belajar karena konsistensi ini sebagai nilai pendorongnya. Kedua, konsistensi mempunyai nilai motivasi yang kuat. Ketiga, konsistensi mempertinggi
penghargaan terhadap peraturan dan individu yang berkuasa. b
Evaluasi Konsistensi Peranan konsistensi sangat penting dalam mendisiplin individu. Dari
segi positif, konsistensi mempunyai beberapa nilai penting. Individu yang mendapatkan disiplin yang konsisten mempunyai motivasi yang lebih kuat
untuk berperilaku menurut standar yang disetujui secara sosial daripada individu mendapatkan disiplin yang tidak konsisten. Individu merasa bahwa
berperilaku dengan cara yang disetujui menguntungkan karena penghargaan untuk perilaku yang baik melampaui setiap kesenangan bila dibandingkan
dengan terhadap apa yang diberikan terhadap perilaku yang salah.
d. Fungsi Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan suatu bentuk penanaman nilai dan norma yang harus ditaati dan dijalankan untuk membentuk perilaku yang sesuai dengan
keinginan masyarakat sekitar. Kedisiplinan tidak boleh dievaluasi berdasarkan hasil langsungnya, dan juga tidak boleh di evaluasi dengan melihat perilaku moral
individu. Havighurst telah memperingatkan bahwa beberapa fungsi kedisiplinan yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat harus diperhatikan bila kedisiplinan
dievaluasi. Beberapa dari fungsi utama kedisiplinan yang bermanfaat maupun yang tidak sebagaimana diuraikan Havighurst yang dikutip Elizabeth B. Hurlock
2005: 97 mengemukakan bahwa: 1
Fungsi disiplin yang bermanfaat a
Untuk mengajar individu bahwa perilaku tertentu selalu akan diikuti hukuman, namun yang lain akan diikuti pujian.
b Untuk mengajar individu suatu tingkatan penyesuaian yang wajar,
tanpa menuntut konformitas yang berlebihan. c
Untuk membantu individu mengembangkan pengendalian diri dan pengarahan diri sehingga individu dapat mengembangkan hati nurani
untuk membimbing tindakan mereka.
2 Fungsi disiplin yang tidak bermanfaat
a Untuk menakut-nakuti individu.
b Sebagai pelampiasan agresi orang yang menerapkan kedisiplinan.
MS. Hadisubrata yang dikutip Tulus Tu’u 2004: 44 menyatakan bahwa “Teknik disiplin dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu disiplin otoritarian,
disiplin permisif, dan disiplin demokratis”. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang individu memiliki
potensi untuk berkembang melalui interaksi dengan lingkungan dengan harapan untuk mencapai realisasi dirinya. Dalam interaksi tersebut individu belajar tentang
nilai-nilai sesuatu yang nantinya akan membawa pengaruh dan perubahan terhadap perilakunya. Bila nilai-nilai dirasakan sebagai suatu yang harus dipatuhi secara
sadar akan menjadi suatu kebiasaan yang baik menuju arah kedisiplinan diri.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Kedisiplinan