Media Poster Pendekatan Pembelajaran Pendekatan Kontekstual Contextual Teaching Learning CTL

xxxii televisi, laboratorium, ruang kelas otomatis, sistem interkomunikasi, dan komputer c. Sumber-sumber masyarakat berupa objek-objek peninggalan sejarah, dokumentasi, bahan-bahan masalah dan sebagainya. d. Kumpulan benda-benda material collection berupa benda-benda atau barang-barang yang dibawa dari masyarakat ke sekolah untuk dipelajari seperti potongan sendok, daun, benih, bibit, bahan kimia dan sebagainya. Klasifikasi media pembelajaran berdasarkan atas bentuk sebagai berikut: a. Media pandang visual media, yaitu media untuk dilihat. Media pandang tersebut meliputi antara lain : 1 Foto grafik, misalnya slide, film, strip, OHP. 2 Grafik, misalnya chart, OHP, papan tulis. 3 Benda nyata misalnya contoh dan model. b. Media dengar audio media yaitu media untuk didengar suaranya. Tergolong didalamnya antara lain : tape recorder, radio, telepon dan lain-lain. 1 Media pandang dengar audiovisual media yaitu media untuk dilihat dan didengar suaranya misalnya televisi, sound film, dan lain-lain. 2 Media bahasa tulis misalnya: buku, majalah, surat kabar.

4. Media Poster

Poster adalah salah satu media yang terdiri dari lambang kata atau simbol yang sangat sederhana, dan pada umumnya mengandung anjuran atau larangan Depdikbud, 1999:50. Pengertian lain poster adalah sebagai kombinasi visual dari rancangan yang kuat, dengan warna, dan pesan dengan maksud untuk menangkap perhatian orang yang lewat tetapi cukup lama menanamkan gagasan yang berarti didalam ingatannya. Poster disebut juga plakat, lukisan atau gambar yang dipasang telah mendapat perhatian yang cukup besar sebagai suatu media untuk menyampaikan informasi, saran, pesan dan kesan, ide dan sebagainya. xxxiii Poster terdapat kelebihannya dengan harganya terjangkau oleh seorang guru tetapi ada juga kelemahannya dikarenakan media poster berdimensi dua, sehingga sukar untuk melukiskan sebenarnya.

5. Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Pendekatan diartikan juga sebagai suatu cara dalam memandang permasalahan yang ada daalm keseluruhan pembelajaran. Sudut pandang itu memperlihatkan cara berpikir dan bertindak guru dalam menyelesaikan persoalan pembelajaran yang ia hadapi. Sintaks pola urut suatu pendekatan pembelajaran menggambarkan keseluruhan urutan alur langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks pembelajaran menunjukkan dengan jelas urutan kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan oleh guru atau siswa, dan tugas-tugas khusus yang perlu dilakukan oleh siswa Taufik, 2005 :71.

6. Pendekatan Kontekstual Contextual Teaching Learning CTL

Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Oleh karena itu diperlukan strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Melalui landasan filosofis konstrukstivisme, CTL diharapkan dapat menjadi alternatif strategi belajar baru sehingga melalui strategi CTL siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal. Pembelajaran kontekstual Contextual Teaching and Learning merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dengan xxxiv penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara, dan tenaga kerja U.S Department of Education and the National School to Work Office yang dikutip oleh Blanchard dalam Nurhadi, 2002:7. CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif yakni konstruktivisme Constructivism, bertanya Questioning, menemukan Inquiry, masyarakat belajar Learning Community, pemodelan Modelling dan penilaian sebenarnya Authentic Assesment. a. CTL ditinjau dari konstruktivisme Constructivism Konstruktivisme merupakan landasan berpikir filosofi pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas sempit dan tidak sekonyong- konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Pentingnya dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Pada proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan bukan guru. b. Menemukan Inquiry Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan apapun materi yang diajarkannya. xxxv Menurut Linch dan Harnish 2003 : 42, tingkat lebih tinggi pembelajaran tampak terjadi bila strategi pembelajaran kontekstual digunakan oleh guru baru. Pelajar lebih termotivasi dan penuh perhatian bila praktek pembelajarn kontekstual digunakan. Penelitian Bettye P. Smith 2006 : 24 menyimpulkan bahwa integrasi dan adopsi proses inovatif instruksional seperti pembelajaran kontekstual penting untuk keluarga dan konsumen ilmu pengetahuan sebagai lanjutan pengantar kurikulum. Menurut Caine dan Caine, teori lain yang telah menyumbang kepada teori dan pembelajaran CTL mencakup belajar eksperimen, teori magang, pembelajaran transformatif kritis teori, konstruktivisme, terletak pengamatan, dan paling akhir bekerja dengan kecerdasan yang tinggi. Dasar penting untuk aplikasi CTL dari riset brain-based itu menunjukkan belajar terjadi lebih cepat dan banyak sepenuhnya ketika yang dipelajari disajikan dalam konteks yang berarti Richard L. Lynch and Dorothy Harnish, 2003 : 5. Ada beberapa pendapat tentang langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan inquiry, diantaranya pendapat Bruner yang dikutip oleh Tabrani Rusyan, dkk 1989 : 177 adalah : 1 Stimulation, guru memulai pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, mengajukan persoalan atau menyuruh peserta didik membaca dan menguraikan hal-hal yang terkait dengan permasalahan. 2 Problem Statement, peserta didik diberi kesempatan mengidentifikasi sebagai permasalahan sebanyak mungkin, memilihnya yang dipandang paling menarik dan fleksibel untuk dipecahkan. Permasalahan yang dipilih ini selanjutnya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis. 3 Data collection, untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar atau tidaknya hipotesis itu, peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objeknya, mewancarai nara sumber dan sebagainya. 4 Data Processing, semua informasi hasil pengamatan, bacaan, wawancara, dan sebagainya tersebut diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasikan daan jika diperlukan hitungan dengan cara tertentu, serta ditafsirkan dengan taraf kepercayaan tertentu. xxxvi 5 Verification, berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi yang ada tersebut, pertanyaan atau hipotesis yang telah dirumuskan dahulu itu dicek, apakah terjawab atau tidak. 6 Generalization, tahap selanjutnya berdasarkan hasil verifikasi tersebut siswa belajar menarik generalisasi atau kesimpulan tertentu. Adapun siklus inquiry adalah sebagai berikut : 1 Observasi Observation 2 Bertanya Questioning 3 Mengajukan dugaan hyphotesis 4 Pengumpulan data Data gathering 5 Penyimpulan Conclussion Pembelajaran berbasis inquiry merupakan strategi pembelajaran yang berpola pada metode-metode sains dan memberikan kesempatan siswa untuk pembelajaran bermakna. Suatu masalah diajukan dan metode ilmiah digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Langkah-langkah dalam pembelajaran inquiry antara lain : 1 Merumuskan masalah dalam pembelajaran apapun 2 Mengamati atau melakukan observasi 3 Menganalisa dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya. 4 Mengkomunikasikannya atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audien lain. c. Bertanya Questioning Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari ‘Bertanya’. Questioning bertanya merupakan strategi pembelajaran CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry yaitu menggali informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Pada pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk : xxxvii 1 Menggali informasi baik administrasi maupun akademis 2 Mengecek pemahaman siswa 3 Membangkitkan respon kepada siswa 4 Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa 5 Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa 6 Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki siswa 7 Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa 8 Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa Hampir pada semua aktivitas belajar questioning dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan di kelas, dan sebagainya. Aktivitas bertanya juga ditemukan saat siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan itu dapat menimbulkan keinginan untuk bertanya. d. Masyarakat Belajar Learning Community Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dengan orang lain. Ketika seorang anak baru belajar meraut pensil dengan peraut elektronik, ia bertanya kepada temannya “Bagaimana caranya? Tolong bantuin aku” Lalu temannya yang sudah biasa, menunjukkan cara mengoperasikan alat itu. Maka dua orang anak itu sudah membentuk masyarakat belajar Learning community. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok dan antara yang tahu dengan belum tahu. Di ruang kelas, orang-orang yang ada di luar kelas semua adalah anggota masyarakat belajar. Di kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam bentuk kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mengajari temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya. Kelompok sisa dapat sangat bervariasi bentuknya, baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan siswa di kelas atasnya, atau guru melakukan kolaborasi dengan mendatangkan seorang ahli dikelas. xxxviii e. Pemodelan Modelling Pada saat pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu berlangsung, sebaiknya ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu, dengan demikian guru memberi model tentang bagaimana cara belajar. Pada pembelajaran CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seseorang siswa dapat ditunjuk untuk memberi contoh mendemonstrasikan keahliannya. Siswa “contoh” tersebut dapat dikatakan model. Siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai standar kompetensi yang harus dicapainya, model juga dapat didatangkan dari luar. f. Refleksi Reflection Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap suatu kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Dengan demikian, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya. Realisasi dalam pembelajaran berupa rangkuman tentang apa yang dipelajari, catatan atau jurnal dibuku siswa, kesan dan saran tentang pembelajaran dan lain-lain. g. Penilaian yang sebenarnya Authentic Assesment Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Jika data yang dikumpulkan oleh guru mengidentifikasi bahwa siswa mengalami kemacetan belajar maka guru bisa segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan sepanjang proses pembelajaran sehingga assessment tidak dilakukan diakhir periode pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar seperti UAN tetapi dilakukan bersama dengan secara terintegrasi tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian assesment, bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari xxxix learning how to learn, bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi diakhir periode pembelajaran. Assessment menekankan pada proses pembelajaran sehingga data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melaksanakan proses pembelajaran bukan semata-mata hasil. Dalam pembelajaran CTL, langkah-langkah yang ditempuh secara garis besarnya antara lain : 1 Mengembangkan penilaian bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. 2 Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik 3 Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya 4 Menciptakan masyarakat belajar belajar dalam kelompok 5 Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran 6 Melakukan refleksi di akhir pertemuan 7 Melakukan penilaian autentik Nurhadi, 2002: 9. Dalam pengelolaannya pendekatan CTL ini dilakukan dengan model daur belajar yang dikemukakan oleh Martin dkk : 1 Kegiatan awal eksplorasi, guru menyajikan fenomena untuk menggali pengetahuan awal siswa. 2 Kegiatan inti eksplanasi, guru membimbing siswa merumuskan masalah dan hipotesis, melakukan kegiatan eksperimen, mencatat data, menganalisis dan menyimpulkan data. 3 Pemantapan ekspansi, guru mengaplikasikan penguasaan konsep melalui kegiatan menjawab pertanyaan dalam penuntun belajar 4 Penilaian evaluation, guru melakukan penilaian kegiatan presentasi dan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat reflektif. Pada uraian diatas dapat diketahui bahwa pendekatan pembelajaran CTL memiliki kelebihan antara lain : 1 Meningkatkan akademik siswa. 2 Siswa menjadi lebih aktif. 3 Siswa praktik bukan menghafal. xl 4 Siswa dilatih untuk berpikir kritis. 5 Siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah. Disamping memiliki kelebihan pendekatan pembelajaran CTL juga memiliki beberapa kekurangan yaitu : 1 Kegiatan belajar mengajar membutuhkan waktu yang lebih lama 2 Keadaan kelas yang cenderung ramai jika siswa kurang memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk belajar dalam kelompok 3 Memerlukan persiapan rumit untuk melaksanakannya

7. Sistem Periodik Unsur

Dokumen yang terkait

Komparasi Hasil Belajar Kimia Materi Pokok Sistem Periodik dan Struktur Atom antara Siswa yang diberi Pembelajaran dengan Pendekatan SETS dan Pendekatan NONSETS pada Siswa Kelas X

0 5 90

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TAI DILENGKAPI MODUL DAN PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL BELAJAR PADA MATERI POKOK TERMOKIMIA SISWA SMAN 1 MOJOLABAN SUKOHARJO TAHUN 2010 2011

0 4 108

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI SISTEM PERIODIK UNSUR UNTUK MENINGKATKAN HASIL DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DI SMA KELAS X.

7 18 26

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA MOLYMOD BERBASIS BUAH-BUAHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PADA MATERI HIDROKARBON.

3 21 16

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN FIRE-UP TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERIODIK UNSUR DI KELAS X SMA.

0 3 19

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KOMIK KIMIA TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA KELAS XI PADA POKOK BAHASAN STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK UNSUR.

0 0 27

Pengembangan Three-Tier Test Sebagai Instrumen untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas X Pada Materi Sistem Periodik Unsur.

20 63 36

PENGGUNAAN MEDIA REALIA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI TANAH.

0 1 7

Pengembangan Media Pembelajaran Kimia Untuk Meningkatkan Daya Ingat Siswa Kelas X Semester 1 Pada Materi Sistim Periodik Unsur - UDiNus Repository

0 0 11

Pengembangan Media Pembelajaran Kimia Untuk Meningkatkan Daya Ingat Siswa Kelas X Semester 1 Pada Materi Sistim Periodik Unsur - UDiNus Repository

0 0 1