Dasar Teori LANDASAN TEORI
b. Lapis Perkerasan
Untuk perencanaan pada jalan lokal, yang dapat dibedakan atas jalan lokal yang melayani lalu lintas lokal dan regional serta jalan lokal yang
merupakan jalan lingkungan yaitu jalan yang melayani lalu lintas lokal atau lingkungan seperti perumahan dan perkampungan. Perencanaan untuk jalan
lingkungan dapat menggunakan perkerasan aspal atau juga menggunakan perkerasan dengan bahan paving stone yang relatif lebih indah secara estetika.
Lapis perkerasan jalan aspal seperti pada Gambar 2.1. terdiri atas :
Gambar 2.1. Penampang jalan aspal
Sumber : Modul Bidang Jalan Kota: Standar Teknis Prasarana dan Sarana Jalan Perkotaan,
Dinas Permukiman Jawa Timur, 2002.
Tebal minimum lapisan perkerasan adalah : 1. Lapis permukaan
Batas dari tebal minimum untuk jenis lapisan permukaan seperti Tabel 2.2. dibawah ini :
Tabel 2.2. Tebal minimum lapis permukaan
ITP Tebal Minimum
cm Bahan
3,00 5
Lapis pelindung BurasBurtuBurda 3,00 – 6,70
5 Lapen Aspal Macadam, HRS, Labutag, Laston
6,71 – 7,49 7,5
Lapen Aspal Macadam, HRS, Labutag, Laston 7,50 – 9,99
7,5 Labutag, Laston
10,00 10
Laston Sumber : Modul Bidang Jalan Kota: Standar Teknis Prasarana dan Sarana Jalan Perkotaan,
Dinas Permukiman Jawa Timur, 2002.
2. Lapis pondasi Batas dari tebal minimum untuk lapisan pondasi seperti pada Tabel 2.3.
dibawah ini :
Tabel 2.3. Tebal minimum lapis pondasi
ITP Tebal Minimum
cm Bahan
3,00 15
Batu pecah, stabilisasi dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur
20 Batu pecah, stabilisasi dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur 4,00 – 7,49
10 Laston atas
20 Batu pecah, stabilisasi dengan semen, pondasi
dengan makadam 7,50 – 9,99
15 Laston atas
1 – 12,14 20
Batu pecah, stabilisasi dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur, lapen laston
atas
12,25 25
Batu pecah, stabilisasi dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi
makadam,lapen laston atas Sumber : Modul Bidang Jalan Kota: Standar Teknis Prasarana dan Sarana Jalan Perkotaan,
Dinas Permukiman Jawa Timur, 2002.
3. Lapis pondasi bawah Untuk setiap nilai ITP bila digunakan pondasi bawah, tebal minimum
adalah 10 cm dengan menggunakan material berbutir. Jalan lingkungan tidak didesain untuk melayani lalu lintas berat.
Komposisi perkerasan pada umumnya sama hanya jenis material dan ketebalan yang berbeda. Perencanaan tebal perkerasan dengan paving stone
adalah sebagai berikut : 1
lapis pondasi minimal adalah 10 cm dengan material berbutir dipergunakan jika tanah dasar jelek
2 lapis pondasi bawah minimal adalah 15 cm dengan material berbutir
3 lapis perata dengan pasir halus setebal 10 cm
4 lapis permukaannya adalah paving stone dengan tebal 6 cm atau 8 cm.
Sistem pelaksanaan pekerjaan paving stone adalah saling mengunci jadi tidak dapat dilakukan dengan sistem sejajar karena kekuatan bahan
terletak pada saling menguncinya balok-balok paving stonenya yang kemudian dikunci dengan kanstin.
Gambar 2.2. Penampang Jalan Paving Stone
Sumber : Modul Bidang Jalan Kota: Standar Teknis Prasarana dan Sarana Jalan Perkotaan,
Dinas Permukiman Jawa Timur, 2002.
Alternatif pemilihan paving blok selain penggunaan aspal dan cor manual dalam pembangunan jalan lingkungan lebih memudahkan dalam
pengawasan karena paving blok sesuai dengan spek teknis fabrikasi dan mudah perawatan, jika terjadi kerusakan dapat dilakukan penggantian secara
spotbagian tertentu saja oleh masyarakat.
c. Jenis Rencana Penanganan Jalan Lingkungan
Penentuan jenis penanganan jalan lingkugan didasarkan pada kondisi kerusakan pada permukaan jalan yang ada seperti pada Tabel 2.4. di bawah
ini.
Tabel 2.4. Jenis Rencana Penanganan Jalan Berdasarkan Kerusakan Jalan
Luas kerusakan Klas Kerusakan
Jenis Penanganan
≤ 10 Ringan
Burda 11 – 30
Sedang Burda
30 : -Lubang Dangkal 10 cm -Lubang Dalam 10 cm
Berat -Burda
-Lapen
100 Tanah Berat
-Aspal Baru Onderlag + Lapen
-Paving stone Sumber : Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota. Jakarta: Direktorat
Jenderal BinaMarga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota, 1990.
2. Pemeliharaan Jalan
a. Pengertian
Pengertian Pemeliharaan menurut PP 34 Tahun 2006 tentang Jalan adalah :
1 pemeliharaan Jalan adalah penanganan jalan yang meliputi perawatan,
rehabilitasi, penunjangan, dan peningkatan. PP 26 tahun 1985 tentang jalan.
2 pemeliharaan Rutin adalah penanganan yang diberikan hanya terhadap
lapis permukaan yang sifatnya untuk meningkatkan kualitas berkendaraan Riding Quality, tanpa meningkatkan kekuatan struktural, dan dilakukan
sepanjang tahun . 3
pemeliharaan Berkala adalah pemeliharaan yang dilakukan terhadap jalan pada waktu-waktu tertentu tidak menerus sepanjang tahun dan sifatnya
hanya fungsional dan tidak meningkatkan nilai struktural perkerasan.
4 peningkatan adalah penanganan jalan guna memperbaiki pelayanan jalan
yang berupa peningkatan struktural dan atau geometriknya agar mencapai tingkat pelayanan yang direncanakan.
b. Sistem Manajemen Pemeliharaan Jalan
Tujuan dari manajemen pemeliharaan jalan adalah melakukan kegiatan penyelenggaraan pemeliharaan jalan dengan efisien dan efektif agar kondisi
jaringan jalan tersebut dapat selalu berfungsi dengan baik. Konsep sistem manajemen pemeliharaan jalan lingkungan ini terdiri dari lima komponen
utama yaitu bank data, perencanaan umum,
pemrograman, persiapan
pelaksanaan,
pelaksanaan dan evaluasi, dimana kelima komponen ini saling terkait. Kegiatan pengelolaan tersebut dilakukan dengan suatu proses untuk
mengoptimalkan kinerja pada suatu jaringan jalan sepanjang waktu. Proses yang dilakukan tersebut terdiri dari beberapa tahapan pengelolaan kegiatan
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.5. berikut . Tabel 2.5. Tahapan Dalam Pengelolaan Pemeliharaan Jalan
Tahapan Tujuan Pengelolaan
Tipikal Lingkup
Jaringan Rentang
Waktu Staf
Pengelolaan yang terkait
Bank Data Data Base
• Menyusun suatu bank data untuk
menampung data dan informasi
Seluruh jaringan Jangka panjang
strategis Surveyor dan
operator
Perencanaan Umum
Planning • Menentukan standar
yang meminimalkan biaya
• Menentukan kebutuhan biaya
untuk mendukung standar yang telah
didefinisikan Seluruh jaringan
Jangka panjang strategis
Pengelola senior dan pengambil
keputusan
Tabel 2.5. Tahapan Dalam Pengelolaan Pemeliharaan Jalan Lanjutan
Tahapan Tujuan Pengelolaan
Tipikal Lingkup
Jaringan Rentang
Waktu Staf
Pengelolaan yang terkait
Pemrograman Programming
Menentukan program pekerjaan yang
dilaksanakan dalam suatu periode waktu
anggaran Per seksi atau
segmen yang sesuai dengan
kebutuhan pemeliharaan
Jangka menengah
taktis Pengelola dan
pemegang anggaran
Persiapan Pelaksanaan
Preperation • Desain Teknis
• Persiapan kontrak atau dokumen
kontrak Kontrak atau
paket pekerjaan Tahun
anggaran Staf teknis dan panitia tender
Pelaksanaan dan Evaluasi
Operation Evaluation
• Melaksanakan tugas-tugas sebagai
bagian dari aktifitas pekerjaaan
• Melakukan kajian hasil dan updating
data Sub seksi dimana
pekerjaan harus dilaksanakan
Sesaat Pengawas Lapangan
Sumber : Teknik Pengelolaan Jalan. Bandung: Balai Bahan dan Perkerasan jalan, Puslitbang Prasarana Jalan, Departemen Pekerjaan Umum, 2005.
1 Penyusunan Bank Data Data Base
Pada tahap pertama dikembangkan suatu bank data yang mampu menampung sebanyak mungkin data kondisi geografis dan geometrik
jaringan jalan dengan segala permasalahan dan kondisinya melalui kegiatan pengumpulan data dan survey lapangan.
2 Perencanaan Umum Planning
Pada tahapan ini dilakukan ’identifikasi’ kebutuhan pemeliharaan jalan yang ada pada suatu jaringan secara keseluruhan. Kegiatan ini menyangkut
analisis jaringan jalan network analysis secara keseluruhan yang ditujukan untuk memperkirakan kebutuhan biaya jangka menengah
jangka panjang, sesuai dengan target yang ditetapkan ataupun dana yang tersedia dan beberapa skenario ekonomi yang dibuat.
3 Pemrogaman Programming
Pada tahapan ini dilakukan ’kelayakan’ pekerjaan pemeliharaan untuk dilaksanakan satu tahun kedepan. Pada kegiatan ini ditentukan program
tahunan yang disesuaikan dengan kebutuhan penanganan pada masing- masing ruas, baik berdasarkan pada biaya yang telah diperkirakan ataupun
berdasarkan biaya yang ditetapkan dialokasikan. Analisis yang dilakukan adalah lebih detail untuk ruas peruas yang ada
guna menentukan biaya dan prioritas penanganan sesuai dengan kondisi ruas dan dana yang tersedia. Kegiatan pemrograman tahunan ini dilakukan
untuk mempersiapkan usulan pengajuan dana pemeliharaan jalan secara rutin tahunan tipikal siklus tahunan.
4 Persiapan Pelaksanaan Preperation
Pada tahapan ini disiapkan ’desain’ untuk pekerjaan pemeliharaan yang akan dilaksanakan satu tahun kedepan. Kegiatan yang dihasilkan adalah
perencanaan teknik secara detail dan persiapan dokumen kontrak dokumen tender yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan
pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan didasarkan pada alokasi dana yang
telah disetujui oleh pihak yang berwenang, sehingga dengan demikian pembagian pekerjaan paket dapat dilakukan dengan pertimbangan
efektifitas pekerjaan.
Kegiatan persiapan ini dilakukan dengan siklus waktu kurang dari satu tahun. Setelah dokumen tender itu siap, maka dapat segera diserahkan
kepada panitia tender untuk dilakukan proses pengadaan kontraktor. 5
Pelaksanaan dan Evaluasi Kegiatan Operation Evaluation Tahapan ini merupakan implementasi, operasi dan evaluasi terhadap
kegiatan pemeliharaan yang telah direncanakan sebelumnya. Kegiatan ini meliputi aktifitas operasi pemeliharaan yang sedang berjalan, monitoring.
dan pengendalian. Kegiatan ini dilakukan oleh unsur-unsur yang terkait dalam organisasi proyek, antara lain seperti : Tim Konsultan supervisi
danpengawas lapangan. Di bagian evaluasi ini dilakukan kajian baik pada hasil maupun alokasi dana dan target yang ditentukan yang hasilnya akan
menjadi masukan untuk perbaikan selanjutnya. Hasil setiap bagian disimpan dalam bank data yang dapat dipergunakan untuk penyusunan
program kedepan.
3. Sistim Informasi Geografis
SIG adalah sistem informasi yang berbasis data spasial geografis yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografis
Prahasta, 2001. a.
Subsistem dalam SIG Keutamaan SIG dengan menggunakan sistem digital atau komputer
antara lain : 1 memperkecil kesalahan manusia; 2 kemampuan memanggil;
3 menggabungkan tumpangsusun; dan 4 memperbaharui data dengan memperhatikan perubahan lingkungan, data statistik dan area yang nampak.
SIG memiliki perbedaan mendasar dari sistem informasi yang lainnya, yaitu kemampuannya untuk mengintegrasikan setiap data yang berkaitan secara
spasial dan data atributnya tabel. Sub-sistem yang mendukung SIG ada sebanyak 3 buah, yaitu
geodatabase , geoprocessing, dan geovisualization yang masing-masing
mempumyai fungsi yang berbeda.
Gambar 2.3. Tiga Sub-sistem Penyusun Sistem Informasi Geografis
Sumber: Eddy Prahasta,Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis, 2001.
1 Geodatabase
Geodatabase adalah sistem manajemen database yang berisi kumpulan data–
data spasial yang merepresentasikan informasi geografis, dari model data SIG yang umum seperti raster, topologi, jaringan dan lainnya. Ada beberapa
model data yang merupakan representasi dari keadaan muka bumi. Sub- sistem ini dijalankan dalam ArcCatalog. Model representasi permukaan
bumi dalam SIG ada dua macam yaitu model data vektor dan raster.
2 Geoprocessing
Geoprocessing , adalah sekumpulan tool pengubah informasi yang dapat
menghasilkan informasi geografis baru dari kumpulan data yang sudah ada. Sub-sistem ini dijalankan dalam software ArcMap yang dilengkapi dengan
ArcToolBox. 3
Geovisualization
Geovisualization , adalah kemampuan dari Sistem Informasi Geografis untuk
memperlihatkan data–data spasial beserta hubungan antar data spasial tersebut yang merupakan representasi dari permukaan bumi dalam berbagai
bentuk digital seperti peta interaktif, tabel dan grafik, peta dinamis dan skema jaringan. Sub-sistem ini dijalankan dalam software ArcMap.
Sistem komputer untuk SIG terdiri dari perangkat keras hardware, perangkat lunak software dan prosedur untuk penyusunan pemasukkan data,
pengolahan, analisis, pemodelan modelling, dan penayangan data geospatial. Sumber-sumber data geospatial adalah peta digital, foto udara, citra satelit,
tabel statistik dan dokumen lain yang berhubungan. Data geospatial dibedakan menjadi data grafis atau disebut juga data geometris dan data atribut data
tematik, lihat Gambar 2.4. Data grafis mempunyai tiga elemen : titik node, garis arc dan luasan poligon dalam bentuk vector ataupun raster yang
mewakili geometri topologi, ukuran, bentuk, posisi dan arah.
Gambar 2.4. Konsep Data Geospatial
Sumber: Eddy Prahasta,Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis, 2001.
Komponen struktur data terdiri dari dua unsur, yaitu; 1 struktur data spasial grafis, dan; 2 struktur data non spasial tabuleratribut. Data
spasial adalah data grafis yang berkaitan dengan lokasi, posisi dan area pada koordinat tertentu. Sedangkan data atribut merupakan data yang menguraikan
karakteristik obyek-obyek geografis dari spasialnya. Data ini dapat berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif misalnya status jalan,
peranan jalan dan sebagainya. Sedangkan data kuantitatif berupa angka satuan
atau besaran, jumlah, tingkat atau interval. Data atribut tersebut disajikan menurut konsep model data relasional.
b. Aplikasi SIG Dalam Bidang Jalan
Untuk mendukung Perencanaan dan Pengelolaan Jalan, SIG berperan dalam hal 1 Penanganan Data Data Handling, 2 Pentayangan, 3
Pemutakhiran Data, 4 Perbandingan antar Set Data 5 Permodelan Modelling.
Dalam bidang Jalan peran utama SIG adalah sebagai alat bantu tools dalam kegiatan perencanaan dan pengelolaan. Informasi yang dihasilkan oleh
SIG merupakan input dalam proses perencanaan dan pengelolaan. Dalam berbagai model perencanaan dan pengambilan keputusan umumnya tidak
seluruh kondisi atau keadaan lapangan diperlukan melainkan hanya informasi obyek-obyek tertentu yang dipertimbangkan sebagai faktor dominan dalam
menentukan kondisi yang ada. Untuk dapat memperoleh informasi tersebut perlu dilakukan 1 pengumpulan data yang relevan untuk disajikan sebagai
informasi, 2 proses pengolahan dan pengelolaan data, serta 3 analisis data dan penyajian informasi. Aplikasi SIG pada bidang transportasi antara lain :
1 inventarisasi jaringan jalan
2 analisis kesesuaianstudi kelayakan
3 penentuan rute-rute alternatif
4 analisis jalan rawan kecelakaan
5 alternatif rute tersingkat
6 manajemen pemeliharaan
Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh, yaitu antara lain: 1
meningkatkan kinerja pengelolaan pemeliharaan jalan 2
memperkuat pengendalian biaya dan kontrak 3
mempermudah pengelolaan informasi
c. Operasi ArcToolbox
Pada ArcGis sub-sistem untuk menjalankan manipulasi dan analisis dijalankan dalam ArcToolbox pada ArcMap. Ada lebih dari seratus operasi
yang dapat dijalankan ArcToolbox. Dalam penelitian ini analisis yang dilakukan antara lain :
1 General – Merge pada Data Management Tools
Merge Peta digunakan untuk menggabung peta dua lembar peta menjadi satu lembar peta.
Gambar 2. 5 . Ilustrasi Analisis Merge Sumber: Help toolbox Arcmap GIS
2 Generalization – Dissolve pada Data Management Tools
Dissolve peta digunakan untuk menyeleksi poligon-poligon tertentu dan menggabungnya kedalam satu poligon.
Gambar 2. 6 . Ilustrasi Analisis Dissolve Sumber: Help toolbox Arcmap GIS
3 Overlay –Intersect pada Analyst Tools
Intersect peta digunakan untuk memotong peta tertentu dengan peta lain yang merupakan irisan wilayah dari peta yang pertama.
Gambar 2. 7 . Ilustrasi Analisis Intersect Sumber: Help toolbox Arcmap GIS
4 Overlay – Erase pada Analyst Tools
Erase peta digunakan untuk memotong atau melubangi bagian peta dengan peta lain yang berpotongan.
Gambar 2. 8 . Ilustrasi Analisis Erase Sumber: Help toolbox Arcmap GIS
5
Proximity – Buffer pada Analyst Tools
Buffer peta digunakan untuk memperbesar poligon feature dengan radius tertentu.
Gambar 2. 9 . Ilustrasi Analisis Buffer Sumber: Help toolbox Arcmap GIS
d. Editing Peta
Editing peta dilakukan untuk mempersiapkan peta dasar yang ada agar bisa digunakan dalam proses penyeleksian, proses perhitungan, updating data
dan untuk membuat layer-layer tematik turunan. Gambar 2.10. berikut memperlihatkan Editor Toolbar dari software ArcGis 9.0 beserta keterangan
mengenai fungsi masing-masing toolbar tersebut.
Ed it or t oolb a r b u t t on s a n d t h e ir f u n ct ion s
Bu t t on N a m e
Fu n ct ion
Edit Select s and edit s feat ures and t heir
geom et ries Sket ch
Adds point s t o t he edit sket ch Split Tool
Split s a linear feat ure Rot at e Tool
Rot at es t he select ed feat ure At t ribut es
Show s t he feat ure pr opert y edit or Sket ch
Proper t ies Shows a dialog box for edit ing
pr opert ies of t he edit sket ch geom et r y
Gambar 2.10 . Editor Toolbar dari Software ArcGIS 9.0 Sumber: Help toolbox Arcmap GIS
e. Model Builder
Pemodelan menggunakan model builder pada dasarnya selalu : Input
Proses Output, input berupa elips biru, proses berupa kotak kuning
dan output berupa elips hijau. Model proses data spasial yang
dibangun menggunakan model builder memberikan keuntungan dokumentasi proses dan otomatisasi proses. Bila salah satu komponen input berubah, maka
proses dengan mudah diulang untuk melihat hasil dan pengaruhnya. Gambar 2.11 memperlihatkan tampilan model builder.
Tool Output Variabel
Input Variabel
Proses
Gambar 2.11. Model Builder Window Sumber: Help toolbox Arcmap GIS