Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup

Hal ini di dukung dengan analisa statistik pada perlakuan setiap pengamatan disajikan pada Tabel 8, menunjukkan bahwa kelimpahan mikroalga di substrat dengan pemeliharaan ikan tiap perlakuan menunjukkan berbeda nyata p0.05 Lampian 24 Tabel 8 Biomassa Chlorella sp µ gcm 2 di substrat dengan adanya pemeliharaan ikan nila pada setiap pengamatan Hari ke- Perlakuan A B C D 10 14,356 d 5,017 a 10,426 c 7,586 b 13 28,823 b 19,743 a 26,376 b 27,880 b 16 17,672 b 9,724 a 14,455 b 8,067 a 19 23,769 c 6,170 a 14,412 b 14,945 b 22 12,699 ab 6,450 a 13,905 b 20,398 c 25 5,095 ab 3,741 a 4,580 ab 8,093 b 28 5,314 a 1,966 a 7,062 a 29,671 b 31 4,816 a 5,899 a 8,477 a 52,316 b 34 13,678 b 4,230 a 14,543 b 32,512 c 38 4,360 a 6,008 ab 9,111 b 12,979 c Keterangan: huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan ada perbedaan antar perlakuan P0,05

4. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup dapat diartikan sebagai banyaknya jumlah kematian yang terjadi selama periode pengamatan. Kematian yang terjadi pada suatu populasi organisme dapat menyebabkan turunnya jumlah populasi. Sedangkan pertumbuhan merupakan suatu proses bertambahnya bobot atau berat dari suatu organisme, khususnya ikan yang dilihat dari perubahan ukuran panjang dan berat dalam satuan waktu Effendi 1979. Berdasarkan hasil pengamatan ini diketahui rata-rata laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila setiap perlakuan disajikan pada Tabel 9 dan Lampiran 14 dan 15. Tabel 9 menunjukkan bahwa, kelangsungan hidup ikan nila tidak dipengaruhi oleh keberadaan mikroalga. Hal ini didukung dengan analisa statistik yang menunjukkan bahwa kelangsungan hidup tiap perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata p0.05 terhadap kelangsungan hidup ikan nila pada setiap perlakuan selama percobaan Lampiran 16. Tabel 9 Laju pertumbuhan harian a dan kelangsungan hidup SR ikan nila Oreochromis niloticus Perlakuan Ikan nila a SR A 0:1 4,879±1.01 a 86,67±11.55 a B 3:1 4,661±1.88 a 80±20 a C 4:1 5,335±0.94 a 93,33±11.55 a D 5:1 7,747±0.34 b 93,33±11.55 a Keterangan: huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan ada perbedaan antar perlakuan P0,05 Untuk laju pertumbuhan harian ikan nila pada perlakuan D mempunyai laju pertumbuhan yang tertinggi daripada perlakuan A, B dan C. Hal ini didukung dengan analisa statistik bahwa keberadaan substrat zeolit setiap perlakuan memberikan pengaruh yang nyata p0.05 terhadap laju pertumbuhan harian ikan nila selama percobaan Lampiran 16. Kualitas Air Secara keseluruhan kondisi kualitas air pada setiap perlakuan yang meliputi suhu dan pH pada air media berada dalam rentang yang telah ditentukan. Nilai pH pada percobaan dengan penumbuhan mikroalga tanpa pemeliharaan ikan berkisar antara 7.6 - 8.1 sedangkan dengan adanya pemeliharaan ikan berkisar antara 6.6 – 8.1. Untuk suhu rata-rata pada percobaan pada penumbuhan mikroalga tanpa pemeliharaan ikan berkisar antara 26-29 o C; dengan adanya pemeliharaan ikan berkisar antara 25 – 29 o C. Peningkatan dan penurunan nilai tidak secara ekstrim, sehingga masih dapat mendukung proses pertumbuhan baik mikroalga maupun ikan nila. Kondisi kualitas air tersebut disajikan dalam Lampiran 9. Berdasarkan hasil percobaan bahwa kualitas air masih dapat ditolerir. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendi 2003 bahwa kisaran nilai pH optimum berkisar antara 6.8-9.6 dan suhu optimum untuk pertumbuhan algae adalah 20-30 o C Perbandingan Penumbuhan Mikroalga tanpa Pemeliharaan Ikan dan dengan Pemeliharaan ikan Nila Orechromis niloticus Penumbuhan mikroalga Chlorella sp tanpa pemeliharaan ikan dan dengan adanya pemeliharaan ikan memberikan kondisi yang berbeda baik di substrat maupun di media air. Lepasan unsur hara nitrat, orthofosfat dan silikat tanpa pemeliharaan ikan dan dengan adanya pemeliharaan ikan nila tidak memberikan pengaruh yang berbeda tetapi dengan adanya pemeliharaan ikan unsur hara dalam air lebih tinggi dibanding tanpa pemeliharaan ikan hal ini disebabkan karena adanya proses metabolisme yang dilakukan oleh ikan sehingga menambah keberadaan unsur hara dalam air . Kelimpahan mikroalga baik dengan adanya pemeliharaan ikan maupun tanpa pemeliharaan ikan masing-masing perlakuan kelimpahannya berfluktuasi disajikan pada Gambar 12 dan 13. 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 3500000 A B C D Perlakuan Kelimpahan selml 3 6 10 13 16 19 22 25 28 31 34 38 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 3500000 4000000 A B C D Perlakuan kelimpahan selcm 2 0 10 13 16 19 22 25 28 31 34 38 a b Gambar 12 Kelimpahan Chlorella sp selcm 2 di substrat; a tanpa pemeliharaan ikan, b dengan pemeliharaan ikan nila Oreochromis niloticus. 500000 1000000 1500000 2000000 A B C D Perlakuan Kelimpahan selml 3 6 10 13 16 19 22 25 28 31 34 38 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 3500000 A B C D Perlakuan Kelimpahan selml 10 13 16 19 22 25 28 31 34 38 a b Gambar 13 Kelimpahan Chlorella sp selcm 2 di media air; a tanpa pemeliharaan ikan, b dengan pemeliharaan ikan nila Oreochromis niloticus. Kelimpahan di substrat nampak terlihat bahwa proses penempelan komunitas mikroalga lebih tinggi dan proses penempelan mikroalga pada awal pengamatan terjadi secara lambat namun keberadaannya lebih permanent lama dibanding di media air. Untuk kelimpahan mikroalga Chlorella sp di media air dengan adanya pemeliharaan ikan terlihat terjadi proses pemangsaan oleh ikan namun pada perlakuan D meningkat pada akhir percobaan karena terjadi keseimbangan antara pemangsaan dan pertumbuhan ikan nila. Sedangkan untuk mikroalga tanpa pemeliharaan ikan terlihat pada akhir pengamatan terjadi penurunan hal ini berhubungan dengan proses kematian mikroalga karena faktor umur. Pembahasan Hasil kajian tersebut secara berturut-turut diharapkan dapat memberikan gambaran bahwa dengan keberadaan substrat zeolit sebagai pengikat dan penyedia unsur hara utama memberikan kontribusi bagi kelimpahan Chlorella sp sehingga dapat dimanfaatkan oleh ikan nila Oreochromis niloticus untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya. Penumbuhan Mikroalga Tanpa Pemeliharaan Ikan 1. Kandungan Unsur Hara di Substrat dan di Media Air Keberadaan unsur hara dalam substrat zeolit pada setiap perlakuan memberikan sumbangan utama unsur hara dalam air dan dapat dimanfaatkan oleh mikroalga untuk pertumbuhan dan pembelahan sel kecuali pada perlakuan A yaitu unsur hara diberikan langsung ke dalam air. Pada akhir pengamatan tanpa pemeliharaan ikan terjadi penurunan karena sudah terjadi pelepasan nutrien dalam air karena sifat dari zeolit itu sendiri yang memungkinkan terjadinya proses lepasan unsur hara secara perlahan slow release. Proses penyimpanan unsur hara di dalam substrat zeolit, pelepasannya sebagai unsur hara utama dan pengikatan kembali unsur hara ke dalam substrat. Dalam percobaan ini faktor lingkungan dianggap homogen karena dilakukan dalam ruang terkontrol. Oleh karena itu faktor utama yang berperan adalah waktu dan besaran unsur hara dalam substrat. Keberadaan unsur hara di kolom air merupakan proses lepasan unsur hara dari substrat. Adanya unsur hara dari sel mikroalga Chlorella sp yang telah mati tidak terlalu memberikan pengaruh terhadap cadangan hara dalam substrat. Kandungan unsur hara nitrat NO 3 -N dan silikat, disubstrat zeolit baik tanpa pemeliharaan ikan maupun dengan pemeliharaan ikan pada akhir mengamatan mengalami peningkatan sedangkan orthofosfat PO 4 -P mengalami penurunan disajikan pada Gambar 2 dan 3 Kandungan orthofosfat dalam substrat pada awal dan akhir percobaan pemeliharaan tanpa pemeliharaan ikan nampak pada perlakuan A substrat semen tidak ada kandungan orthofosfat karena semen tidak mengandung fosfat. Perlakuan B dan C terjadi penurunan pada akhir pengamatan hal ini karena terjadi pelepasan orthofosfat dalam air dan kemungkinan akan naik kembali karena terjadi pengikatan kembali oleh zeolit. Sedangkan perlakuan D, pada akhir pengamatan nampak mengalami peningkatan karena penyerapan kembali unsur hara oleh substrat zeolit dan kemudian akan dilepaskan kembali. Hal ini terjadi jika dalam air unsur hara tersedia dalam jumlah banyak, maka zeolit akan menyerap unsur hara tersebut. Sebaliknya bila dalam air jumlah nutrien tersedia sedikit maka zeolit akan melepaskannya kembali. Hal ini didukung oleh Rahmawati dan Sutarti 1994 yang menjelaskan bahwa zeolit mempunyai kemampuan untuk mendehidrasi bolak balik ion- ion. Kandungan silikat dalam substrat pada awal pengamatan mengalami penurunan pada akhir pengamatan hal ini karena silikat dari substrat terjadi pelepasan dalam air. Di perlakuan A kandungan silikat sebesar 70.83 karena silkat merupakan penyusun utama dari semen. Hal ini didukung oleh Richardho dan Hasudungan 2006 menyatakan bahwa semen putih mengandung 24,2 SiO 23 , 4.2 AL 2 O 3 , 0.39 Fe 2 O 3 , 65.8 CaO, 1.1 MgO dan 0.02 MnO 3. Sedangkan untuk perlakuan B,C dan D dengan menggunakan substrat zeolit tertinggi pada perlakuan D sebesar 70.92, hal ini karena zeolit merupakan mineral kristal aluminosilikat yang banyak mengandung silika. 2. Kelimpahan Mikroalga Chlorella sp tanpa Pemeliharaan Ikan Nila Mikroalga Chlorella dapat memanfaatkan unsur hara anorganik maupun organik yang terlarut dalam air. Yang menjadi sumber utama unsur hara anorganik adalah cadangan unsur hara berasal dari dalam substrat zeolit, sedangkan unsur hara organik berasal dari hasil perombakan dari sel-sel mikroalga yang telah mati. Dalam percobaan ini setiap perlakuan mendapatkan unsur hara dari substrat kecuali perlakuan A karena diberikan langsung dalam media air. Pada Gambar 7 pola perkembangan Chlorella di kolom air untuk perlakuan A dari hari pertama diinokulasi sampai hari ke-10 paling tertinggi mengalami peningkatan kelimpahan dibanding dengan perlakuan B, C maupun D. Hal ini karena unsur hara anorganik yang diberikan pada kolom air langsung dimanfaatkan oleh mikroalga chlorella untuk pertumbuhan dan pembelahan selnya. Tetapi setelah hari ke-13 sampai pada akhir percobaan mengalami penurunan karena unsur hara didalam kolom air sudah mulai berkurang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fogg 1975 bahwa dalam kultur mikroalga dengan volume media yang terbatas terdiri dari fase lag pertumbuhan lambat, fase eksponensial pertumbuhan cepat, fase penurunan laju pertumbuhan, fase stationer dan fase kematian. Kelimpahan mikroalga selama pengamatan dengan tanpa pemeliharaan ikan, baik di media air maupun di substrat zeolit menunjukkan perkembangan yang berbeda yang disajikan pada Gambar 6 dan 7. Nampak bahwa perlakuan D 5:1 mempunyai kelimpahan tertinggi baik disubstrat maupun di media air. Mikroalga yang hidup di kolom air senantiasa memerlukan upaya untuk mempertahankan dirinya dalam kolom air karena adanya proses penenggelaman sedangkan yang perifitik memiliki proporsi pemanfaatan energi lebih besar untuk melangsungkan pertumbuhan populasinya. Pertumbuhan mikroalga dipengaruhi oleh oksigen terlarut, cahaya, suhu, dan kesediaan unsur hara Lowe dalam Siggee, 2005. Unsur hara dapat berasal dari kolom air atau pun dari substrat dengan penjelasan sebagai berikut : 1. Kolom air; peningkatan unsur hara dalam kolom air dapat mengarah pada terjadinya peningkatan jumlah biomassa alga bentik. 2. Substrat; keberadaan bahan kimia unsur hara substrat atau pun hamparan alga memberikan dampak yang lebih besar pada pertumbuhannya dibandingkan dengan keberadaan unsur hara dalam kolom air. Penumbuhan Mikroalga dengan Pemeliharaan Ikan 1. Kandungan Unsur Hara di Substrat dan di Media Air Sebagaimana pada penumbuhan mikroalga tanpa pemeliharaan ikan, kandungan unsur hara dalam substrat zeolit memberikan cadangan unsur hara yang dilepaskan dalam air. Proses pelepasan unsur hara dari substrat akan dimanfaatkan oleh mikroalga Chlorella sp. Lepasnya unsur hara dari substrat ke dalam air serta kemungkinan pengikatan kembali pada substrat dapat menyebabkan terjadinya suatu dinamika cadangan hara dalam substrat, sehingga cadangan tersebut berpotensi sebagai unsur hara yang siap dimanfaatkan oleh mikroalga. Untuk orthofosfat dalam substrat dengan adanya pemeliharaan ikan nila pada awal pengamatan perlakuan A tidak terdapat otrhofosfat tetapi pada akhir pengamatan orthofosfat nampak ada dengan konsentrasi 0,01 hal ini nilai orthofosfat bukan berasal dari substrat semen tetapi adanya Chlorella yang menempel pada subtrat semen sehingga pada saat dianalisa terdapat kandungan orthofosfat. Secara keseluruhan kandunganorthofosfat mengalami penurunan. Menurut Novonty dan Olem 1994 bahwa dari kandungan nitrogen dan fosfat, yang lebih menjadi faktor pembatas untuk perairan tawar adalah fosfat. Kandungan unsur hara nitrat NO 3 -N dan silikat, disubstrat zeolit baik tanpa pemeliharaan ikan maupun dengan pemeliharaan ikan pada akhir mengamatan mengalami peningkatan sedangkan orthofosfat PO 4 -P mengalami penurunan disajikan pada Gambar 4 dan 5. Hal ini dimungkinkan terjadi karena proses penyerapan unsur hara oleh substrat zeolit dan kemudian dilepaskan kembali ke air media. Hal ini juga didukung oleh Rahmawati Sutarti 1994 bahwa zeolit dapat mengikat dan menyimpan air dan pupuk sementara dan terlepas kembali kedalam air. Pratiwi 2007 juga menyatakan bahwa unsur hara sediaan biologis sesaat setelah lepas dari substrat disebut sebagai instantenous available nutrien. Kandungan nitrat pada akhir pengamatan dengan adanya pemeliharaan ikan sama dengan tanpa pemeliharaan ikan dimana konsentrasinya meningkat tetapi masih lebih tinggi dengan adanya pemeliharaan ikan hal ini disebabkan selain perombakan bahan organik yang berasal dari mikroalga juga adanya proses metabolisme ikan sehingga terjadi peningkatan unsur hara dalam air. Kandungan nitrat terendah pada perlakuan B 3:1 hal ini karena zeolit yang dicampur dengan semen terlalu padat sehingga proses pertukaran ion-ion pelepasan unsur hara dari substrat kedalam air tidak lancar. Kandungan orthofosfat dalam air pada awal pengamatan baik tanpa pemeliharaan ikan maupun dengan adanya pemeliharaan ikan tertinggi pada perlakuan D hal ini karena pertukaran ion- ion dari substrat berjalan dengan baik disebabkan luas permukaan pori-pori dari zeolit lebih besar dibanding perlakuan B 3:1 dan C 4:1. Sedangkan untuk perlakuan A pupuk ditambahkan dalam air sebesar 0,44 ppm terendah tapi masih dalam batas optimum untuk pertumbuhan mikroalga. Hal ini didukung oleh Chu 1943 diacu dalam Andarias 1990 batas terendah konsentrasi fosfat untuk pertumbuhan optimum algae berkisar antara 0.018-0.09 ppm P-PO 4 , dan batas tertinggi berkisar dari 8.90-17.8 ppm P-PO 4 apabila nitrogen dalam bentuk nitrat. Pada akhir pengamatan konsentrasi orthofofat tanpa pemeliharaan ikan nampak terjadi penurunan dan terendah pada perlakuan A dan B hal ini karena pada perlakuan A tidak menggunakan substrat zeolit sehingga unsur hara yang diberikan pada awal percobaan dimanfaatkan secara terus-menerus oleh mikroalga sehingga pada akhir pengamatan terjadi penurunan. Konsentrasi tertinggi pada perlakuan D hal ini dapat dilihat dari kelimpahan terbaik Chlorella sp terjadi pada perlakuan D. Untuk kandungan silikat dalam air pada awal pengamatan baik dengan adanya pemeliharaan ikan maupun tanpa pemeliharaan ikan setiap perlakuan tertinggi pada perlakuan D 5:1 dan terendah pada perlakuan A. Hal ini karena kandungan utama dari zeolit adalah silikat. Hal ini didukung oleh Ming dan Mumpton 1989 menyatakan bahwa zeolit merupakan kristal aluminosilikat terhidrasi dengan kation-kation alkali dan alkali tanah yang memiliki struktur kristal tiga dimensi yang tidak terbatas. Sedangakan untuk perlakuan A walaupun kandungan semen banyak mengandung silikat tetapi setelah dalam bentuk substrat padatan, semen tidak dapat mempertukarkan ion- ion. Unsur hara dengan adanya pemeliharaan ikan nila lebih tinggi pada akhir percobaan untuk setiap perlakuan hal ini karena adanya proses metabolisme dari ikan dan terbaik pada perlakuan D hal ini juga dapat dibuktikan dengan adanya kelimpahan Chlorella pada akhir pengamatan. Menurut Pratiwi 2007 bahwa peningkatan konsertrasi unsur hara dalam air juga berasal dari proses metabolisme yang dilakukan oleh hewan akuatik.

2. Kelimpahan mikroalga Chlorella dengan pemeliharaan ikan nila