36
78.62, merupakan lahan masih potensial dikembangkan sebagai tempat wisata karena potensi keindahan lanskap pertaniannya, dengan memperbaiki beberapa
keterbatasannya Tabel 11.
Tabel 11 Tingkat nilai kesesuaian keindahan
Salah satu sifat dasar manusia adalah menyukai keindahan. Sifat tersebut terdorong dari 2 hal, yaitu kontemplasi dan ekstansi. Kontemplasi merupakan
dasar dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah, sedangkan ekstansi merupakan dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan, dan
menikmati sesuatu yang indah. Karena persepsi setiap orang berbeda-beda terhadap keindahan maka tercipta 2 definisi pula yang menghubungkan keindahan
dengan manusia, yaitu keindahan objektif dan keindahan subjektif. Keindahan objektif merupakan suatu nilai indah yang dimiliki oleh suatu objek sehingga
membuat setiap subjek yang melihat, merasakan, atau menikmatinya mengakui keindahan objek tersebut. Sedangkan keindahan subjektif merupakan suatu nilai
indah yang diberikan oleh subjek kepada objek tertentu, oleh karenanya nilai indah yang diberikan pun belum tentu sama dan tergantung kepada selera
perseorangan yang relatif berbeda-beda. Hal-hal tersebutlah yang mendorong manusia untuk berhubungan dengan keindahan, dan akal budi manusialah yang
menjadikan manusia pada dasarnya menyukai dan mencintai keindahan. Tingkat keindahan dapat divalidasi dengan menggunakan metode SBE yang
menghasilkan skala tinggi sebanyak 8 dan sedang sebanyak 20, dari 36 foto yang dinilai oleh 30 responden Gambar 9. Skala tinggi dan sedang dihasikan oleh
foto lanskap yang diambil dari zona hulu dan tengah DAS. Hal ini memberi gambaran bahwa nilai keindahan dipengaruhi oleh tingkat variasi lereng, kontras
relief, derajat relief dan kealamiahan. Perbedaan jarak pandang bentuk laskap dengan batasan yang jelas antara foreground dan background mempunyai arti
penting karena ikut memberi nilai yang tinggi kepada responden.
Kesesuaian Keindahan Luas Ha
Persen Tinggi
1 384.05 18.54
Sedang 5 870.40
78.62 Rendah
212.73 2.84
Total 7 467.18
100.00
37
Gambar 9 Grafik SBE
Lanskap ke 1-12 mewakili foto yang diambil di hulu DAS. Lanskap ke 13-24 mewakili foto yang diambil di tengah DAS, sedangkan lanskap ke 25-26
mewakili foto yang diambil di hilir DAS.
Gambar 10 Lokasi pengambilan foto
-50,000 0,000
50,000 100,000
150,000 1
4 7
10 13
16 19
22 25
28 31
34
Lan sk
ap k
e nilai SBE
tinggi sedang
rendah Hilir
Tengah Hulu
38
Desa pengambilan foto Gambar 10 meliputi perwakilan setiap zona DAS. Informasi yang dapat diberikan grafik SBE ternyata memberikan nilai yang
rendah di zona hilir DAS, padahal merupakan dominan lahan persawahan. Ini membuktikan bahwa tidak semua lahan pertanian mempunyai potensi untuk
dijadikan tujuan wisata karena pemandangannya kurang indah. Di sisi lain, nilai tinggi terdapat di zona tengah dan hulu, terutama di hulu DAS justru lahan
persawahan hampir tidak ada. Hasil uji SBE tidak termasuk yang dioverlay karena digunakan hanya untuk mengetahui kesesuaian keindahan lanskap
pertaniannya saja.
4.9 Kesesuaian Kenyamanan N
Peta kesesuaian untuk kenyamanan menunjukkan bahwa skala tinggi berada di zona hulu dan hilir DAS Gambar 11. Faktor pembatas kemiringan
lereng 0-8 mempunyai nilai tinggi untuk kenyamanan. Hal ini didasarkan bahwa untuk mendaki lereng diperlukan energi atau tenaga, sehingga semakin terjal
lereng membuat seseorang menjadi tidak nyaman karena diperlukan lebih banyak
tenaga atau energi yang harus dikeluarkan.
Gambar 11 Peta Kesesuaian Kenyamanan
39
Skala tinggi sangat sesuai adalah seluas 4.548 hektar 60,91 dari total wilayah DAS Cianjur, zona hulu dan hilir DAS merupakan wilayah potensial
sebagai tempat wisata karena kenyamanannya. Sedangkan skala sedang atau sesuai mencapai luas 2 781 hektar 37.25, merupakan lahan masih potensial
dikembangkan dengan memperbaiki beberapa keterbatasannya Tabel 12.
Tabel 12 Tingkat nilai kesesuaian kenyamanan
4.10 Kesesuaian Agrowisata TWIN
Hasil overlay keseluruhan kesesuaian TWIN, skala tinggi sangat sesuai berada di zona tengah DAS yaitu di desa Gasol dan Mangunkerta, Kecamatan
Cugenang. Skala tinggi diwakili oleh lokasi yang diberi warna hijau dan skala sedang diberi warna kuning. Sedangkan warna merah mewakili skala rendah
Gambar 12. Daerah dengan warna merah memang kurang sesuai untuk
agrowisata, tetapi lahan pertanian padi sawah yang ada harus tetap dipertahankan.
Gambar 12 Peta Kesesuaian Agrowisata
Kesesuaian Kenyamanan Luas Ha
Persen Tinggi
4 548.08 60.91
Sedang 2 781.61
37.25 Rendah
137.49 1.84
Total 7 467.18
100.00
40
Daerah dengan skala tinggi yang diwakili oleh warna hijau adalah seluas 13 hektar 0,18 dari total wilayah DAS Cianjur. Zona tengah dan hilir DAS
merupakan wilayah potensial sebagai tempat agrowisata. Wilayah dengan skala tinggi atau sangat sesuai S1 menjadi prioritas utama untuk dikembangkan
menjadi tempat tujuan agrowisata karena sudah sangat sesuai untuk pertanian, wisata, keindahan dan kenyamanan. Sedangkan skala sedang atau sesuai S2
yang diwakili oleh warna kuning seluas 4 755 hektar 63.68, merupakan lahan masih potensial dikembangkan sebagai agrowisata, dengan memperbaiki beberapa
keterbatasannya melalui manajemen lahan Tabel 13.
Tabel 13 Tingkat nilai kesesuaian agrowisata
Kelas Agrowisata Luas Ha
Persen Tinggi
13 0.18
Sedang 4 755
63 68 Rendah
2 699 36.14
Total 7 467
100.00
Kesesuaian agrowisata di lanskap pertanian padi di DAS Cianjur berdasarkan wilayah administratif Tabel 14 menunjukkan bahwa sebenarnya
masih terdapat nilai tinggi selain desa Gasol dengan luas 4 837 hektar dan Mangunkerta 8 232 hektar yaitu Cijedil 0.044 hektar. Ketiganya berada di
Kecamatan Cugenang. Kawasan ini memang terkenal dengan hawanya yang sejuk dan merupakan pintu gerbang masuk ke perkebunan teh Gedeh. Perkebunan
teh Gedeh merupakan salah satu tempat tujuan wisata dengan jalur pejalan kaki tea walk di tengah perkebunan tehnya. Selain itu, ditawarkan juga proses
pembuatan teh sebagai atraksi wisatanya. Hari paling banyak dikunjungi adalah sabtu dan minggu dengan rata-rata 50 orang setiap minggunya.
Tempat wisata yang terdekat dengan DAS Cianjur adalah Kebun Raya Cibodas dan Taman Bunga Nusantara. Wisatawan yang berkunjung ke tempat-
tempat tersebut merupakan pengunjung potensial bagi agrowisata di lokasi penelitian. Sekarang tinggal bagaimana menyiapkan atraksi-atraksi yang dapat
ditawarkan kepada pengunjung sebagai obyek wisata. Selain pengunjung dari luar Kabupaten Cianjur, wisatawan lokalpun perlu dipertimbangkan sebagai
pengunjung potensial.