PENDAHULUAN Analisis Unjuk Kerja “Co Seeders” Prototipe II Alat Penanam Benih Yang Penanam benih yang presisi dan flexsibel

2

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Di era sekarang ini, semakin majunya teknologi membuat semakin berkembangnya peralatan- peralatan yang mudah pengoperasiannya, serta memberikan hasil kerja yang optimal. Munculnya teknologi baru tersebut diharapkan dapat meningkatkan keuntungan sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Jagung merupakan salah satu sumber energi pangan di dunia. Selain untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari, jagung juga banyak dimanfaatkan untuk pakan ternak karena memiliki kandungan xantofil yang tinggi dan menjadi sumber energi utama bagi ternak. Petani Indonesia, khususnya di daerah Jawa, menanam jagung untuk kebutuhan pakan ternak sekali dalam setahun. Selain berfungsi sebagai tanaman selingan persawahan pada musim kering, menanam jagung juga dilakukan untuk merileksasikan tanah yang telah ditanami padi selama musim penghujan. Tabel 1. Pertumbuhan luas lahan dan produksi jagung Tahun Luas juta ha Produksi juta ton 2000 3.50 9.68 2001 3.29 9.35 2002 3.11 9.59 2003 3.36 10.89 2004 3.36 11.23 2005 3.63 12.52 2006 3.35 11.61 2007 3.63 13.29 2008 4.00 16.32 Sumber: Deptan, 2010 Tabel 2. Proyeksi Produksi Jagung Nasional 2010-2014 Tahun Luas tanam ha Luas panen ha Produktivitas tonha Produksi tonPK 2010 4,412,000 4,200,000 4,71 19,800,000 2011 4,632,000 4,400,000 5,00 22,000,000 2012 4,850,000 4,600,000 5,22 24,000,000 2013 5,000,000 4,800,000 5,42 26,000,000 2014 5,263,000 5,000,000 5,80 29,000,000 Sumber: Deptan, 2009 2 Untuk memperoleh produktivitas yang tinggi dalam menanam jagung, jarak tanam merupakan salah satu faktor yang memainkan peranan penting. Jarak tanam yang terlalu rapat akan menyebabkan tanaman jagung tumbuh tidak seragam dikarenakan persaingan akar dalam memperoleh hara lebih besar antara satu sama lain. Namun apabila jarak tanam dibuat terlalu lebar maka akan diperoleh produktivitas yang rendah karena masih ada luas lahan yang tidak dimanfaatkan. Maka dari itu keseragaman jarak tanam dan kedalaman lubang harus sangat diperhatikan dalam proses penanaman jagung. Lahan pertanian di Indonesia pada umumnya berpetak-petak sehingga penanaman jagung sebagian besar dilakukan secara manual menggunakan tugal. Proses penugalan untuk membuat lubang tanam dengan menggunakan tongkat kayu, selanjutnya benih dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan tenaga manusia. Tahap penanaman benih membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup besar dengan biaya yang tidak sedikit. Hingga kini alat tanam benih jagung yang ada di masyarakat diperuntukkan bagi lahan pertanian yang luas hingga mencapai ribuan hektar dan keadaan tanah yang berbeda dengan lahan pertanian di Indonesia. Perbedaan karakteristik alat tanam yang ada menyebabkan petani jagung Indonesia belum berani menggunakan alat tanam jagung yang ada. Alat penanam biji-bijian untuk padi, kacang hijau, dan kedele lebih mudah ditemukan dibanding alat tanam jagung. Salah satu alasan kurang tersedianya alat tanam jagung karena jarak tanam jagung yang relatif besar dan jalur tanam hanya rata-rata 2 baris sehingga efisiensi sangat rendah. Namun demikian sekarang sudah tersedia alat tanam tarik ALT modifikasi yang dapat digunakan untuk semua jenis biji-bijian Sudirman 2008. Penanaman benih yang dilakukan secara tradisional banyak memakan waktu dan tenaga kerja, kapasitas yang dihasilkan relatif kecil, sehingga efisiensi yang dihasilkan juga akan rendah. Untuk itu dilakukan usaha-usaha yang dapat meningkatkan kapasitas kerja dan efisiensi secara terus menerus melalui rekayasa dan modifikasi prototype baru, sehingga kapasitas yang diharapkan dapat dicapai, juga sesuai dengan luas lahan yang dikehendaki oleh alat tersebut. Modifikasi dan rekayasa dilaksanakan berdasarkan bentuk lahan, luas lahan serta pada kondisi tanah yang diusahakan untuk penanaman biji-bijian. Diawali dari alat tanam tugal yang dilakukan petani pada umumnya, kapasitas yang dihasilkan relatif rendah. Alat tanam tugal petani saat penanaman menggunakan tenaga kerja 2 orang yakni satu menugal dan satu lagi memasukkan dan menutup lubang benih. Dengan melihat kapasitas dan efisiensi yang dihasilkan oleh alat tanam tradisional yang relatif kecil, maka usaha untuk meningkatkan kapasitas kerja dan efisiensi terus dilakukan agar dapat meningkatkan kapasitas kerja. Beberapa alat tanam mekanis telah dirancang dan diuji, namun masih perlu terus dikembangkan khususnya untuk kondisi lahan dan sosial petani Indonesia yang spesifik. Menurut Lando dan Abidin 1984, bahwa untuk menghemat waktu kerja penanaman, desain alat tanam harus menghemat waktu pada tiga tahapan kerja penanaman, yaitu pembuatan alur atau pelubangan, peletakan benih dan penutupan benih. Rancang bangun alat tanam jagung sederhana dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan yang ada. Alat yang dibuat bertenagakan manusia dengan desain yang sederhana dan sesuai dengan karakter lahan jagung di Indonesia. Mekanisme yang diterapkan mencakup sistem pembuat lubang dan penanam benih sehingga dengan energi yang sama dapat diselesaikan dua pekerjaan secara bersamaan. Penggunaan alat tanam benih jagung ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja petani jagung sehingga dapat meraih efisiensi dan efektifitas kerja yang tinggi. Selain itu pemasyarakatan alat ini dimaksudkan untuk meningkatkan antusiasme penduduk Indonesia khususnya petani jagung dalam rangka intensifikasi pertanian dengan pengurangan biaya produksi untuk mencapai keuntungan maksimal. 3 B. TUJUAN Tujuan penelitian ini adalah : Melakukan uji performansi alat tanam “CO Seeders” dengan: 1. Mengukur jarak tanam, diameter dan kedalaman lubang tanam hasil penugalan, penjatahan benih dan kapasitas lapang penanaman. 2. Menghitung efisiensi lapang penanaman dengan menggunakan “CO Seeders” 3. Mengkaji permasalahan teknis operasional alat “CO Seeders” 4

II. TINJAUAN PUSTAKA