Berdasarkan hasil analisis sidik ragam yang dilakukan, diperoleh bahwa pada selang kepercayaan 95 dan 99 perlakuan terhadap contoh uji berpengaruh
nyata terhadap kehilangan berat. Untuk melihat pengaruh perbedaan perlakuan tiap komposit kayu, maka dilakukan uji lanjut Duncan dan diperoleh bahwa
contoh uji kontrol berbeda nyata dengan kelima contoh uji. P3 berbeda nyata dengan P0, P1, P2, P4 dan P5. Secara analisis keragaman kehilangan berat berat
keenam contoh uji dapat dilihat pada Lampiran 1. Persen pelunturan yang terkecil terjadi pada contoh uji P3, yakni campuran
HDPE dengan serbuk kayu terasetilasi sebesar 0,13, hal ini terjadi karena pengaruh asetilasi dimana perlakuan asetilasi akan meningkatkan persen
penambahan berat dan menghasilkan kayu dengan hidrofobisitas yang lebih tinggi Hadi et al. 1993, sedangkan persen pelunturan yang terbesar terjadi pada contoh
uji kontrol kayu utuh sebesar 2,07, hal ini diakibatkan oleh komponen kayu yang mudah larut dalam air seperti gula dan pati serta tidak dilakukannya proses
asetilasi, penambahan coupling agent dan lain-lain. Pengurangan berat contoh uji pada P1 sebesar 0,78 , pengurangan berat
yang kecil terjadi karena tidak ada perlakuan tambahan pada komposit serbuk kayu plastik jadi zat yang keluar dari contoh uji ini lebih kecil dibandingkan
contoh uji P2, P4 dan P5, hal ini dapat dilihat pada Gambar 5. Pengurangan berat pada P2 diduga ada ikatan coupling agent yang lepas karena tercuci oleh air. Pada
contoh uji P4 dan P5 pengurangan berat yang lebih besar terjadi pada P4 karena ada zinc borate yang larut dalam air pada saat pelunturan.
4.2 Penurunan Berat Contoh Uji Setelah Diumpan Terhadap Rayap Tanah C. gestroi.
Berdasarkan hasil penurunan berat yang diperoleh dari lima jenis modifikasi HDPE dengan serbuk kayu dan satu contoh uji kontrol kayu utuh
setelah mengalami pelunturan, penurunan berat tertinggi terjadi pada contoh uji kontrol sedangkan yang terendah terjadi pada campuran HDPE dengan serbuk
kayu terasetilasi Gambar 4.
Keterangan: P0 = Kayu utuh
P1 = HDPE + serbuk kayu P. ponderosa. P2 = HDPE + serbuk kayu P. ponderosa dengan 3 caupling agent.
P3 = HDPE + serbuk kayu P. ponderosa terasetilasi. P4 = HDPE + serbuk kayu P. ponderosa dengan penambahan 1 ZB serut permukaan,
komposit kayu plastik tanpa lapisan polimer dipermukaannya. P5 = HDPE + serbuk kayu P. ponderosa serut permukaan, komposit kayu plastik tanpa lapisan
polimer dipermukannya.
Gambar 4 Penurunan berat rata-rata komposit serbuk kayu plastik polietilena berkerapatan tinggi dan kayu gubal P. ponderosa terhadap serangan
rayap C. gestroi. Pada gambar tersebut juga menunjukkan bahwa penurunan berat pada
kelima contoh uji modifikasi HDPE dengan serbuk kayu tidak jauh berbeda kecuali pada kayu utuh. Persen penurunan berat contoh uji adalah 0,79-1,58,
sedangkan pada contoh uji kayu utuh penurunan berat mencapai 13,70. Pada penelitian sebelumnya Sukmana 2005, yaitu tanpa pelunturan,
pengurangan berat rata-rata contoh uji modifikasi HDPE dengan serbuk kayu adalah 0,84-2,99, sedangkan penurunan berat rata-rata dengan komposisi contoh
uji yang sama setelah pelunturan adalah 0,61-1,59. Berdasarkan klasifikasi Sornnuwat 1996, contoh uji tersebut tahan terhadap serangan rayap tanah
walaupun sudah dilakukan pelunturan. Untuk melihat perbandingan penurunan
berat dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukmana 2005 maka dibuat tabel berikut.
Tabel 4 Perbandingan penurunan berat komposit kayu plastik akibat serangan rayap tanah sebelum dan sesudah proses pelunturan
Nomor Contoh Uji
Pengurangan Berat Contoh Uji Sebelum
Pelunturan Sesudah
Pelunturan P0 kontrol
23,06 13,70
P1 2,65
1,59 P2
2,99 1,58
P3 1,31
0,61 P4
2,11 0,79
P5 0,84
1,43
Keterangan : = Sukmana 2005.
Tabel diatas menunjukkan bahwa perlakuan pelunturan serbuk kayu terhadap pengurangan berat tidak memberikan pengaruh, artinya walaupun
komposit kayu ini digunakan ditempat yang sering terkena air atau hujan tidak mempengaruhi ketahanan komposit kayu terhadap serangan rayap tanah C.
gestroi .
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam yang dilakukan, diperoleh bahwa pada selang kepercayaan 95 dan 99 pemberian perlakuan memberikan
pengaruh sangat nyata terhadap penurunan berat. Secara analisis keragaman pengurangan berat keenam contoh uji dapat dilihat pada Lampiran 2.
Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh perbedaan pengurangan berat tiap contoh uji akibat diumpan ke rayap, maka dilakukan uji lanjut Duncan. Dari hasil
uji lanjut Duncan diperoleh bahwa kelima contoh uji campuran HDPE dengan serbuk kayu yakni P1, P2, P3, P4 dan P5 penurunan berat tidak berbeda nyata
namun berbeda nyata dengan contoh uji kontrol P0. Secara analisis dapat dilihat pada lampiran 2.
Pelunturan tidak memberi pengaruh yang berarti terhadap pengurangan berat, artinya komponen yang keluar dari contoh uji sangat kecil dan tidak
mempengaruhi ketahanan komposit kayu terhadap serangan rayap tanah. Ketahanan komposit kayu ini diduga karena penggunaan plastik yang menjadi
penghalang fisik bagi rayap untuk memanfaatkan selulosa kayu karena pada dasarnya rayap hanya memanfaatkan bahan berselulosa sebagai bahan makanan
utamanya Tambunan dan Nandika 1989. Penambahan plastik juga menyebabkan permukaan kayu menjadi keras sehingga rayap memperoleh kesulitan dalam
menggigit dan mengolah untuk menjadi makanannya. Semakin tinggi kekerasan makanannya maka aktivitas makan rayap juga akan berkurang Supriana 1983.
Pada P1 dan P2 rata-rata penurunan berat tidak menunjukkkan perbedaan, artinya pemberian coupling agent pada P2 tidak mempengaruhi penurunan berat
akan tetapi yang mempengaruhi adalah penggunaan plastik sebagai matriks pada komposit kayu.
Pada contoh uji P3 dan P4 penurunan berat rata-rata setelah pelunturan adalah masing-masing 0,61 dan 0,79. Artinya pelunturan tidak mempengaruhi
ketahanan contoh uji P3 dan P4 terhadap serangan rayap tanah, hal ini dikarenakan pada P3 pengaruh perlakuan asetilasi pada serbuk kayu memperkuat
ikatan kimia serbuk kayu sehingga walaupun dilakukan pencucian ikatannya tetap kuat. Reaksi kimia berupa asetilasi terhadap gugus hidroksil pada dinding sel kayu
akan merubah susunan kimianya, sehingga diduga enzim perusak kayu dalam hal ini rayap tanah tidak mampu bekerja pada sel kayu yang termodifikasi ini Rowell
1990. Sedangkan pada P4 yakni penambahan perlakuan 1 Zinc borate serut permukaan, rayap hanya mampu memakan selulosa yang ada pada bagian
permukaan kayu yang tidak terlindungi oleh atau tertutup tipis oleh HDPE. Penurunan berat pada kelima modifikasi kayu plastik setelah pengujian
terhadap rayap tanah sudah memenuhi standar JIS K 1571-2004 dengan maksimum penurunan berat Weight lost adalah sebesar 3.
Ketahanan contoh uji dapat juga dilihat dari penampilan fisiknya. Penampilan fisik contoh uji komposit serbuk kayu plastik adalah permukannya
yang keras sehingga menyulitkan rayap tanah untuk mengigit komposit serbuk kayu plastik tersebut. Kondisi contoh uji komposit serbuk kayu plastik sebelum
dan sesudah pengumpanan tidak jauh berbeda akan tetapi berbeda halnya dengan contoh uji kontrol. Kondisi fisik contoh uji kontrol sebelum dan sesudah
pengumpanan berbeda dengan jelas akibat serangan rayap tanah untuk memperoleh selulosa yang terkandung didalam contoh uji kontrol tersebut.
Berikut adalah gambar kondisi contoh uji sebelum dan sesudah pengumpanan terhadap rayap tanah C. gestroi.
Gambar 5 Kondisi contoh uji sebelum pengumpanan
Gambar 6 Kondisi contoh uji setelah pengumpanan
4.3 Mortalitas Rayap Tanah C. gestroi