Analisis DATA DAN ANALISIS

Klasifikasi Jumlah Rumah : Jarang: 5 Agak Padat: 6 - 10 Padat: 10 Klasifikasi Kerusakan : Ringan: 10 Sedang: 11 - 30 Berat: 30 Klasifikasi Keb.biaya : Rendah: 50 Jt Cukup: 50 – 100 Jt Tinggi: 100 Jt Penjumlahan Bobot= Jml_rmh+Kerusakan+biaya Klasifikasi Rekomendasi : Ditunda : 5 - 6 Segera : 7 Mendesak: 8 - 9 Penentuan Prioritas Urutan Prioritas Skenario Pelaksanaan Pembobotan: Jarang : 1 Agak Jarang : 2 Padat : 3 Pembobotan: Ringan : 1 Sedang : 2 Berat : 3 Pembobotan: Rendah : 3 Cukup : 2 Tinggi : 1 LAYE R PARAMETE R LAYE R PRIORITAS A B C Gambar 4.3. Bagan Alir proses SIG 2. Proses Pengolahan Peta dan Attributnya Pada dasarnya penggunaan ArcGis untuk analisis ini melalui tahapan sebagai berikut : a. Pembuatan Layer Administrasi: 1 Langkah awal editing peta dan analisis pada pengolahan SIG jalan lingkungan ini dengan memasukkan layer Administrasi A1608232 A1608214 dan layer Transportasi K1608232 K1608214 kedalam ArcMap melalui ArcCatalog. Kemudian menggabungkan dua lembar peta tersebut dengan ArcToolbox – Data Management tools –General – Merge. Masukkan feature class yang akan digabungkan merge kedalam input feature yaitu A1608232 dengan A1608214, K1608232 dengan K1608214. Pilih folder output tempat featurelayer baru akan disimpan. Klik “OK” untuk eksekusi tool. Remove seluruh layer feature class yang ada sebelumnya di ArcMap dan Add data layer feature class baru kedalam TOC ArcMap. Gambar 4.4 . Proses penggabungan merge layer feature class Sumber: ArcMap GIS Editing batas kelurahan menggunakan tool editor : start editing, Task : modify feature, editor : merge . Editing nama kelurahan dan nama kecamatan yang salah dengan menggunakan tool editor : start editing, Task : modify feature, Attribute table, save edit. Peta siap diolah sesuai dengan kebutuhan. 2 Pembuatan layer wilayah Kota Probolinggo Kota_Prob dengan Select by Attribute – Layer : A1608214_232 – Field: ’Kabupaten’=’Kota Probolinggo’. 3 Pembuatan layer kelurahan dalam wilayah Kota Probolinggo Kelurahan_prob dengan Select by Attribute – Layer : ‘Kota_Prob – Field : ‘Desa’ = ‘nama desa-desa seluruhnya’. Berikut gambar peta ‘Kelurahan_Prob’ hasil pengolahan SIG. Peta hasil SIG dapat dilihat pada Lampiran A – Peta 1. 4 Pembuatan layer wilayah Kec.Kanigaran Kecamatan dengan ArcToolbox – Data Management tools –Generalization – Dissolve. Masukkan feature class kedalam daftar input feature yaitu A1608214_232. Pilih folder output tempat featurelayer baru akan disimpan. Pilihaktifkan field : FID, Area, Perimeter, Kecamatan. Klik “OK” untuk eksekusi tool. Berikut gambar peta ‘Kecamatan’ hasil pengolahan SIG. Peta hasil SIG dapat dilihat pada Lampiran A – Peta 2. 5 Pembuatan layer kelurahan dalam wilayah Kec. Kanigaran Adm_Kanigaran dengan Select by Attribute – Layer : ‘Kelurahan_Prob’ – Field : : ‘Desa’ = ’curah grinting’ OR ’Desa’ = ’Tisnonegaran’ OR ’Desa’ = ’Kanigaran’ OR ‘Desa’ = ‘Kebonsari Kulon’ OR ‘Desa’ = ‘Kebonsari wetan’ OR ‘Desa’ = ’Sukoharjo’. Berikut gambar peta ’Adm_Kanigaran’ hasil pengolahan SIG. Peta hasil SIG dapat dilihat pada Lampiran A – Peta 3. b. Pembuatan layer batas kota dan batas kecamatan kanigaran shapefile baru- digitasi : 1 Pembuatan layer ‘Bataskota_prob’ terlebih dahulu menumpangsusunkan image hasil scan pada peta shapefile dengan cara memasukkan image scan ‘peta kota.JPG’ kedalam ArcMap melalui ArcCatalog. Aturlah dengan menggunakan Georeferencing Toolbar dengan cara menempatkan posisi- posisi yang dijadikan referensi, misalnya pertemuan sungai atau pertemuan jalan dengan menggunakan tool add control point untuk dilekatkandihimpitkan dengan layer ‘Kota_prob’. Jika telah sesuai tekan Georeferensing : rectify. New- shapefile pada ArcCatalog dengan nama ‘Bataskota_prob’ dengan tipe: Polygon. Melalui tool editor mulai start editing , task: create new feature dan mulai mendigit dengan tool sketch tool. 2 Pembuatan layer ‘Batas kec_kanigaran’ terlebih dahulu menumpangsusunkan image hasil scan pada peta shapefile dengan cara memasukkan image scan ‘peta jalan kanigaran’ kedalam ArcMap melalui ArcCatalog. Aturlah dengan menggunakan Georeferencing Toolbar dengan cara menempatkan posisi-posisi yang dijadikan referensi, misalnya pertemuan sungai atau pertemuan jalan dengan menggunakan tool add control point untuk dilekatkandihimpitkan dengan layer ‘kecamatan’. Jika telah sesuai tekan Georeferensing : rectify. New- shapefile pada ArcCatalog dengan nama ‘Batas kec_kanigaran’ dengan tipe: Polygon, Melalui tool editor mulai start editing, task: create new feature dan mulai mendigit dengan tool sketch tool. c. Pembuatan layer Transportasi : 1 Pembuatan layer jalan dalam wilayah kota probolinggo ‘Jalan_Intersect’ dengan ArcToolbox- Analyst tools – overlay – Intersect, Masukkan feature class kedalam daftar input feature yaitu K1608232_214 dan ‘Bataskota_prob’. Pilih folder output tempat featurelayer baru akan disimpan. 2 Pembuatan layer jalan dalam wilayah Kec.Kanigaran Jalan_Intersect_Kanigaran dengan ArcToolbox- Analyst tools – overlay – Intersect, Masukkan feature class kedalam daftar input feature yaitu K1608232_214 dan ‘Bataskec_kanigaran’ Pilih folder output tempat featurelayer baru akan disimpan. 3 Pembuatan layer jalan dalam wilayah kota berdasarkan fungsi jalan Jalan_Kota dengan mengedit dan melengkapi terlebih dulu attribut tabel pada layer Jalan_Intersect nama jalan, status, fungsi, geometrik jalan dan lain-lain. Pemberian simbol berdasarkan fungsi jalan yang membedakan fungsi jalan Arteri sekunder, kolektor sekunder, lokal, dan lingkungan melalui properties – symbology. Peta hasil SIG dapat dilihat pada Lampiran A – Peta 4-b. 4 Pembuatan layer jalan lingkungan yang telah dikerjakan mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 Jln lingkungan_selesai melalui Select by Attribute – Layer : ’Jalan_Kota’ – field : ’Tahun_Pek’= ’2005’ OR ’ ’Tahun_Pek’ = ’2006’ OR ’Tahun_Pek’ = ’2007’ OR ’Tahun_Pek’ = ’2008’. Berikut gambar peta ’Jln lingkungan_selesai’ hasil pengolahan SIG. Peta hasil SIG dapat dilihat pada Lampiran A – Peta 6. 5 Pembuatan layer jalan diluar wilayah Kota Probolinggo radius 1000 meter Jalan_Intersect_Buffer dengan terlebih dulu melakukan Buffer dengan ArcToolbox – Analyst tools – Proximity – Buffer. Masukkan feature class kedalam daftar input feature yaitu ’Bataskota_Prob’, distance : 1000 m, name: ’Bataskota_prob_buffer’. Lalulakukan pemotongan peta dengan ArcToolbox- Analyst tools – overlay – erase. Masukkan feature class kedalam daftar input feature yaitu : ’Bataskota_prob_buffer’, dan Masukkan feature class kedalam daftar erase feature yaitu : ’ Bataskota_prob’, hasilnya berupa layer ’Bataskota_prob_buffer_erase’. Kemudian lakukan pemotongan jalan dengan ArcToolbox- Analyst tools – overlay – Intersect. Masukkan feature class kedalam daftar input feature yaitu : ’Bataskota_prob_buffer_erase’ dan ’K1608232_214’ hasilnya berupa layer ’ Jalan_Intersect_Buffer’. Peta hasil SIG dapat dilihat pada Lampiran A – Peta 4-a. d. Pembuatan layer foto Jalan, Cad jalan, dan RAB jalan shapefile baru- digitasi : 1 Pembuatan layer ’foto_jalan’, ’CAD_jalan’, RAB_jalan’ dengan menggunakan tool editor – start editing – task : create new feature dan mulai mendigitasi titik-titik lokasi foto pengamatan dengan sketch tool pada polyline jalan . Lalu atur simbol titik tersebut dengan properties – symbology. Peta hasil SIG dapat dilihat pada Lampiran A – Peta 7, dan Peta 8. e. Pembuatan layer parameter: kerusakan, keb_biaya, dan jumlah_rumah : 1 Pembuatan layer 3 tiga parameter penentuan prioritas dengan Select by Attribute – Layer : ‘Jalan_Kota’, Field :’Tahun_survey’ = ‘2008’ lalu dengan selection – create new layer masing-masing disimpan dengan nama layer ’Kerusakan jalan_survey2008’, ’Keb biaya_survey2008’, ’Jml_rumah_survey2008’.Tampilkan simbology berdasarkan klas dari masing-masing layer pada tampilan peta. Peta parameter hasil SIG dapat dilihat pada Lampiran A – Peta 9, Peta 11, Peta 12, dan Peta 13. f. Pembuatan layer penentuan prioritas : 1 Pembuatan layer ‘Penentuan_prioritas’ dengan Select by Attribute – Layer : ‘Jalan_Kota’, field : ‘Tahun_survey’ = ‘2008’ lalu dengan selection – create new layer beri nama layer ‘Penentuan_prioritas’. Tambahkan kolom filed klas, bobot parameter, dan rekomendasi. Tampilkan simbology berdasarkan klas rekomendasi pada tampilan peta. Peta hasil SIG dapat dilihat pada Lampiran A – Peta 14. 3. Proses Pengklasifikasian dan Pembobotan Parameter Penentuan Prioritas a. Parameter Kerusakan Jalan Penilaian parameter kerusakan jalan untuk penentuan prioritas pemeliharaan didasarkan pada penilaian kondisi fungsional jalan yaitu pada besarnya luas kerusakan permukaan jalan, tidak sampai pada penilaian kondisi strukturnya. Karena atas dasar penilaian inilah yang akan digunakan secara cepat dalam tahap penentuan prioritas dan penetapan jenis penanganan pekerjaan sampai penentuan estimasi anggaran biaya dalam rangka penyusunan program usulan rencana kegiatan penanganan jalan tahunan. Sedangkan penilaian jenis kerusakan dan strukturnya akan menjadi pertimbangan dalam tahap perencanaan detail DED lebih lanjut. Klasifikasi kerusakan jalan sesuai standar Bina Marga untuk jalan lingkungan dibagi dalam 3 tiga kelas berdasarkan prosentase luas kerusakan pada permukaan jalan. Penilaian pembobotan pada masing-masing klas diberikan nilai 1 sampai 3 berdasarkan pada tingkat kerusakan, kerusakan yang tinggi mendapat nilai bobot yang besar sehingga kemungkinan dilakukan prioritas penanganan juga besar. Standar pengklasifikasian kerusakan jalan dan pembobotannya terdapat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5. Standar Klasifikasi Kondisi Jalan, Klas dan Pembobotan. Luas Kerusakan TipeKlas Kerusakan Bobot ≤ 10 Rusak Ringan 1 11 – 30 Rusak Sedang 2 31 Rusak Berat 3 Sumber : Ditjen Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota, Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota, 1990. Data klasifikasi dan pembobotan kerusakan masing-masing ruas jalan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel B.10. b. Parameter Kebutuhan Biaya Pembagian klasifikasi biaya yang diperoleh dari perhitungan total biaya pekerjaan selanjutnya mengikuti pembagian paket pekerjaan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di Departemen Pekerjaan Umum yang dibedakan dalam 3 tiga jenis paket pekerjaan. Sedangkan pembobotan pada masing-masing klas diberikan nilai 1 sampai 3 berdasarkan pada tinggi- rendahnya biaya, berbeda dengan tingkat kerusakan, maka nilai biaya yang rendah diberikan nilai bobot yang besar dan biaya yang tinggi diberikan nilai bobot yang lebih kecil. Sehingga nilai biaya yang lebih kecil mempunyai kesempatan lebih besar untuk dilakukan prioritas penanganan. Pembagian klas biaya dan pembobotannya tedapat dalam Tabel 4.6. berikut. Tabel 4. 6. Pembagian Klas BiayaNilai Paket Pengadaan dan Pembobotannya Nilai Paket Metode Pemilihan Penyedia barang jasa Klas kebutuhan Biaya Bobot Max 50.000.000 Penunjukan Langsung Rendah 3 50.000.000 sd 100.000.000 Pemilihan Langsung Cukup 2 Diatas 100.000.000 Pelelangan Tinggi 1 Sumber :Keppres No.80 tahun 2003, pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah. Data klasifikasi dan pembobotan kebutuhan biaya masing-masing ruas jalan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel B.10. c. Parameter Jumlah Rumah. Pengklasifikasian jumlah rumah di mulai dengan mengetahui kepadatan jumlah rumah pada masing-masing ruas jalan dengan panjang dan jumlah rumah yang bervariasi tersebut, maka terlebih dahulu dihitung jumlah rumah per 50 meter panjang jalan. Rumus yang digunakan adalah : Jumlah rumah per 50 meter = ”Jumlah rumah Panjang Jalan50” Hasil perhitungan jumlah rumah per 50 meter panjang jalan pada masing- masing ruas jalan dapat dilihat pada Lampiran Tabel B.10. Selanjutnya tahap pembuatan klasifikasi jumlah rumah adalah sebagai berikut : - Lebar rata-rata unit rumah pada jalan lingkungan = 7 m - Jumlah rumah pada panjang jalan per 50 m = = 7,14 ~ 7 rmh x 2 kanan-kiri jalan = 14 rumah padatpenuh 50 m 7 m - Maka pembagian interval klas = = 4,6 ~ 5 rumah. 14 rm 3 klas h - Sehingga pembagian klas jumlah rumah adalah sebagai berikut : Tabel 4. 7. Klasifikasi Jumlah Rumah Per – 50 m dan Pembobotannya. Jumlah Rumah JR Klas Bobot 0 JR ≤ 5 Jarang 1 6 JR ≤ 10 Agak Padat 2 JR 10 Padat 3 Sumber : Hasil analisis Pembobotan jumlah rumah diberikan nilai 1 sampai 3. Ruas jalan dengan jumlah rumah yang banyakpadat mendapat bobot nilai yang tinggi karena semakin padat jumlah rumah maka semakin besarmendesak kebutuhan masyarakatpemakai jalan. Sebaliknya jika jumlah rumah masih sedikitjarang maka mendapat nilai lebih kecil karena tingkat urgentnya lebih kecil. Data klasifikasi dan pembobotan jumlah rumah masing-masing ruas jalan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel B.10. 4. Penentuan Prioritas Pemeliharaan a. Rekomendasi Prioritas Berdasarkan pembobotan ketiga parameter yang ditetapkan maka dilakukan penjumlahan bobot Bobot Kerusakan + Bobot Kebutuhan Biaya + Bobot Jumlah Rumah Per-50 m dan hasilnya diklasifikasikan kedalam 3 tiga klas rekomendasi dengan menggunakan analisis SIG melalui Properties – symbology – Quantities – Graduated - colors – field: jumlah_bobot - classes = 3. Klasifikasi rekomendasi penentuan prioritas pemeliharaan berdasarkan jumlah bobot terdapat pada Tabel 4.8. dibawah dan hasil rekomendasi prioritas pada masing-masing ruas jalan terdapat dalam Tabel 4.9 dibawah ini. Sedangkan analisis penentuan prioritas pada masing-masing ruas jalan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel B.10. dan peta SIG hasil penentuan prioritas jalan dapat dilihat pada Lampiran A – Peta 14. Tabel 4. 8 . Klasifikasi Rekomendasi Penentuan Prioritas Jumlah Bobot Klas Rekomendasi 5 - 6 Ditunda 7 Segera 8 - 9 Mendesak Sumber: Hasil analisis Tabel 4. 9 . Tabel Penentuan Prioritas Ruas Jalan Tabel 4. 9 . Tabel Penentuan Prioritas Ruas Jalan Lanjutan Sumber : Hasil Analisis b. Skenario Pelaksanaan Selanjutnya untuk mengatur strategi pelaksanaan fisik direncanakan dalam 2 dua alternatif skenario, yaitu : 1 Skenario 1 : dengan cara melaksanakan pemeliharaan jalan dalam periode 3 tiga tahunan dari tahun 2009 sampai 2011 menurut tingkat klas prioritas yaitu untuk ruas jalan dengan kategori ‘mendesak’ diprogramkan pada tahun anggaran 2009 dengan besarnya biaya ditambahkan sebesar 20 dari kenaikan harga satuan tahun 2008, ruas jalan dengan kategori ‘segera’ diprogramkan pada tahun anggaran 2010 dengan besarnya biaya ditambahkan sebesar 20 dari kenaikan harga satuan tahun 2009, ruas jalan dengan kategori ‘ditunda’ diprogramkan pada tahun anggaran 2011 dengan besarnya biaya ditambahkan sebesar 20 dari kenaikan harga satuan tahun 2010. Total biaya pemeliharaan tahun 2009 dibutuhkan sebesar Rp. 396.270.645,60 , tahun 2010 sebesar Rp. 1.461.759.160,32, dan tahun 2011 sebesar Rp. 1.480.762.351,30. Total biaya keseluruhan 3 tahun sebesar Rp.3.338.792.157,22. Dengan skenario ini menunjukkan bahwa jika penanganan pemeliharaan jalan dilaksanakan sesuai skala prioritas dan kebutuhannya maka berdampak pada efisiensi biaya pemeliharaan. Pelaksanaan skenario 1 berikut dalam Tabel 4.10. Attribut tabel selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.11. Tabel 4.10 . Tabel Skenario 1 Pelaksanaan Fisik Tabel 4.10 . Tabel Skenario 1 Pelaksanaan Fisik Lanjutan Sumber: Hasil analisis 2 Skenario 2 : dengan cara melaksanakan pemeliharaan jalan pada semua ruas jalan yang sudah teridentifikasi untuk di programkan pada tahun anggaran 2009 – 2011 dengan asumsi tidak ada skala prioritas pemeliharaan pada jalan tertentu terjadi penundaan penanganan dengan besarnya biaya ditambahkan sebesar 20 dari kenaikan harga satuan tahun sebelumnya. Rincian skenario 2 dapat dilihat pada Tabel 4. 11. Biaya pemeliharaan tahun 2009 dibutuhkan sebesar Rp. 2.642.710.467,60 , tahun 2010 sebesar Rp. 3.171.252.561,12 , dan tahun 2011 sebesar Rp.3.805.503.073,34. Total biaya keseluruhan dalam 3 tahun sebesar Rp.9.619.466.102,06. Dengan demikian pada skenario 2 ini menunjukkan terjadinya peningkatan kebutuhan dana pemeliharaan yang cukup besar jika tidak dilakukan penentuan prioritas pemeliharaan. Attribut tabel selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.12. Tabel 4.11. Skenario 2 Pelaksanaan Fisik Tabel 4.11. Skenario 2 Pelaksanaan Fisik Lanjutan Sumber: Hasil analisis 5. Skema Sistem Manajemen Pemeliharaan Jalan Lingkungan Dari serangkaian proses mulai penyusunan Sistem Informasidata base sampai analisis penentuan prioritas pemeliharaan jalan lingkungan dengan menggunakan metode Sistem Informasi Geografis SIG ini, secara keseluruhan mencerminkan sebuah proses penyusunan konsep sistem manajemen pemeliharaan jalan lingkungan di Kota Probolinggo. Dan berikut dapat di rangkum skema tahapan kegiatan dan hasilnya dalam Tabel 4.12. Tabel 4.12. Tahapan pengelolaan pemeliharaan jalan TAHAPAN KEGIATAN HASIL YANG DICAPAI Bank Data data base ¾ Konfirmasi fungsi jalan ¾ Identifikasi kondisi dan permasalahan yang ada di lapangan survei ¾ Data base klasifikasi fungsi jalan ¾ Daftar ruas jalan beserta permasalahannya Planning Perencanaan Umum ¾ Jenis Penanganan ¾ Macam dan Jenis perkerasan Programming Pemrograman ¾ Skala prioritas analisis terhadap parameter ¾ Daftar ruas-ruas yang perlu ditangani urutan Prioritas Preperation Persiapan Pelaksanaan ¾ Perkiraan anggaranbiaya ¾ Perancangan desain ¾ Pengaturan jadwal penanganantiming ¾ Daftar volume, harga satuan, biaya RAB. ¾ DED Dokumen kontrak ¾ Program kegiatan tahun pelaksanaan Operation Evaluation Pelaksanaan evaluasi ¾ Pekerjaan fisik ¾ Up dating data ¾ Pemeliharaan ruas jalan ¾ Evaluasi kegiatan Data base baru Sumber : Di sarikan dari dari berbagai sumber 6. Model Builder Pembuatan model builder penggabungan dua layer administrasi dan dua layer transportasi adalah sebagai berikut : a. Buka Arccatalog – klik kanan – klik new toolbox – ketik nama : Manajemen jalan lingkungan pada folder GIS Probolinggo. b. Buka Arctoolbox – klik kanan – klik new - model pada toolbox manajemen jalan lingkungan – rename dengan nama : Model penggabungan layer. c. Buat model lagi – klik new - model pada toolbox manajemen jalan lingkungan – rename dengan nama : Model penentuan prioritas. d. Model builder dibuka dengan cara klik kanan pada model bulder – klik edit. e. Masukkan satu per satu layer digunakan sebagai input yaitu A1608232, A1608214, K1608232, K1608214, Jalan_Kota. f. Masukkan toolbox yang digunakan dalam proses yaitu toolbox merge pada data management tools – general, dan toolbox select layer by attribute pada data management tools – layer and table view. g. Klik Run botton untuk merunning proses. h. Simpan model builder setiap kali selesai mengedit. Berikut model builder penggabungan layer dan penentuan prioritas dengan ArcGis 9.0. : Gambar 4. 5 . Model Builder Penggabungan Layer Gambar 4. 6 . Model Builder Pembuatan layer Jalan lingkungan yang selesai dibangun, layer Parameter dan layer Penentuan Prioritas.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan : 1. Sistem Informasidata base digital dengan SIG telah dapat disusun berupa inventarisasi data jalan lingkungan yang selesai dibangun tahun 2005 sampai 2008 sebanyak 56 ruas jalan, data jalan lingkungan berdasarkan survey saat ini 2008 sebanyak 76 ruas jalan, dan analisis penentuan prioritas pemeliharaan berdasarkan survey pada 76 ruas jalan dapat tersusun tingkatan prioritas dengan 3 rekomendasi yaitu mendesak sebanyak 18 ruas jalan, segera sebanyak 34 ruas jalan, dan ditunda sebanyak 24 ruas jalan. 2. Dari seluruh proses dengan metode SIG ini dapat diperoleh konsep sistem manajemen pemeliharaan jalan lingkungan yang meliputi tahapan antara lain : penyusunan data base, perencanaan umum, pemrograman, persiapan pelaksanaan, serta pelaksanaan dan evaluasi. Sistem ini memiliki potensi implementasi yang cukup baik bagi pihak Dinas Pekerjaan Umum Kota Probolinggo dalam mempersiapkan penyusunan program kegiatan pemeliharaan jalan lingkungan dengan lebih efektif dan efisien terutama ditinjau dari segi waktu, tenaga dan biaya pemeliharaan serta memudahkan dalam monitoring dan evaluasi dari waktu ke waktu secara berkelanjutan.

B. Saran

Untuk peningkatan kualitas Sistem Informasi dan sistem pemeliharaan jalan lingkungan di masa mendatang maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: 1. tindak lanjut kegiatan inventarisasi jalan kota dan jalan lingkungan beserta prasarana pendukungnya perlu dilakukan secara berkelanjutan pada wilayah kecamatan lainnya agar data yang terhimpun selalu uptodate dan mencakup seluruh bagian kota guna pengembangan sistem manajemen penanganan jalan lingkungan yang lebih baik di Kota Probolinggo pada masa mendatang. 2. perlu upaya pengkajian lebih lanjut pada ruas-ruas jalan lingkungan yang berpotensi untuk peningkatan kelas dan fungsi jalan menjadi jalan lokal atau kolektor sekunder di tingkat kota ditinjau dari segi kapasitas, struktur dan lalu lintas yang ada dalam rangka pengembangan jaringan transportasi kota yang lebih baik. 3. perlu upaya sosialisasi lebih lanjut kepada para pengambil kebijakan, tokoh politik, dan masyarakat tentang pendekatan teknis pemilihan prioritas penanganan jalan lingkungan agar dapat meyakinkan bahwa infrastruktur ini harus ditangani dalam suatu urutan yang bijaksana dan dana dikeluarkan dalam suatu cara yang bijaksana serta dapat dipertanggung jawabkan. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Samsul, Carolita, Ita, dan Winarso Gatot. Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengelolaan Data Citra Digital. Peneliti Bidang Penginderaan jauh LAPAN Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.Vol.3, No.1, Juni 2006. Ati, Saras, Pudya. 2008. Analisis Lokasi Rawan Kecelakaan Lalu lintas di Kota Surakarta dengan Sistem Informasi Geografis SIG. Skripsi Sarjana, Program Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Darmawan, Mulyanto. 2007. Status Data Geospasial Wilayah NAD-NIAS Pasca Tsunami. Jurnal Ilmiah Geomatika. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional. Vol. 13 No. 2, h.27-36. Departemen Pekerjaan Umum, Puslitbang Prasarana Jalan. 2005. Teknik Pengelolaan Jalan. Bandung: Balai Bahan dan Perkerasan jalan, Puslitbang Prasarana Jalan. Departemen Pekerjaan Umum, Puslitbang Prasarana Jalan. 2005. Teknik Evaluasi Kinerja Perkerasan Lentur. Bandung: Balai Bahan dan Perkerasan jalan, Puslitbang Prasarana Jalan. Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota. 1990. Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota. Jakarta: Direktorat Pembinaan Jalan Kota. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah. 2004. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor: 375KPTSM2004 Tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan dalam Jaringan Jalan Primer Menurut Peranannya sebagai Jalan Arteri, Jalan Kolektor 1, Jalan Kolektor 2, dan Jalan Kolektor 3. Jakarta: Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. ERA UNDP, Bappenas. 2007. Modul Pelatihan Arcgis Dasar. Yogyakarta : ERA UNDP- Bappenas. Graha, Harsa, CV. 2007. Laporan Akhir Program Pembangunan Sistem Informasidata Base Jalan dan Jembatan Kota Surakarta. Surakarta : Dinas Pekerjaan Umum. Handawati, Saraswati, Nurvani. 2007. Penentuan Prioritas Lokasi Rehabilitasi Komponen Saluran Air Kotor Berdasarkan Pertimbangan Aspek Teknis xvi