satu upaya peningkatan hasil
yang dapat dilakukan adalah melalui pemupukan. Dewasa ini pemupukan yang ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan melalui sistem organik
sangat dianjurkan. Bahan pemupukan yang dapat digunakan salah satunya adalah berupa limbah teh dan kascing kotoran bekas pemeliharaan cacing.
Air sisa teh yang dibuang dapat menjadi limbah rumah tangga. Padahal berdasarkan pengalaman di lapangan air sisa teh dapat menyuburkan tanaman
ketika dibuang disamping tanaman Nadya, 2008. Menurut pengalaman Isroi 2008 tanaman yang disiram dengan air teh pertumbuhannya lebih baik
dibandingkan dengan yang tidak diberi air teh. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai limbah rumah tangga, air teh dapat dimanfaatkan sebagai pupuk bagi
tanaman. Menurut Pambudi 2000 kandungan hara atau mineral air teh cukup beragam, baik unsur makro maupun mikro, namun, secara ilmiah perlu
dibuktikan kebenarannya. Selain air teh, pupuk yang baik untuk tanaman adalah pupuk kascing.
Pupuk kascing merupakan pupuk organik dari perombakan bahan-bahan organik dengan bantuan mikroorganisme dan cacing. Kascing mengandung
berbagai unsur hara dan kaya akan zat pengatur tumbuh yang mendukung pertumbuhan tanaman. Menurut Zahid 1994 kascing mengandung zat
pengatur tumbuh seperti giberellin, sitokinin dan auxin, serta unsur hara N, P, K, Mg dan Ca dan Azotobacter sp yang merupakan bakteri penambat N non-
simbiotik yang akan membantu memperkaya unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman.
Kascing juga mengandung berbagai unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman seperti Fe, Mn, Cu, Zn, Bo dan Mo Mashur, 2001.
Penggunaan airekstrak teh dan pupuk kascing diharapkan dapat memberikan pengaruh yang positif karena keduanya merupakan penerapan
pupuk organik yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Ekstrak teh dan pupuk kascing perlu dikaji lebih jauh dengan melakukan penelitian untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap tanaman caisim.
B. Perumusan Masalah